Anda di halaman 1dari 7

KEBERHASILAN BELAJAR MENGAJAR

A. Pengertian Keberhasilan
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap
guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun, untuk
menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini
yang telah disempurnakan, antara lain bahwa “Suatu proses belajar mengajar tentang
suatu bahan pengajaran dikatakn berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya
tercapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes formatif setelah
selesai menyajikan suatu bahsan kepada siswa.

B. Indikator Keberhasilan
Yang menhadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah
hal-hal sebagai berikut:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik
secara individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus(TIK) telah
dicapai oleh siswa, baik secara individu maupu kelompok.

Namun demikian, indicator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan
adalah daya serap.

C. Penilaian Keberhasilan
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilanbelajar tersebut dapat dilakukan
melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar
dapt digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:
1. Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok ahsan tertentu dan
bertujuan untuk memeperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok
bahasan tersebut. Hasil tes dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajarn tertentu yang telah diajarkan dalam waktu
tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk
meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan
untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan
nilai rapor.
3. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok
bahasan yang telah diajarkan selama satu semester atau dua tahun pelajaran.
Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa
dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk
kenaikan kelas, menyusun peringkat atau sebagai ukuran mutu sekolah.

D. Tingkat Keberhasilan
Tingkatan keberhasilan adalah sebagai berikut:
1. Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat
dikuasai oleh siswa.
2. Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran dapat
dikuasai oleh siswa.
3. Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja
dikuasai oleh siswa.
4. Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

E. Program Perbaikan
Taraf atau keberhasilan proses belajar mengajar dapat dimanfaatkan untuk
berbagai upaya. Salah satunya adalah sehubungan dengan kelangsungan proses belajar
mengajar itu sendiri yang antara lain adalah : Apakah proses belajara mengajar berikut
pokok bahasan baru, mengulang seluruh pokok bahasan baru saja diajarkan, atau
mengulang sebagian pokoknbahasan yang baru saja diajarkan, atau agaimana?
Jawaban terhadap pertanyaan tersebut hendaknya didasarkan pada taraf atau
tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang baru saja dilaksanakan.
1. Apabila 75 % dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau
mencapai taraf keberhasilan minimal, optimal, atau bahkan maksimal, maka proses
belajar mengajar berikutnya mengajar berikutnya dapat membahas pokok bahasan
yang baru.
2. Apabila 75 % atau lebih dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar
mencapai taraf keberhasilan kurang (dibawah taraf minimal), maka proses belajar
mmengajar berikutnya hendaknya bersifat perbaikan (remedial).

Pengukuran tentang taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar harus
benar-benar valid,reliable dan objektif.
Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebai berikut:
a. Mengulang pokok bahasan seluruhnya.
b. Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai.
c. Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama.
d. Memberikan tugas-tugas khusus.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
1. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal tolak dari
jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya
keberhasilan pengajaran.
Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang
dilakukan oleh guru, dan secara langsung guru mempengaruhi kegiatan belajar anak
didik. Karena sebagai pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapi dalam
setia pkali kegiatan belajar mengajar, maka guru selalu diwajibkan merumuskan
tujuan pembelajarannya. Guru hanya merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK), karena Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) sudah tersedi di dalam GBPP.
Inilah langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru dalam menyususn rencana
pengajaran Tujan Pembelajaran Khusus ini harus dirumuskan secara operasional
dengan memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:
a. Secara spesifik menyatakan perilaku yang akan dicapai
b. Membatasi dalam keadaan mana perubahan perilaku diharapkan dapat
teradi(kondisi perubahan perilaku )
c. Secara spesifik menyatakan criteria perubahan perilaku dalam arti
menggambarkan standar minimal perilaku yang dapat diterima sebagai hasil yang
dicapai.

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) adalah wakil dari Tujuan Pembelajaran


Umum (TPU). Maka perbuatak TPK harus berpedoman pada TPU. Agar TPK
dapat mewakili terhadap TPU perlu dipikirkan beberapa petunjuk(indicator) suatu
TPU.

