A. Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang.
Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat
pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab katarak
lainnya meliputi:
a.Faktor keturunan.
f. Gangguan pertumbuhan,
g. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
B. Patofisiologi
Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis: nucleus, korteks dan kapsul. Nukleus
mengalami perubahan warna coklat kekuningan seiring dengan bertambahnya usia. Disekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai infulks air kedalam lensa proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peranan dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien menderita katarak.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi. Perubahan pada
serabut halus multipel (zunula) yang memanjangdari badan silier sekitar daerah di luar lensa,
misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan kogulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun denga bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun sebenarnya
merupakan konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekadeke tujuh. Katarak dapat bersifat
kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan
dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
C. Manifestasi Klinis
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun
jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata
seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak
benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-). Bila Katarak
dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa
glaukoma dan uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
D. Klasifikasi
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi
akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan ini tidak meluas
mengenai seluruh lensa
Letak kekeruhan sangat tergantung pada saat terjadinya gangguan metabolisme serat
lensa
Katarak kongenital yang terjadi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah
bayi Iahir sampai berusia 1 tahun
Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat
pembentukan serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan lensa
pada saat bayi masih di dalam kandungan, dan gangguan metabolisme oksigen
Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil yang
disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih).
Setiap bayi dengan leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis bandingnya seperti
retinoblastorrma, endoftalmitis, fibroplasi retrolental, hiperplastik vitreus primer, dan
miopia tinggi di samping katarak sendiri
Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel atau serat lensa
masih muda dan berkonsistensi cair.
Umumnya tindakan bedah dilakukan dengan disisio lentis atau ekstraksi linear.
Tindakan bedah biasanya dilakukan pada usia 2 bulah untuk mencegah ambliopia eks-
anopsia.
Pasca bedah pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya yang telah
menjadi afakia
b. katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
Katarak juvenil yang terlihat setelah usia 1 tahun à lanjutan katarak kongenital yang
makin nyata,
Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat penyakit lokal pada
satu mata, seperti akibat uveitis anterior. glaukoma, ablasi retina, miopia tinggi, ftisis
bulbi, yang mengenai satu mata, penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan
akibat trauma tumpul.
Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak dipengaruhi
oleh beberapa faktor
Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai dengan penyakit
lainnya seperti diabetes melitus yang akan terjadi lebih cepat.
Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama ataupun berbeda.
Proses degenerasi pada lensa dapat terlihat pada beberapa stadium katarak senil.
Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan.
Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur.
Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa
karena proses penuaan
katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
d. Stadium insipien,
e. Stadium imatur,
Lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa
menjadi cembung.
Terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. P
Terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung à pasien menyatakan tidak perlu
kacamata sewaktu membaca dekat.
Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik
mata akan sempit atau tertutup.
Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan iris pada
lensa. Uji bayangan iris positif
f. Stadium matur
g. Stadium hipermatur
terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus
lensa tenggelam dalam korteks lensa (katarak Morgagni).
Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun
korteks yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan.
Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang akan
mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka.
Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga
stadium ini disebut uji bayangan iris pseudopositif.
Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi jaringan uvea berupa
uveitis.
Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul
glaukoma fakolitik.
h. Katarak komplikata
terjadi sebagai akibat langsung dari penyakit intraokuler, misalnya akibat uveitis,
glaukoma, retinitis pigmentossa & ablatio retinae. Biasanya bersifat unilateral &
prognosis tidak sebaik katarak senilis.
Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa oleh faktor
fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa.
Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia tinggi, ablasio
retina, dan glaukoma.
Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan sistemik yang akan mengenai kedua
mata atau kelainan lokal yang akan mengenai satu mata
i. Katarak Trauma: Katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Keratometri
3. Oftalmoskopis
5. Hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3,
pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL.
F. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana
pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. Pembedahan
diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun
keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat
dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan
atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi
perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetesdanglaukoma.
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai
98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama
pembedahan.
