Anda di halaman 1dari 12

JRPM, 2018, 3(2), 102-113

JURNAL REVIEW PEMBELAJARAN MATEMATIKA


http://jrpm.uinsby.ac.id

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH KALKULUS


VEKTOR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS MATEMATIS

T. Tutut Widiastuti A.
Program Studi Pendidikan Matematika UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. Cimencrang, Cimencrang, Panyileukan, Kota Bandung, Jawa Barat 40292

Abstract

This research aims to get the result of the development of teaching materials valid
vector calculus courses and proving the effectiveness of learning. The development
model that will be used to develop teaching materials in this study is Four-D Models
(Model 4D). The results of the use of teaching materials in the Calculus Vector
subjects are stated to be valid and effective. This valid is based on: Meet the validate
content and constructs set by experts. Effective learning is stated in the following 4
things. (a) Students who use learning instructional materials developed achieve
individual and classical learning, (b) The average student score in the experimental
class is better than the control class, (c) The influence of students' attitudes and
learning skills on abilities critical thinking, and (d) There is an increase in the ability
to think critically in classes that use the development of teaching materials.

Keywords: Critical thinking; Vector calculus

PENDAHULUAN
Dalam menghadapi dunia yang penuh persaingan dan tantangan saat ini diperlukan
sumber daya manusia yang memiliki kemampuan tinggi dalam memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi. Seseorang yang memiliki kemampuan tinggi harus dapat berpikir
logis, rasional, kritis dan kreatif. Kemampuan berpikir logis, rasional, kritis dan kreatif
termasuk dalam kemampuan berfikir tingkat tinggi yang tidak dapat terjadi dengan
sendirinya, melainkan diperoleh melalui proses pendidikan khususnya pendidikan
matematika di sekolah (Abdullah, 2013).
Berkenaan dengan berpikir kritis, Wahab (1996) mengemukakan empat alasan
pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis, yaitu: 1) tuntutan zaman yang
mengharuskan warga negara dapat mencari, memilih, dan menggunakan informasi untuk
kehidupan bermasyarakat dan bernegara; 2) setiap warga Negara senantiasa berhadapan
dengan berbagai masalah dan pilihan sehingga dituntut untuk mampu berpikir kritis dan
kreatif; 3) kemampuan memandang sesuatu dengan cara yang berbeda dalam memecahkan
masalah; dan 4) berpikir kritis merupakan aspek dalam memecahkan permasalahan secara
kreatif agar mahasiswa dapat bersaing secara adil dan mampu bekerja sama dengan bangsa

Alamat Korespondensi ISSN 2503 – 1384 (online)


Email: widiastuti@uinsgd.ac.id DOI: https://doi.org/10.15642/jrpm.2018.3.2.102-113
T. Tutut Widiastuti A./ JRPM Vol. 3 No. 2, Desember 2018

