Anda di halaman 1dari 8

ISSN- Cetak.

2541 – 3651
ISSN- Online. 2548 – 3897

PENILAIAN POLA PENGGUNAAN OBAT BERDASARKAN


INDIKATOR PERESEPAN WHO DI RSUD Ir SOEKARNO
SUKOHARJO

ASSESSMENT OF DRUG USAGE PATTERN BASED ON THE


PRESCRIPTION INDICATOR IN THE RSUD Ir SOEKARNO
SUKOHARJO

Pujaningsih Pebriana, Pratiwi Hening Puspitaningtyas, Heru Sasongko*


Prodi D3 Farmasi, FMIPA Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan Surakarta 57126 Jawa Tengah
* herusasongkoapt@gmail.com

ABSTRAK

Penggunaan obat yang rasional merupakan bagian terpenting dalam system


pelayanan kesehatan. WHO sebagai organisasi kesehatan terbesar di dunia telah
mengembangkan indicator penggunaan obat yang rasional. Rumah Sakit
merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang berperan dalam
peningkatan upaya kesehatan bagi masysrakat. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi kesesuaian penggunaan obat pada pasien berdasarkan indicator
yang telah ditetapkan oleh WHO. Studi dilakukan secara deskriptif observasional
di instalasi farmasi rawat jalan RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo. Sampel diambil
dari lembar resep pasien umum rawat jalan bulan Januari – Desember 2013 secara
retrospektif sebanyak 600 lembar resep dengan teknik cluster proportional
random sampling. Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan lima variabel
penelitian, yaitu persentase kesesuaian peresepan dengan formularium rumah
sakit, rata-rata jumlah item obat per lembar resep, persentase peresepan obat
dengan nama generik, persentase peresepan sediaan injeksi dan persentase
peresepan antibiotik. Hasil penilaian adalah kesesuaian peresepan dengan
formularium rumah sakit 92,47%; rata-rata item obat tiap lembar resep sebesar
2,46; peresepan dengan nama generik 52,83%; peresepan antibiotik 18,08% dan
penggunaan sedian injeksi sebesar 0%

Kata kunci : penggunaan obat, indikator peresepan, rasional, WHO

ABSTRAC

The rational drug use is part of the healthcare system. WHO as the world's
largest health organization has developed rational drug use indicators. Hospital
is one health service facility that plays a role in improving health effort for
society. The purpose of this study was to identify the appropriateness of drug use
in patients based on indicators established by WHO. The study was conducted

23
ISSN- Cetak. 2541 – 3651
ISSN- Online. 2548 – 3897

descriptively observational in pharmacy outpatient RSUD Ir. Soekarno


Sukoharjo. Samples were taken from the general outpatient prescriptions from
January - December 2013 in a retrospective manner of 600 sheets of the
prescription with cluster proportional random sampling technique. The data were
analyzed based on five variables, that is a percentage of prescribing conformity
with hospital formulary, an average of drugs items every prescription, the
percentage of prescribing medicines with a generic name, the percentage of
prescribing of injection and percentage of antibiotic prescribing. The result of the
assessment is the prescribing suitability with the hospital formulary 92.47%;
average drug items per recipe sheet of 2.46; prescribing with generic names
52.83%; prescribing antibiotics 18.08% and use of injection of 0%.

Keywords: drug use, prescribing indicators, rationale, WHO

PENDAHULUAN
Pengobatan merupakan hal mengikuti kaidah tersebut merupakan
penting dalam mencegah dan mengobati pengobatan tidak rasional (Depkes,
penyakit untuk meningkatkan kualitas 2000). Menurut WHO pengkajian pola
kesehatan. Kualitas dan efektivitas suatu penggunaan obat dengan indikator
pengobatan dapat dilihat dari rasionalitas penggunaan obat semakin penting untuk
peresepan obat (Priyadi dan Destiani, meningkatkan rasionalitas penggunaan
2013). Penggunaan obat merupakan obat di negara berkembang (WHO, 1985
tahap yang penting dan menjadi orientasi cit. Desalegn, 2013). Pada tahun 1993
utama dalam pelayanan kefarmasian indikator penggunaan WHO ditetapkan
terutama pada sisi rasionalitasnya. sebagai metode dasar untuk menilai
Penilaian terhadap gambaran penggunaan obat pada unit rawat jalan di
penggunaan obat merupakan salah satu fasilitas kesehatan. Indikator
cara untuk mengetahui rasionalitas penggunaan obat dapat digunakan untuk
(Sudarmono dkk, 2011). WHO mengukur data, baik yang diambil secara
mendefinisakan pengobatan yang retrospektif maupun data prospektif pada
rasional adalah pemberian obat yang pelayanan kesehatan (WHO, 1993).
sesuai dengan kebutuhan klinik pasien, Sebelum menilai penggunaan obat
dosis yang sesuai dan periode waktu secara rasional, maka perlu dilakukan
tertentu, serta dengan biaya serendah suatu metode untuk menggambarkan dan
mungkin baik bagi pasien maupun mengetahui kondisinya. Sehubungan
komunitasnya. Pengobatan yang tidak dengan hal itu maka digunakan metode

