Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH SHALAT,ZAKAT,PUASA

TERHADAP KESEHATAN MENTAL


Mata Kuliah : ULUMUL HADITS
Dosen Pengampu: Drs. Dahrun Sadjadi, MA

DISUSUN OLEH:

Daly Saputra (3120180025 )


………………………….
…………………………………

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
PENDAHULUAN

Berbagai pengalaman kita lalui dalam kehidupan beragama. Ada orang yang sejak kecil taat
beragama, sampai dewasa ketaatan beragamanya tidak berubah, bahkan meningkat. Sebaliknya
ada pula orang yang ketatannya melaksanakan ibadah berkurang setelah ia mengalami kemajuan
di kehidupannya baik berupa jabatan atau materi. Ada orang yang semakin tinggi pangkatnya,
semakin rajin shalatnya, sebaliknya ada orang yang menghentikan shalatnya karena mengalami
kekecewaan dalam hidupnya.Berapa banyak orang yang kehilangan makna hidup, sampai
akhirnya orang tersebut mencari jalan untuk melepaskan diri dari ketakutan, kebingungan,
kesedihan dan kekecewaan. Kalau saja mereka mau mendengar seruan Allah untuk sabar dan
shalat sebagai penolong, tentunya orang tersebut akan menemui apa yang dicarinya. Untuk
membantu manusia dalam menghadapi dirinya yang sedang menghadapi berbagai masalah itu,
maka Allah menyuruh kita shalat, disamping kita harus bersabar.Dengan shalat manusia tidak
akan merasa sendirian dalam menghadapi kesulitan. Walaupun ia tidak melihat Allah, namun ia
sadar bahwa Allah senantiasa bersamanya dan selalu menjadi penolongnya.Dengan analisis
kejiwaan demikian dapat kita pahami bagaimana berperannya sabar dan shalat dalam diri
manusia, sehingga benar-benar dapat menjadi penolong dalam menentramkan batin dan menjadi
penolong dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.

2
SHALAT DAN KESEHATAN MENTAL

A. Hubungan antara sholat dan kesehatan mental

Apabila shalat wajib yang lima waktu kita tinjau dari segi kesehatan mental, maka akan dapat kita pahami
mengapa shalat itu diwajibkan Allah dan apa sebab mengapa jumlahnya lima kali dalam sehari semalam,
mengapa waktu bagi masing-masingnya ditentukan pula dan tidak boleh didahului dan tidak boleh
dilampaui. Ibadah shalat adalah ajaran agama yang diwahyukan dari Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad
saw. Karena itu ibadah shalat pasti mempunyai banyak hikmah didalamnya. Kalau kita pelajari al-qur’an
maka akan kita temukan penjelasan tentang hikmah dari pelaksanaan shalat, diantaranya yaitu pengaruh
pelaksanaan terhadap kesehatan mental manusia. Dalam shalat terjadi hubungan rohani atau spiritual
antara manusia dengan Allah. Dalam aksi spiritualisasi islam, shalat dipandang sebagai munajat (berdoa
dalam hati dengan khusu’) kepada Allah. Orang yang sedang shalat, dalam melakukan munajat, tidak
merasa sendiri. Ia merasa seolah-olah berhadapan dengan Allah, serta didengar dan diperhatikan
munajatnya. Suasana spiritualitas shalat yang demikian, dapat menolong orang mengungkapkan segala
perasaan, keluhan dan permasalahannya kepada Allah. Dengan suasana shalat yang khusu’ itu pula orang
memperoleh ketenangan jiwa (annafsul muthmainnah) karena merasa diri dekat dengan Allah dan
meperoleh ampunannya. Bagi manusia yang melaksanakan shalat wajib secara terus menerus dan
melaksanakan shalat sunnah secara rajin dan dilaksanakan secara khusu’ maka nilai-nilai kesehatan
mental yang terkandung didalam ibadah shalat tersebut akan berpengaruh pada dirinya. Nilai-nilai
kesehatan mental yang terdapat dalam ibadah shalat tersebut tertuang dalam bentuk fungsi shalat sebagai
pengobat (curative), pencegah (preventive), pembina (constructive), dalam kesehatan mental. 
Sholat sebagai obat bagi gangguan jiwa
Satu hal yang disebutkan dalam sebuah hadits, berkaitan erat dengan perawatan kejiwaan, yaitu orang
yang melaksanakan shalat dengan baik, wudhunya sempurna, dilaksanakan tepat pada waktunya dan
terpenuhi semua rukun dan syaratnya disertai dengan khusu’, maka Allah akan memberikan ampunan
kepada orang tersebut. Dalam pandangan ahli jiwa, ampunan terhadap dosa dan kesalahan merupakan
obat bagi gangguan kejiwaan, karena salah satu penyebab gangguan kejiwaan adalah merasa bersalah atau
berdosa. Orang akan tergoncang jiwanya apabila ia merasa bersalah dan berdosa kepada Tuhan. 
Jadi dapat dikatakan bahwa shalat merupakan sarana pengobatan kejiwaan atau mempunyai fungsi kuratif
atau penyembuh terhadap penyakit dan gangguan kejiwaan.Dalam melaksanakan shalat sebagai obat atau
pengobatan kejiwaan, tentu saja shalat itu dilaksanakan dengan dasar iman dan keyakinan akan kebenaran
sifat-sifat Allah, terutama sifat yang sangat diperlukan oleh orang yang sedang mengharap dan mencari
tempat mengeluh, mengadu dan mengungkapkan perasaan.  Bacaan-bacaan shalat semuanya merupakan

