Anda di halaman 1dari 28

Kematian Tidak Wajar pada Pasangan Suami Istri

Julio Ludji Pau


102014183/D1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510. Telephone: (021)5694-2051.

Pendahuluan
Setiap manusia ingin mendapatkan keadilan yang sama,oleh karena itu perlu adanya
suatu sistem yang mendukung terciptanya suatu keadilan. keadilan yang didapat seseorang
berlaku bagi semua yang hidup maupun yang sudah meninggal. kebenaran harus dibuktikan
seiring dengan makin maraknya kasus pembunuhan,penganiyaan dsb yang apabila dilihat secara
mata awam,tidak terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu ilmu pengetahuan yang dapat
membuktikan seseorang yang meninggal dikarenakan pembunuhan atau murni kematian. tentu
saja pengembangan ilmu pengetahuan seperti ini yaitu ilmu kedokteran forensic bukan hanya
ditujukan bagi pemeriksaan bagi mereka yang meninggal, tetapi juga bias diberikan atau
dilakukan pemeriksaan bagi mereka yang menjadi korban atau tersangka. dengan adanya
pengetahuan ini,dapat membantu pihak berwenang menyelesaikan masalah.

Aspek Hukum Pidana


Kejahatan Terhadap Tubuh dan Jiwa Manusia1
Pasal 89 KUHP
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.

Pasal 90 KUHP
Luka berat berarti:
- jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau
yang menimbulkan bahaya maut;
- tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian;
- kehilangan salah satu pancaindra;
- mendapat cacat berat;
- menderita sakit lumpuh;
- terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
- gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Pasal 338 KUHP


Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan, dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 339 KUHP


Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan
dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk
melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan,
ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum,
diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun.

Pasal 340 KUHP


Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain,
diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun.1

Pasal 351 KUHP


1. Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
1. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun.
2. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama7 tahun.
3. Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
4. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 353 KUHP


1. Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun.
1. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
2. Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.

Pasal 354 KUHP


1. Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
1. Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama
sepuluh tahun.

Pasal 355 KUHP


1. Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama 12 tahun.
2. Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 15
tahun.1

Pasal 356 KUHP


Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat ditambah dengan sepertiga:
1) bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, istrinya atau
anaknya;
2) jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejabat ketika atau karena menjalankan
tugasnya yang sah;
3)jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa atau
kesehatan untuk dimakan atau diminum.

B. Prosedur Medikolegal
Kewajiban Dokter Membantu Peradilan1
Pasal 133 KUHAP
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter dan atau ahli lainnya.
1) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
2) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan pada
ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Pasal 179 KUHAP


1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
1) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenanr-benarnya menurut
pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan dan Manfaatnya1


Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-
benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannnya.

Pasal 184 KUHAP


1) Alat bukti yang sah adalah:
- Keterangan saksi
- Keterangan ahli
- Surat
- Pertunjuk
- Keterangan terdakwa
1) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.

Pasal 186 KUHAP


Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

Pasal 180 KUHAP


Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
1) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terhadap
hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim memerintahkan agar
hal itu dilakukan penelitian ulang.
2) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).

Sanksi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter


Pasal 216 KUHP
1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak
sembilan ribu rupiah.
1) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-
undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan
umum.
2) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah
sepertiga.
Pasal 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan
mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 224 KUHP


Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau jurubahasa,
dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang ia harus
melakukannnya:
Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.
1. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.

Pasal 522 KUHP


Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak datang
secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.

Tanatologi

Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh
setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.

Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan
respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan teknologi ada alat yang
bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian
berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang
otak.

Adapun tiga manfaat tanatologi ini, antara lain untuk dapat menetapkan hidup atau
matinya korban, memperkirakan lama kematian korban, dan menentukan wajar atau tidak
wajarnya kematian korban. Menetapkan apakah korban masih hidup atau telah mati dapat kita
ketahui dari masih adanya tanda kehidupan dan tanda-tanda kematian. Tanda kehidupan dapat
kita nilai dari masih aktifnya siklus oksigen yang berlangsung dalam tubuh korban. Sebaliknya,
tidak aktifnya siklus oksigen menjadi tanda kematian2

Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu 2,3

Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengankematian somatis,
akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifatsementara. Kasus seperti
ini sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur,tersengat aliran listrik dan
tenggelam.
Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringantubuh yang
timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidupmasing-masing organ
atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematianseluler pada tiap organ tidak
bersamaan.
Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otakyang
irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistemlainnya yaitu
sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi denganbantuan alat.
Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadikerusakan seluruh
isi neuronal intrakranial yang irreversible, termasuk batangotak dan serebelum. Dengan
diketahuinya mati otak (mati batang otak) makadapat dikatakan seseorang secara
keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi,sehingga alat bantu dapat dihentikan.

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa
tanda kematian yang perubahannya biasa timbul dini pada saat tanda kematian yang nantinya
akandibagi lagi menjadi tanda kematian pasti dan tanda kematian tidak pasti.

Tanda kematian tidak pasti


Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit.
Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
Kulit pucat.
Tonus otot menghilang dan relaksasi.
Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelahkematian.
Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menityang masih dapat
dihilangkan dengan meneteskan air mata
Tanda kematian pasti
Lebam mayat (livor mortis)

Livor mortis adalah suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah
ungu (livide) pada lokasi terendah tubuh mayat akibatpenumpukan eritrosit atau
stagnasi darah karena terhentinya kerjapembuluh darah dan gaya gravitasi bumi,
bukan bagian tubuh mayat yangtertekan oleh alas keras.