lain. Dari empat alasan pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis disimpulkan
bahwa kemampuan berpikir kritis dapat bermanfaat untuk menghadapi berbagai
kemungkinan dan memiliki karakteristik yang paling mungkin dapat dikembangkan melalui
pembelajaran matematika (Depdiknas, 2004).
Kemampuan berpikir kritis matematika adalah kemampuan berpikir pada ilmu
matematika yang melibatkan pengetahuan matematika, penalaran matematika dan
pembuktian matematika dalam menyelesaikan masalah matematika (Martomidjojo, 2018).
Adapun pengetahuan, penalaran dan pembuktian di dalam matematika tersebut adalah untuk
mencari, menyaring dan memanfaatkan informasi yang jelas dari setiap pernyataan, sehingga
mampu menentukan solusi masalah atau mengambil keputusan berdasarkan konsep dan fakta
yang ada. Dengan demikian terbentuk suatu rangkuman kesimpulan dari satu atau beberapa
konsep/teorema/definisi yang akan digunakan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
mendefinisikan kemampuan berpikir kritis matematika adalah kemampuan untuk
merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat. Sehingga, ketika menjawab dan
memecahkan suatu masalah disertai dengan alasan dan pendapat yang kuat yang didasari oleh
analisis yang baik. Analisis dilakukan salah satunya dengan mempertimbangkan baik
buruknya dan kelogisan setiap kemungkinan pemecahan masalah. Berpikir kritis matematika
dapat membekali siswa untuk sebaik mungkin menghadapi informasi yang didengar, dibaca,
dialami sendiri, dan keputusan yang dibuat setiap hari khususnya informasi melalui
pembelajaran matematika dalam hal ini mata kuliah kalkulus vektor.
Kalkulus Vektor merupakan salah satu mata kuliah menempati posisi strategis untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Kalkulus Vektor berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan berpikir analitis, kritis, dan kreatif. Kalkulus Vektor juga
penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan wawasan matematis (Spiegel, 1985). Karena
itu, argumentasi tersebut mendasari pemikiran bahwa kalkulus vektor perlu diajarkan di
perguruan tinggi. Berdasarkan hasil observasi, dari 112 mahasiswa yang berasal dari 3 kelas,
masih terdapat 37 mahasiswa (33%) mendapatkan nilai C dan D, bahkan ada beberapa
mahasiswa yang masih mendapatkan nilai E (disebabkan dari faktor lain juga seperti absensi
kehadiran). Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan masih banyak mahasiswa kesulitan
menyelesaikan masalah-masalah dalam materi kalkulus vektor yang mengakibatkan kualitas
belajar cenderung menurun dan mengakibatkan kemampuan berpikir kritis sangat lemah.
Dari masalah tersebut (salinan oleh Bambang Sutedjo: 01) dan selaras dengan tuntutan
kompetensi yang harus dimiliki pendidik (kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesi), pengembangan bahan ajar (materi pembelajaran)

103
T. Tutut Widiastuti A./ JRPM Vol. 3 No. 2, Desember 2018

merupakan salah satu kewajiban yang diemban pendidik untuk mengembangkan kompetensi
yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan eksistensinya sebagai pendidik yang profesional.
Pemilihan bahan ajar terkait erat dengan silabus, yang di dalamnya terdapat standar
kompetensi dan kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, metode, evaluasi, dan
sumber. Selaras dengan pengembangan silabus, maka materi pembelajaran yang akan
dikembangkan sudah semestinya tetap memperhatikan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar, kesesuaian dengan materi pokok yang diajarkan, mendukung pengalaman
belajar, ketepatan metode dan media pembelajaran, dan sesuai dengan indikator untuk
mengembangkan asesmen.
Pedoman pengembangan bahan ajar ini merupakan rambu-rambu yang perlu
diperhatikan ketika mengembangkan bahan ajar. Sejumlah manfaat yang dapat dipetik dari
pedoman pengembangan bahan ajar ini bagi para pengembang bahan ajar diantaranya adalah
untuk: (1) memperoleh gambaran tentang cara menganalisis bahan ajar yang akan diajarkan;
(2) memperoleh gambaran tentang cara-cara analisis pedagogik yang akan diterapkan dalam
pembelajaran; (3) dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengelola bahan ajar; (4)
lebih kritis menyesuaikan bahan ajar yang dikembangkannya dengan karakteristik peserta
didik; (5) dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengembangkan kurikulum; (6)
berpeluang menjadi tenaga pendidik yang profesional terkait dengan kompetensi pedagogis,
kompetensi profesi, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.
Dari uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan tema pengembangan bahan ajar
mata kuliah kalkulus vektor untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendapatkan hasil pengembangan bahan ajar mata kuliah
kalkulus vektor yang valid, dan (2) membuktikan keefektifan pembelajaran dengan
pengembangan bahan ajar pada mata kuliah kalkulus vektor.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah jenis penelitian R & D (research and development) atau jenis
penelitian pengembangan. Pengembangan yang dilakukan adalah bahan ajar untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis pada mata kuliah kalkulus vektor. Model yang akan
digunakan untuk mengembangkan bahan ajar dalam penelitian ini adalah Four-D Models (Model
4D). Model 4D dipilih karena sistematis dan cocok untuk mengembangkan bahan ajar. Namun,
dalam penelitian ini hanya dilakukan sampai pada tahap pengembangan tidak sampai pada tahap
penyebaran. Hal ini dilakukan karena model 4D ini dirancang untuk pembelajaran bagi peserta