3
doa dan dzikir yang berisi ucapan-ucapan mulia dan indah yang mengandung pujian dan sanjungan
kepada Allah sebagai pencipta dan juga bacaan-bacaan shalat berisi permohonan manusia akan hajatnya
dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Permohonan manusia akan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
hidupnya atau hajatnya dalam kehidupan di dunia dan di akhirat dimohonkan kepada Allah lewat
pelaksanaan shalat. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 186: “Dan apabila hamba-
hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka
selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah 186)
Dengan shalat manusia berdoa menyerahkan diri kepada-Nya. Hal ini akan membantu dalam meredakan
ketegangan emosi manusia, karena seorang mu’min mempunyai keyakinan bahwa Allah akan
mengabulkan do’anya dan memecahkan problem-problemnya, memenuhi berbagai macam kebutuhannya
dan membebaskan diri dari kegelisahan dan kerisauan yang menimpanya.
Menghadap kepada Allah melalui shalat dan beroda kepadaNya dengan harapan dikabulkan akan
menimbulkan otosugesti yang akan meredakan ketegangan emosi dan kegoncangan jiwa yang terjadi
pada manusia.Shalat wajib dalam kesehatan mental fungsinya sebagai pondasi yang menjadi dasar dalam
proses penyembuhan bagi manusia yang terganggu kesehatan mentalnya. Selain ibadah shalat wajib, ada
shalat sunnah. Dan dalam bacaan shalat sunnah tersebut teradapat didalamnya spesifikasi permohonan
sesuai dengan kebutuhan manusia dan Allah men-sunnahkan manusia untuk melaksanakannya,
melaksanakan shalat sunnah tersebut membantu manusia untuk terkabulnya permohonan manusia, yaitu
dengan mendapatkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya. Dan pada hakekatnya permohonan manusia itu
telah terkandung dan termohonkan pada bacaan shalat wajib. Kondisi yang tenang dan tentram kemudian
mewarnai kehidupannya. Penumpukkan perasaan yang mengakibatkan ketegangan emosi sampai pada
tahap psikosomatik itu hilang berganti dengan kehidupan penuh semangat, sehingga dapat
mengaktualisasikan kemampuan dan potensi yang dimilikinya dalam berbagai aspek kehidupan. 
Shalat sebagai pencegahan terhadap gangguan kejiwaan
Manusia dalam kehidupannya selalu menghadapi berbagai macam problem dan cobaan hidup, hal yang
tidak menyenangkan selalu terjadi. Dan dengan melaksanakan shalat lima waktu dengan khusu’ dan
dilaksanakan secara terus menerus maka dapat dihindari perasaan yang tidak mengenakkan di hati, karena
manusia selalu mengungkapkannya lima kali sehari melalui ibadah shalat dengan keyakinan bahwa
pengungkapannya langsung didengar, dipahami dan diperhatikan oleh Allah . Pada saat seseorang sedang
shalat, maka seluruh alam fikiran dan perasaannya terlepas dari semua urusan dunia yang membuat
dirinya stress. Sesaat jiwanya tenang, ada kedamaian dalam hatinya. Hal ini sejalan dengan pendapat
para pakar stress yang menganjurkan orang agar memeluk agama, menghayati dan mengamalkannya agar
memperoleh ketenangan. Dan setiap harinya harus meluangkan waktu untuk menenangkan diri, karena