24
ISSN- Cetak. 2541 – 3651
ISSN- Online. 2548 – 3897

penilaian yaitu terhadap resep yang Alat yang digunakan dalam


diberikan dengan menggunakan penelitian adalah indikator peresepan
indikator penggunaan obat standar obat WHO 1993, daftar cek (check list),
WHO. Indikator ini merupakan indikator formularium RSUD Sukoharjo tahun
kuantitatif secara umum untuk 2013 dan pedoman wawancara. Bahan
mengidentifikasi masalah yang telah penelitian yang digunakan adalah lembar
digunakan lebih dari 30 negara resep pasien umum rawat jalan RSUD
berkembang (Desalegn, 2013). Sukoharjo periode Januari sampai
Desember 2013 (Sasongko et al., 2014).
METODOLOGI
Penelitian ini merupakan
penelitian non eksperimental, yang HASIL DAN PEMBAHASAN
bersifat deskriptif. Data diambil secara Rata-rata jumlah item obat per
retrospektif dengan mengumpulkan data lembar resep
resep pasien umum rawat jalan periode Indikator rata-rata jumlah item obat
Januari – Desember 2013 serta per lembar bertujuan untuk mengetahui
melakukan wawancara dengan pihak terjadinya polifarmasi atau tidak.
terkait di instalasi farmasi. Metode Polifarmasi adalah pemberian obat untuk
pengambilan sampel menggunakan satu diagnosis lebih dari dua item obat
metode cluster proportional random (WHO, 1993). Polifarmasi disebabkan
sampling. Data kuantitatif ditampilkan oleh banyak factor, diantaranya adalah
dalam bentuk tabel, sedangkan data keraguan atas penetapan diagnosis oleh
kualitatif dijelaskan dalam bentuk dokter, keinginan pasien untuk
uraian. Berdasarkan panduan WHO 1993 mendapatkan obat yang lebih banyak
untuk penelitian penggunaan obat di meskipun tidak diperlukan, persepsi
fasilitas kesehatan secara retrospektif dokter bahwa penggunaan obat lebih dari
diperlukan sampel minimal sebanyak satu macam memungkinkan diantaranya
600 sampel. Pada penelitian ini memberikan efek yang diharapkan, serta
digunakan sampel sebanyak 600 lembar kurangnya informasi tenaga medis
resep sampel yang diambil berasal dari tentang bukti-bukti ilmiah terbaru
semua poliklinik. tentang penggunaan berbagai jenis obat
Alat dan Bahan Penelitian (Dwiprahasto, 2006). Selain

