Anda di halaman 1dari 2

Bagaimana dokter bersikap dan mengambil posisi dalam pengobatan tradisional?

Indonesia merupakan salah satu negara yang dominan masyarakatnya mempercayai


pengobatan tradisional. Pelaku pengobatan tradisional di Indonesia pun bermacam – macam,
dapat dibagi menjadi empat kelompok : herbalists; skilled practitioners, termasuk traditional
birth attendant, circumcisers, bonesetters, masseuses, dan traditional dentists; spiritualists; dan
supernaturalists. Berdasarkan statistik, peminat pengobatan tradisional meningkat tiap
tahunnya. Banyak masyarakat yang enggan untuk berobat ke dokter karena takut akan tindakan
ataupun masalah finansial. Masyarakat lebih sering mencoba pengobatan tradisional. Tak
sedikit yang akhirnya berujung komplikasi dan baru berobat ke dokter dengan kondisi yang
sudah parah. Padahal jika sebelumnya langsung penanganan ke dokter, mungkin bias
terselamatkan.
Dalam UU Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 dijelaskan mengenai pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari kuratif dan perawatan pasien.
Pengobatan tradiosional masih perlu dikembangkan untuk memastikan keselamatan dan
keefektifannya serta dapat mencapai tujuan mengoptimalkan kesehatan masyarakat. UU
Kesehatan mengklasifikasikan pengobatan tradisional menjadi dua kelompok :
1. Obat tradisional yang dibuat individu, tidak didaftarkan, dibuat sendiri untuk keperluan
pasiennya, tidak berlabel dan tidak dipasarkan. Oleh karena itu, Menteri Kesehatan RI
mengambil langkah untuk memproklamirkan 54 spesies tanaman yang sudah terbukti
berkhasiat. Agar tidak ada salah penggunaan tanaman herbal dan penggunaan obat
tradisional ini tetap aman.
2. Obat tradisional yang diproduksi dan dikepas dalam skala komersial, baik besar maupun
kecil. Obat ini harus diregistrasi dan dilisensi sebelum dapat dipasarkan. Contohnya
jamu, harus melewati uji berdasarkan Guidance for Clinical Trial of Traditional Drug
untuk memastikan kelayakan, efektifitas, komposisi, uji mikroba, dan dosis untuk dapat
dipasarkan.

Berdasarkan penjelasan di atas, sebagai dokter pastinya menghadapi tantangan yang tidak
mudah dengan adanya pengobatan tradisional. Dokter harus bijak dan berwawasan luas dalam
menghadapi permasalahan ini. Tidak semua pengobatan tradisional salah, dan tidak semuanya
benar. Oleh karena itu, pastikan pengobatan tradisional apa yang sudah terbukti secara ilmiah
dapat diterapkan, baik dalam segi tindakan maupun bahan – bahan herbal.

Banyak pasien yang datang dengan kondisi cukup parah ke dokter karena sudah berobat
tradisional sebelumnya. Ini adalah tugas dokter untuk membangun kepercayaan kepada pasien
dan mengambil langkah prevensi serta edukasi. Tak sedikit masyarakat yang tidak tahu akan
bahayanya suatu penyakit dan menganggap sepele. Disinilah tugas dokter dalam edukasi pasien
harus diterapkan.
Kontroversi dari Obat Tradisional Berstandar

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat. Beberapa obat tradisional menyebabkan efek samping. Terutama jika dikonsumsi
terlalu berlebihan bias menyebabkan toksisitas. Efek samping biasanya ada nya kerusakan liver,
ginjal, atau alergi. Beberapa obat tradisional juga dapat berinteraksi dengan obat lainnya atau
makanan dan menyebabkan gangguan.

Jika seorang pasien mengkonsumsi obat tradisional, sebagai dokter tidak boleh
menyalahkannya, melainkan member informasi kepada pasien apa yang terbaik dilakukan
untuk kondisinya dan menjelaskan obat yang layak ia minum berdasarkan evidence-based-
medicine.

BPOM telah membagi obat tradisional menjadi 3 kategori : jamu, obat tradisional
berstandar, dan fitofarmaka. Dokter dapat meresepkan fitofarmaka. Karena telah melewati uji
ilmiah berdasarkan CPOTB ( Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik ). Fitofarmaka setara
dengan modern medicine.

Source : Legal Status of Traditional Medicine and Complementary/Alternative Medicine: A Worldwide


Review (WHO)

Anda mungkin juga menyukai