4
dengan ketenangan hati yang diperolehnya setiap hari berarti kekebalan dirinya terhadap berbagai stress
atau gangguan kejiwaan dapat ditingkatkan.  Lewat analisis kejiwaan bahwa shalat wajib yang lima waktu
itu mempunyai fungsi pengobatan atau fungsi kuratif terhadap gangguan kejiwaan. Maka kita temukan
fungsi kejiwaan lainnya bagi shalat wajib yang harus dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan. 
Fungsi ibadah shalat sebagai Pembina kesehatan jiwa.
Sebagai pembina kesehatan jiwa manusia, shalat mempunyai manfaat memperkuat mental dan menambah
kesehatan jiwa. Karena pendekatan kepada Allah lebih ditingkatkan dengan kesadaran dan kemauan
untuk lebih banyak memperoleh kesempatan untuk menentramkan batin manusia.Kalau kesehatan
jasmani dapat diperbandingkan dengan kesehatan jiwa yaitu dalam makan ada yang disebut empat sehat
lima sempurna maka dapat ditujukan shalat wajib merupakan pokok-pokok yang menjamin terciptanya
kesehatan jiwa dan shalat sunnah mempunyai pengaruh untuk menambah kuatnya mental manusia. 
B. Hikmah Shalat bagi Kesehatan Mental
Kita tahu bahwa shalat memiliki banyak manfaat positif dan kekuatan yang tidak dimiliki ibadah lain
dalam hal membuat kondisi kejiwaan seseorang menjadi lebih baik. Hal ini telah dibuktikan secara
empiris melalu berbagai penelitian. Sebagai contoh, shalat ternyata dapat membantu mengatasi depresi,
terutama bagi orang sakit. Para ilmuan berkesimpulan bahwa ketekunan dalam melaksanakan ibadah
shalat dapat mengurangi kekhawatiran dan tinngkat depresi orang-orang yang terjangkit penyakit kanker
paru-paru. Setelah melakukan penelitian terhdapa 165 pasangan suami istri yang mengidap kanker paru-
paru, peneliti menemukan suami istri yang rajin shalat dan ibadah memiliki tingkat depresi yang lebih
rendah dibanding dengan pasangan yang tidak shalat. Shalat memiliki pengaruh besar dan efektif dalam
menyembuhkan manusia dari duka cita dan gelisah. Sikap berdiri pada waktu shalat di hadapan Allah
dalam keadaan khusu’, berserah diri dan pengosongan diri dari kesibukan dan permasalahan hidup dapat
menimbulkan perasaan tenang dan damai dalam jiwa manusia serta dapat menghilangkan rasa sedih dan
gelisah. Rasulullah saw selalu shalat ketika menghadapi kesulitan. Hal ini menjadikan shalat memiliki
pengaruh terapi dalam mengatasi stress. Energi ruhani shalat dapat membantu membangkitkan harapan,
menguatkan tekad, meninggikan cita-cita, dan juga melepaskan kemampuan yang luar biasa yang
menjadikan seseorang lebih siap menerima ilmu, pengetahuan, himah, serta sanggup melaksanakan tugas-
tugas yang berat. Disamping itu, shalat juga memiliki pengaruh penting dalam menyembuhkan perasaan
bersalah yang menimbulkan perasaan gelisah dan stress, yang dianggap biang keladi munculnya penyakit
jiwa. Hal itu karena shalat dapat menghapus dosa dan membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran kesalahan
serta membangkitkan harapan meraih ampunan dan ridha Allah swt. Manfaat lain dari shalat adalah untuk
memantapkan jiwa dan keinginan dengan bersandar dan menyerahkan diri dan segala sesuatunya hanya
kepada Allah swt bukan kepada yang lainnya. Sholat juga melatih diri untuk mencintai aturan, mematuhi
keteraturan dalam pekerjaan dan kehidupan, karena shalat dikerjakan pada waktu-waktu yang teratur.

