Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), pengertian dari partus lama
adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih dari 18
jam pada multigravida.
Kala II lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primi,
danlebih dari 30 menit sampai 1 jam pada multi. (Sinopsis Obsestetri, 2010)
Kala II Lama adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala > 1 jam untuk
nulipara dan multipara. (Sarwono, 2008)
Persalinan lama ialah persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam, baik pada
primipara maupun multipara. Persalinan lama dapat terjadi dengan pemanjangan kala I
dan atau kala II. ( Wiknjosastro, 2010).
b. Etiologi
Sebab-sebab terjadinya persalinan lama ini adalah multikomplek dan tentu saja
bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan
penatalaksanaannya. Faktor-faktor penyebabnya antara lain :
1) Kelainan letak janin
2) Kelainan-kelainan panggul
3) Kelainan kekuatan his dan mengejan
4) Pimpinan persalinan yang salah
5) Janin besar atau ada kelainan kongenital
6) Primi tua primer dan sekunder
7) Perut gantung, grandemulti
8) Ketuban pecah dini ketika servik masih menutup, keras dan belum mendatar
9) Analgesi dan anestesi yang berlebihan dalam fase laten
10) Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan dengan orang tua yang menemaninya ke
rumah sakit merupakan calon partus lama.
c. Faktor terjadinya fartus lama
1. Power
Kontraksi uterus, dinding perut dan daya meneran. Ibu melakukan kontraksi involunter
dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
2. Passage
Jalan lahir terdiri panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina,
dan introitus ( lubang luar vagina ) janin harus dapat menyesuaikan diri dengan jalan
lahir tersebut.
3. Passenger
Cara penumpang ( passenger ) atau janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor, yakni : ukuran kepala janin, presentasi letak kepala,
letak, sikap, dan posisi janin.
4. Psikologis Ibu
Lancar atau tidaknya proses persalinan banyak bergantung pada kondisi biologis,
khususnya kondisi wanita yang bersangkutan. Namun, perlu juga untuk diketahui
bahwa hampir tidak ada tingkah laku manusia (yang disadari) dan biologisnya yang
tidak dipengaruhi oleh proses psikis. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa
membesarnya janin dalam kandungan mengakibatkan ibu mudah lelah, badan tidak
nyaman, tidak nyenyak tidur, sering kesulitan dalam bernapas, dan beban jasmani
lainnya saat menjalani proses kehamilan. Pada ibu bersalin terjadi beberapa perubahan
psikolgis diantaranya:
a. Rasa cemas pada bayinya yang akan lahir
b. Kesakitan saat kontraksi dan nyeri
c. Ketakutan saat melihat darah
5. Penolong
Penolong persalinan adalah seorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
tertentu untuk membantu dalam menjalankan proses persalinan. Adanya dukungan
dari penolong akan mengurangi lamanya proses kelahiran, kecendrungan penggunaan
obat-obatan penglihatan rasa nyeri akan berkurang, dan menurunkan kejadian
kelahiran operatif pervaginam, walaupun tanpa menghiraukan apakah penolong
tersebut merupakan pilihan ibu atau bukan.
Inersia uteri
Menekan saraf/
Cemas menghadapi
penegangan
Edema vulva/ proses persalinan
jaringan
serviks Fundus berkontraksi dan lebih
dulu dari pada bagian lain
nyeri akut
Ansietas
Risiko infeksi
Sering timbul pada wanita
yang tidak diberikan
pengarahan
Defisiensi pengetahuan
g. Komplikasi
Efek yang diakibatkan oleh partus lama bisa mengenai ibu maupun janin.
Diantaranya:
1) Infeksi Intrapartum
Infeksi merupakan bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada
partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion
menembus amnion dan desisdua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia ,
sepsis dan pneumonia pada janin akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.
2) Ruptur uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama
partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka yang dengan
riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan dan panggul
sedemikin besar sehingga kepala tidak engaged dan tidak terjadi penurunan, sehingga
segmen bawah uterus menjadi sangat teregang yang kemudian dapat menyebabkan
ruptur.
