Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI SEROTINUS
Untuk Memenuhi Tugas PLKK di RSUD Blambangan

DISUSUN OLEH :
LAVINIA AGUSTIN PUSPITASARI
2018.02.073

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2020

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan anak yang berjudul Laporan Pendahuluan
Bayi Serotinus yang disusun oleh :

Nama : Lavinia Agustin Puspitasari


NIM : 2018.02.073
Prodi : S1 Keperawatan

Sebagai salah satu syarat dalam penugasan tugas Praktik Laboratorium Klinik
Keperawatan(PLKK) Daring dalam sistem Keperawatan anak yang dilaksanakan pada
20 Juli - 7 Agustus 2020

Laporan pendahuluan ini telah disetujui,


Pada tanggal

Mahasiswa Dosen Pembimbing

LAVINIA AGUSTIN P. Ns. NINIS INDRIANI, M.Kep. Sp.An


NIM. 2018.02.073 NIK. 06.021.0308

LAPORAN PENDAHULUAN BAYI SEROTINUS


A. DEFINISI
Bayi serotinus adalah bayi yang kehamilannya melebihi waktu 42 minggu dan
dilahirkan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak
menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kelahiran
lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran
O2/CO2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim,
adapun bayi yang dapat dilahirkan maka disebut dengan bayi serotinus.
Bayi serotinus yaitu bayi yang lahir dari ibu yang kehamilannya melewati 294
hari atau lebih dari 42 minggu lengkap dihitung dari HPHT (Prof.Dr.dr. Sarwono
Prawirohardjo).
Bayi serotinus adalah bayi yang lahir setelah kehamilan lebih dari 42 minggu,
dihitung dari hari pertama haid terakhir tanpa memperdulikan berat badan bayi pada
waktu lahir. Postmatur menunjukkan atau menggambarkan keadaan janin yang lahir
telah melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa
komplikasi. (Buku Pengantar Kuliah Obstetri, hal : 458).
B. ETIOLOGI
Penyebab bayi serotinus atau bayi lahir lewat waktu ini belum diketahui dengan
pasti, tetapi pada umumnya dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
1. Masalah pada ibu yaitu :
 Serviks belum matang
 Kecemasan ibu
 Persalinan traumatis
 Hormonal, yaitu kadar progesteron
 Faktor herediter
 Kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta
2. Masalah pada bayi yaitu :
 Kelainan pertumbuhan janin
 Oligohidromnion

C. MANIFESTASI KLINIS
 Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari :
a. Stadium I : kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi sehingga
kulit menjadi kering, rapuh dan mudah terkelupas.
b. Stadium II : seperti stadium I, ditambah dengan pewarnaan mekoneum
(kehijauan dikulit)
c. Stadium III : seperti stadium I, ditambah dengan warna kuning pada kuku,
kulit dan tali pusat).
 Berat badan bayi lebih berat dari bayi matur
 Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur
 Rambut kepala lebih tebal
 Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
 Kuku panjang
 Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel

D. PATOFISIOLOGI BAYI SEROTINUS


Faktor hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun, walaupun kehamilan
telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochter,
Rustam). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu,
kurangnya air ketuban dan insufisiensi juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat
waktu.
Etiologi menurut Nwosu,dkk, faktor-faktor yang menyebabkan serotinus yaitu stress
sehingga tidak timbulnya his, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta. (Ilmu
Kebidanan, hal : 318).
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun
setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar ekstrogen dan laktogen plasenta.
Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai
oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi
uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga berkurang karena mulai
terjadi absorbsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin.
Risiko kematian perinatal pada bayi serotinus cukup tinggi yaitu 30% prepartum, 55%
intrapartum, dan 15% postpartum.