104
T. Tutut Widiastuti A./ JRPM Vol. 3 No. 2, Desember 2018

didik luar biasa (exceptional pupils), sedangkan obyek penelitian ini adalah peserta didik
biasa/normal.
Subyek uji coba dalam penelitian ini dilaksanakan di semester IV prodi Pendidikan
Matematika tahun pelajaran 2017-2018 dengan memilih dua dari tiga kelas di semester tersebut.
Pengambilan subyek uji coba dilaksanakan secara acak (random sampling) terhadap 3 kelas
pararel yang berkemampuan setara terdiri dari 1 kelas uji coba dan dua kelas sampel yaitu 1 kelas
sebagai kelas ekperimen dan 1 kelas sebagai kelas kontrol. Waktu penelitian dilaksanakan pada
bulan Februari-Mei 2018.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) metode tes,
digunakan untuk mendapatkan nilai kemampuan berpikir kritis matematis pada mata kuliah
kalkulus vector, (2) metode dokumentasi, dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh
data–data tertulis tentang daftar nama mahasiswa untuk kelas eksperimen, untuk kelas kontrol
dan untuk kelas uji coba soal, jumlah mahasiswa dan data lain mahasiswa pada kelas yang akan
digunakan untuk kepentingan penelitian, (3) metode angket, digunakan untuk mengetahui respon
dan sikap belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran pada mata kuliah kalkulus vector, dan (4)
metode observasi, digunakan untuk mengamati keterampilan mahasiswa selama mengikuti
pembelajaran dan digunakan untuk mengamati kemampuan dosen dalam mengelola
pembelajaran.
Teknik analisis data membahas tentang: (1) analisis hasil validasi bahan ajar, (2) analisis
tes uji coba, (3) analisis data awal yang meliputi: uji homogenitas, normalitas, dan uji kesamaan
rata-rata, dan (4) analisis data akhir serta analisis keefektifan pembelajaran meliputi: uji
ketuntasan individu dan klasikal, uji pengaruh antara sikap dan keterampilan siswa terhadap
kemampuan berpikir kritis, uji beda rata-rata dan analisis peningkatan tes kemampuan berpikir
kritis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil validasi ahli
Salah satu kriteria utama untuk menentukan dipakai tidaknya suatu bahan ajar adalah hasil
validasi oleh ahli. Validasi ini dilakukan untuk melihat validitas isi dari draf 1 yang telah disusun
dan disesuaikan dengan bahan ajar mata kuliah kalkulus vektor. Validasi dilakukan oleh reviewer
dan dosen ahli kalkulus vektor untuk menilai kelayakan bahan ajar.

105
T. Tutut Widiastuti A./ JRPM Vol. 3 No. 2, Desember 2018

Tabel 1. Rangkuman Revisi dari Reviewer dan Dosen Ahli


Bagian yang direvisi Catatan validator Tindak lanjut
Teknik Penulisan dan Gunakan istilah yang baku Perbaikan menggunakan istilah baku
tata Bahasa dan gunakan kalimat pasif dan kalimat pasif
(sesuaikan dengan pedoman
penyusunan bahan ajar)
Isi bahan ajar Perbanyak gambar atau Penambahan gambar yang
lambang dalam bahasa merupakan ilustrasi materi
matematika