5
ZAKAT DAN KESEHATAN MENTAL

Zakat adalah kata bahasa Arab “az-zakâh”. Ia adalah masdar dari fi’il madli “zakâ”, yang berarti
bertambah, tumbuh dan berkembang. Ia juga bermakna suci. Dengan makna ini Allah berfirman
dalam surat As-Syams: 9: “Sungguh beruntung orang yang mensucikan hati”. Secara istilah
fiqhiyah, zakat ialah sebuah ungkapan untuk seukuran yang telah ditentukan dari sebagian harta
yang wajib dikeluarkan dan diberikan kepada golongan-golongan tertentu, ketika telah
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Harta ini disebut zakat karena sisa harta yang
telah dikeluarkan dapat berkembang lantaran barakah doa orang-orang yang menerimanya. Juga
karena harta yang dikeluarkan adalah kotoran yang akan membersihkan harta seluruhnya dari
syubhat dan mensucikannya dari hak-hak orang lain di dalamnya. Selain nama zakat, berlaku
pula nama shadaqah. Shadaqah mempunyai dua makna. Pertama ialah harta yang dikeluarkan
dalam upaya mendapatkan ridho Allah. Makna ini mencakup shadaqah wajib dan shadaqah
sunnah (tathawwu’). Kedua adalah sinonim dari zakat. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
surat At-Taubah ayat 60) Artinya: “Sesungguhnya shadaqah-shadaqah itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Makna As-Shadaqat dalam ayat tersebut adalah shadaqah yang wajib (zakat), bukan shadaqah
tathawwu’. Selanjutnya makna shadaqah disesuaikan dengan konteks pembicaraan dan
pembahasannya. Jika konteknya adalah zakat, maka shadaqah berarti zakat dan begitu pula
sebaliknya.

A.Hikmah Dan Fungsi Zakat

Hikmah dan fungsi zakat sangat banyak dan tidak dapat dimuat secara keseluruhan dalam
lembar-lembar makalah ini. Yang jelas, secara global hikmah dan fungsinya kembali kepada
kebaikan pemberi dan penerima zakat, yang pada tahap selanjutnya, memberikan kebaikan dan
kesejahteraan sosial secara menyeluruh. Berikut adalah sebagian hikmah dan fungsi zakat:

6
1. Hikmah zakat

Hikmah dari zakat antara lain:

a) Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang miskin.

b) Pilar amal jama’i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da’i yang berjuang
dan berda’wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.

c) Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk

d)  Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.

e)  Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan

f)  Untuk pengembangan potensi ummat

g) Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam

h)  Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi umat.

2. Fungsi zakat

a) Faedah Diniyah (segi agama)

Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang mengantarkan
seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat. Merupakan sarana bagi
hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya, akan menambah keimanan karena
keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan.

Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana firman Allah,
yang artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” (QS: Al Baqarah: 276).

b) Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak)

Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi pembayar zakat.

Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada
saudaranya yang tidak punya. Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang
bermanfaat baik berupa harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan
meluaskan jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai
tingkat pengorbanannya. Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.