25
ISSN- Cetak. 2541 – 3651
ISSN- Online. 2548 – 3897

polifarmasi, hal lain yang perlu memenuhi aspek rasionalitas yaitu


diperhatikan dalam penggunaan obat efektif, aman, ekonomis, dan sesuai
adalah kemungkinan terjadinya interaksi dengan kondisi pasien. Sehingga
obat. Hasil penelitian menunjukkan peresepan dengan nama generik akan
bahwa rata-rata jumlah item obat per meningkatkan rasionalitas peresepan
lembar resep adalah 2,46. Penelitian sesuai standar WHO 1993. Menurut
yang dilakukan dirumah sakit lain terkait peraturan menteri kesehatan RI nomor
jumlah item obat perlembar resep HK.02.02/Menkes/068/I/2010 yang
diantaranya adalah di RSUD Karel mewajibkan dokter, dokter gigi, dokter
Sadsuitubun Kabupaten Maluku spesialis, dan dokter gigi spesialis yang
Tenggara memberikan hasil 3,23 bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan
(Wirdah dkk, 2013), di Rumah Sakit pemerintah menuliskan resep obat
PKU Muhammadiyah Temanggung pada generik bagi semua pasien sesuai
tahun 2006, 2007 dan 2008 memberikan indikasi medis. Dari peraturan yang ada
hasil berturut – turut 2,5; 2,6 dan 2,9 maka perlunya meningkatkan peresepan
(Fakhriadi dkk, 2011). Estimasi terbaik dengan nama generik untuk mendukung
WHO 1993 adalah 1,8-2,2, sehingga program pemerintah tersebut (Depkes,
RSUD Sukoharjo, RSUD Karel 2010). Hasil penelitian menunjukkan
Sadsuitubun dan Rumah Sakit PKU bahwa persentase peresepan obat dengan
Muhammadiyah Temanggung masih nama generik adalah 52,83%. Penelitian
perlu mengevaluasi jumlah item obat per serupa pernah dilakukan dirumah sakit
lembar dalam peresepannya. Semakin lain terkait persentase penggunaan nama
banyak item obat dalam setiap lembar generik diantaranya di Rumah Sakit
resep dapat menjadi faktor risiko Pusat Angkatan Darat (Dokmil RSPAD)
terjadinya interaksi obat. Gatot Soebroto memberikan hasil
Persentase peresepan obat dengan 52,30% (Priyono dan Danu, 2006).
nama generik Menurut estimasi terbaik WHO 1993
Indikator persentase peresepan obat adalah ≥82%. Penelitian serupa yang
dengan nama generik bertujuan untuk lain dilakukan Desalegn (2013) di
mengetahui kecenderungan peresepan beberapa fasilitas kesehatan di Etiopia
obat dengan nama generik. Obat generik Selatan adalah sebesar 98%, nilai
diproduksi dengan CPOB sehingga tersebut jauh lebih tinggi jika

26
ISSN- Cetak. 2541 – 3651
ISSN- Online. 2548 – 3897

dibandingkan dengan hasil penelitian di Sukoharjo untuk peresepan antibiotik


RSUD Sukoharjo. Sehingga RSUD lebih baik. Nama antibiotik yang serring
Sukoharjo perlu meningkatkan diresepkan dapat dilihat pada tabel I.
peresepan penggunaan obat generik.
Berdasarkan hasil wawancara, faktor- Tabel I. Antibiotik yang diresepkan
No Golongan Jumlah Persentase
faktor yang mempengaruhi penulisan Antibiotik (%)
1 Penicillin 123 43,77
peresepan obat dengan nama generik 2 Sefalosporin 75 26,69
diantaranya adalah faktor pengadaan 3 Quinolone 21 7,47
4 Makrolida 4 1,42
obat generik di rumah sakit, obat yang 5 Kloramfenikol 3 1,68
6 Kotrimoksazole 1 0,36
diresepkan tidak ada nama generiknya, 7 Anti fungi 3 1,68
8 Anti protozoa 4 1,42
keyakinan dokter penulis resep bahwa 9 Anti herpes 1 0,36
9 Anti Tuberkulosis 21 7,47
obat dagang efikasinya lebih baik, dan 10 Antibiotik lain 2 0,71
faktor persepsi pasien. 11 Antibiotik topikal 23 8,19
Total 281 100
Persentase peresepan antibiotik
Persentase peresepan antibiotik Pada tabel 1 tersebut menunjukkan
bertujuan untuk mengukur penggunaan bahwa antibiotik yang banyak
antibiotik. Penggunaan antibiotik diresepkan adalah antibiotik golongan
diberikan untuk pasien yang terindikasi penicillin. Antibiotik golongan penicillin
adanya infeksi oleh bakteri sehingga memilki sifat bakterisid, berspektrum
penggunaannya harus tepat. Hasil luas baik untuk bakteri gram positif
penelitian menunjukkan persentase maupun gram negatif (Tjay dan
peresepan antibiotik adalah 18,08%, Rahardja, 2007).
sedangkan menurut rekomendasi WHO Kesesuaian peresepan dengan
peresepan antibiotik adalah ≤22,70%. formularium rumah sakit
Penelitian serupa yang dilakukan Berdasarkan pada Buku Standar
Desalegn (2013) di beberapa fasilitas Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang
kesehatan di Etiopia Selatan persentase dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
penggunaan antibiotik yaitu sebesar RI pada tahun 2008, standar pelayanan
58,1%, yang berarti peresepan antibiotik minimal untuk farmasi terkait dengan
lebih tinggi apabila dibandingkan kesesuaian peresepan dengan
dengan estimasi peresepan antibiotik Formularium Rumah Sakit adalah 100
WHO sehingga hasil di RSUD %. Apabila persentase kurang dari 100