3) Cincin retraksi patologis
Pada partus lama dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus, tipe yang
paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl. Cincin ini disertai peregangan
dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus, cincin ini sebagai sustu identasi
abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.
4) Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi
tidak maju untuk jangka waktu lama, maka bagian jalan lahir yang terletak
diantaranya akan mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi
sehingga dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah
melahirkan dengan munculnya fistula.
5) Cedera otot dasar panggul
Cedera otot-otot dasar panggul, persarafan, atau fasia penghubungnya
merupakan konsekuensi yang tidak terelakkan pada persalinan pervaginum terutama
apabila persalinannya sulit.
6) Efek pada janin berupa kaput suksedaneum, moulase kepala janin, bila berlanjut
dapat menyebabkan terjadinya gawat janin.
h. Prognosis
Prognosis dari kala II lama ditetentukan oleh kecepatan dalam mendiagnosis serta
menanganinya, semakin lama partus tersebut berlangsung, maka semakin besar
kemungkinan terjadinya partus lama dan semakin banyak komplikasi yang baik pada
ibu maupun pada janin.
i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan partus lama antara lain :
1) Pencegahan
a. Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik akan mengurangi
insidensi partus lama.
b. Persalinan tidak boleh dipaksakan kalau serviks belum matang. Servik yang matang
adalah servik yang panjangnya kurang dari 1,27 cm (0,5 inci), sudah mengalami
pendataran, terbuka sehingga bisa dimasuki sedikitnya satu jari dan lunak serta bisa
dilebarkan.
2) Tindakan suportif
a. Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus membesarkan
hatinya dengan menghindari kata-kata yang dapat menimbulkan kekhawatiran
dalam diri pasien.
b. Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake cairan
sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi,
dengan tanda adanya acetone dalam urine, harus dicegah
c. Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih dan rectum
yang penuh tidak saja menimbulkan perasaan lebih mudah cidera dibanding dalam
keadaan kosong.
d. Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus diistirahatkan dengan
pemberian sedatif dan rasa nyerinya diredakan dengan pemberian analgetik, namun
semua preparat ini harus digunakan dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang
berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.
e. Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil
mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi.
Setiap pemeriksaan harus dilakukan dengan maksud yang jelas.
3) Perawatan pendahuluan
Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut :
a. Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuskular
b. Penisilin prokain : 1 juta IU intramuskular
c. Streptomisin 1 gr intramuskular
d. Infus cairan :
1) Larutan garam fisiologis
2) Larutan glukose 5-100% pada janin pertama : 1 liter/jam
e. Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera
bertindak
4) Pertolongan
Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual
aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, dan seksio sesarea.
A. Persalinan Normal
1. Pengertian Persalinan Normal
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan saat kehamilan
20-28 minggu dengan berat janin antara 500-1000gr. Persalinan premature adalah
persalinan saat kehamilan 29-36 minggu dengan berat janin antara 1000-2500 gr.
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar (ekspulsi) hasil pembuahan yaitu
janin, plasenta dan selaput ketuban keluar dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Farrer,1999).
Persalinan normal adalah proses kelahiran bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan ari) yang dapat hidup ke dunia luar dan rahim melalui jalan lahir
atau dengan jalan lain. (Rustam Mochtar, 1998)
Pada saat persalinan ada 3 faktor yang perlu diperhatikan, yaitu jalan lahir (tulang dan
jaringan lunak pada panggul ibu), janin dan kekuatan ibu. Kelainan satu atau beberapa
faktor diatas dapat menyebabkan distosia. (KApita Selekta Kedokteran,2001)
f. Perineum
Luka pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer. Bila dilakukan
episiotomy akan terjadi nyeri pada luka di perineum, menyebabkan ibu takut BAB
dan perih saat kencing
4. Perawatan Pasca Persalinan
a. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca
persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah
terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari
ke-3 jalan-jalan dan hari 4-5 sudah diperbolehkan pulang.