Rekapitulasi hasil validasi ahli terhadap bahan ajar dengan kriteria baik dan sangat
baik maka bahan ajar yang dikembangkan valid.
Tabel 2. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Validasi
Teknik Penulisan
Perangkat Isi Bahan Ajar
dan tata bahasa
Rata-rata validasi 4,74 4,36
Kriteria Sangat Baik Baik

Hasil uji coba soal


Uji coba butir soal tes kemampuan berpikir kritis dilakukan untuk mendapatkan
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran butir soal, dan daya pembeda. Uji coba dilakukan
di kelas C pada tanggal 16 Mei 2018. Jumlah mahasiswa kelas C sebanyak 38 mahasiswa.
Rekap analisis hasil uji coba butir soal dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Rekap Hasil Uji Coba Butir Soal

No Tingkat Daya
rhitung Validitas thitung Keterangan
Soal Kesukaran Pembeda
1 0,6057 Valid Sulit 2,5356 Signifikan Dipakai
2 0,6088 Valid Mudah 4,1053 Signifikan Dipakai
Tidak Tidak
3 0,1603 Mudah 1,0000 Tidak Dipakai
Valid Signifikan
4 0,5549 Valid Sedang 3,1820 Signifikan Dipakai
Tidak Tidak
5 0,3274 Sedang 1,6119 Tidak Dipakai
Valid Signifikan
6 0,8690 Valid Sulit 18,4545 Signifikan Dipakai
7 0,5734 Valid Sedang 3,1820 Signifikan Dipakai
Tidak Tidak
8 0,3203 Sulit 1,3270 Tidak Dipakai
Valid Signifikan

Hasil uji data awal


Hasil uji data awal yang meliputi uji normalitas data kelas A (kelas eksperimen) dan
uji normalitas data kelas B (kelas kontrol), uji homogenitas varians, uji kesamaan rata-
rata. Hasil ujinya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

106
T. Tutut Widiastuti A./ JRPM Vol. 3 No. 2, Desember 2018

Tabel 4. Uji Normalitas Kelas Eksperimen

Berdasarkan Tabel 4 di atas, didapatkan bahwa nilai kelas A berdistribusi normal


(bisa dilihat pada kolom Sig. Jika nilainya > 0.05 berarti data berdistribusi normal). Pada
Gambar 1 di atas nilai Sig. pada kolom Kolmogorov-Smirnov mempunyai nilai 0.072
berarti lebih besar dari 0.05 dan pada kolom Sig. Shapiro-Walk bernilai 0.074 juga lebih
besar dari 0.05.
Tabel 5. Uji Normalitas Kelas Kontrol

Berdasarkan Tabel 5 di atas, didapatkan bahwa nilai kelas B berdistribusi normal


(bisa dilihat pada kolom Sig. Jika nilainya > 0.05 berarti data berdistribusi normal). Pada
Gambar 2 di atas nilai Sig. pada kolom Kolmogorov-Smirnov mempunyai nilai 0.059
berarti lebih besar dari 0.05 dan pada kolom Sig. Shapiro-Walk bernilai 0.171 juga lebih
besar dari 0.05.
Tabel 6. Uji Homogenitas

Berdasarkan Tabel 6 di atas, didapatkan bahwa nilai kelas A dan B mempunyai


varians homogen (bisa dilihat pada kolom Sig. Jika nilainya > 0.05 berarti varian
homogen).