27
ISSN- Cetak. 2541 – 3651
ISSN- Online. 2548 – 3897

%, dapat dikatakan bahwa dokter tidak formularium RSUD Sukoharjo


patuh dalam menuliskan resep. Begitu berjumlah 32 macam obat. Dari hasil
pula dengan batas minimal kesesuaian penelitian ini, ada 1660 item obat yang
peresepan dengan formularium rumah tertulis di resep dan sebanyak 125 item
sakit yang diatur oleh peraturan WHO obat yang tidak sesuai dengan
(1993) dalam Selected Drug Use formularium, atau rata-rata
Indicators yaitu 100%. ketidaksesuaian peresepan selama satu
Hasil penelitian menunjukkan tahun adalah 7,53 %.
bahwa 600 sampel resep yang diambil, Persentase peresepan sediaan injeksi
total item obat per bulan bervariasi Persentase penggunaan sedian
jumlahnya, sehingga menghasilkan injeksi untuk mengetahui kecenderungan
perbedaan persentase kesesuaian penggunaan injeksi pada pasien rawat
peresepan yang berbeda juga. Hasil rata- jalan umum di RSUD Sukoharjo.
rata dari presentase kesesuaian Penggunaan obat sediaan injeksi
peresepan obat pasien umum rawat jalan memiliki beberapa kerugian dalam
selama satu tahun sebesar 92,47 %. Hasil penggunaannya, seperti dapat
ini dapat dilihat pada Tabel II. menyebabkan sepsis akibat pemberian
langsung ke sirkulasi darah dan tidak
Tabel II. Persentase kesesuaian peresepan
dengan formularium RSUD Sukoharjo steril, risiko kerusakan jaringan akibat

No. Bulan Persentase iritasi lokal, harga yang lebih mahal,


kesesuaian
serta sulit dalam koreksi dan penanganan
dengan
formularium jika terjadi kesalahan pemberian (WHO,
RS (%)
1. Januari 92,30 1993). Salah satu ciri penggunaan obat
2. Februari 90,00
3. Maret 96,40 rasional adalah dengan cara pemberian
4. April 92,59
5. Mei 95,56 yang tepat. Cara pemberian obat
6. Juni 91,50 memerlukan pertimbangan dosis,
7. Juli 86,00
8. Agustus 91,47 frekuensi pemberian, dan lama
9. September 91,49
10. Oktober 94,16 pemberian sampai ke pemilihan cara
11. November 95,30
12. Desember 93,18 pemakaian yang paling mudah diikuti
pasien, aman, dan efektif untuk pasien
Daftar item obat yang ditemukan
(Staf Pengajar FK Unsri, 2009). Hasil
dalam resep pasien umum rawat jalan
penelitian penggunaan injeksi pada
tahun 2013 yang tidak sesuai dengan