7
c) Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan)

Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir miskin yang
merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia. Memberikan dukungan
kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi mereka. Zakat akan memacu
pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya akan melimpah. Membayar zakat
berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena ketika harta dibelanjakan maka
perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak yang mengambil manfaat. Zakat dapat
membiasakan muzakki (pemberi zakat) untuk bersifat dermawan, dan melepaskan dirinya dari
sifat-sifat bakhil, apalagi jika ia mampu merasakan manfaatnya, serta menyadari bahwa zakat
mampu mengembangkan harta yang dimiliki. Zakat dapat memperkuat jalinan ukhuwah dan
mahabbah antara diri muzakki dan orang lain. Jika kepopuleran zakat dapat tergambarkan,
hingga setiap muslim sadar diri untuk menunaikannya, maka tergambarkan pula nuansa kasih
sayang, kuatnya persatuan, dan teguhnya persaudaraan. Zakat mampu memperkecil jarak
kesenjangan sosial, menghilangkan kecemburuan sosial dan meredam tingkat kejahatan. Zakat
mampu mengentaskan kemiskinan yang pada akhirnya memperkecil angka pengangguran dan
membangkitkan geliat perekonomian. Zakat adalah sarana yang paling manjur dalam
mensucikan hati dari sifat-sfat dengki, hasud dan dendam, dimana ketiga sifat ini adalah penyakit
utama masyarakat yang paling mematikan. Dalam hal ini Allah berfirman:

Artinya: “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka”. (QS. At-Taubah: 103)
Indahnya ibadah dalam Islam, tidak hanya berkenaan dengan hubungan kita dengan Pencipta,
tetapi juga erat hubungannya dengan kesejahteraan jiwa diri kita sendiri. Mengapa, misalnya,
kita diperintahkan untuk shalat, berpuasa, dan bersedekah? Alasan yang dapat kita pahami adalah
ibadah yang kita jalankan untuk Allah mengandung manfaat bagi diri dan orang-orang di sekitar
kita. Salah satu ibadah wajib yang akan kita bahas di sini adalah zakat. Tahukah kalian tentang
rahasia zakat. Zakat adalah sedekah yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim. Zakat yang
sering kita kenal adalah zakat fitrah yang dikeluarkan selama Ramadhan. Selain itu ada zakat
lainnya yang sering luput dari pandangan kita, misalnya zakat profesi. Sebagai ibadah, zakat
tidak hanya berkontribusi pada kemakmuran umat Islam karena menyentuh langsung
perekonomian umat, tetapi juga bermanfaat bagi keselamatan dan kesejahteraan jiwa
pemberinya. Manfaat psikologis yang bisa kita rasakan dengan berzakat, seperti mengingatkan

8
diri kepada Allah, Sang Maha Pemberi Rezeki, menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela, seperti
serakah, kikir, dan sombong, dan menghilangkan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin.
Saat ini dunia dilanda banyak kesusahan. Tuntutan hidup yang semakin besar, kompetisi dengan
sesama untuk dapat tetap bertahan, meningkatnya individualisme, jarak yang semakin besar
antara si kaya dan miskin, dan melemahnya dukungan sosial. mereka dengan cara yang tidak
benar. Inilah penjagaan dan pertolongan Allah karena kita menolong agama-Nya.

PUASA DAN KESEHATAN MENTAL

Manusia diciptakan Allah dari tanah dan Ruh Ilahi. Tanah mendorongnya memenuhi kebutuhan-
kebutuhan jasmani sedangkan ruh Ilahi mengantarkannya kepada hal-hal yang bersifat ruhaniah.
Dorongan kebutuhan jasmani seperti makan, minum dan kebutuhan bilogis lainnya memegang
peran utama dalam kehidupan manusia, karena memiliki daya tarik yang kuat dan tak jarang pula
manusia terjerumus karenanya. Seseorang yang mampu mengendalikan diri dalam kebutuhan-
kebutuhan dasar itu diharapkan mampu mengontrol diri pada dorongan naluriah atau nafsu lain
yang justru berada di peringkat bawah dibandingkan dengan kebutuhan faali tersebut.  Puasa
merupakan salah satu latihan atau didikan bagi jiwa dan banyak mengandung terapi penyakit
kejiwaan dan penyakit fisik. Puasa merupakan perisai yaitu sesuatu yang melindungi dari dari
serangan syahwat. (Az-Zahrani; 2005). Puasa mampu menjaga ruh, hati dan tubuh dari segala
macam penyakit. Puasa memiliki faedah dan mamfaat kedokteran dalam mengobati penyakit
tubuh. Sebagai contoh, ketika seseorang ingin melakukan pemerikasaan medis biasanya individu
tersebut dianjurkan untuk berpuasa. Puasa juga bias meningkatkan daya konsentrasi. Dalam
pandangan agama puasa bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah. Dalam sisi psikologis puasa
berhubungan dengan kesehatan mental kita, dimana puasa merupakan salah satu terapi yang
efesien dalam melepaskan diri dari perasaan bersalah dan dosa serta dari perasaan depresi atau
penyakit kejiwaan lainnya.  Perintah puasa bagi umat islam terdapat dalam Al-quran surah
Albaqoroh ayat 183 yang artinya “ hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang –orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.