TPU Indikator Indikator terpilih

1. Memahami - Menyebutkan - Menyebutkan arti


cara - Menunjukkan TPK
perumusan perbedaan - Menunjukkan
TPK. - Menggambarkan beda TPU dan
- Mengubah TPK
- Menerangkan - Menelaskan
- Memiih langkah
- Menyatakan perumusan TPK
- Menulis kembali - Member contoh
Dan seterusnya rumusan TPK
Berdasarkan indikator terpilih-tersebut, itulah dapat dirumuskan seumlah TPK dari
TPU yang bersangkutan.
2. ………….... ………………….
…………………
Contoh rumusan TPK berdasarkan cirri-ciri dari indicator terpilih tersebut adalah:
“dengan menggunakan peta siswa dapat menunjukkan tiga daerh objek wisata di
Kalimantan Selatan dengan tepat dan benar”.
Bila TPK tersebut dianalisis, dapatlah diketahui unsure-unsur berikut:
1. Audience : siswa
2. Behavior : dapat menunjukkan tiga daerah objek wiasata di Kalamantan Selatan.
3. Condition : dengan menggunakan peta.
4. Degree : dengan tepat dan benar.

Perumusan TPK yang bermacam-macam akan menghasilakn hasil belajar atau


perubahan perilaku anak yang bermacam-macam. Itu berarti keberhasilan proses
belajar mengajar juga bervariasi. Bila perilaku yang guru hendak capai adalah agar
anak dapat membaca, maka perumusan TPK-nya harus mendukung tercapainya
ketrampilan membaca yang diinginkan itu. Bila perilaku yang guru hendak capai
adalah anak dapat menulis, maka perumusan TPK-nya harus mendukung tercapainya
ketrampilan menulis yang diinginkan itu. Bila kedu ketrampilan tersebut dikuasai
oleh anak, maka guru dikatakan berhasil dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajara.

2. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan
kepada anak didik di sekolah untuk menjadi cerdas.
Setiap guru mempunyai kepribadian masing-masing sesuai dengan latar belakang
kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian guru diakui sebagai aspek
yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka keberhasilan belajar mengajar untuk
mengantarkan anak didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan
berkepribadian.
Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah dua spek yang
mempengaruhi kompetensi seorang guru di bidang pendidikan dan pengajaran. Guru
pemula dengan latar belakang pendidikan keguruan lebih mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekolah. Karena dia sudah dibekali dengan seperangkat teori
sebagai pendukung pengabdiannya. Kalaupun ditemukan kesulitan hanya pada aspek-
aspek tertentu.
Guru yang bukan berlatar belakang pendidikan keguruan dan ditambah tidak
berpengalaman mengajar, akan banyak menemukan maslah di kelas. Terjun menjadi
guru mungkin dengan tidak membawa bekal berupa teori-toeri pendidikan dan
keguruan.
Berbagai permaslah diatas adalah aspe-aspek yang ikut mempengaruhi keberhasilan
belajar.
3. Anak didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaa datang ke sekolah. Orang tuanyalah
yang memasukkannya untuk dididik agar menadi orang yang berilmu pengetahuan
dikemudian hari.
Tanggung awab guru tidak hanya terhadap seorang anak, tetapi dalam jumlah
banyak. Anak yang dalam jumlah cukup banyak itu tentu saja dari latar belakang
kehidupan sosial keluarga dan masyarakat yang berbeda-beda.
Karenanya, anak yang berkumpul disekolah mempunyai karakteristik yang
bermacam-macam dari aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Hal inilah yang
mempengaruhi kegiatan belajar mengajara.
Anak dengan ciri0ciri meraka masing-masing itu berkumpul dalam satu kelas.
Banyak sedikitnya umalah anak didik di kelas mempengaruhi pengelolaan kelas.
Umlah anak didik yang banyak dikelas cenderung lebih sukar dikelolan, kerena lebih
mudah terjadi konflik antar mereka. Hal ini berpengaruh terhadap keberhasilan
belajar mengajar.
Anak yang menyenangi pelajaran tertentu dan kurang menyenangi pelajaran yang
lain adalah perilaku anak yang bermula dari sikap meraka karena minat yang
berlainan. Hal ini mempengaruhi kegiatan belajar yang berdampak pada nilai
merekan.
Sederetan angka yang terdapat di buku rapor adalah bukti nayata dari
keberhasilan belajar mengajar.