107
T. Tutut Widiastuti A./ JRPM Vol. 3 No. 2, Desember 2018

Tabel 7. Uji Beda Rata-Rata

Berdasarkan Tabel 7 di atas, uji beda rata-rata diperoleh data bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar antara kelas A dan kelas B.
Hasil uji data akhir
a) Uji ketuntasan individu dan klasikal
Uji ketuntasan individu digunakan untuk mengetahui ketercapaian ketuntasan
mahasiswa mata kuliah kalkulus vektor secara individu. Dikatakan tuntas apabila
kemampuan berpikir kritis secara individu minimal mencapai KKM yang sudah
ditentukan yaitu 70 mendapatakan nilai B (  65 ). Dari data yang diperoleh pada
kelas eksperimen 35 mahasiswa sudah tuntas dan 2 mahasiswa dinyatakan belum
tuntas, sedangkan pada kelas kontrol 23 mahasiswa sudah tuntas dan 14 mahasiswa
belum tuntas. Perhitungan selengkapnya tentang ketuntasan belajar individu kelas
eksperimen dan kontrol sebagai berikut.
Dalam penelitian ini apabila proporsi mahasiswa yang mendapatkan nilai
minimal sama dengan 65 sebanyak 79,5% maka dapat dikatakan bahwa belajar di
kelas ini dinyatakan tuntas. Ketuntasan belajar disini adalah ketuntasan terhadap
kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Uji ketuntasan belajar diambil dari nilai tes
pada akhir pembelajaran. Uji ketuntasan klasikal digunakan uji proporsi satu pihak.
Hipotesis statistiknya sebagai berikut (Arifin, 2011).
H0 : π  0,795 (proporsi mahasiswa yang tuntas individu kurang dari atau sama dengan
79,5%)
H1 : π > 0,795 (proporsi mahasiswa yang tuntas individu lebih dari 79,5%)
Hasil uji ketuntasan klasikal dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Hasil Uji Ketuntasan Klasikal
Kelas N Persentase ketuntasan (π) zhitung ztabel
Eksperimen 37 94% 2,276 1,96
Kontrol 37 62% -2,609 1,96

108
T. Tutut Widiastuti A./ JRPM Vol. 3 No. 2, Desember 2018

Tolak Ho jika z hitung  ztabel . Pada kelas eksperimen didapatkan zhitung yaitu 2,276 dan

ztabel yaitu 1,96 dengan tingkat kesalahan 5% maka H0 ditolak, sehingga bisa disimpulkan
bahwa proporsi mahasiswa pada kelas eksperimen yang tuntas individu lebih dari 79,5%. Pada
kelas kontrol didapatkan zhitung = -2,609 dan ztabel yaitu 1,96 dengan tingkat kesalahan 5% maka
H0 diterima, sehingga bisa disimpulkan bahwa proporsi mahasiswa pada kelas kontrol yang
tuntas individu kurang atau sama dengan 79,5%.
b) Uji pengaruh antara sikap dan respon mahasiswa terhadap kemampuan berpikir kritis.
Untuk mengetahui adanya pengaruh antara sikap dan respon mahasiswa berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa sebagai kriteria efektivitas
pembelajaran, digunakan uji statistik regresi linier ganda. Dalam penelitian ini uji pengaruh
menggunakan program SPSS 18 dengan output sebagai pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Hasil Uji Pengaruh
Model Summary
Adjusted R Std Error of
Model R R Square
Square the Estimate
1 .789a .623 .602 5.422
a. Predictors: (Constant), respon mahasiswa, sikap belajar mahasiswa
Dari Tabel 9 diperoleh nilai R2 = 0.623 = 62.3%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
variasi variabel kemampuan berpikir kritis (y) dapat dijelaskan oleh variabel sikap belajar
mahasiswa (x1) dan variabel respon mahasiswa (x2) secara bersama-sama sebesar 62.3%.

Tabel 10. Hasil Uji Kelinearan


ANOVAb
Sum of Mean
Model Df F Sig.
Squares Square
1 Regression 1701.305 2 850.652 28.933 .000a
Residual 1029.037 35 29.401
Total 2730.342 37
a. Predictors: (Constant), respon mahasiswa, sikap belajar mahasiswa
b. Dependent Variable: berpikir kritis

Dari Tabel 10 diperoleh nilai F = 28.933 sig = 0.000. Artinya Sig = 0.000 = 0% < 5%
berarti tolak H0 dan terima H1. Jadi persamaan tersebut linier atau sikap belajar mahasiswa
(x1) dan respon mahasiswa (x2) secara bersama-sama berpengaruh secara positif terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa (y).