Allah menyerukan kepada orang orang beriman dari umat ini dan memerintahkan mereka untuk
berpuasa .Puasa atau shiyam dalam bahasa Al-Quran berarti “menahan diri”. Puasa menahan diri
dari makan, minum dan hal hal yang dilarang dalam berpuasa, dengan niat yang tulus karena
Allah SWT, karena puasa mengandung penyucian, pembersihan, dan penjernihan diri dari

9
kebiasaan-kebiasaan yang jelek dan akhlak yang tercela. Menahan diri dibutuhkan oleh setiap
orang, kaya atau miskin, muda atau tua, lelaki atau perempuan, sehat atau sakit, orang modern
yang hidup masa kini, maupun manusia primitive yang hidup masa lalu, bahkan perorangan atau
kelompok. Selanjutnya ayat tersebut menjelaskan bahwa kewajiban yang dibebankan itu adalah,
sebagaimana telah diwajibkan pula atas umat-umat terdahulu sebelum kamu. Puasa dapat
menyucikan badan dan mempersempit jalan syaitan. Dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih
Muslim ditegaskan, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “wahai pemuda, barang siapa
diantara kalian yang sudah mampu untuk menikah maka hendaklah ia menikah. Dan barang
siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa karena puasa merupakan penawar
baginya.”. Hal ini berarti puasa merupakan benteng pertahanan diri bagi individu untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang merusak, dan penyimpangan-penyimpangan prilaku serta
suatu metode untuk menahan atau mengendalikan diri. (Dalam tafsir Jalalain) disebutkan bahwa
yang dimaksud dengan ayat Albaqarah 183 adalah “supaya kalian menghindari maksiat.
Sesungguhnya puasa meredakan keinginan syahwat dari akarnya.” Diriwayatkan dari Abu
Hurairah bahwa Rasullullah bersabda, Allah berfirman, “ Setiap amal bani adam adalah
untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya ia adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan
memberikan balasannya. Sesungguhnya puasa adalah perisai. Apabila seorang dari kalian
berpuasa, maka janganlah bersenggama dan janganlah menzalimi. Apabila seseorang
hendak membunuh atau mencelanya, katakanlah,’ aku puasa’, sebanyak dua kali. Bau mulut
orang yang sedang berpuasa lebih harum dari pada wangi minyak wangi. Ia meninggalkan
makannya, minumnya, dan syahwatnya demi Aku. Puasa untuk-Ku dan Akulah yang akan
memberikan balasannya. Satu kebaikan balasannya sepuluh kali lipat (HR Bukhari dan Abu
Dawud). Puasa merupakan salah satu latihan atau didikan bagi jiwa dan banyak mengandung
terapi penyakit kejiwaan dan penyakit fisik. Puasa merupakan perisai yaitu sesuatu yang
melindungi dari dari serangan syahwat. Puasa mampu menjaga ruh, hati dan tubuh dari segala
macam penyakit. Puasa memiliki faedah dan manfaat kedokteran dalam mengobati penyakit
tubuh. Puasa juga bisa meningkatkan daya konsentrasi. Dalam pandangan agama puasa bisa
lebih mendekatkan diri kepada Allah. Dalam sisi psikologis puasa berhubungan dengan
kesehatan mental kita, dimana puasa merupakan salah satu terapi yang efesien dalam melepaskan
diri dari perasaan bersalah dan dosa serta dari perasaan depresi atau penyakit kejiwaan lainnya.

