Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOKIMIA GIZI

“VITAMIN A”

KELOMPOK 1:

1) Anggi Okticah P05130217002


2) AshifaMutia P05130217004
3) Ayu Wulandari P05130217006
4) Devita Fristiani P05130217011
5) Dian Oktavia P05130217013

DOSEN KOOR : Kusdalinah, SST., M.Gizi

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN GIZI PRODI DIV

TINGKAT II

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur  senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat
manusia.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Biokimia. Dan juga untuk
bagi Mahasiswa serta masyarakat sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi
yang semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata
Kuliah Biokimia yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Bengkulu, Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………2

DAFTAR ISI ................................................................................................................3

BAB I

A. LATAR BELAKANG ………………….........................................................4


B. RUMUSAN MASALAH …………………………………………………….5
C. TUJUAN…………………………………………………………………...…5

BAB II

A. METABOLISME VITAMIN A.......................................................................6


B. INTERAKSI DENGAN ANTAR VITAMIN A...............................................7
C. INTERAKSI VITAMIN A DAN D..................................................................8
D. INTERAKSI VITAMIN A DAN E..................................................................8
E. INTERAKSI VITAMIN A DAN B1................................................................8
F. INTERAKSI VITAMIN A DAN B2................................................................9
G. INTERAKSI VITAMIN A DAN C..................................................................9
H. NILAI NORMAL DARI VITAMIN A............................................................9
I. KADAR PEMERIKSAAN VITAMIN A ......................................................10

BAB III

A. KESIMPULAN………………………………………………..……………..15

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita semua tentunya menghendaki agar kita dan keturunan –keturunan kita dapat
tumbuh sempurna,sehat,kuat bertenaga,bergairah kerja,berdaya piker mantap dan selalu
menunjukan berbagai prestasi, sehingga kita dan keturunan-keturunan kita dapat menjadi
manusia – manusia pembangunan yang mampu meningkatkan harkat derajat nusa dan
bangsanya dalam percaturan hidup di dunia.
          Syarat yang paling utama dan tidak boleh ditinggalkan agar manusia dapat
hidup dan mendekati atau mencapai apa yang dikehendaki seperti diatas, manusia harus
mendapatkan makanan yang teratur, mencukupi dan serba bergizi, karena seperti yang telah
dijelaskan dalam bab- bab terdahulu, makanan berfungsi untuk menghasilkan energy,
mengganti sel-sel yang rusak, untuk pertumbuhan dan menghasilkan zat pelindung dalam
tubuhnya (antara lain dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh). Namun demikian
dalam pengertian makanan yang bergizi makanan itupun harus cukup pula mengandung
vitamin dan mineral, karena tubuh yang kekurangan vitamin akan mengalami avitaminosis
dengan gejala macam-macam penyakit. Sebaliknya apabila tubuh kelebihan akan vitamin
yang diperlukannya maka tubuh akan mengalami hipertaminosis yang mengakibatkan kurang
baik terhadap tubuh. Avitaminosis maupun Hipervitaminosis sama-sama dapat menimbulkan
gangguan terhadap kesehatan tubuh, jadi sebaliknya vitamin yang diperlukan tubuh
diusahakan agar tidak kekurangan dan tidak kelebihan vitamin.
       Vitamin adalah senyawa kimia yang sangat esensial yang walaupun tersedianya
dalam tubuh dalam jumlah demikian kecil, diperlukan sekali bagi kesehatan dan pertumbuhan
tubuh yang normal. Vitamin berfungsi dalam beberapa tahap reaksi metabolism energy,
pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian
dari enzim. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk apoenzim yaitu vitamin yang
terikat dengan protein. Hingga sekarang fungsi biokimia beberapa jenis vitamin belum
diketahui dengan pasti.Vitamin digolongkan menjadi 2 bagian yaitu vitamin yang larut air
dan vitamin yang larut lemak. Vitamin yang larut air yaitu Vitamin B dan C sedangkan
Vitamin yang larut Lemak yaitu Vitamin A,D,E dan K. Setiap vitamin larut lemak A,D,E dan
K mempunyai peranan faali tertentu di dalam tubuh.Sebagian besar vitamin larut lemak
diabsorpsi bersama lipida lain. Absorpsi membutuhkan cairan empedu dan pancreas. Vitamin
larut lemak diangkut kehati melalui system limfe sebagai bagian dari lipoprotein, disimpan di
berbagai jaringan tubuh dan biasanya tidak dikeluarkan melalui urin.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara metabolisme vitamin A?
2. Bagaimana interaksi antara vitamin A dengan vitamin larut lemak dan vitamin
larut air?
3. Berapakah kadar normal dari pemeriksaan vitamin A?