109
T. Tutut Widiastuti A./ JRPM Vol. 3 No. 2, Desember 2018

Tabel 11. Hasil Uji Keberartian


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Contant) 1.739 10.518 .165 .870
Sikap belajar mahasiswa .450 .131 .441 3.440 .002
Respon Mahasiswa .530 .152 .446 3.481 .001
a. Dependent Variable: berpikir kritis
Dari Tabel 11 diperoleh nilai a = 1.739; b = 0.450; c = 0.530. Jadi persamaan regresinya:

y = a + bx1 + cx2 = 1.739 + 0.450 x1 + 0.530 x2
c) Uji beda rata-rata dan analisis peningkatan tes kemampuan berpikir kritis.
Pengujian selanjutnya adalah untuk membedakan rata-rata hasil belajar
mahasiswa dalam pembelajaran dengan pengembangan bahan ajar dengan rata-rata
hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran biasa (tanpa menggunakan
pengembangan bahan ajar). Hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.
Tabel 12. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
No. Kelas N x s2 t hitung t table
1. Eksperimen 37 80,8684 73,7930
4,4253 1,9935
2. Kontrol 37 72,0833 71,9643
Hipotesis:
H0: 1   2 (nilai rata-rata kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan kelas kontrol)
H1: 1   2 (nilai rata-rata kelas eksperimen lebih dari kelas kelas kontrol)

Berdasarkan perhitungan uji beda dua rata-rata diperoleh t hitung = 4,4253 dengan

dk = 37 + 37 − 2 = 72 dan taraf signifikan 5%, dari daftar distribusi student diperoleh


ttabel = 1,9935 . Karena t hitung  t tabel maka Ho ditolak sehingga rata-rata kelas

eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kelas kontrol.


Untuk menguji peningkatan kemampuan berpikir kritis digunakan uji-t
berpasangan. Kegunaan dari uji-t berpasangan (paired t-test) adalah untuk menguji
apakah rata-rata dua sampel yang berpasangan sama/berbeda. Sebelum melakukan
analisis data dengan uji-t berpasangan, terlebih dahulu kita uji kenormalannya.
Hipotesis :
H0:  B = 0 (tidak ada perbedaan antara kemampuan berpikir kritis awal dengan
kemampuan berpikir kritis akhir )
H1:  B  0 (ada perbedaan antara kemampuan berpikir kritis awal dengan kemampuan
berpikir kritis akhir)

110
T. Tutut Widiastuti A./ JRPM Vol. 3 No. 2, Desember 2018

Tabel 13. Hasil Uji t berpasangan


Kelas N B S t hitung t table
Eksperimen 37 11 7,1022 9,43 2,03
Kontrol 37 0 9,602 0,28 2,03

Berdasarkan perhitungan uji-t berpasangan pada kelas eksperimen diperoleh diperoleh


thitung = 9,43 dan diperoleh t tabel = 2,03 . Karena t hitung  t tabel , maka Ho ditolak berarti
ada perbedaan antara kemampuan berpikir kritis awal dengan kemampuan berpikir kritis
akhir. Pada kelas kontrol diperoleh diperoleh t hitung = 0,28 dan diperoleh t tabel = 2,03 .

Karena t hitung  ttabel maka Ho diterima berarti tidak ada perbedaan antara kemampuan