Kaku mayat (rigor mortis)

Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang
kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot,yang terjadi
setelah periode pelemasan/ relaksasi primer; hal manadisebabkan oleh karena
terjadinya perubahan kimiawi pada protein yangterdapat dalam serabut-serabut
otot.

a) Cadaveric spasme atau instantaneous rigor adalah suatu keadaandimana


terjadi kekakuan pada sekelompok otot dan kadang-kadangpada seluruh
otot, segera setelah terjadi kematian somatis dan tanpamelalui relaksasi
primer.
b) Heat Stiffeningadalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu tinggi,
misalnya pada kasus kebakaran.
c) Cold Stiffeningadalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhurendah,
dapat terjadi bila tubuh korban diletakkan dalam freezer, atau bila suhu
keliling sedemikian rendahnya, sehingga cairan tubuhterutama yang
terdapat sendi-sendi akan membeku.
Penururan suhu tubu (algor mortis)

Algor mortis adalah penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi
panas dan terjadinya pengeluaran panas secara terusmenerus.Pengeluaran panas
tersebut disebabkan perbedaan suhu antaramayat dengan lingkungannya. Algor
mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada mayat yang
sudah berada padafase lanjut post mortem.

Pembusukan

Pembusukan mayat adalah proses degradasi jaringan terutama proteinakibat


autolisis dan kerja bakteri pembusuk terutama Klostridium welchii. Bakteri ini
menghasilkan asam lemak dan gas pembusukan berupa H2S,HCN, dan AA. H2S
akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb) menghasilkanHbS yang berwarna hijau
kehitaman. Syarat terjadinya degradasi jaringanyaitu adanya mikroorganisme dan
enzim proteolitik.

Proses pembusukan telah terjadi setelah kematian seluler dan baru tampak oleh
kita setelah kira-kira 24 jam kematian. Kita akan melihatnyapertama kali berupa
warna kehijauan (HbS) di daerah perut kanan bagian bawah yaitu dari sekum
(caecum). Lalu menyebar ke seluruh perut dandada dengan disertai bau
busuk.Ada 17 tanda pembusukan, yaitu wajah dan bibir membengkak,mata
menonjol, lidah terjulur, lubang hidung dan mulut mengeluarkandarah, lubang
lainnya keluar isinya seperti feses (usus), isi lambung, danpartus (gravid), badan
gembung, bulla atau kulit ari terkelupas, aborescentpattern/ marbling yaitu vena
superfisialis kulit berwarna kehijauan,pembuluh darah bawah kulit melebar,
dinding perut pecah, skrotum atauvulva membengkak, kuku terlepas, rambut
terlepas, organ dalammembusuk, dan ditemukannya larva lalat.

Organ dalam yang cepat membusuk antara lain otak, lien, lambung, usus, uterus
gravid, uterus post partum, dan darah. Organ yang lambatmembusuk antara lain
paru-paru, jantung, ginjal dan diafragma. Organyang paling lambat membusuk
antara lain kelenjar prostat dan uterus nongravid.

Lilin mayat (adipocare)

Adipocere adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami mhidrolisis dan
hidrogenisasi pada jaringan lemaknya, dan hidrolisis inidimungkinkan oleh
karena terbentuknya lesitinase, suatu enzim yang dihasilkan oleh Klostridium
welchii, yang berpengaruh terhadap jaringanlemak.
Untuk dapat terjadi adipocere dibutuhkan waktu yang lama,sedikitnya beberapa
minggu sampai beberapa bulan dan keuntunganadanya adipocere ini, tubuh
korban akan mudah dikenali dan tetapbertahan untuk waktu yang sangat lama
sekali, sampai ratusan tahun.

Mummifikasi

Mummifikasi dapat terjadi bila keadaan lingkungan menyebabkan pengeringan


dengan cepat sehingga dapat menghentikan prosespembusukan. Jaringan akan
menjadi gelap, keras dan kering. Pengeringanakan mengakibatkan menyusutnya
alat-alat dalam tubuh, sehingga tubuhakan menjadi lebih kecil dan ringan. Untuk
dapat terjadi mummifikasidibutuhkan waktu yang cukup lama, beberapa minggu
sampai beberapabulan; yang dipengaruhi oleh keadaan suhu lingkungan dan sifat
aliranudara.

Perkiraan saat kematian4

Selain perubahan pada mayat tersebut di atas, beberapa perubahan lain dapat digunakan
untuk memperkirakan saat mati.

1) Perubahan pada mata. bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sklera di kiri-kanan
kornea akan berwarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar di
tepi kornea (traches noires sclerotiques). Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis.
Kekeruhan yang terjadi pada lapis terluar dapat dihilangkan dengan meneteskan air, tetapi
kekeruhan yang telah mencapai lapisan lebih dalam tidak dapat dihilangkan dengan
tetesan air. Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam pasca mati. Baik
dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh kira-kira 10 – 12
jam pasca mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas.

Setelah kematian tekanan bola mata menurun, memungkinkan distorsi pupil pada
penekanan bola mata. Tidak ada hubungan antara diameter pupil dengan lamanya mati.
Perubahan pada retina dapat menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca mati.
Hingga 30 menit pasca mati tampak kekeruhan makula dan mulai memucatnya diskus
optikus. Kemudian hingga 1 jam pasca mati, makula lebih pucat dan tepinya tidak tajam
lagi. Selama 2 jam pertama pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi
kuning. Warna kuning juga tampak disekitar makula yang menjadi lebih gelap. Pada saat
itu pola vaskular koroid yang tampak sebagai bercak-bercak dengan latar belakang merah
dengan pola segmentasi yang jelas, tetapi pada kira-kira 3 jam pasca mati menjadi kabur
dan setelah 5 jam menjadi homogen dan lebih pucat. Pada kira-kira 6 jam pasca mati,
batas diskus kabur dan hanya pembuluh-pembuluh besar yang mengalami segmentasi
yang dapat dilihat dengan latar belakang kuning kelabu. Dalam waktu 7 – 10 jam pasca
mati akan mencapai tepi retina dan batas diskus akan sangat kabur. Pada 12 jam pasca
mati diskus hanya dapat dikenali dengan adanya konvergensi beberapa segmen pembuluh
darah yang tersisa. Pada 15 jam pasca mati tidak ditemukan lagi gambaran pembuluh
darah retina dan diskus, hanya makula saja yang tampak berwarna coklat gelap.