C. TUJUAN
- Untuk mengetahui metabolisme vitamin A
- Untuk mengetahui interaksi dengan antara vitamin A
- Untuk mengetahui kadar normal dari pemeriksaan vitamin A

5
BAB II

PEMBAHASAN

Vitamin Larut Lemak

Sebagian besar vitamin larut lemak diabsorpsi bersama lipida lain. Absorpsi
membutuhkan cairan empedu dan pankreas. Vitamin larut lemak diangkut ke hati melalui
sistem limfe sebagai bagian dari lipoprotein, disimpan di berbagai jaringan tubuh dan
biasanya tidak dikeluarkan melalui urin.

Vitamin A

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin
A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin
A/karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol.

Sifat kimia vitamin A adalah suatu kristal alkohol berwarna kuning dan larut dalam
lemak atau pelarut lemak. Dalam makanan vitamin A biasanya terdapat dalam bentuk ester
retinil, yaitu terikat pada asam lemak rantai panjang. Di dalam tubuh, vitamin A berfungsi
dalam beberapa bentuk ikatan kimia aktif, yaitu: retinol (bentuk alkohol), retinal (aldehida),
dan asam retinoat (bentuk asam).

Vitamin A tahan terhadap panas cahaya dan alkali, tetapi tidak tahan terhadap asam
dan oksidasi. Sumber Vitamin A yaitu semua sayuran dan buah-buahan (misalnya ubi merah,
wartel, labu, pepaya, dan tomat) yang berwarna (terutama kuning) dan sayuran yang berdaun
hijau mengandung pro vitamin A (karoten) dalam makanan. Jagung kuning adalah satu-
satunya bahan tepung yang sering di pakai dan mengandung karoten.

A. Metabolisme Vitamin A

Vitamin A yang di dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk ester
retinil, bersama karotenoid bercampur dengan lipida lain di dalam lambung. Di dalam
sel-sel mukosa usus halus, ester retinil dihidrolisis oleh enzim-enzim pankreas
esterase menjadi retinol yang lebih efisien diabsorpsi daripada ester retinil. Sebagian
dari karotenoid, terutama betakaroten di dalam sitoplasma sel mukosa usus halus
dipecah menjadi retinol.

6
Retinol di dalam mukosa usus halus bereaksi dengan asam lemak dan
membentuk ester dan dengan bantuan cairan empedu menyeberangi sel-sel vili
dinding usus halus untuk kemudian diangkut oleh kilomikron melalui sistem limfe ke
dalam aliran darah menuju hati. Dengan konsumsi lemak yang cukup, sekitar 80-90%
ester retinil dan hanya 40-60% karotenoid yang diabsorpsi. Hati berperan sebagai
tempat menyimpan vitamin A utama di dalam tubuh. Dalam keadaan normal,
cadangan vitamin A dalam hati dapat bertahan hingga enam bulan. Bila tubuh
mengalami kekurangan konsumsi vitamin A, asam retinoat diabsorpsi tanpa
perubahan. Asam retinoat merupakan sebagian kecil vitamin A dalam darah yang aktif
dalam deferensial sel dan pertumbuhan.

Bila tubuh memerlukan, vitamin A dimobilasi dari hati dalam bentuk retinol
yang diangkut oleh Retinol Binding-Protein (RBP) yang disintesis di dalam hati.
Pengambilan retinol oleh berbagai sel tubuh bergantung pada reseptor pada
permukaan membran yang spesifik untuk RBP. Retinol kemudian diangkut melalui
membran sel untuk kemudian diikatkan pada Cellular Retinol Binding-Proteinm
(CRBP) dan RBP kemudian dilepaskan. Di dalam sel mata retinol berfungsi sebagai
retinal dan di dalam sel epitel sebagai asam retinoat.

Kurang lebih sepertiga dri semua karotenoid dalam makanan dubah menjadi
vitamin A. sebagian dari karotenoid diabsorpsi tanpa mengalami perubahan dan
masuk ke dalam peredaran darah dalam bentuk karoten. Sebanyak 15-30% karotenoid
di dalam darah adalah beta-karoten, selebihnya adalah karotenoid nonvitamin.
Karotenoid ini diangkut di dalam darah oleh berbagai bentuk lipoprotein. Karotenoid
disimpan di dalam jaringan lemak dan kelenjar adrenal.