G. Pengobatan
Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh diangkat dan
sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca mata
khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi glaukoma dan
uveitis. Teknik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi lensa
dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga korteks dan
nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun dengan tekhnik ini dapat
timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi
katarak sekunder karenaseluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang
matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang
dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn. Dapat pula dilakukan tekhnik
ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi nukleus lensa dengan gelombang
ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit
dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.
H. Komplikasi
Ambliopia sensori, penyulit yg terjadi berupa visus tidak akan mencapai 5/5. Komplikasi yang
terjadi yaitu nistagmus dan strabismus.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. H
Umur : 50 th
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Penanggung Jawab
Nama : Tn. F
Umur : 56 th
Pekerjaan : swasta
Alamat : Hibrida 10
B. Keluhan utama
Klien mengalami penglihatan kabur. Klien mengalami penglihatan kabur, kesulitan melihat dari
jarak jauh ataupun dekat.
1. Riwayat Kesehatan
Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pusing dan penglihatannya kabur, penglihatan
kabur dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Penglihatan kabur/tidak jelas dan seperti
ada kabut serta terkadang pasien merasa silau saat melihat cahaya. Klien juga mengalami
kesulitan melihat pada jarak jauh atau dekat, pandangan ganda, susah melihat pada malam
hari. Setelah dilakukan pengkajian pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil, nucleus pada
lensa menjadi coklat kuning, lensa menjadi opak, retina sulit dilihat, terdapat gangguan
keseimbangan pada susunan sel lensa oleh factor fisik dan kimiawi sehingga kejernihan lensa
berkurang.klien disarankan oleh dokter untuk dilakukan tindakan pembedahan atau dikoreksi
dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-
hari.klien jg mengalami hiperglikemia karena panyakit diabetis yang dideritanya.
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak kurang lebih 1 tahun yang
lalu.
Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejala-gejala yang sama
seperti yang diderita oleh pasien saat ini.
C.Pemeriksaan Fisik
BB : 50 kg
TB : 155 cm
2) Tanda-tanda vital
TD : 130/ 115mmHg
ND : 90 x/m
RR :22 x/m
3) Kulit
Kelembapan : kering
4) Kepala :
5) Mata
Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual katarak Nampak
abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak timbul refeksi merah.
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih
I. Analisa Data
1. DS:
-klien mengatakan pusing dan penglihatannya kabur, penglihatan kabur dirasakan sejak kurang
lebih 1 tahun yang lalu.
-klien mengatakan bahwa dokter menyarakan untuk dilakukan tindakan yaitu dikoreksi dengan
dilator pupil.
DO:
-nucleus pada lensa menjadi coklat kuning, lensa menjadi opak, retina sulit dilihat
Etiologi :
Masalah :
2. DS:
-klien mengatakan kesulitan melihat pada jarak jauh atau dekat, pandangan ganda, susah
melihat pada malam hari.
DO:
- terdapat gangguan keseimbangan pada susunan sel lensa oleh factor fisik dan kimiawi
sehingga kejernihan lensa berkurang.
-Hiperglikemia
Etiologi :
Masalah :
3. DS:
DO:
- pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil, nucleus pada lensa menjadi coklat kuning, lensa
menjadi opak, retina sulit dilihat
Etiologi :
Gangguan sensori
Masalah :
1. Resio tinggi terhadap cidera b/d perdarahan intra okuler(dikoreksi dengan dilator pupil)
III. Intervensi
1. Resio tinggi terhadap cidera b/d perdarahan intra okuler(dikoreksi dengan dilator pupil)
Mandiri :
Diskusikan apa yang terjadi pada pasca dikoreksi tentang nyeri, pembatasan aktivitas,
penampilan dan balutan mata
Batasi aktivitas seperti megerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok
Dorong napas dalam batuk untuk bershan nafas berihan paru
Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi
Minta pasien untuk membedakan antara ketidakyamanan dan nyeri mata tajam tiba-
tiba, selidiki kegelisaan,disorientasi, gangguan balutan
Kolaborasi:
· asetazolamid(diomox)
Mandiri :
Kolaborasi:
Mandiri
Dapus : http://elifahmy.blogspot.com/2013/11/askep-katarak.html?m=1