28
ISSN- Cetak. 2541 – 3651
ISSN- Online. 2548 – 3897

pasien rawat jalan di RSUD Sukoharjo dengan nama generik 52,83% dan
yaitu 0%. Penelitian serupa dilakukan kesesuaian peresepan dengan
oleh (Desalegn, 2013) yaitu sebesar formularium rumah sakit 92,47%
38,1%, jika dibandingkan dengan RSUD
Sukoharjo maka penggunaan injeksi di DAFTAR PUSTAKA
RSUD Sukoharjo lebih terkontrol.
Depkes, 2000, Informatorium Obat
Pada dasarnya sediaan injeksi Nasional Indonesia (IONI),
memang tidak diresepkan untuk pasien Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
rawat jalan kecuali dengan kondisi Depkes, 2010, Peraturan Menteri
tertentu, selain resiko efek samping Kesehatan No.
HK.02.02/Menkes/068/I/2010
penggunaan obat injeksi lebih besar bila tentang Kewajiban Menggunakan
dibandingkan dengan penggunaan obat Obat Generik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah,
secara oral. Pada kondisi sediaan injeksi Departemen Kesehatan RI, Jakarta
kering yang harus dicampur dengan aqua
Desalegn, A.S., 2013, Assessment Of
pro injeksi, maka harus segera diberikan Drug Use Pattern Using WHO
pada pasien karena apabila disimpan Prescribing Indikators at Hawasssa
University Teaching and Referral
dalam kurun waktu tertentu dapat Hospital, South Ethiophia: A
mengurangi potensi dari sediaan injeksi Cross-Sectional Study, Research
Article, Biomed Central 13:170
tersebut khususnya antibiotik
Dwiprahasto, I., 2006, Peningkatan
(Sulistyaningsih, 2007).
Mutu Penggunaan Obat Di
Puskesmas Melalui Pelatihan
Berjenjang Pada Dokter Dan
KESIMPULAN
Perawat, Jurnal Manajemen
Indikator penggunaan obat pada Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No.
2, 94-100
pasien umum rawat jalan di RSUD
Sukoharjo yang sudah sesuai indikator Fakhriadi, A.,Marchaban, Pudjaningsih,
D., 2011, Analisis Pengelolaan
peresepan WHO 1993 adalah persentase Obat Di Instalasi Farmasi Rumah
peresepan obat antibiotik 18,08% dan Sakit PKU Muhammadiyah
Temanggung Tahun 2006, 2007
persentase peresepan injeksi 0%, dan 2008, Jurnal Manajemen dan
sedangkan yang belum sesuai dengan Pelayanan Farmasi Vol 1 No 2
indikator peresepan WHO 1993 adalah Priyadi, A., dan Destiani, D. P., 2013,
rata-rata jumlah item obat per lembar Monitoring Pola Peresepan Obat
Pasien Usia 0–2 Tahun
resep 2,46 persentase peresepan obat Menggunakan Indikator WHO,

29
ISSN- Cetak. 2541 – 3651
ISSN- Online. 2548 – 3897

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Laporan Penelitian Mandiri,


Vol. 02, No. 01. Fakultas Farmasi, Universitas
Padjadjaran, Bandung
Priyono, A. dan Danu, S.S, 2006,
Analisis Pengelolaan Obat Prajurit Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2007,
Korban Tempur dan Latihan Obat-Obat Penting, Edisi Keenam,
Tempur Di Unit Rawat Inap Gramedia, Jakarta.
Kedokteran Militer, Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan WHO, 1985: The Rational Use of Drugs.
Vol 09, hal 192-197 Report of a conference of experts,
Nairobi, 25–29. Geneva: World
Sasongko, H., Satibi, S., Fudholi, A., Health Organization cit. Desalegn,
2014. Evaluasi Distribusi Dan A.A., 2013, Assessment of drug
Penggunaan Obat Pasien Rawat use pattern using WHO prescribing
Jalan Di Rumah Sakit Ortopedi. J. indicators at Hawassa University
Manaj. Dan Pelayanan Farm. J. teaching and referral hospital,
Manag. Pharm. Pract. 4, 99–104. south Ethiopia: a cross-sectional
doi:10.22146/jmpf.273 study, BMC Health Services
Research, 13:170
Staf Pengajar FK Unsri, 2009, Kumpulan
Kuliah Farmakologi, Edisi 2, WHO, 1993, How to Investigase Drug
Penerbit Buku Kedokteran, Use In Health Facilities (Selected
Universitas Sriwijaya. Drug Use Indicators, 3-86, WHO
Geneva.
Sudarmono, C.A, Purnomo, A,
Sudjaswadi, R, 2011, Analisis Wirdah, W.R, Fudholi, A, Gunawan,
Penggunaan Obat pada Pasien P.W, 2013, Evaluasi Pengelolaan
Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Obat dan Strategi Perbaikan
Nugroho Sleman Periode Oktober dengan Metode Hanlon di Instalasi
2008, Jurnal Manajemen dan Farmasi Rumah Sakit Umum
Pelayanan Farmasi Vol.6 No.1 Daerah Karel Sadsuitubun
Kabupaten Maluku Tenggara
Sulistiyaningsih, 2007, Pengujian Tahun 2012, Proseding Seminar
Potensi Sediaan Injeksi Kering Nasional Perkembangan Terkini
Amoksisillin Dalam Aqua Pro Sains Farmasi dan Klini III ISSN:
Injeksi Pada Variasi Suhu 2339-2592
Penyimpanan dan Konsentrasi,

30

Anda mungkin juga menyukai