B. Interaksi Vitamin A Dengan Vitamin Larut Lemak Dan Vitamin Larut Air
Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang
berperan dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari,
dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain itu,
vitamin ini juga bekerja dengan vitamin C yang berperan penting dalam menjaga
kesehatan kulit dan imunitas tubuh. Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh
paparan panas, cahaya matahari, dan udara.

Vitamin E juga dapat membantu vitamin A dalam menjaga kesehatan berbagai


jaringan di dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati.

7
Vitamin C meningkatkan absorpsi besi bila dimakan pada waktu bersamaan.
Vitamin D kalsiterol meningkatkan absorpsi kalsium. Koenzim tiamin (Vit.B1)
membutuhkan magnesium untuk berfungsi secara efisien.
Vitamin B12 di dalam sekresi gester terdapat enzim transferase yang disebut
Faktor Intrinsik (FI). Pada manusia, FI dihasilkan oleh sel-sel cardia ventriculi.
Didalam rongga ileum ikatan FI-Vit B12 membuat kompleks dengan Ca dan Mg
untuk kemudian diabsorbsi oleh dinding usus dan setelah menempel, Vit B12
dilepaskan lagi oleh oleh liberating enzyme yang terdapat didalam sekresi dinding
usus.
Vitamin D dalam bentuk aktif 1,25(OH)D3 merangsang aborsi kalsium melalui
langkah-langkah kompleks. Vitamin D meningkatkan absorpsi pada mukosa usus
dengan cara merangsang produksi protei-pengikat kalsium. Absorpsi kalsium paling

C. Interaksi Vitamin A dan D

baik terjadi dalam keadaan asam. Asam klorida yang dikeluarkan lambung
membantu absorsi dengan cara menurunkan pH dibagian atas duodenum. Asam
amino tertentu meningkatkan pH saluran cerna, dengan demikian membantu absorpsi.

Vitamin A berfungsi utama yaitu pada penglihatan dan pemeliharaan sel epitel
dan mukosa membantu pertumbuhan tulang dan gigi, apabila kekurangan dapat
mengalami kulit kering dan bersisik serta gangguan pertumbuhan tulang dan gigi.
Erat kaitannya dengan vitamin D yang juga berfungsi pada pertumbuhan
tulang dan gigi dan sangat berpengaruh pada penyerapan kalsium dan posfor. Apabila
kekurangan menyebabkan pertumbuhan terhambat, gigi mudah rusak dan lain-lain.
Disini kaitan keduanya yaitu jika vitamin A diperoleh dari makanan. namun vitamin
D dapat diperoleh dari sinar matahari. Jadi keduanya dapat bekerja sama supaya
vitamin D dalam tubuh manusia dapat terpenuhi.

D. Interaksi Vitamin A dan Vitamin E


Vitamin A dan E memiliki bentuk padat dan berwarna kuning. Vitamin A
yang berfungsi kekebalan memiliki pengaruh dalam pencegahan kanker bersama
vitamin E yang berperan sebagai antioksidan kuat. Apabila keduanya tidak diperoleh
atau bekerja dengan baik maka dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan
berbicara dan kerusakan sel darah merah serta anemia.

E. Interaksi Vitamin A dan Vitamin B1


Vitamin A bersumber dari hati, ginjal, lemak, susu, kuning telur, buah,
sayuran hijau tua, orange, dan vitamin D bersumber dari kacang-kacangan dan

8
serealia. Kedua unsur tersebut saling bekerja sama dalam tubuh agar kebutuhan tubuh
dalam pertumbuhannya tercukupi.

F. Interaksi Vitamin A dan Vitamin B2


Vitamin A apabila kekurangan dapat menyebabkan kulit kering dan apabila
Vitamin B2 tidak terpenuhi akan mengalami kelopak mata merah dan gangguan kulit.
Sumber Vitamin A dan B2 dapat diperoleh dari susu dan hasil olahannya serta
sayuran berwarna hijau tua dan orange. Jadi keduanya saling berinteraksi memenuhi
kebutuhan tubuh guna kesehatan kulit dan mata.

G. Interaksi Vitamin A dan Vitamin C


Interaksi keduanya dapat di lakukan melalui sumber makanan yang di peroleh
dari kedua vitamin ini, yaitu yang berasal dari makanan yang mengandung
antioksidan kuat serta makanan yang baik untuk kesehatan kulit karena apabila
keduanya tidak berinteraksi dengan baik maka akan menimbulkan penyakit/gangguan
pada kulit seperti kulit kering dan pendarahan bawah kulit, serta mudah terinfeksi,
kulit kasar.

H. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Vitamin A

Golongan
AKG (RE) Golongan umur AKG (RE)
umur
0-6 bln 350 Wanita:
7-12 bln 350 10-12 th 500
1-3 th 350 13-15 th 500
4-6 th 360 16-19 th 500
7-9 th 400 20-50 th 500
13-15 th 46-59 th 500
60 th 500

Pria:
10-12 th 500 Hamil: + 200
13-15 th 600
16-19 th 700 Menyusui:
20-45 th 700 0-6 bln + 350
46-59 th 700 7-12 bln + 300
60 th 600

Sumber : Widyakarya Pangan dan Gizi, 1998.

9
*Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan.

I. Kadar pemeriksaan vitamin A

Menurut WHO anemia dinyatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat, bila


prevalensi lebih dari 5 persen.3 Penyebab anemia di Indonesia terbesar adalah kekurangan zat
besi.4 Dampak anemia kurang besi sangat luas di antaranya gangguan perkembangan
psikomotor, gangguan fungsi kognitif dan gangguan pertumbuhan. Selain anemia,
kekurangan vitamin A (KVA) juga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama
di negara berkembang. Prevalensi kurang vitamin A (kadar vitamin A<0,70 μmol/l) pada
anak balita yakni 11,4 persen.5 Hasil ini sejalan dengan temuan di Negara Vietnam, yang
menunjukkan 10,7 persen anak usia 12-72 bulan kekurangan vitamin A (<0,7 μmol/l)6, pada
penelitian yang sama ditemukan 41,2 persen anak mempunyai kadar vitamin A antara 0,70-
1,04 μmol/l sebagai indikasi status vitamin A marginal (suboptimal), sehingga anak anak
tersebut rentan terhadap terjadinya kekurangan vitamin A. 6 Kekurangan vitamin A
merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal tumbuh, penurunan respon imunitas dan
yang paling mengkhawatirkan merupakan risko tinggi terjadinya xerophthalmia dan
kebutaan.

Oleh karena status besi dan vitamin A mempunyai peran penting dan mempunyai
dampak yang luas terhadap tumbuh kembang anak maka penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi status besi dan vitamin A pada anak usia 0,5-12 tahun.

Vitamin A dikatakan defisiensi apabila kadar vitamin A serum<0,7 μmol/l. Anemia


adalah keadaan seseorang yang mempunyai kadar Hb di bawah nilai normal sesuai kelompok
umur dan jenis kelamin. Untuk anak yang berusia 6-59 bulan batas kadar Hb<110 g/l, anak 5-
11 tahun batas kadar Hb <115 g/l, dan anak 12-14 tahun batas kadar Hb<120 g/l. 3

Kadar feritin dikatakan defisiensi apabila kadar feritin < 12 ug/l untuk anak umur < 5
tahun, dan apabila kadar feritin <15 untuk anak umur >= 5 tahun.3 Untuk menggambarkan
populasi, analisis data dilakukan pembobotan (weighting). Kadar Hb diukur dengan Spectro-
photometer pada panjang gelombang 540 nm. Pengukuran di laboratorium terakreditasi.
Serum beku dicairkan dalam suhu kamar sebelum dilakukan pencampuran dengan reagensia.
Kemudian kadar retinol serum dianalisa dengan menggunakan HPLC. Kriteria anemia bukan
karena kurang besi apabila kadar Hb tidak normal (anemia) dan kadar feritin normal,

10
sedangkan anemia gizi besi apabila kadar Hb tidak normal (anemia) dan kadar feritin
rendah/kurang.

 TANDA-TANDA KLINIS KEKURANGAN VITAMIN A

KVA adalah kelainan sistemik yang mempengaruhi jaringan epitel dari organ-organ
seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan organ lain. Akan etapi gambaran
gangguan secara fisik dapat langsung terlihat oleh mata. Kelainan kuit pada umumnya terlihat
pada tungkai baeah bagian depan dan lengan atas bagian belakang, kulit Nampak kering dan
bersisik. Kelainan ini selain diebabkan oleh KVA dapat juga disebabkan kekurangan asam
lemak essensial, kurang vitamin golongan B atau KEP. kurang vitamin golongan B atau KEP.

Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah
berlangsung lama. gejala tersebut akan lebih cepat muncul jika menderita penyaki campak,
diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya. Gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi
WHO

sebagai berikut :

a). Buta senja = XN. Buta senja terjadi akibat gangguan padasel batang retina. Pada keadaan
ringan, sel batang retina sulit\ beradaptasi di ruang yang remang-remang setelah lama berada
di cahaya yang terang. Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tidak dapat
melihat lingkungan yang kurang cahaya.

b). Xerosis konjunctiva = XI A. Selaput lendir mata tampak kurang mengkilat atau terlihat
sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam.

c). Xerosis konjunctiva dan bercak bitot = XI B. Gejala XI B adalah tanda-tanda XI A


ditambah dengan bercak bitot, yaitu bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama celah
mata sisi luar. Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang merupakan
tanda khas pada penderita xeroftalmia, sehingga dipakai sebagai penentuan prevalensi kurang
vitamin A pada masyarakat. Dalam keadaan berat tanda-tanda pada XI B adalah, tampak
kekeringan meliputi seluruh permukaan konjunctiva, konjunctiva tampak menebal, berlipat
dan berkerut.

11
d). Xerosis kornea = X2. Kekeringan pada konjunctiva berlanjut sampai kornea, kornea
tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar.

e). Keratomalasia dan Ulcus Kornea = X3 A ; X3 B. Kornea melunak seperti bubur dan dapat
terjadi ulkus. Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea. Keratomalasia dan tukak kornea
dapat berakhir dengan perforasi dan prolaps jaringan isi bola mata dan membentuk cacat
tetap yang dapat menyebabkan kebutaan. Keadaan umum yang cepat memburuk dapat
mengakibatkan keratomalasia dan ulkus kornea tanpa harus melalui tahap-tahap awal
xeroftalmia.

f). Xeroftalmia Scar (XS) = jaringan parut kornea. Kornea tampak menjadi putih atau bola
mata tampak mengecil. Bila luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas berupa
sikatrik atau jaringan parut. Penderita menjadi buta yang sudah tidak dapat disembuhkan
walaupun dengan operasi cangkok kornea.

g). Xeroftalmia Fundus (XF). Tampak seperti cendol XN, XI A, XI B, X2 biasanya dapat
sembuh kembali normal dengan pengobatan yang baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan
gawat darurat yang harus segera diobati karena dalam beberapa hari bisa menjadi
keratomalasia. X3A dan X3 B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat
yang bahkan dapat menyebabkan kebutaan total bila lesi pada kornea cukup luas sehingga
menutupi seluruh kornea. Prinsip dasar untuk mencegah xeroftalmia adalah memenuhi
kebutuhan vitamin A yang cukup untuk tubuh serta mencegah penyakit infeksi. Selain itu
perlu memperhatikan kesehatan secara umum (Wardani, 2012).

 AKIBAT KEKURANGAN VITAMIN A

Tubuh memerlukan asupan vitamin yang cukup sebagai zat pengatur dan memperlancar
proses metabolisme dalam tubuh. Sebagai vitamin yang larut dalam lemak, vitamin A
membangun sel-sel kulit dan memperbaiki sel-sel tubuh, menjaga dan melindungi mata,
menjaga tubuh dari infeksi, serta menjaga pertumbuhan tulang dan gigi. Karena fungsi
tersebut, vitamin A sangat bagus dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
Vitamin A juga berperan dalam epitil, misalnya pada epitil saluran pencernaan dan
pernapasan serta kulit. Vitamin A berkaitan erat dengankesehatan mata. Vitamin A
membantu dalam hal integritas atau ketahanan retina serta menyehatkan bola mata. Vitamin
A fungsinya tak secara langsung mengobati penderita minus, tapi bisa menghambat minus.
Kekurangan vitamin A menyebabkan mata tak dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan

12
cahaya yang masuk dalam retina. Sebagaikonsekuensi awal terjadilah rabun senja, yaitu mata
sulit melihat kala senja atau dapat juga terjadi saat memasuki ruangan gelap. Bila kekurangan
vitamin A berkelanjutan maka anak akan mengalami xerophtalmia yang mengakibatkan
kebutaan. Selain itu kekurangan vitamin A menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi
bakteri dan virus. Tanpa vitamin A, sistem pertahanan tubuh akan hilang.Ini memicu tubuh
rentan terserang penyakit. Vitamin A bisa terserap dalam tubuh yang kondisinya baik. Anak
usia balita sangat rentan kekurangan vitamin A karena kondisi tubuhnya rentan terhadap
penyakit, seperti diare atau infeksi pencernaan. Untuk itu peran ibu sangat penting dalam
menjaga ketahanan tubuh bayi yakni dengan memberikan ASI eksklusif, agar mempunyai
ketahanan tubuh yang cukup.Kebutuhan vitamin A yang cukup dalam tubuh, dapat diketahui
dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan melihat kondisi tubuh.
Jika tubuh anak sering terkena penyakit, seperti diare, busung tubuh anak sering terkena
penyakit, seperti diare, busung lapar atau gangguan saluran pernapasan, maka secara
otomatis, asupan vitamin A-nya kurang (Zulkarnaen, 2012).

 CARA MENCEGAH DAN MENANGGULANGI KVA

Melihat dampak yang dapat diakibatkan oleh kekurangan vitamin A seperti yang dijelaskan
di atas, maka masalah defisiensi vitamin A ini tidak boleh diremehkan karena dapat
menyebabkan kematian. Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa langkah yang harus terus
dilakukan, antara lain :

a. Memperbaiki pola makan masyarakat melalui penyuluhanpenyuluhan sehingga masyarakat


kita semakin gemar mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.

b. Melakukan fortifikasi vitamin A terhadap beberapa bahan makanan yang banyak


dikonsumsi masyarakat dengan memperhatikan syarat-syarat fortifikasi, missal tidak
menyebabkan perubahan rasa pada bahan makanan tersebut atau tidak menyebabkan
kenaikan harga yang terlalu tinggi. Contoh bahan makanan yang dapat dilakukan fortifikasi
adalah pada MSG atau pada mie instant

c. Meningkatkan program pemberian suplemen vitamin A yang sudah berjalan pada


kelompok sasaran yaitu :

1). Bayi umur 6-12 bulan : diberikan kapsul vitamin A warna biru, dosis 100.000 UI setiap
bulan februari dan agustus.

13
2). Anak umur 1-5 tahun : diberikan kapsul vitamin A warna merah, dosis 200.00 UI setiap
bulan februari dan agustus

3). Ibu nifas : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI, sehari setelah melahirkan dan
diberikan lagi 24 jam kemudian (masing-masing satu kapsul ).

4). Anak yang terserang campak : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI.

d. Pemberian imunisasi pada anak harus terus dipantau supaya terhindar dari penyakit infeksi.

e. Mengkonsumsi makanan yang seimbang agar metabolism vitamin A dalam tubuh dapat
berjalan secara normal

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
- Vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan
prekursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai
retinol.
- Metabolisme Vitamin A yang di dalam makanan sebagian besar terdapat dalam
bentuk ester retinil, bersama karotenoid bercampur dengan lipida lain di dalam
lambung. Proses metabolisme melibatkan beberapa organ-organ tubuh yaitu
lambung, usus halus, ada juga enzim-enzim pankreas, hati dan karotenoid dalam
makanan diubah menjadi vitamin A dan disimpan di dalam jaringan lemak dan
kelenjar adrenal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Sediaoetama Djaeni. 2008. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Linder, Maria C. 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta: Universitas Indonesia
(UI-Press).

Zain, Ruri Hartika. Representasi Pengetahuan (Knowledge) Berbasis Rule (Rule-Based)


Dalam Menganalisa Kekurangan Vitamin Pada Tubuh Manusia. Jurnal MEDIA
PROCESSOR Vol. 8, No.2, Juni 2013.

Sumarno I, Kartika V, Saraswati E. Prevalensi anemia pada anak usia 2-4 tahun di DKI Jakarta serta
faktor risikonya. Gizi Indonesia. 2005;28 (1):22-31.

World Health Organization. Iron Deficiency Anemia. Assessment, Provention and control. Geneve:
WHO, 2001

Semba RD, Bloem MW. The anemia of vitamin A deficiency: epidemiology and pathogenesis. Eur J
Clinical Nutrition. 2002; 56(4);271-281.

16

Anda mungkin juga menyukai