2) Perubahan dalam lambung. Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi, sehingga


tidak dapat digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan
saat mati. Namun keadaan lambung dan isinya mungkin membantu dalam membuat
keputusan. Ditemukannya makanan tertentu dalam isi lambung dapat digunakan untuk
menyimpulkan bahwa korban sebelum meninggal telah makan makanan tersebut.
3) Perubahan rambut. Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4
mm/hari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan
saat kematian. Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan
mencukur kumis atau jenggotnya dan diketahui saat terakhir ia mencukur.
4) Pertumbuhan kuku. Sejalan dengan hal rambut tersebut di atas, pertumbuhan kuku yang
diperkirakan sekitar 0,1 mm per hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat
kematian bila dapat diketahui saat terakhir yang bersangkutan memotong kuku.
5) Perubahan dalam cairan serebrospinal. Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg%
menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen non-protein kurang dari 80
mg% menunjukkan kematian belum 24 jam, kadar kreatin kurang dari 5 mg% dan 10 mg
% masing-masing menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30 jam.
6) Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akurat untuk
memperkirakan saat kematian antara 24 – 100 jam pasca mati.
7) Kadar semua komponen darah berubah setelah kematian, sehingga analisis darah pasca
mati tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya.
Perubahan tersebut diakibatkan oleh aktivitas enzim dan bakteri, serta gangguan
permeabilitas dari sel yang telah mati. Selain itu gangguan fungsi tubuh selama proses
kematian dapat menimbulkan perubahan dalam darah bahkan sebelum kematian itu
terjadi. Hingga saat ini belum ditemukan perubahan dalam darah yang dapat digunakan
untuk memperkirakan saat mati dengan lebih tepat.
8) Reaksi supravital, yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama
seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Beberapa uji dapat dilakukan
terhadap mayat yang masih segar, misalnya rangsang listrik masih dapat menimbulkan
kontraksi otot mayat hingga 90 – 120 menit pasca mati dan mengakibatkan sekresi
kelenjar keringat sampai 60 – 90 menit pasca mati, sedangkan trauma masih dapat
menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam pasca mati.

Pemeriksaan Mayat pada Kematian Akibat Keracunan


Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan luar apabila dicurigai adanya kasus keracunan maka harus diperhatikan
adalah sebagai berikut. 5
 Bau: bila tercium adanya bau dapat memberikan petunjuk racun yang telah ditelan korban.
Seperti pada kasus keracunan sianida maka akan tercium bau amandel, pada keracunan
akibat insektisida tercium bau minyak tanah, bau kutu busuk pada malation, bau ammonia,
klororform, dan lain-lain. Bau dapat tercium dari pakaian, lubang hidung, mulut serta rongga
badan bisa dilakukan penekanan pada dada mayat.
 Pakaian: dapat ditemukan bercak-bercak yang disebabkan karena tercecernya racun yang
ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak berwarna coklat karena asam sulfat dan kuning
karena asam nitrat. Setiap bercak yang ada di pakaian korban maka harus diperhatikan
perluasannya agar tahu bahwa kejadian ini atas kemauan sendiri atau paksaan. APabila ada
paksaan tentu bercak akan meluas dan tercium di pakaian korban.
 Lebam mayat: perhatikan bila terdapat kelainan warna pada lebam mayat. Terutama
diperhatikan pada tempat masuknya racun. Zat yang bersifat korosif menyebabkan luka bakar
pada daerah yang terpapar.
 Kulit: diperksa untuk menemukan luka bekas suntikan. Misal pada pecandu narkoba akan
ditemukan parut-parut bekas suntikan intravena (mainliner).
 Perubahan kulit: bila terjadi perubahan hal tersebut merupakan suatu tanda kematian akibat
racun. Misalnya ditemukan hiperpigmentasi atau melanosis dan keratosis telapak tangan dan
kaki pada keracunan arsen kronik dan lain sebagainya.
 Kuku: perhatikan bagian kuku pada korban. Penting juga untuk membantu identifikasi racun.
Seperti pada keracunan arsen kronik kuku ditemukan menebal dan tidak teratur dan begitu
juga dengan racun lain seperti talium ditemukan kelainan pada kuku.
 Rambut: sama seperti kulit, kuku, akan menunjukan kelainan seperti pada kelainan arsen, air
raksa dan lain sebagainya.
 Sklera: bila ada perubahan warna sclera penting untuk dilihat seandainya ditemukan ikterik
maka telah terjadi keracunan zat hepatotoksik seperti fosfor, karbon tetra klorida dan lain-
lain.

Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam dimana pada pemeriksaan ini dilakukan pembedahan pada mayat.
Setelah dilakukan rongga perut dan dada dibuka, perhatikan bila tercium adanya bau-bau yang
tidak biasa (bau racun).5
 Inspeksi in situ: melihat otot-otot dan alat-alat dalam. Warna coklat akan terlihat bila
ekskresi terdapat pada mukosa usus. Pada keracunana air raksa akan tampak peradangan
pada usus. Lambung akan terlihat hiperemik, atau kehitaman akibat zat korosif. Hati terlihat
berwarna kuning karena degenerasi lemak atau nekrosis pada keracunan zat hepatotoksik.
 Pemeriksaan darah: darah diambil dengan semprit jarum. Perhatikan warna darah. Pada
intoksikasi dengan racun yang menimbulkan hemolysis (bisa ular, arsen dan sebagainya),
darah dan organ dalam berwarna coklat kemerahan gelap. Pada racun yang menimbulkan
trombosit darah berupa bercak-cercak perdarahan pada organ-organ. Bila racun yang
menyebabkan kematian dengan cepat darah dalam jantung dan pembuluh darah besar tetap
cair dan tidak terdapat bekuan darah.
 Lidah: melihat ada atau tidaknya noda yang timbul akibat masuknya obat, tablet, kapsul atau
zat korosif.
 Esofagus: melihat ada atau tidak regurgitasi dan selaput lender akan adanya hiperemi atau
korosif. Buka bagian atas esophagus sampai ikatan di atas diagfragma.
 Epiglotis: dan glottis: melihat ada atau tidak hiperemi atau edema yang ditimbul akibat
inhalasi atau aspirasi gas atau uap. Edema glottis dapat ditemukan pada keracunan penisilin
akibat syok anafilaktik.
 Paru-paru: biasanya tidak ditemukan hal yang spesifik yaitu perbendungan.
 Lambung dan usus dua belas jari: organ dalam ini harus dipisahkan dari bagian lain.
Perhatikan isi lambung, warna dan isisnya terdiri dari apa saja. Apanila ditemukan benda
seperti obat-obatan diambil kemudian disimpan cera terpisah. Perhatikan selaput lender
lambung apa hiperemi atau nekrosis. Pada kasus non toksikologik bukaan lambung ditunda
sampai saat akhir autopsi karena biasa pemeriksa akan melakukan pemeriksaan pada
lambung bila tidak dapat menemukan penyebab kematian.
 Usus-usus: harus dikirim secara terikat agar isi usus tidak keluar.
 Hati: melihat adakah degenerasi lemak atau nekrosis. Biasanya degenerasi lemak ditemukan
pada peminum alcohol. Nekrosis ditemukan pada keracuna fosforkloroform dan sebagainya.
 Ginjal: terdapat perubahan degenerative bila ada racun yang masuk.
 Urin: urin diambil dengan semprit dan jarum yang bersih, diambil keseluruhan dari kandung
kemih.
 Otak: pada keracunan akut dengan kematuan yang cepat biasanya tidak ditemukan edema
otak. Perhatikan bila ada perdarahan kecil-kecil dalam otak biasa diakibatkan keracunan
karbon monoksida, barbiturate dan sebagainya.
 Jantung: racun yang masuk kedalam tubuh akan menyebabkan degenerasi parenkim, lemak,
atau hidropik pada epitelium ginjal dapat menyebabkan degenerasi sel otot-otot jantung
sehingga menjadi lunak, berwarna merah pucat, atau coklat kekuning-kuningan dan
ventrikel mulai melebar.
 Limpa: selain perbendungan akut, pada kasus keracunana limta tidak menunjukan kelainan
patologik.
 Empedu: merupakan bahan yang baik bila ingin mendeteksi keracunan morfin, heroin dan
sebagainya.
 Jaringan lemak: lemak diambil sebanyak 200 gram dari jaringan lemak di bawah kulit
daerah perut. Racun yang dapat diabsorbsi baik di dalam jaringan lemak akan dilepaskan
dalam darah.
 Jaringan sekitar tempat suntikan: diambil 5-10 cm dari lokasi suntik mulai dari kulit,
jaringan lemak dan otot bila dicurigai keracunan akibat suntikan.
 Rambut dan kuku: bila ada kecurigaan keracunan arsen.

Pemeriksaan Lain 5
Pemeriksaan lain yaitu bila ditemukan kercurigaan adanya kematian akibat keracunan.
Pemeriksaan penting yang perlu dilakukan yaitu pemeriksaan tempat kejadian, autopsy (sudah
dibahas sebelumnya), dan analisis toksikologik. 5,8Biasanya korban mati dengan keracunan dapat
sejak awal dicurigai akibat keracunan tetapi juga ada yang tidak dicurigai sampai sebelum saat
autopsy. Harus dipikirkan adanya kematian akibat keracunan bila pada pemeriksaan setempat
(scene investigation) kecurigaan akan keracunan, bila pada autopsi ditemukan sesuatu yang biasa
ditemukan pada kasus keracunan, lebam mayat yang tidak biasa, luka bekas suntikan sepanjang
vena dan keluarnya buih dari mulut dan hidung, bau amandel atau bau kutu busuk, serta pada
autopsi tidak telihat adanya penyebab kematian.
Pemeriksaan Di Tempat Kejadian
Pemeriksan ini dilakukan untuk membantu menentukan penyebab kematian dan cara
kematian. Dalam pemeriksaan ini penting untuk mengumpulkan keterangan sebanyak mungkin
dan sedetail-detailnya. Keterangan juga didapatkan dari dokter yang menangani korban sebelum
kematiannya. Diharapkan dokter dapat memberitahu obat-obat apa saja yang terakhir digunakan
dan biasa dipakai. Perhatikan bila ada hal-hal yang mecurigakan disekitar korban seperti surat
wasiat dan sebagainya. Penting juga untuk mengumpulkan barang bukti yang berada di tempat
kejadian. Kumpulkan obat-obatan atau apa saja yang ditemukan di tempat kejadian yang
berubungan dnegan kejadian keracunan. Apabila terdapat muntahan dapat diambil dengan
menggunakan kertas saring dan disimpan dalam toples dan beri etiket, jangan lupa untuk
memeriksa tempat sampah.
Analisis Toksikologik
Pemeriksaan analisis toksikologi ini dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis
keracunan. Selain pemeriksaan ini tentunya juga didapatkan klinis atau bukti lain seperti
ditemukannya racun atau sisa racun dalam tubuh atau cairan tubuh korban, jika racun menjalar
secara sistemik serta terdapatnya kelainan pada tubuh korban, baik makroskopik maupun
mikroskopik yang sesuai dengan racun penyebab.5,8Dalam melakukan analisis toksikologik perlu
diperhatikan pengambilan bahan pemeriksaan toksikologik, wadah bahan pemeriksaan
toksikologik, bahan pengawet, dan cara pengiriman. Hal-hal tersebut sangat penting untuk
keakuratan hasil pemeriksaan karena bila terjadi kesalahan seperti mengirimkan bahan yang
salah atau dalam jumlah yang terlalu sedikit maka permintaan dokter kepada ahli toksikologi
untuk melakukan analisis tidak dapat terpenuhi.
1. Pengambilan Bahan Pemeriksaan Toksikologik

Para dokter harus mengetahui betul bahan apa yang harus diambil agar tidak terjadi
kesalahan. Pada kasus keracunan bahan-bahan yang diperlukan seperti darah, urin, bilasan
lambung, usus beserta isisnya, hati, empedu, ginjal, dan otak harus diambil secara lengkap.
 Darah : darah jantung diambil secara terpisah baik kiri maupun kana masing-masing
sebanyak 50 ml. Darah tepi sebnayak 30-50 ml, diambil dari vena iliaka komunis. Difusi
zat, obat atau racun dikuatirkan dapat mengalami difusi ke bilik jantung kanan. Sehingga
penentuan konsentrasi atas darah jantung kanan saja akan memeberikan kesan yang salah
tentang konsentrasi zat, obat atau rancun. Tubuh merupakan pabrik kimia meskipun
seseorang sudah meninggal. Seperti pada sianida, aceton, dan alcohol masih dapat
terbentuk dalam jaringan yang sudah membusuk. Maka dari itu pengambilan bahan
sedikit dari banyak tempat lebih baik daripada hanya mengambil darah dalam jumlah
banyak dalam satu tempat.
 Urin: dalam kandung kemih akan diambil urin secara keseluruhan. Urin merupakan hasil
ekskresi dari racun dapat digunakan sebagai tes pendahuluan (spot test). Penting juga
untuk penyaring racun dari golongan narkotika atau stimulant.
 Bilasan lambung: dalam lambung akan diambil keseluruhan.
 Usus beserta isisnya: merupakan bahan yang bermanfaat terutama bila kematian baru
beberapa jam terjadi setelah menelan racun. Sehingga dapat diperkirakan saat kematian
dan dapat ditemukan pil yang tidak hancur oleh lambung (enteric coated). Cara
pengambilan dengan melakukan pengikatan pada usus tiap 60 cm atau lakukan
pengikatan pada batas usus halus dan usus besar dan anatar usus besar dan poros usus.
Hal ini dilakukan untuk mencegah usus oral tidka tercampur dengan isi usus anal.
 Hati: organ hati akan diambil keseluruhan setelah disisihkan untuk pemeriksaaan patologi
anatomi karena takaran toksik kebanyakan sangat kecil (mg/kg) sehingga kadar racun
dalam tubuh sangat rendah dan bahan pemeriksaan harus banyak. Selain itu hati adalah
tempat untuk detoksikasi tubuh yang paling penting. Dimana hati mempunyai
kemampuan mengkonsentrasikan racun-racun yang masuk sehingga kadar racun akan
sangat tinggi.
 Empedu: Dianjurkan kandung empedu untuk tidak dibuka. Hal ini dilakukan untuk
mencegah cairan empedu mengalir ke hati sehingga akan mengacaukan pemeriksaan.
 Ginjal: kedua ginjal harus diambil. Organ ini penting dalam keadaan seperti intoksikasi
logam, pemeriksaan racun secara umum dan pada kasus secara histologic ditemukan Ca-
oksalat dan sulfo-namide.
 Otak: terdapat jaringan lipoid yang mempunyai kemampuan menahan racun, misalnya
kloroform (CHCl3)tetap ada walupun jaringna otak telah membusuk. Bagian otak tengah
penting karena tahan terhadap pembusukan pada intoksikasi sianida (sianida dapat
terbentuk pada pembusukan).

Walaupun dokter mempunyai kecurigaan terhadap satu jenis racun saja semua bahan-bahan
yang sudah disebutkan diatas perlu diambil secara lengkap. Dapat pula dilakukan cara lain
dengan langsung mengambil dari tiga tempat. Pertama yaitu tempat masuk racun seperti
lambung dan tempat suntikan, kedua yaitu darah yang menandakan racun beredar secara
sistemik dan ketiga yaitu tempat keluar seperti urin dan empedu. Menurut Curry contoh
bahan pemeriksaan yang rutin harus diambil adalah lambung beserta isisnya, darah, seluruh
hati, dan seluruh urin.
2. Wadah dan Bahan Pemeriksaan Toksikologik

Wadah bahan yang ideal untuk analisis toksikologik minimal 9 wadah, karena masing-
masing bahan pemeriksaan tidak boleh tercampur sehingga harus dipisahkan masing-masing.
2 buah peles a 2 liter untuk hati dan usus, 3 peles a 1 liter untuk lambung beserta isisnya,
otak dan ginjal, 4 botol a 25 ml untuk darah (2 buah) urin dan empedu. Wadah harus bersih.
Memebersihkan wadah dengan menggunakan asam kromat hangat lalu dibilas akuades dan
dikeringkan.
3. Bahan Pengawet

Bahan pemeriksaan paling baik jika disimpan dalam lemari es dan tanpa menggunakan
pengawet. Tetapi penggunaan pengawet dapat dilakukan bila memang terpaksa karena
pemeriksaan toksikologik yang tidak dapat dilakukan segera. Pengawet yang dapat
digunakan yaitu alcohol absolut, larutan garam dapur jenuh, larutan NaF 1%, NaF + Na sitrat
(5 ml NaF + 50 ml Na sitrat untuk tiap 10 ml bahan) dan Na benzoate + fenil merkuri nitrat
(hanya untuk urin).
4. Cara Pengiriman

Terdapat kriteria pengiriman bahan bila analisis toksikologi dilakukan di institusi lain yaitu
satu tempat hanya berisi satu contoh bahan pemeriksaan, contoh bahan pengawet harus
disertakan untuk control, tiap tempat yang diisi segel dan diberi label yang memuat
keterangan mengenai tempat pengambilan bahan, nama korban, bahan pengawet dan isinya.
Selain itu harus sertakan hasil autopsy, secara singkat, surat permintaan pemeriksaan dari
penyidik besertaidenetits korban secara lengkap dan dugaan racun.
Semua diatas harus dikemas dala satu kotan dan pastikan botol tertutup rapat agar tidak
tumpah atau pecah dalam pengiriman. Serta diikat dengan tali yang setiap persilangannya
diikat mati dan diberi pengaman. Penyegelan kotak tersebut dilakukan oleh polisi yang
dibuat dalam berita acara khusus. Pada jenazah yang diawetkan pemeriksa harus mengambil
bahan sebelum jenazah diawetkan.