10
Korelasi antara Puasa dengan Kesehatan Mental

Dalam Islam pengembangan kesehatan mental terintegrasi dalam pengembangan pribadi pada
umumnya, dalam artian kondisi kejiwaan yang sehat merupakan hasil sampingan (by-product)
dari kondisi yang matang secara emosional, intelektual, dan sosial, serta matang keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini tampak sejalan dengan ungkapan
lama the man behind the gun, yang menunjukkan bahwa unsur penentu dari segala urusan
ternyata adalah unsur manusianya juga, atau dalam tulisan ini lebih tepat diganti menjadi the
man behind the system. Dengan demikian, jelas dalam Islam betapa pentingnya pengembangan
pribadi untuk meraih kwalitas insan paripurna, yang otaknya sarat dengan ilmu-ilmu bermanfaat,
bersemayam dalam kalbunya iman dan taqwa kepada Tuhan, sikap dan perilakunya
merealisasikan nilai-nilai kiislaman  yang mantap dan teguh, wataknya terpuji, dan
bimbingannya kepada masyarakat membuahkan keimanan, rasa kesatuan, kemandirian,
semangat kerja tinggi, kedamaian dan kasih sayang. Insan demikian pastilah jiwanya sehat. 
Suatu tipe manusia ideal dengan kwalitas yang mungkin sulit dicapai, tetapi dapat dihampiri
melalui berbagai upaya yang dilakukan secara sadar, aktif, dan terencana. Ditinjau secara
ilmiyah, puasa dapat memberikan kesehatan jasmani maupun ruhani. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa hasil penelitian yang dilakukan para pakar. Penelitian yang dilakukan Alan Cott
terhadap pasien gangguan jiwa di rumah sakit Grace Square, New York juga menemukan hasil
sejalan dengan penelitian Nicolayev. Pasien sakit jiwa ternyata bisa sembuh dengan terapi
puasa.Dilaporkan oleh Alan Cott, bahwa penyakit seperti susah tidur, merasa rendah diri, juga
dapat disembuhkan dengan puasa. Percobaan psikologi membuktikan bahwa puasa
mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang. Hal ini dikaitkan dengan prestasi belajarnya.
Ternyata orang-orang yang rajin berpuasa dalam tugas-tugas kolektif memperoleh skor jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berpuasa. Di samping hasil penelitian di atas,
puasa juga memberi pengaruh yang besar bagi penderita gangguan kejiwaan, seperti insomnia,
yaitu gangguan mental yang berhubungan dengan tidur. Penderita penyakit ini sukar tidur,
namun dengan diberikan cara pengobatan dengan berpuasa, ternyata penyakitnya dapat dikurangi
bahkan dapat sembuh. Dari segi sosial, puasa juga memberikan sumbangan yang cukup besar.
Hal ini dapat dilihat dari kendala-kendala yang timbul di dunia. Di dunia ini ada ancaman
kemiskinan yang melanda dunia ketiga khususnya. Hal ini menimbulkan beban mental bagi
sebagian anggota masyarakat di negara-negara yang telah menikmati kemajuan di segala bidang.
Menanggapi kemiskinan di dunia ketiga, maka di Amerika muncul gerakan Hunger Project.

11
Gerakan ini lebih bersifat sosial, yaitu setiap satu minggu sekali atau satu bulan sekali mereka
tidak diperbolehkan makan. Uang yang semestinya digunakan untuk makan tersebut diambil
sebagai dana untuk menolong mereka yang miskin . Ibadah puasa yang dikerjakan bukan karena
iman kepada Allah biasanya menjadikan puasa itu hanya akan menyiksa diri saja. Adapun puasa
yang dikerjakan sesuai ajaran Islam, akan mendatangkan keuntungan ganda, antara lain:
ketenangan jiwa, menghilangkan kekusutan pikiran, menghilangkan ketergantungan jasmani dan
rohani terhadap kebutuhan-kebutuhan lahiriyah saja. Menurut Hawari (1995:251), puasa sebagai
pengendalian diri (self control). Pengendalian diri adalah salah satu ciri utama bagi jiwa yang
sehat. Dan amnakala pengendalian diri seseorang terganggu, maka akan timbul berbagai
reaksi patologik (kelainan) baik dalam alam pikiran, perasaan, dan perilaku yang bersangkutan.
Reaksi patologik yang muncul tidak saja menimbulkan keluhan subyektif pada diri sendiri, tetapi
juga dapat mengganggu lingkungan dan juga orang lain. Berdasarkan pendapat sejumlah ahli
kesehatan, puasa dapat memberikan berbagai manfaat bagi yang melaksanakannya, di antaranya
untuk ketenangan jiwa, mengatasi stres, meningkatkan daya tahan tubuh, serta memelihara
kesehatan dan kecantikan. Puasa selain bermanfaat untuk ketenangan jiwa agar terhindar dari
stres, juga dapat menyehatkan badan dan dapat membantu penyembuhan bermacam penyakit.
Selain itu, puasa dapat membuat awet muda atau menunda proses ketuaan. Supaya kondisi fisik
selalu sehat dan bugar, organ-organ tubuh harus mendapatkan kesempatan untuk istirahat. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan berpuasa. Ini terbukti dari beberapa ahli dari negara-negara
Barat dan Timur telah meneliti dan membuktikan tentang manfaat puasa. Allan Cott, M.D., telah
menghimpun hasil pengamatan dan penelitian para ilmuwan berbagai negara, lalu
menghimpunnya dalam sebuah bukuWhy Fast yang mengalami 17 kali cetak ulang dalam tempo
sewindu. Di buku itu, Allan Cott, M.D. membeberkan berbagai hikmah puasa, antara lain:
a. To feel better physically and mentally (merasa lebih baik secara fisik dan mental).
b.  To look and feel younger (melihat dan merasa lebih muda).
c. To clean out the body (membersihkan badan)
d.  To lower blood pressure and cholesterol levels (menurunkan tekanan darah dan kadar lemak.
e. To get more out of sex (lebih mampu mengendalikan seks).
f. To let the body health itself (membuat badan sehat dengan sendirinya).
g.  To relieve tension (mengendorkan ketegangan jiwa).
h.  To sharp the senses (menajamkan fungsi indrawi).
i. To gain control of oneself (memperoleh kemampuan mengendalikan diri sendiri).

12
j. To slow the aging process (memperlambat proses penuaan).
Diriwayatkan daripada Sahl bin Sa'd Radhiallahu 'anhu daripada Nabi Shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: Maksudnya: "Sesungguhnya di dalam syurga terdapat satu pintu yang
disebut Ar-Rayyan yang mana pada hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk
daripadanya
(dan) tidak seorangpun selain mereka memasukinya. Dikatakan: "Dimanakah orang-orang yang
berpuasa?" Maka mereka pun berdiri (untuk memasukinya), tidak ada seorangpun selain
mereka yang memasukinya. Apabila mereka telah masuk maka pintu itu ditutup sehingga tidak
ada seorangpun yang masuk dari padanya." (Hadits riwayat Bukhari)

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu daripada Rasulullah Shallallahu


'alaihi wasallam bersabda: Maksudnya: "Segala amal kebajikan anak Adam itu dilipat-
gandakan pahalanya kepada sepuluh hinggalah ke 700 kali ganda. Allah berfirman: "Kecuali
puasa, sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku memberikan balasan (pahala)
kepadanya, (kerana) dia
(orang yang berpuasa) telah meniggalkan syahwat dan makan minumnya kerana Aku."
(Hadits riwayat Muslim)

Diriwayatkan daripada Abu Sa'id Al-Khudri Radhiallahu 'anhu berkata, aku mendengar Nabi
Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Maksudnya: "Barangsiapa yang berpuasa sehari pada
jalan Allah nescaya Allah akan menjauhkan mukanya dari api neraka (sejauh perjalanan)
70 tahun." (Hadits riwayat Bukhari)

13

Anda mungkin juga menyukai