E. PATHWAY
Etiologi
(faktor hormonal, kurangnya air ketuban, insufisiensi plasenta) kepekaan uterus terhadap
oksitosin menurun

Tidak terjadi his

Terjadi penundaan persalinan

Plasenta tidak dapat memberi nutrisi

Menurunnya sirkulasi darah


menuju sirkulasi plasenta Tali pusat
kekuningan, kuku panjang
Bayi pucat, BB<2,5kg
Refleks menghisap lemah Plasenta tidak dapat melakukan
Risiko Infeksi
Pertukaran O2/CO2
Risiko defisit
nutrisi
Hipofungsi plasenta
Asfiksia, kuku pucat,
serotinus

Gangguan
pertukaran gas

Kurangnya lapisan lemak subkutan

Risiko hipotermi

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan asfiksia.
2. Risiko hipotermi berhubungan dengan berkurangnya lapisan lemak subkutan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sirkulasi darah menuju
sirkulasi plasenta.
4. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan plasenta memberi
nutrisi.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta.
 Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
 Amniocesentis : pemeriksaan sitologi air ketuban
 Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban
 Uji oksitosin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.
 Pemeriksaan kadar estriol dalam urine
 Pemeriksaan sitologi vagina.
H. PENATALAKSANAAN
a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu, yang terpenting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat.
c. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan servix, apabila
sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan.
d. Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan
disproporsi cephalopelvix dan distosia janin perlu diperhatikan. Selain itu janin
postmatur lebih peka terhadap sedative dan narkosa.
e. Tindakan operasi sectio caesarea dapat dipertimbangkan bila pada keadaan
insufisiensi plasenta dengan keadaan cervix belum matang, pembukaan belum
lengkap, partus lama dan terjadi gawat janin, primigravida tua, kematian janin
dalam kandungan, preeklamsi, hipertensi menahun, anak berharga dan
kesalahan letak janin.

I. KOMPLIKASI
1. Berat badan janin bertumbuh besar, tetap atau berkurang.
2. Gawat janin sampai bayi meninggal
3. Suhu yang tidak stabil
4. Hipoglikemi
5. Kelainan neurogenik

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


(Menurut Manuaba dalam bukunya lmu Kebidanan)
1. Pengkajian
a. Identitas / biodata klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, bahasa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal MRS, no register, dan diagnosa
keperawatan.
2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama : bayi serotinus didapatkan keluhan seperti sesak, pernapasan
cuping hidung, lemah, lesu, tidak responsive, penurunan bunyi napas.
 Riwayat penyakit sekarang : Pada pasien bayi serotinus, biasanya akan
diawali dengan tanda-tanda sianosis, lemah, oligohidromnion, hipotermi,
tonus otot menurun, , retraksi supersternal/ epigastrik/ intercosta, grunting
expirasi. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
 Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat antenatal : Keadaan ibu selama hamil yaitu insufisiensi
plasenta, sehingga menyebabkan kehamilan lewat waktu.
 Riwayat natal : Komplikasi persalinan juga memiliki kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir, misalnya akibat
volume air ketuban yang hanya sedikit karena telah terjadi reabsorbsi.
 Riwayat post natal : Yang perlu dikaji yaitu apgar score, BB saat lahir,
ada atau tidaknya kelainan kongenital, (BB saat lahir <2,5 kg).
 Riwayat penyakit keluarga : Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga
yang terkena penyakit -penyakit yang menyebabkan kelahiran postmatur /
kelahiran lewat waktu.
3. Genogram
4. Pemeriksaan Fisik
a. Sebuah refleks
 Reflek moro
Refleks moro adalah reflek memeluk pada saat bayi dikejutkan dengan
tangan atau bunyi yang keras. Pada bayi serotinus reflek moro biasanya
sedikit merespond.

 Reflek menggenggam
Reflek menggenggam pada bayi serotinus biasanya lemah, ditandai
dengan membelai telapak tangannya, bayi menggenggam dengan
tangan gerakan lemah.
 Reflek menghisap/sucking
Reflek menghisap pada bayi serotinus sedikit respond dan ditandai
dengan meletakan tangan pada mulut bayi tetapi hisapan lemah.
 Reflek rooting
Reflek rooting pada bayi serotinus tidak respond ditandai dengan bayi
tidak menoleh saat tangan ditempelkan di pipi bayi.
b. Tonus otot : Gerakan bayi sangat lemah.
c. Keadaan umum dan TTV :
 Keadaan umum : Lemah, dan juga bisa sesak
 Lingkar kepala : 30cm
 Lingkar dada : 30cm
 Suhu : 36ºC
 RR : 62x/menit
 Nadi : 142x/menit
d. Kepala
Bentuk kepala Normochepal, lingkar kepala 30 cm, rambut kepala lebih tebal,
tidak ada lesi,tidak ada benjolan, fontanel depan masih lembut, tulang dan
sutura lebih keras dari bayi matur, rambut lanugo hilang atau sangat kurang.
e. Mata
Mata simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, mata bersih tidak
berada sekret, biasanya konjungtiva anemis, dan tidak ikterik.
f. Telinga
Letak telinga kanan dan kiri simetris, sejajar dengan mata, lubang telinga
bersih, tidak berada serumen, tidak ada lesi, bentuk telinga baik, lembut dan
mudah membalik.
g. Hidung
Hidung bentuk simetris, terpasang O2 canul nasal 1lpm, keadaan hidung bersih
tidak berada peradangan atau pembengkakan hidung, adanya sumbatan dari
mekonium, ada pernafasan cuping hidung (PCH).
h. Mulut
Bentuk bibir simetris, bibir mengalami sianosis, lidah terdapat bercak putih,
dan gigi belum tumbuh, reflek sucking lemah serta refleks rooting tidak
merespond.