Keracunan Karbon Monoksida (CO)


Gas CO adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak merangsang selaput
lendir, sedikit lebih ringan dari udara sehingga mudah menyebar 5,6,7Gas CO dapat ditemukan
pada hasil pembakaran yang tidak sempurna daru karbon maupun bahan-bahan yang
mengandung karbon. Sumber dari CO adalah motor yang menggunakan bensin, gas arang batu
5% CO, alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es gas, cerobong asap yang tidak bekerja
dengan baik, pada kebakaran dan lain-lain.
Pada korban yang mati dalam waktu singkat akibat keracunan gas CO akan ditemukan
lebam mayat berwarna merah terang. Warna merah terang disebabkan oleh kadar ikatan CO-Hb
dalam darah melewati batas yaitu 20%-30% saturasi. Pada pemeriksaan mayat selantujnya tidak
ada gambaran yang cukup khas untuk keracunan CO. Seseorang yang meninggal akibat
keracunan CO dapat dipastikan dengan menemukan CO-Hb yang tinggi dalam darah. Dapat
dilakukan pemeriksaan laboratorium sederhana dengan pengenceran alkali atau percobaan
dengan formalin.
Apabila korban sempat mendapatkan pertolongan dan baru beberapa saat (hari)
kemudian meninggal lebam mayat tidak akan berwarna terang lagi. Hal ini karena kadar CO-Hb
sudah kembali rendah. Mekanisme kematian pada kasus ini biasanya adalah gangguan anoksi
jaringan otak yang pada pemeriksaan mayat dapat ditemukan sebagai bintik perdarahan pada
substansi otak atau gambaran infark atau encephalomalacia yang simetrik. Dengan adanya hal
tersebut diagnosis keracunan gas CO dapat ditegakan dengan bantuan hasil pemeriksaan TKP.

Sebab, Cara, dan Mekanisme Kematian


Pada saat seseorang dinyatakan meninggal, dokter harus membuat surat keterangan
kematian. Agar dapat melengkapi surat tersebut pastikan bahwa dokter membagi dalam tida
bagian yaitu sebab kematian, cara kematian, dan mekanisme kematian 7.8 .Sebab kematian adalah
penyakit atau cedera/ luka yang bertanggung jawab atas terjadinya kematian. Dapat terjadi secara
langsung akibat suatu penyakit atau luka dan sebagainya sehingga langsung menyebabkan
kematian. Dapat pula secara perlahan sesuai dengan proses perjalanan penyakit atau suatu luka
yang nantinya (minggu, bulan, atau tahun) akan menyebabakan kematian pada seseorang.
Misalnya akibat tuberculosis paru, cardiac arrest, hepatic failure, keracunan dan sebagainya.
Cara kematian adalah kejadian-kejadian yang menimbulkan kematian. Bila kematian
terjadi sebagai akibat suatu penyakit semata-mata maka cara kematian adalah wajar (natural
death). Bila kematian terjadi sebagai akibat dari cedera atau luka, atau pada seseorang yang
awalnya telah mengidap suatu penyakit. Kemudian kematiannya dipercepat oleh adanya cedera
atau luka, maka kematian demikian adalah kematian yang tidak wajar (unnatural death).
Kematian tidak wajar ini dapat terjadi akibat kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan. Pada
suatu akhir penyidikan terkadang penyidik masih belum dapat menentukan cara kematian.
Dengan demikian kematian akan dinyatakan sebagai kematian dengan cara yang tidak dapat
ditentukan.
Mekanisme kematian adalah gangguan fisiologik dan atau biokimiawi yang ditimbulkan
oleh penyebab kematian. Termasuk tanda-tanda seperti asidosis dan alkalosis, sepsis, toxaemia
atau paralisis, dan sebagainya.

Visum et Repertum
Didasarkan pada penyelidikan suatu kasus harus disertai pula dengan pelaporan dari
berbagai pihak. Salah satunya ada laporan pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang dokter yang
memeriksa keadaan mayat yang sedang diselidiki. Laporan tersebut dituangkan berupa Visum et
Repertum.6
Visum et Repertum (VeR) adalah keterangan tertulis yangdibuat oleh Dokter atas
permintaantertulis penyidik yang berwenang,mengenai hasil pemeriksaan medisterhadap
manusia, baik hidup ataumati ataupun bagian atau didugabagian tubuh manusia
berdasarkankeilmuannya dan dibawah sumpah,untuk kepentingan peradilan.Jenis-jenis VeR
antara lain dibedakan atas VeR untuk orang hidup dan VeR untuk jenasah (orang mati).9
Visum Et Repertum Kasus

RS Cipto Mangunkusumo
Jl. Diponegoro No.71 Jakarta Pusat
Telp 021-5685328
_______________________________________________________________________
PRO JUSTITIA Jakarta, 25 Januari 2015
VISUM ET REPERTUM

Yang bertanda tangan di bawah ini, dr. Sri Handawati Wijaya, SpF, dokter ahli
kedokteran forensik pada Rumah Sakit Mandiri Sehat di Jakarta, menerangkan bahwa atas
permintaan tertulis dari Kepolisian Republik Indonesia Metropolitan Resort Jakarta Barat sektor
Taman Sari No. Pol: 01/VER/I/2015/Res JB tertanggal Dua Puluh Lima Januari Dua Ribu Lima
Belas, pukul dua belas lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian Barat bertempat di ruang
bedah jenazah Rumah Sakit Mandiri Sehat telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang
menurut surat permintaan tersebut
adalah:--------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama : Tn, X---------------------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : Laki-laki-----------------------------------------------------------------------------
Umur : 63 tahun------------------------------------------------------------------------------
Kebangsaan : Indonesia----------------------------------------------------------------------------
Agama :-----------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Wiraswasta Kayu-------------------------------------------------------------------
Alamat : Jl. Griya Elok no. 1 Jakarta Raya, Jakarta--------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN:-----------------------------------------------------------------------------------
Pemeriksaan Luar.--------------------------------------------------------------------------------------------
1. Mayat tidak terbungkus.------------------------------------------------------------------------------
2. Mayat berpakaian sebagai berikut:------------------------------------------------------------------
a. Baju tidur dengan lengan panjang warna hijau, berbahan satin, merk GW ukuran XL
dengan saku pada bagian dada. Baju tidur utuh tidak ditemukan adanya bercak darah
atau pun
sobekan.--------------------------------------------------------------------------------------------
-----
b. Celana panjang bermerk GW warna hijau, berbahan satin. Tidak terdapat bercak
darah pada celana atau pun sobekan.-------------
c. Celana dalam berwarna putih dengan karet warna putih garis-garis hitam merk Rider.
Tidak terdapat bercak darah pada celana dalam ini.------------------------------------------
3. Tidak terdapat perhiasan pada mayat.---------------------------------------------------------------
4. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh. Lebam mayat terdapat pada bagian punggung,
berwarna merah muda terang, tidak hilang pada penekanan.------------------------
5. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, umur diperkirakan usia enam puluh tiga
tahun, kulit berwarna sawo matang, gizi sedang, panjang badan seratus tujuh puluh lima
sentimeter dan berat badan enam puluh tujuh kilogram dan zakar disunat.------------------
6. Tidak terdapat tatoo, tahi lalat, dan tanda lahir pada mayat.-------------------------------------
7. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh pendek lurus, panjang satu setengah sentimeter.
Alis berwarna hitam, tumbuh lebat. Bulu mata berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang
enam millimeter. Tidak tumbuh kumis maupun jenggot.----------------------------------------
8. Kedua mata tertutup. Selaput bening mata jernih, kedua teleng mata bundar dengan garis
tengah empat millimeter. Tirai mata berwarna hitam. Selaput bola mata dan selaput
kelopak mata kanan dan kiri berwarna putih, tidak tampak perdarahan maupun pelebaran
pembuluh darah.---------------------------------------------------------------------------------------
9. Hidung berbentuk biasa. Kedua daun telinga berbentuk biasa. Pada cuping telinga tidak
terdapat lubang
tindik.---------------------------------------------------------------------------------
10. Mulut tertutup. Kedua bibir tampak tebal. Gigi geligi lengkap.---------------------------------
11. Dari lubang hidung, telinga, mulut, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa.--------
12. Alat kelamin berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan. Lubang dubur berbentuk
biasa tidak menunjukkan kelainan.------------------------------------------------------------------
13. Pada organ tubuh terdapat tanda sebagai berikut:-------------------------------------------------
a. Pada otak terdapat bintik-bintik kemerahan kecil di kedua belah otak --------------------
b. Pada jantung ditemukan perdarahan di bawah selaput jantung, terdapat gumpalan-
gumpalan darah pada pembuluh darah
jantung.---------------------------------------------------------------------------------------------
14. Tidak tampak patah tulang pada mayat.------------------------------------------------------------
15. Hasil pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:
a. Darah berwarna merah muda dan bertahan selama 7 detik pada uji kualitatif.-----------
b. Endapan darah pada uji kuantitatif berwarna merah. --------------------------------------

Kesimpulan:
Pada mayat laki-laki yang diperkirakan berusia enam puluh tiga tahun ini, tidak
ditemukan luka kekerasan.-------------------------------------------------------------------------------
Sebab mati orang ini adalah keracunan gas karbon monoksida yang berasal dari water
heater.--------------------------------------------------
Demikian Visum et Repertum ini saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan
keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.---------------------

Dokter yang memeriksa,

Dr. Fiqih Vidiantoro Halim


RS Cipto Mangunkusumo
Jl. Diponegoro No.71 Jakarta Pusat
Telp 021-5685328
_______________________________________________________________________

PRO JUSTITIA Jakarta, 25 Januari 2015

Nomor : 01/VER/I/2015
Perihal : Hasil pemeriksaan luar atas jenazah Ny. Y
Lampiran : 2 halaman

VISUM ET REPERTUM

Yang bertanda tangan di bawah ini, dr. Sri Handawati Wijaya, SpF, dokter ahli
kedokteran forensik pada Rumah Sakit Mandiri Sehat di Jakarta, menerangkan bahwa atas
permintaan tertulis dari Kepolisian Republik Indonesia Metropolitan Resort Jakarta Barat sektor
Taman Sari No. Pol: 01/VER/I/2015/Res JB tertanggal Dua Puluh Lima Januari Dua Ribu Lima
Belas, pukul dua belas lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian Barat bertempat di ruang
bedah jenazah Rumah Sakit Mandiri Sehat telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang
menurut surat permintaan tersebut
adalah:--------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama : Ny, Y---------------------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : Perempuan--------------------------------------------------------------------------
Umur : 58 tahun------------------------------------------------------------------------------
Kebangsaan : Indonesia----------------------------------------------------------------------------
Agama :-----------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga-----------------------------------------------------------------
Alamat : Jl. Griya Elok no. 1 Jakarta Raya, Jakarta--------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN:-----------------------------------------------------------------------------------
Pemeriksaan Luar.--------------------------------------------------------------------------------------------
1. Mayat tidak terbungkus.------------------------------------------------------------------------------
2. Mayat berpakaian sebagai berikut:------------------------------------------------------------------
a. Baju tidur dengan lengan panjang warna hijau muda, berbahan satin, merk GW
ukuran M dengan dua buah saku pada bagian pinggang. Baju tidur utuh tidak
ditemukan adanya bercak darah atau pun
sobekan.--------------------------------------------------------------------------------------------
-----
b. Baju dalam atau bra berwarna coklat muda, berukuran B32. Tidak terdapat bercak
darah pada baju dalam ini. -------------------------------------------------------------------
c. Celana dalam berwarna coklat muda dengan karet warna putih merk Wacoal. Tidak
terdapat bercak darah pada celana dalam ini.------------------------------------------------
3. Terdapat kalung dari emas putih dengan liontin berbentuk segitiga berukuran
1cmx1cmx2cm pada mayat.----------------------------------------------------------------------
4. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh. Lebam mayat terdapat pada punggung,
berwarna merah muda terang, tidak hilang pada penekanan.--------------------------------
5. Mayat adalah seorang perempuan bangsa Indonesia, umur diperkirakan usia lima puluh
delapan tahun, kulit berwarna sawo matang, gizi sedang, panjang badan seratus enam
puluh empat sentimeter dan berat badan lima puluh dua kilogram.----------------------------
6. Tidak terdapat tatoo, tahi lalat, dan tanda lahir pada mayat.-------------------------------------
7. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh panjang ikal, panjang empat puluh lima
sentimeter. Alis berwarna hitam, tumbuh tipis. Bulu mata berwarna hitam, tumbuh lurus,
panjang enam millimeter.-------------------------------------------------------------------------
8. Kedua mata tertutup. Selaput bening mata jernih, kedua teleng mata bundar dengan garis
tengah empat millimeter. Tirai mata berwarna hitam. Selaput bola mata dan selaput
kelopak mata kanan dan kiri berwarna putih, tidak tampak perdarahan maupun pelebaran
pembuluh darah.---------------------------------------------------------------------------------------
9. Hidung berbentuk biasa. Kedua daun telinga berbentuk biasa. Pada cuping telinga
terdapat lubang
tindik.---------------------------------------------------------------------------------
10. Mulut tertutup. Kedua bibir tampak tebal. Gigi geligi lengkap.---------------------------------
11. Dari lubang hidung, telinga, mulut, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa.--------
12. Alat kelamin berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan. Lubang dubur berbentuk
biasa tidak menunjukkan kelainan.------------------------------------------------------------------
13. Pada organ tubuh terdapat tanda sebagai berikut:------------------------------------------------
a. Pada otak terdapat bintik-bintik kemerahan kecil di kedua belah otak ---------------
b. Pada jantung ditemukan perdarahan di bawah selaput jantung, terdapat gumpalan-
gumpalan darah pada pembuluh darah
jantung.-----------------------------------------------------------------------------------------
----
14. Tidak tampak patah tulang pada mayat.------------------------------------------------------------
15. Hasil pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:
a. Darah berwarna merah muda dan bertahan selama 8 detik pada uji kualitatif.-------
b. Endapan darah pada uji kuantitatif berwarna merah. -----------------------------------