berpikir kritis awal dengan kemampuan berpikir kritis akhir.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pengembangan bahan ajar telah melalui proses validasi dan dinyatakan memenuhi
validasi isi dan konstruk yang ditetapkan oleh para ahli, sehingga dapat dinyatakan bahwa
bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini bersifat valid. Hasil uji coba
menyatakan bahwa pembelajaran dengan bahan ajar yang dikembangkan berlangsung
efektif. Pembelajaran yang efektif dinyatakan dengan empat hal, yaitu: 1) mahasiswa
yang menggunakan bahan ajar pembelajaran yang dikembangkan tuntas belajar secara
individu dan klasikal, 2) rata-rata nilai mahasiswa di kelas eksperimen lebih baik dari
pada kelas kontrol, 3) adanya pengaruh antara sikap dan respon belajar mahasiswa
terhadap kemampuan berpikir kritis, dan 4) terjadi peningkatan kemampuan berpikir
kritis pada kelas yang menggunakan pengembangan bahan ajar.
Saran yang dapat disampaikan adalah perlunya dikembangkan bahan ajar di setiap
mata kuliah sehingga dapat memperbaiki sikap dan respon belajar mahasiswa dalam
mengikuti pembelajaran di kelas (tidak mudah bosan, karena pembelajaran akan lebih
bervariasi).

DAFTAR RUJUKAN
Abdullah, In Hi. (2013). Berpikir Kritis Matematik. Delta-Pi: Jurnal Matematika dan
Pendidikan Matematika ISSN 2089-855X Vol. 2, No. 1, April 2013

111
T. Tutut Widiastuti A./ JRPM Vol. 3 No. 2, Desember 2018

Anderson, T. et al. (2004). Critical Thinking, Cognitive Presence, Computer


Cenferencing in Distance Learning. [Online]. Tersedia:
http://www.communityofinquiry.com [16 Desember 2018].

Depdiknas. (2004). Kurikulum Standar Kompetensi Matematika Sekolah Menengah


Pertama Dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas

Ennis, R. H. (1985). “Practical Strategies for the Direct Teaching of Thinking Skill. In
A.L. Costa (ed)”. Developping Mind: A Resource Book for Teaching Thinking.
Alexandria: ASCD, 43-45

Facione, P. A. (2011). Critical thinking: What It is and Why It Counts. Millbrae, CA:
Measured Reasons and The California Academic Press

Glazer, E. (2004). Using Web Sources to Promote Critical Thinking in High School
Mathematics. [Online]. Tersedia: http//www. Math.unipa.it/~grim. [26 Januari
2013]

Gokhale, A. (1995). ”Collaborative Learning Enhances Critical Thinking”. Article


ejournal. Volume 7, Number 1. Pp 2.

Hassoubah, I. J. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif Dan Kritis Disertai Ilustrasi Dan
Latihan. Bandung: Nuansa

Khodijah, Y. (2006). Psikologi Belajar. Palembang: IAIN Raden Fatah Press

Krulik, S. & Rudnick, J. A. (1995). The New Sourcebook for Teaching Reasoning and
Problem Solving in Elementary School. Massachusetts: Allyn and Bacon, A. Simon
&sSchucter Company

Martomidjojo, R. (2018). Berpikir Kritir dalam Pembelajaran.


http://russamsimartomidjojocentre.blogspot.com. Diakses pada tanggal 15 Oktober
2018.

Meyers. (1986). Teaching Students to Think Critically. San Francisco: Jossey-Bass Inc.,
Publishers

Salinan oleh Bambang Sutedjo untuk sesama Tenaga Pendidik guna Keberhasilan KTSP.
Pengembangan Bahan Ajar dan Media.

Schafersman, S. O. (1991). An Introduction to Critical Thinking. www.


Freeinquiry.com/critical-thinking

Spiegel, M. R. (1985). Analisis Vektor dan suatu pengantar Analisis Tensor. Jakarta:
Erlangga.

112
T. Tutut Widiastuti A./ JRPM Vol. 3 No. 2, Desember 2018

Thiagarajan, S., Semmel, D. S., dan Semmel, M. I. (1974). Instructional Development for
Teachers of Exceptional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership Training
Institute/Special Education, University of Minnesota.

Thompson, C. (2011). “Critical Thinking across the Curriculum: Process over Output”.
International Journal of Humanities and Social Science. Vol. 1 No. 9. Pp 1-2.

Wahab. (1996). Pendidikan PPKN. Jakarta: Depdikbud.

113

Anda mungkin juga menyukai