i. Dada dan paru-paru


Dada simetris ( Sama antara kiri dan kanan ), tidak ada lesi, terdengar suara
normal, suara vesikuler, adanya retraksi dinding dada, dan adanya retraksi
dinding Ulu hati, mamae bentuk datar.
j. Jantung
Nadi apikal 142 x/menit, bunyi jantung reguler BT1 + BT2, terdapat palpasi
nadi brakhialis lemah, terdapat radialis lemah, dan terdapat femoralis lemah
dan nadi karotis.
k. Abdomen
Tidak adanya infeksi, tali pusat dalam keadaan kering pucat, terdengar bising
usus, tidak berada haluaran nanah, perut diraba lembut, dan tidak ada
pembengkakan hepar.
l. Genetalia dan anus
Pada bayi lak-laki terdapat lubang uretra, testis, dan lubang anus. Sedangkan
pada bayi perempuan terdapat labia mayor, labia minor, lubang uretra dan
anus.
m. Punggung
Tidak terdapat benjolan pada sekitar punggung
n. Ekstremitas
Gerakan pada bayi serotinus sangat lemah, kurang merespond, jumlah jari
lengkap, kuku panjang, dan biasanya akrosianosis.
o. Kulit
Kulit biasanya agak pucat dengan deskuamasi epitel, sianosis, tidak ada tanda
lahir, dan lanugo hilang atau sangat kurang.

5. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan asfiksia.
2. Risiko hipotermi berhubungan dengan berkurangnya lapisan lemak
subkutan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sirkulasi darah menuju
sirkulasi plasenta.
4. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan plasenta
memberi nutrisi.

b. Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1. Gangguan Tujuan : Pemantauan Respirasi (1.01014,
pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan SIKI hal 247-248)
berhubungan asuhan keperawatan 1. Definisi : mengumpulkan dan
dengan asfiksia selama 1x24 jam, menganalisis data untuk
diharapkan gangguan memastikan kepatenan jalan
pertukaran gas pada pasien nafas dan keefektifan pertukaran
teratasi. gas
2. Tindakan
Kriteria hasil : a. Observasi
1. Napas cuping hidung - monitor frekuensi, irama,
menurun (dengan skor kedalaman, dan upaya napas
5) - monitor pola nafas
2. Tidak terdapat - monitor adanya sumbatan
sianosis (dengan skor jalan nafas
5) - monitor saturasi oksigen
3. Pola nafas kembali b. Terapeutik
normal (dengan skor - Atur interval pemantauan
5) respirasi sesuai kondisi klien
4. Warna kulit kembali -Dokumentasi-kan hasil
normal (dengan skor pemantauan
5) c. Edukasi
- tujuan dan prosedur
(Pertukaran gas, L.01003, pemantauan
SLKI hal: 94) -Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2. Risiko Tujuan : Regulasi temperatur (1.14 578,
hipotermi Setelah dilakukan tindakan SIKI hal 388)
berhubungan asuhan keperawatan 1. Definisi : Mempertahankan
dengan selama 1x24 jam, suhu tubuh dalam rentang normal
berkurangnya diharapkan suhu tubuh 2. Tindakan
lapisan lemak pasien kembali normal. a. Observasi
subkutan - Monitor suhu bayi
Kriteria hasil : sampai stabil
1. Akrosianosisnya dapat - Monitor suhu tubuh tiap
menurun (dengan skor 2 jam
5) - Monitor warna dan suhu
2. Tidak terdapat pucat kulit
(dengan skor 5) - Monitor dan catat tanda
3. Dasar kuku sianolik dan gejala hipotermia
dapat menurun atau hipertermia
(dengan skor 5) b. Terapeutik
4. Suhu tubuh kembali - Pasang alat pemantau
normal (dengan skor suhu continue
5) - Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi yang
(Termoregulasi, L. 14 adekuat
134,SLKI hal 129) - Gunakan topi bayi
untuk mencegah
kehilangan panas pada
bayi
- Hindari meletakkan bayi
di dekat jendela terbuka
atau di area aliran
pendingin ruangan atau
kipas angin
c. Edukasi
- Jelaskan cara
pencegahan hipotermi
karena terpapar udara
dingin
-Demonstrasikan teknik
perawatan metode
kanguru
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antipiretik jika perlu
3 Risiko infeksi Tujuan : Pencegahan infeksi
berhubungan Setelah dilakukan tindakan (1.14539,SIKI hal:278).
dengan asuhan keperawatan 1.Definisi : Mengidentifikasi dan
menurunnya selama 1x24 jam, menurunkan risiko terserang
sirkulasi darah diharapkan tidak adanya organisme patogenik.
menuju infeksi pada pasien. 2. Tindakan
sirkulasi a. Observasi :
plasenta. Kriteria hasil : - Monitor tanda dan gejala
1. Demam dapat infeksi lokal dan sistemik
menurun (dengan skor b. Terapeutik
5) -Pertahankan teknik aseptik pada
2. Nafsu makan dapat pasien berisiko tinggi
meningkat (dengan c. Edukasi
skor 5) -Jelaskan tanda dan gejala infeksi
3. Periode menggigil -Anjurkan meningkatkan asupan
dapat menurun nutrisi
(dengan skor 5) d. Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
(Tingkat infeksi, imunisasi,jika perlu.
L.14137.SLKI, hal:139).

4 Risiko defisit Tujuan :  Manajemen nutrisi


nutrisi Setelah dilakukan tindakan (1.03119.SIKI,hal:200)
berhubungan asuhan keperawatan 1. Definisi : Mengidentifkasi dan
dengan selama 1x24 jam, mengelola asupan nutrisi yang
ketidakmampu diharapkan kebutuhan seimbang.
an plasenta nutrisi pada pasien dapat 2. Tindakan
memberi terpenuhi. a.Observasi
nutrisi. -Identifikasi status nutrsi
Kriteria hasil : -Monitor berat badan
1. Berat badan dapat -Monitor hasil pemeriksaan
meningkat (dengan laboratorium
skor 5) b. Terapeutik
2. Panjang badan dapat -Berikan suplemen makanan, jika
bertambah (dengan perlu.
skor 5)  Pemantauan nutrisi
3. Tidak terdapat pucat (1.03123.SIKI,hal :246)
(dengan skor 5) 1.Definisi : Mengumpulkan dan
4. Pola makan membaik menganalisis data yang berkaitan
(dengan skor 5) dengan asupan dan status gizi.
(Status nutrisi bayi, 2. Tindakan
L.03031.SLKI,hal:122). a. Observasi
-Identifikasi perubahan berat
badan
-Monitor warna konjungtiva
-Monitor hasil laboratorium
b. Terapeutik
-Timbang berat badan
-Ukur antropometrik
-Hitung perubahan berat badan
-Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
-Dokumentasikan hasil
pemantauan
c. Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
-Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Editor, Abdul Bari
Saifuddin. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Freddy Panjaitan. 2012. Kehamilan serotinus. (https:// freddypanjaitan. wordpress.)
Nanda International. DIAGNOSIS KEPERAWATAN. Definisi dan Klasifikasi.2012-2014.
Jakarta : EGC
Trihendradi dkk. 2010. Wonderpa Indahnya Pendampingan. Yogyakarta : ANDI
Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirahardjo, Prof. Dr. Hanita Wikdjosastro, DSOG, “ILMU
KEBIDANAN”, Edisi 3, Jakarta : 2011

Anda mungkin juga menyukai