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
c. Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri secepatnya. Bila kandung kemih penuh dan sulit
tenang, sebaiknya dilakukan kateterisasi. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya tak
jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
d. Defekasi
Bila terjadi obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum,
mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan peroral ataupun perektal.
Dengan melakukan mobilasasi sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat
diatasi.
5. Perawatan payudara
Dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai
persiapan untuk menyusui bayi
Jika putting rata, sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus tetap
menyusui agar putting selalu sering tertarik.
Putting Lecet. Putting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara
yang tidak benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tehnik menyusui yang
benar, putting harus kering saat menyusui, putting diberi lanolin, monilia diterapi dan
menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas menyusui di tunda 24-48
jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
Payudara bengkak. Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI yang tidak lancar
karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaanya
dengan menyusui lebih sering, kompres hangat. Susu dikeluarkan dengan pompa dan
pemberian analgesik.
Mastitis. Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi
beberapa minggu setelah melahirkan. Penetalaksanaan dengan kompres hangat/dingin,
pemberian antibiotic dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
Abses payudara. Pada payudara dengan abses ASI dipompa, abses di insisi, diberikan
antibiotic dan anak.
Bayi yang tidak suka menyusui. Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI yang
terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung putting pada bayi yang
menyusui diselang seling dengan susu botol, putting rata dan terlalu kecil atau bayi
mengantuk. Pancaran ASI yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering,
memijat payudara sebelum menyusui, serta menyusui dengan terlentang dengan bayi
ditaruh diatas payudara. Pada bayi dengan bingung putting, hindari dengan pemakaian
dot botol dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI. Pada bayi
mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI, usahakan agar bayi terbangun.
Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan
bayinya.
6. Laktasi
Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya, Menyusui
bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anak.
Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis
hilang. Timbul pengaruh lactogen hormone (prolaktin) kembali dan pengaruh oksitosin
mengakibatkan miopitelium kelenjar susu berkontraksi, sehingga terjadi pengeluaran air
susu. Umumnya produksi ASI berlangsung pada hari ke-2-3 pp.
Pada hari pertama, air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih
kental daripada susu, mengandung banyak protein dan globulin
7. Perasaan mulas sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang sangat menggangu selama
2-3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada multipara dibanding primipara.
Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul bila masih ada sisa selaput
ketuban, sisa plasenta atau gumpalan darah dalam kavum uteri. Pasien dapat diberikan
analgesic atau sedative.
8. Latihan senam dapat diberikan mulai hari ke 2 misalnya:
Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan diatruh di atas dan menekan perut.
Lakukan pernafasan dada lalu pernafasan perut.
Dengan posisi yang sama, angkat bokong lalu taruh kembali.
Kedua kaki diluruskan dan disilangkan, lalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan
defekasi.
Duduklah pada kursi, perlahan bunbgkukkan badan sambil tangan berusaha menyentuh
tumit.
9. Dianjurkan untuk mengambilan cuti hamil
10. Pemeriksaan pasca persalinan
Pemeriksaan umum : TD, nadi, keluhan, dll
Keadaan umum : suhu, selera makan, dll
Payudara : ASI, putting susu
Dinding perut : perineum, kandung kemih, rectum
Sekret yang keluar misalnya lochea, flour albus
11. Nasehat untuk ibu post natal
Sebaiknya bayi disusui
Bawakan bayi untuk imunisasi
Lakukanlah KB
Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan
Ibu diharapkan kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca persalinan. Pemeriksaan
dilakukan untuk melihat keadaan umum, keadaan payudara dan putingnya, dinding perut
apakah ada hernia, keadaan perineum, kandung kemih dan adanya flour albus. Kelainan
yang dapat ditemukan selama nifas ialah infeksi nifas, perdarahan pasca persalinan dan
eklamsia puerpurale.
12. Komplikasi
1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24
jam pertama sesudah kelahiran bayi)
2. Infeksi
a. Endometritis (radang edometrium)
b. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
c. Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
d. Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras dan
berbenjol-benjol)
e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada pengobatan bisa
terjadi abses)
f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose superficial
yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang
ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
g. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3 °C,
nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah
warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
3. Gangguan psikologis
a. Post Partum Blues
Merupakan depresi pada masa kehamilan, relative rendah namun meningkat
dalam 12 bulan pertama setelah melahirkan.
Umumnya gejala terjadi antara hari ke 3 sampai hari ke 10, seperti menangis,
sangat lelah, insomnia, mudah tersinggung, sulit konsentrasi. Berakhir dalam 24 –
48 jam. Ada korelasi positif dengan riwayat ketegangan sebelum menstruasi dan
keadaan hormonal yang tidak stabil.
b. Depresi Post Partum
Sama dengan gejala depresi yang dialami dalam kehidupan pada waktu lain.
Gejala umumnya terjadi pada 3 bulan pertama setelah melahirkan atau sampai bayi
berusia 1 tahun. Kemungkinan penyebabnya biologis, psikososial & sosial. Dialami
sekitar 20% ibu post partum. Ada korelasi positif dengan : BBL bayi rendah,
masalah perilaku, keluhan somatik, pola pertumbuhan buruk. Akibatnya bisa
menimpa ibu maupun anak & dapat terus terjadi sampai tahun kedua setelah
kelahiran.
c. Post Partum Psikosis
Jarang terjadi, gejala terlihat dalam 3 – 4 minggu setelah melahirkan. Gejala
seperti delusi dan halusinasi, penyebab pasti belum diketahui. Hal ini biasanya
dialami oleh ibu yang mengalami keguguran atau kematian bayi dalam
kandungan/setelah dilahirkan.
4. Gangguan involusi uterus
1.1 Rencana asuhan klien dengan post partum sontan dengan indikasi kala II lama
a. Identitas/Biodata
1) Nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, dll.
2) Item data untuk identitas/biodata klien dapat berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan.
b. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Menstruasi
HPHT, usia menarche, siklus, banyaknya, lamanya, keluhan
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas
c. Kehamilan Sekarang
1) Diagnosa : G…P…A
2) Hamil … minggu
3) Imunisasi TT: sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4 minggu.
4) ANC berapa kali: minimal 4 kali.
5) Keluhan selama hamil
6) Pengobatan selama hamil: tablet besi 1x1
7) Pergerakan janin: sering, kuat.
8) Keluar air-air, sejak kapan, berapa lama.
9) Riwayat trauma, jatuh, aktivitas berat, koitus.
d. Persalinan Sekarang
1) Keluhan his
Mulai kontraksi tanggal/jam: belum ada tanda-tanda persalinan
2) Pengeluaran pervagina
Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau
manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes
atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
e. Riwayat Persalinan
Tempat persalinan
Normal atau terdapat komplikasi
Keadaan bayi
Keadaan ibu
f. Riwayat Nifas Yang Lalu
Pengeluaran ASI lancar / tidak
BB bayi
Riwayat ber KB / tidak
Data khusus
a. Sirkulasi
Hipertensi atau hipotensi mungkin ada
Pucat
Pusing
b. Integritas ego
Cemas, ketakuan, gelisah
c. Makanan atau cairan
Mual atau muntah
d. Keamaman
Penyakit inflamasi pelvis
Kejadian goneroe berulang
e. Seksualitas
Multipara dan usia ibu telah lanjut
Seksio sesaria sebelumnya
Aborsi berulang pada trisemester kedua dan ketiga
Jaringan parut servikal karena laserasi, konisasi servikal, aborsi elektif, atau dilatasi
dan kuretase
Kondisi khusus dengan tanda dan gejala yang tepat telah disebutkan sesuai dengan
urutan pada masa pranatal dimana hal ini dapat muncul
f. Kehamilan ektopik
Ektoruptur tergantung pada lokasi janian misalnya ismus pada tuba fallopi dapat ruptur
setelah 4-5 minggu, implantasi interstisial tidak ruptur sampai mulainya trisemester
kedua
g. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien
Abdomen
Saluran cerna
Alat kemih
Lochea
Vagina
Perinium + rectum
Ekstremitas
Kemampuan perawatan diri
h. Pemeriksaan psikososial
Respon + persepsi keluarga
Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi