DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada dosen mata kuliah KEPERAWATAN ANAK I karena telah membimbing
kami dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini kami susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “PEMERIKSAAN
FISIK KARDIOVASKULER PADA ANAK ” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Dan semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian pemeriksaan fisik
2. Mengetahui pemeriksaan fisik kardiovaskuler pada anak
BAB II
PEMBAHASAN
3. PERKUSI
Pada anak besar perkusi dilakukan dari perifer ke tengah dan dapat memberikan
kesan besarnya jantung, terutama bila terdapat kardiomegali yang nyata. Tetapi pada
bayi dan anak kecil, perkusi untuk menentukan bentuk dan besar jantung ini sulit
dilakukan, bahkan dapat memberi informasi yang menyesatkan. Inspeksi dan palpasi
yang cermat untuk menentukan denyut apeks serta aktivitas ventrikel memberi
informasi yang lebih baik daripada perkusi untuk menentukan besar jantung. Saat ini
perkusi untuk menentukan besar dan konfigurasi jantung pada bayi dan anak kecil
cenderung untuk ditinggalkan.
4. AUSKULTASI
a. Bunyi jantung
Terdapat dua bunyi yang selalu terdengar yaitu bunyi jantung I dan bunyi jantung
II. Beberapa patokan untuk membantu penetuan bunyi jantung I dan II:
- Bunyi jantung I bersamaan dengan iktus kordis
- Bunyi jantung I bersamaan dengan denyut karotis (dianjurkan untuk selalu
meraba denyut karotis selama auskultasi)
- Bunyi jantung I terdengar paling jelas di apeks, sedangkan bunyi jantung II
paling jelas terdengar di sela iga ke-2 tepi kiri sternum.
- Bunyi jantung II normal terpecah pada inspirasi dan tunggal pada ekspirasi
b. Bunyi jantung I
Bunyi jantung I terjadi akibat bunyi penutupan katup atrioventrikular. Komponen
mitral bunyi jantung I disebut M1, sedangkan komponen trikuspid disebut T1.
Nilai intensitas bunyi jantung I (normal, melemah, mengeras, dan apakah terdapat
duplikasi/split). Bunyi jantung I mengeras pada defek septum atrium, stenosis
mitral, stenosis trikuspid. Bunyi jantung I melemah pada keadaan insufisiensi
mitral dan trikuspid, miokarditis, serta perikarditis dengan efusi perikardium.
c. Bunyi jantung II
Bunyi jantung II terjadi akibat penutupan katup semilunar (katup aorta dan
pulmonal). Komponen aorta disebut A2, dan komponen pulmonal disebut P2.
Pada bayi, anak, dan dewasa muda, bunyi jantung II split terdengar saat inspirasi
dan terdengar tunggal pada ekspirasi. Hal ini disebabkan pada saat inspirasi,
akibat tekanan negatif intratorakal yang makin menurun, aliran balik dari vena
kava superior dan inferior ke jantung kanan bertambah, sehingga pengisian atrium
kanan dan ventrikle kanan bertambah. Akibatnya waktu ejeksi ventrikel kanan
bertambah lama dan penutupan katup pulmonal lebh lambat. Dalam keadaan
normal harus terdengar bunyi jantung II yang terpecah pada saat inspirasi; bila
bunyi jantung II selalu terdengar tunggal, berarti katup semilunar hanya satu,
dapat terjadi pada ToF, atresia pulmonal, atresia aorta, atau malposisi arteri besar.
Bunyi jantung II terpecah lebar pada beberapa keadaan seperti RBBB, defek
septum atrium, stenosis pulmonal sedang, gagal jantung kanan berat, dilatasi
arteri pulmonal, insufisiensi mitral akut. Bunyi jantung II terpecah sempit pada
hipertensi pulmonal, biasanya disertai P2 yang keras. Pada beberapa keadaan, p2
terdengar lemah atau tidak terdengar sama sekali sehingga bunyi jantung II
terdengar tunggal pada seluruh siklus pernapasan, baik inspirasi maupun
ekspirasi. Keadaan ini dapat terjadi pada stenosis pulmonal berat, tetralogi fallot,
atresia pulmonal, atresia trsikuspid.
d. Bunyi jantung III
Bunyi jantung III dapat terdengar atau tidak pada anak normal. Bunyi jantung
III bernada rendah, terdengar 0,10 sampai 0,12 detik setelah bunyi jantung II.
Bunyi jantung III terdengar paling baik di daerah apeks atau parasternal kiri
bawah, dan akan lebih jelas apabila pasien miring ke kiri. Bunyi jantung III dapat
terdengar pada anak sampai dewasa muda normal. Bunyi jantung III mengeras
apabila pengisian ventrikel bertambah, misalnya pada dilatasi ventrikel.
e. Bunyi jantung IV
Bunyi jantung IV terjadi akibat deselerasi darah pada saat pengisian ventrikel
oleh atrium, oleh karena itu ia disebut juga sebagai bunyi atrium. Bunyi jantung
IV ini tidak terdengar pada bayi dan anak normal.
f. Irama derap (gallop rhytm)
Irama derap terjadi apabila bunyi III dan/atau IV terdengar keras disertai
dengan takikardia. Irama derap yang terdiri atas bunyi jantung I, II, III disebut
sebagai irama derap protodiastolik, sedangkan apabila terdiri atas bunyi jantung
IV, I, dan II disebut sebagai irama derap presistolik. Terdapatnya irama derap
selalu menunjukkan keadaan yang patologis.
g. Bising jantung (murmur)
Bising jantung dapat dibagi menjadi bising sistolik, diastolik, atau kedua nya.
Bising sistolik terdengar antara bunyi jantung I dan II, sedangkan bising diastolik
terdengar antara bunyi jantung II dan I.
1) Bising sistolik
- Bising holosistolik (pansistolik) : bising dimulai bersamaan dengan bunyi
jantung I, terdengar sepanjang fase sistolik dan berhenti bersamaan dengan
bunyi jantung II, terdapat pada defek septum ventrikel, insufisiensi
mitral,atau insufisiensi trikuspid.
- Bising sistolik dini : mulai terdengar bersamaan dengan bunyi jantung I,
deskresendo, dan berhenti sebelum bunyi jantung II; bising ini terdapat
pada defek septum ventrikel kecil, biasanya jenis muskular.
- Bising ejeksi sistolik: bising dimulai setelah bunyi jantung I, setelah
kontraksi isovolumetrik, bersifat kresendo-dekresendo, berhenti sebelum
bunyi jantung II; terdapat pada stenosis pulmonal, stenosis aorta, defek
septum atrium, atau tetralogi fallot.
- Bising sistolik akhir: mulai setelah pertengahan fase sistolik, kresendo,
dan berhenti bersamaan dengan bunyi jantung II; terdapat pada
insufisiensi mitral ringan.
2) Bising diastolik
- Bising diastolik dini : mulai bersamaan dengan bunyi jantung II,
dekresendo, dan berheti sebelum bunyi jantung I; terdapat pada
insufisiensi aorta atau isufisiensi pulmonal.
- Bising mid-diastolik: terjadi akibat aliran darah berlebih, misalnya pada
defek septum ventrikel besar, duktus arteriosus persisten besar, defek
septum atrium besar, insufisiensi mitral/trikuspid berat.
- Bising diastolik akhir : dimulai pada pertengahan fase diastolik, kresendo,
dan berakhir bersamaan dengan bunyi jantung I.
3) Bising diastolik dan sistolik
- Bising kontinu : bising ini dimulai setelah bunyi jantung I, bersifat
kresendo, mencapai puncak pada bunyi jantung II, kemudia dekresendo
dan berhenti sebelum bunyi jantung I berikutnya. Bising ini terdapat pada
duktus arteriosus persisten, fistula atrio-vena, fistula koroner.
- Bising to and fro : yakni kombinasi bising ejeksi sistolik dan bising
diastolik dini; terdapat pada kombinasi stenosis aorta dan insufisiensi
aorta, atau stenosis pulmonal dan insufisiensi pulmonal.
h. Derajat bising
Intensitas bising dinyatakan dalam 6 derajat:
- Derajat 1/6 : bising yang snagat lemah, hanya bisa terdengar oleh pemeriksa
yang berpengalaman di ruangan yang tenang
- Derajat 2/6 : bising yang lemah tetapi mudah terdengar, dengan penjalaran
minimal
- Derajat 3/6 : bising yang keras namun tidak disertai getaran bising, dengan
penjalaran sedang
- Derajat 4/6 : bising yang keras dan disertai dengan getaran bising, dengan
penjalaran luas
- Derajat 5/6 : bising yang sangat keras, yang tetap terdengar bila stetoskop
ditempelkan sebagian saja pada dinding dada, penjalarannya luas.
- Derajat 6/6 : bising yang paling keras, tetap terdengar meskipun stetoskop
diangkat dari dinding dada, penjalarannya sangat luas.
i. Pungtum maksimum bising
Pungtum maksimum adalah tempat terdengarnya bising yang paling keras.
Bising yang berasal dari katup mitral biasanya terdengar paling keras di apeks
jantung yaitu di sekitar sela iga ke-5 garis midklavikularis kiri, bising trikuspid
terdengar terbaik di sela iga ke-3 dan ke-4 garis parasternal kiri, bising pulmonal
di sela iga ke-2 tepi kiri sternum, sedangkan bising aorta di sela iga ke-2 tepi
kanan atau kiri sternum.
j. Penjalaran bising
Bising mitral biasanya menjalar baik ke arah lateral/aksila, sedangkan bising
pulmonal biasanya menjalar ke sepanjang tepi kiri sternum. Bising aorta dapat
menjalar ke apeks serta ke daerah karotis.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi
tersebut.(Potter dan Perry, 2005)
Pada pemeriksaan kardiologi anak merupakan bagian dari pemeriksaan pediatrik
umum secara menyeluruh, karenanya pemeriksaan fisis pediatrik yang diteliti
harus dilakukan sebaik –baiknya sebelum melangkah ke pemeriksaan kardiologis yang
khusus.
B. SARAN
Bagi mahasiswa makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran tentang
pemeriksaan fisik kardiovaskuler anak.
DAFTAR PUSTAKA