Kesimpulan:
Pada mayat perempuan yang diperkirakan berusia lima puluh delapan tahun ini, tidak
ditemukan luka kekerasan.-------------------------------------------------------------------------------
Sebab mati orang ini adalah keracunan gas karbon monoksida yang berasal dari water
heater.--------------------------------------------------
Demikian Visum et Repertum ini saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan
keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.---------------------

Dokter yang memeriksa,

dr. Fiqih Vidiantoro Halim

Kesimpulan
Kasus yang didapatkan yaitu suatu hari dokter didatangi pentidik dan diminta untuk
membantu mereka dalam memeriksa suatu tempat kejadian perkara (TKP). Menurut penyidik,
TKP adalah sebuah rumah yang cukup besar milik seorang pengusaha perkayuan yang terlihat
sukses. Tadi pagi si pengusaha dan isterinya ditemukan meninggal dunia di dalam kamarnya
yang terkunci di dalam.Anaknya yang pertama kali mencurigai hal itu (pukul 08.00) karena si
ayah yang biasanya bangun untuk lari pagi, hari ini belum keluar dari kamarnya. la bersama
dengan pak Ketua RT melaporkannya kepada Poilisi.
Penyidik telah membuka kamar tersebut dan menemukan kedua orang tersebut , tiduran di
tempat tidurnya dan dalam keadaan mati. Tidak ada tanda-tanda perkelahian di ruang tersebut,
segalanya masih tertata rapi sebagaimana biasa, tutur anaknya. Dari pengamatan sementara tidak
ditemukan luka-luka pada kedua mayat dan tidak ada' barang yang hilang. Salah seorang
penyidik ditelepon oleh petugas asuransi bahwa ia telahdihubungi oleh anak si pengusaha
berkaitan dengan kemungkinan klaim asuransi jiwa pengusaha tersebut. 
Pada kasus diatas sebab kematian, cara kematian, dan mekanisme kematian belum dapat
ditegakan karena kurangnya informasi yang didapatkan dalam kasus tersebut. Dari diskusi
kelompok kami serta pengamatan yang telah dilakukan pada kasus ini, kami mengambil
kesimpulan bahwa kematian dari pasangan suami istri tersebut disebabkan oleh CO. Karena pada
pemeriksaan tempat kejadian tidak ditemukan tanda-tanda mencurigakan seperti perkelahian,
pembobolan dan sebagainya seperti yang telah tertera diatas. Dimana opini tersebut dapat
dipertimbangkan karena pada pemeriksaan mayat juga tidak ditemukan adanya tanda-tanda
kekerasan yang menyebabkan luka-luka. Tetapi akan lebih baik jika semua prosedur untuk
membatu penyidik dan mendapatkan barang bukti seperti pemeriksaan luar dan dalam pada
mayat serta pemeriksaan analisis toksikologi dan pemeriksaan lain yang diperlukan diketahui
terlebih dahulu. Setelah itu disimpulkan sebab kematian, cara kematian, dan mekanisme
kematian kemudian membuat visum et repertum guna membantu penyidik.
Daftar Pustaka

1. Safitry O. Kompilasi Peraturan Perundang-undangan terkait Praktik Kedokteran. Jakarta:


Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI; 2014.h.24-7,14-21.
2. Abdul Mun’im Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama.Binarupa
Aksara. Hal. 54-77
3. Saukko, P; Knight, B . 2004. The Pathophysiology of Death in Knight’s ForensicPathology.
3th edition. Hodder Arnold. Page 52-90
4. Shepherd, R. 2003. Changes After Death in Simpson’s Forensic Medicine. 12thedition.
Arnold. Page 37-48
5. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, et all. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Bagian
Keodkteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitan Indonesia; 1997.h. 71-146.
6. United States Consumer Product Safety Commision. Diunduh dari
http://www.cpsc.gov/en/Safety-Education/Safety-Education-Centers/Carbon-Monoxide-
Information-Center. 15 Desember 2015.
7. Staf Pengajar Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Teknik
autopsy forensik. Jakarta: Bagian Keodkteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitan
Indonesia; 2000.
8. Vij K. Textbook of forensic medicine and toxicology. Ed 5. India: Elsevier; 2011.
9. Safitry O. Mudah membuat visum et repertum kasus luka. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2013. H.17-21,34-5.

Anda mungkin juga menyukai