4. Kegiatan pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antar guru dengan
anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang
diajar. Gaya mengajar guru mempengaruhi gaya belajar anak didik. Gaya-gaya
mengajar, menuru Muhammad Ali (1992;59), dapat dibedakan menjadi 4 yaitu gaya
mengajar klasik, gaya mengajar teknologis, gaya mengajar personalisasi, dan gaya
mengajar interaksional.
Dalm kegiatan mengajar, pendekatan yang guru ambil akan meghasilkan kegiatan
anak didik yang bermcam-macam. Guru yang menggunakan penekatan individual
berusaha memahami anak didik sebagai makhluk individual dengan segala persamaan
dan perbedaannya. Guru yang menggunakan pendekstsn kelompk berusaha
memahami anak didik sebagai makhluk sosial. Dari kedua pendekatan tersebutlah
lahir kegiatan belajar mengajar yang berbeda.
Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar
mengajar. Hasil pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode ceramah tidak
sama dengan hasil pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode Tanya jawab
atau metode diskusi. Jadi penggunaan metode pengajaran mengajar mempengaruhi
tinggi rendahnya mutu keberhasilan belajar mengajar.
5. Bahan dan Alat evaluasi
Bahan dan alat evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum
yang sudah dipelaari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan
pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak
didik.
Bila tiba mas ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan harus selesai
dalam angka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan item-item soal
evaluasi. Gurulah yang membuatnya dengan perencanaan yang sistematis dan
dengan penggunaan alat evaluasi. Alat-alat evalusi yang umumnya digunakan tidak
hanya benar-salah (true-false) dan pilihan ganda (multiple-choice), tapi uga
menjodohkan (matching), melengkapi (completion), dan essay.
Masing-masing alat evaluasi itu mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.
Menyadari akan hal itu, jarang ditemukan pembutan item-item soal yang hanya
menggunakan satu alat evaluasi. Tetapi guru sudah menggabungnya lebih dari satu
evaluasi.
Benar-salah (B-S) dan pilihan ganda adalah bagian dari tes obektif. Maksudnya,
objektif dalamhal pengoreksian, tapi belum tentu objektif dalam jwaban yang
dilakukan oleh anak didik. Karena sifat alat ini mengharuskan anak didik memilih
jawaban yang sudah disediakan dan tidak ada alternative lain di luar dari alternative
itu, maka bila anak didik tidak dapat menjawabnya, dia cenderung melakukan
tindakan spekulasi, pengambilan sikap untung-untungan ketimbang tidak berisi.
Pembuatan item soal dengan memakai alat tes objektif dapat menampung hamper
semua bahan pelajaran yang sudah dipelajari oleh anak didik dalam satu semester,
tapi kelemahannya terletak pada penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran
bersifat semu,suatu penguasaan bahan pelajaran yang masih samar-samar.
Alat tes dalam bentu essay dapat mengurangi sikap dan tindakan spekulasi pada
anak didik. Sebb alat tes ini hanya dapat dijawab bila anak didik betul-betul
menguasai bahan pelajaran dengan baik.
Maraknya tindak spekulatif pada anak didik barangkali slh stu factor penyebanya
alaha teknik penilaian yang berlainan dengan rumus penilaian menurut kesepakatan
para ahli. Membuat rumusan penilaian sendiri tidak dilarang,selama pembuatannya
menutup jalur-jalur spekulatif anak didik.
Berbagai permasalahan yang telah dikemukakan tersebut mempengarui
keberhasilan belajar mengajar. Validitas dan reliabilitas data dari hasil evaluasi
itulah yang mempengaruhi keberhasilan belajar.

6. Suasana Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Semua anak didik
dibagi menurut kelas masing-masing. Kelas I, kelas II, kelas III dikumpulkan menurut
tingkatan masing-masing. Besar kecilnya umlah ana didik yang dikumpulkan
mempengaruhi suasan evaluasi yang dilaksankan. System silang adalah teknik lain
dari kegiatan mengelompokkan anak didik dalam rangka evaluasi. System ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data hasil evaluasi yang benar-benar obektif.
Karena sikap mental anak didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur, maka
dihadirkanlah satu atau dua orang pengawas atau guru yang ditugaskan untuk
mengawasinya. Selama pelaksanaan evaluasi seorang pengawas mengamati sikap,
gerak-gerik yang dilakukan oleh anak didik.
Sikap yang merugikan pelaksanaan evaluasi dari seorang pengawas adalah
membiarkan anak didik melakukan hubungan kerjasama di antara anak didik. Lebih
merugikan lagi adalah sikap pengawas yang dengan sengaja menyuruh anak didik
membuka buku atau catatan untuk mengatasi ketidakberdayaan anak didik dalam
menjawab item-item soal.
Suasana evaluasi yang demikian tentu saa, disadari atau tidak, merugikan anak
didik untuk bersikap jujur dengan sungguh-sungguh belajar dirumah dalam
mempersiapkan diri menghadapi ujian.
Dampak dikemudian hari dari sikap pengawas yang demikian itu adalah
mengakibatkan anak didik kemungkinan besar malas belajar dan kurang
memperhatikan penjelasan guru ketika belajar mengajar berlangsung. Inilah dampak
yang merugikan terhadap keberhasilan belajar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai