lambung kapal yang mengalami kerusakan. Reparasi lambung kapal sering disebut dengan
istilah replating padahal replating berarti pergantian plat atau mengganti plat, yaitu plat dari
konstruksi yang rusak diganti dengan plat yang baru jadi hanya sebatas pergantian plat saja,
tetapi dalam prakteknya dilapangan artinya menjadi luas tidak hanya terbatas pada
pergantian plat saja tetapi mencakup pergantian bagian-bagian konstruksi lainnya seperti
pillar, besi siku dan lainnya.
Reparasi (repair) dapat dilakukan diatas dock atau galangan kapal serta dapat juga
dilakukan diatas perairan atau terapung diatas air (floating). Reparasi yang dilakukan diatas
dock atau galangan kapal dapat memperbaiki semua bagian lambung kapal dan bangunan
diatasnya, sedangkan reparasi yang dilakukan diatas air (floating) hanya terbatas pada
bagian yang tidak terendam air saja.
Dibawah ini akan dibahas mengenai penyebab kerusakan pada bangunan kapal, tahapan
reparasi, material dan peralatan yang digunakan, sumber daya manusia atau tenaga kerja
yang dibutuhkan selama proses reparasi.
I. Penyebab kerusakan.
1. Benturan dan gesekan dengan benda lain.
Benturan pada lambung kapal dapat berupa benturan dengan sesama kapal atau benturan
antara kapal dengan benda yang berada diperairan seperti; batu karang, buoy rambu, kayu,
bongkahan es atau gunung es, dan lainnya atau benturan dengan benda yang berada ditepi
daratan seperti; dermaga, jety dan pemecah ombak, yang letaknya menjorok ke perairan.
Kerusakan yang terjadi pada bangunan di atas kapal atau bulwark dan railling terjadi
umumnya karena benturan antara kapal dengan muatan atau terbentur oleh hook dari crane
saat proses bongkar muat.
Gesekan dapat terjadi disaat kapal bergerak pada perairan yang dangkal atau kapal
melewati sungai pada saat air surut, dimana lambung kapal (terutama bottom) bergesekan
dengan bagian dasar perairan seperti; pasir, terumbu karang, batu, lumpur, tanah dan
bagian dari kapal yang karam. Gesekan pada lambung kapal dapat menyebabkan
terbentuknya deformasi pada bagian plat bottom dan dapat juga menyebabkan plat lambung
kapal menjadi robek, jika kapal bergerak terus dalam situasi bergesekan dengan benda
yang berada di dasar perairan maka kemungkinan dapat berakibat fatal, kapal tidak dapat
bergerak lagi atau kandas dan sudah pasti terjadi kerusakan yang cukup parah.
2. Faktor alam.
Contoh kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam antara lain adalah kerusakan yang
disebabkan oleh hantaman gelombang laut terhadap badan kapal secara terus menerus
dalam jangka waktu lama, umumnya terjadi pada plat lambung pada area bootop dimana
plat tampak bergelombang atau bagian plat diantara frame terdesak kearah dalam (cekung).
Gelombang yang besar ditambah dengan konstruksi kapal yang tidak kuat dapat
menyebabkan kapal patah. Faktor alam lainnya seperti kondisi air pasang (high tide) dan air
surut (low tide) perairan yang tidak dapat dihindari dapat menyebabkan kapal kandas yang
kemungkinan besar dapat menyebabkan kerusakan walaupun kapal dalam keadaan tidak
bergerak, misalkan terjebak di hulu sungai.
Kerusakan juga dapat disebabkan oleh adanya perbedaan potensial listrik yang bekerja
pada bagian luar plat lambung kapal, pada permukaan plat akan tampak lubang-lubang kecil
dan dangkal (pitted) dalam jumlah yang banyak, kerusakan seperti ini sangat dipengaruhi
oleh mutu dari material plat itu sendiri. Selain itu teritip (hewan laut kecil / bio fouling) juga
dapat merusak permukaan plat, teritip akan lebih mudah terbentuk jika lambung kapal
terendam air laut dan kapal tidak bergerak dalam jangka waktu yang cukup lama.
Kerusakan lainnya yaitu yang disebabkan oleh karat yang bekerja pada permukaan bagian
konstruksi sehingga ketebalan dari plat atau profil berangsur-angsur menipis dan jika
dibiarkan akan berakibat keroposnya bagian konstruksi dan berlubang.
3. Getaran berlebihan.
Kerusakan ini berhubungan dengan rambatan getaran terhadap badan kapal yang terutama
bersumber dari getaran mesin penggerak kapal serta mesin-mesin lainnya, sedangkan
hantaman gelombang pada lambung kapal baik gelombang dari luar maupun gelombang
yang timbul karena berputarnya propeller, serta benturan antara lambung kapal dengan
perairan saat kapal dioperasikan (terutama pada daerah haluan dan buritan) memberikan
tambahan getaran pada lambung kapal.
Konstruksi kapal dapat rusak karena getaran yang berlebihan yang disebabkan karena
kesalahan perancangan (design) konstruksi dimana getaran tidak tersalurkan dengan baik
sehingga konstruksi mengalami keretakan, robek dan lepasnya pengelasan dari bagian
konstruksi tertentu. Penyebab lainnya adalah terjadinya lendutan pada poros propeller dan
atau rusaknya daun propeller (silahkan lihat pada artikel tentang Pelurusan Poros
Propeller dan Kerusakan Pada Baling-baling), atau proses peletakan mesin penggerak
kapal yang salah (proses alignment) dimana posisi mesin tidak segaris dengan poros
propeller.
Proses Air Pressure Test yang salah dimana tekanan yang diberikan melampaui
batas yang ditentukan, kerusakan dapat berupa; keretakan, robek dan lepasnya pengelasan
dari bagian konstruksi.
Pada saat kapal berada diatas dock, kapal didudukan diatas tumpuan / stop block
(keel block dan side block), posisi stop block tidak berada tepat pada garis sekat atau web
frame, hal ini dapat berakibat terjadinya deformasi atau bahkan robeknya plat kulit kapal.
Bantalan yang berada dibagian atas stop block juga dapat menyebabkan kerusakan bila
tidak memakai kayu yang lunak atau material sejenisnya.
Pada saat kapal berada diatas dock dimana kapal diberi tumpuan atau stop block
dengan jumlah yang tidak memadai sehingga jarak / bagian yang tidak ditumpu terlalu
besar, hal ini dapat menyebabkan lambung kapal mengalami lendutan (banyak terjadi pada
kapal jenis Tongkang / Barge) dimana stop block hanya ditempatkan pada bagian kiri dan
kanan saja sedangkan bagian tengah tongkang tidak diberi tumpuan.
Kapal diluncurkan (launching) dengan perhitungan yang salah, yang dapat berakibat
fatal, umumnya terjadi pada peluncuran kapal bangunan baru (new building).
Hasil survey yang dilakukan sebelum kapal naik dock biasanya akan tertuang dalam sebuah
repair list atau daftar perbaikan kapal yang akan diberikan oleh perusahan pemilik kapal
atau wakil pemilik kapal (owner surveyor) kepada pihak galangan kapal sebagai bahan
acuan untuk memprediksi seberapa besar biaya (estimasi) perbaikan kapal dan berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan tersebut.
Hasil survey yang dilakukan bersama-sama dengan pihak galangan kapal setelah kapal
berada di atas dock akan dipakai sebagai repair list yang disepakati bersama oleh pihak
owner surveyor, class surveyor, dan pihak galangan kapal. Didalam repair list tertulis ukuran
plat yang diperbaiki, letak bagian yang diperbaiki, ukuran profil, dll. bahkan dapat juga
ditambahkan semua pekerjaan lainnya diluar pekerjaan perbaikan lambung kapal.
Umumnya bersamaan dengan survey tersebut dilakukan marking atau penandaan bagian-
bagian dari lambung kapal yang akan diperbaiki. Marking dapat dibuat dengan
menggunakan kapur minyak (sejenis crayon) atau menggunakan cat (spray). Marking dibuat
sejelas mungkin atau mudah untuk dilihat dan terbaca jelas,. Pada marking tertera garis
batasan dari area yang akan diperbaiki (replating) dan ukurannya serta letak dari area
tersebut (no framenya). Setelah marking dibuat dilakukan dokumentasi berupa pencatatan
atau pengambilan foto pada daerah-daerah yang akan diperbaiki untuk bukti adanya
kerusakan pada daerah tersebut.
Plat kapal berlubang karena karat. Plat sekitar lubang diuji, jika ternyata masih tebal
maka pergantian plat hanya sebagian kecil saja yaitu untuk mengganti plat yang berlubang
saja dengan cara croping. Ukuran plat untuk croping minimum 300 x 300 mm. Jika hasil
pengujian didapati ketebalan plat disekitar lubang telah tipis, maka pergantian plat dapat
diperluas sampai didapati batas ketebalan plat yang mencukupi.
Plat kapal berlubang-lubang dengan area yang cukup luas. Pergantian dapat
dilakukan sesuai dengan besarnya area kerusakan atau jika kerusakan hampir mencapai
3/4 bagian plat dari 1 lembar plat maka sebaiknya bagian plat yang berlubang atau rusak
diganti seluruhnya sampai batas sambungan antara plat atau seam welds.
Plat diuji ketebalannya dengan cara Ultrasonic Test, jika ketebalan plat telah
berkurang sebesar 20% dari ketebalan yang seharus terpasang, maka plat harus diganti
baru.
Plat dengan karat yang cukup tebal belum tentu harus diganti baru, pengujian
ketebalan plat dengan menggunakan Ultrasonic Test harus dilakukan.
Plat mengalami deformasi atau terdesak kedalam. Bagian yang mengalami
deformasi atau cekungan yang terdalam diukur, jika deformasi mencapai kedalaman 2,5 x
tebal plat (mm) atau lebih maka plat harus diganti dengan yang baru. Jika kedalaman
deformasi tidak mencapai 2,5 x tebal plat (mm) dan bentuk deformasi tidak curam melainkan
landai maka plat tidak perlu diganti baru.
Plat mengalami deformasi atau terdesak kedalam. Jika deformasi berbentuk curam
dan kedalamannya mencapai 20 mm, sebaiknya diganti baru.
Plat mengalami deformasi atau terdesak kedalam. Jika letak deformasi berada
dibelakang frame atau sekat, sebaiknya dilakukan pengamatan pada bagian dalam kapal
tepat ditempat terjadinya deformasi, jika pengelasan pada bagian frame atau sekat terlepas,
maka harus dilakukan perbaikan / plat diganti baru.
Plat kulit terlipat atau berbentuk gelombang yang bersusun, walaupun tidak terdapat
kebocoran sebaiknya diganti baru.
Dalam menentukan pergantian plat sebaiknya dipakai pemikiran apabila daerah yang
mengalami deformasi mengalami lagi benturan atau gesekan maka kerusakan yang akan
ditimbulkan akan lebih parah lagi.
Pedoman diatas hanyalah sebagai acuan bukan sebuah ketentuan, perbaikan pada
konstruksi kapal hanya dapat dilakukan bila ada kesepakatan antara pemilik kapal atau
owner surveyor dan class surveyor atau berdasarkan inisiatif dari owner surveyor sendiri.
Dokumentasi meliputi :
3. Perbaikan.
Perbaikan pada bangunan kapal dilakukan terbatas hanya pada daerah yang telah diberi
penandaan atau marking saja bedasarkan permintaan dari owner surveyor atau
kesepakatan bersama antara pihak owner surveyor, class surveyor dan pihak galangan
kapal.
Perbaikan konstruksi kapal terdiri atas 5 tahap yaitu :
Pada tahap ini akan dilakukan pekerjaan pemotongan plat dan bagian konstruksi lainnya
yang terkait dengan perbaikan kapal, bagian kapal yang dipotong adalah bagian yang
sesuai dengan marking yang telah disetujui bersama. Untuk menghemat waktu,
pemotongan profil konstruksi dapat dilakukan bersamaan dengan pemotongan plat kulit
kapal, kecuali jika profil dipertahankan atau tidak diganti.
Alat yang digunakan umumnya memakai cutting torch (lampu potong) dengan memakai
campuran gas L.P.G dan Oksigen bertekanan atau memakai alat plasma cutting. Alat bantu
yang digunakan antara lain; palu (hammer) dan chains block. Bila lokasi perbaikan berada
pada tempat yang tinggi maka dibutuhkan alat peranca atau staging. peranca dapat dibuat
dengan memakai potongan-potongan plat yang dibentuk menjadi flat bar (berbentuk persegi
panjang) dan dikombinasikan dengan papan kayu atau bambu yang disatukan sebagai
tempat berpijaknya pekerja atau dapat juga menggunakan staging jenis portable atau
scaffolding yang banyak dijual atau disewakan dipasaran, lengkap dengan catwalknya untuk
tempat berpijaknya pekerja.
Tenaga kerja yang digunakan disebut fitter atau tukang setel. Seorang fitter harus memiliki
keterampilan memotong yang baik dan mampu melakukan penyetelan (fitting) pergantian
konstruksi sesuai dengan bentuk orisinilnya, selain itu fitter juga harus mampu melakukan
pekerjaan pengelasan yang berhubungan dengan penyetelan.
Fitting dilakukan terlebih dahulu terhadap bagian konstruksi yang berada dibagian dalam
(dari dalam kearah luar) atau dimulai dengan membuat konstruksi kerangkanya terlebih
dahulu seperti web frame, ordinary frame, wrang atau floors, girder, center keeel, side keel,
dll. setelah itu disusul dengan pembuatan bagian kulit kapal. Profil dapat difabrikasi terlebih
dahulu sebelum dipasang ditempatnya (sebelum fitting) ini akan menghemat waktu dan
mempermudah pemasangan.
Material yang digunakan sebagai penggantian bagian yang rusak seperti plat haruslah
memakai material yang memiliki sertifikat yang disetujui oleh pihak class dimana kapal
tersebut diklaskan.
Foto atau salinan dari heat number dan sertifikat plat (mill test sertificate) harus dilampirkan
sebagai bukti pemakaian material, dan lampiran tersebut diserahkan kepada pihak class
surveyor. Sertifikat plat tersebut diberikan oleh sipenjual plat kepada pembeli pada saat plat
dibeli atau dapat dimintakan kepada sipenjual pada saat sertifikat tersebut dibutuhkan.
Untuk lebih detail mengenai heat number sebuah plat dapat dilihat pada artikel
tentang Identifikasi Material dan Komponen Kapal.
Alat yang digunakan sama dengan alat yang dipakai waktu melakukan cutting hanya saja
ada tambahan alat bantu kerja berupa baji (bidang miring) dan plat L (plat tebal yang
dibentuk seperti huruf L), kedua alat tersebut digunakan bersama-sama untuk merapatkan
profil pada plat atau meratakan permukaan antara plat yang baru dengan plat yang lama.
Selain itu eye pad atau plat mata (ada juga yang menyebutnya "kupingan") kerap kali
digunakan bersama-sama dengan level block atau chains block.
Tenaga kerja yang dibutuhkan, sama dengan waktu melakukan cutting. Dalam banyak
kasus fitting atau penyetelan, seorang fitter tidak dapat bekerja seorang diri, seorang fitter
membutuhkan pembantu atau helper untuk dapat melakukan pekerjaannya.
Welding dilakukan setelah proses fitting selesai, welding dimulai dari bagian dalam kapal,
bagian yang terlebih dahulu dilakukan pengelasan adalah profil konstruksi atau kerangka
kapal, kemudian menyusul bagian kulit kapal. Pengelasan pada bagian plat kulit kapal
dilakukan terhadap bagian plat dibagian dalam terleh dahulu, sedangkan bagian luar plat
kulit kapal menyusul kemudian setelah melalui proses gouging (baca: gojing) pada bagian
gap antara plat dengan menggunakan kawat las khusus untuk gouging atau memakai kawat
gouging khusus (berbahan karbon) dengan dibantu tekanan angin dari compressor. Prinsip
dasar dari gouging adalah membuka atau membuat alur pengelasan sehingga akar
pengelasan dari hasil pengelasan dibagian dalam atau sisi sebaliknya menjadi terlihat jelas
dan bersih dari terak (slag) yang tersisa, sehingga diharapkan pengelasan yang dilakukan
pada sisi luar plat kulit kapal, hasilnya dapat menyatu dengan baik dengan hasil pengelasan
dari sisi dalam plat kulit kapal.
Alat yang digunakan untuk pengelasan adalah welding machine atau mesin las (listrik). Ada
2 jenis mesin las yaitu; mesin las AC (memakai arus listrik AC) dan mesin las DC (memakai
arus listrik DC). Pada saat mesin las digunakan, arus listrik (current range) harus
disesuaikan dengan ukuran kawat las (electrode) yang dipakai dan juga disesuaikan dengan
posisi pengelasan atau welding position (flat, horizontal, vertical atau overhead). Ukuran
arus dapat memakai acuan yang terdapat pada kemasan atau pembungkus kawat las yang
digunakan.
Pekerja yang melakukan pengelasan disebut dengan welder atau tukang las. Welder untuk
mengelas konstruksi kapal haruslah memiliki keterampilan yang memadai dan bersertifikat,
artinya welder tersebut telah lulus uji keterampilan mengelas sesuai dengan tingkatannya
(welding certification positions). Penempatan welder harus sesuai dengan keterampilannya
misalkan welder bersertifikat untuk pengelasan pada posisi flat (1G) dan vertical (3G) tidak
boleh ditempatkan untuk melakukan pengelasan pada posisi overhead (4G), jadi harus
sesuai dengan keterampilan yang dimiliki agar didapat hasil pengelasan yang baik.
Sedikit info mengenai Plate Welding Certification Positions atau Sertifikasi Posisi
Pengelasan Plat adalah sebagai berikut:
Welder pemegang sertifikat 1G (posisi flat) hanya dapat melakukan pengelasan pada
posisi flat saja.
Welder pemegang sertifikat 2G (posisi horizontal) dapat melakukan pengelasan pada
posisi 1G (posisi flat) dan 2G (posisi horizontal).
Welder pemegang sertifikat 3G (posisi vertical) dapat melakukan pengelasan pada
posisi 1G (posisi flat), 2G (posisi horizontal) dan 3G (posisi vertical). Pengelasan vertikal
dilakukan dari bawah ke arah atas.
Welder pemegang sertifikat 4G (posisi overhead) dapat melakukan pengelasan pada
posisi 1G (posisi flat), 2G (posisi horizontal) dan 4G (posisi overhead) saja, tetapi tidak boleh
melakukan pengelasan untuk posisi 3G (posisi vertical), kecuali welder tersebut memiliki
sertifikat untuk pengelasan pada posisi 3G juga.
Rata-rata class surveyor akan meminta salinan sertifikat posisi pengelasan plat (welding
certification position) dari welder yang dipakai oleh pihak galangan kapal dan Welding
Procedure Specification (WPS) yang digunakan sebelum perbaikan (replating) dilakukan.
Selama melakukan pekerjaan pengelasan seorang welder harus mengenakan tanda
pengenal yang menunjukkan bahwa welder tersebut bersertifikat, hal ini dilakukan untuk
memudahkan pengawasan dalam hal yang berkaitan dengan penempatan welder
sehubungan dengan keterampilan yang dimiliki.
Pemeriksaan setelah perbaikan dilakukan dalam 2 tahap yaitu ; tahap pertama dilakukan
oleh personal dari bagian quality control (QC) dari pihak galangan kapal dan tahap kedua
dilakukan bersama-sama oleh pihak galangan kapal, owner surveyor (OS) dan pihak class
surveyor. Pemeriksaan tahap pertama bukan hanya mengenai selesai atau tidaknya
perbaikan, tetapi juga mencakup pemeriksaan kualitas dari pekerjaan perbaikan tersebut
apakah sesuai dengan standar yang ditetapkan atau tidak, jika tidak maka harus dilakukan
perbaikan kembali. Kesalahan yang umum ditemui adalah mengenai pengelasan dan hal-hal
yang berkaitan dengan sambungan antara bagian profil konstruksi yang lama dengan
bagian profil konstruksi yang baru, serta slag atau terak hasil pengelasan yang belum
dibuang atau dilepas dari kampuh las.
Setelah selesai perbaikan harus dilakukan finishing yaitu membuka semua jenis peranca
(staging) yang dipasang di lokasi perbaikan. Jika yang digunakan adalah peranca buatan
sendiri, maka peranca harus dilepas dari lambung kapal / dipotong dan tempat bekas
peranca menempel tersebut, harus dipoles dengan alat gerinda dan jika tempat bekas
peranca menempel masih menyisahkan lubang atau cekungan pada plat, maka lubang
tersebut harus diisi dengan pengelasan dan kemudian dipoles lagi dengan menggunakan
alat gerinda sampai didapat permukaan plat yang benar-benar rata kembali. Untuk
memudahkan pemeriksaan maka staging atau peranca dibuka setelah selesai pemeriksaan
tahap kedua.
4. Pengujian kekedapan.
Setelah selesai semua pekerjaan perbaikan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan
pengujian terhadap kekedapan dari pengelasan. Pengujian dilakukan terhadap sambungan-
sambungan pengelasan dari antara lain; plat dari kulit kapal, plat sekat, plat geladak, plat
transom, manhole dan instalasi pipa dengan menggunakan metode Air Pressure
Testdan Vacuum Test atau Hydrostatic Pressure Test. Jika yang diperbaiki adalah pintu
kedap air, plat disekitar jendela dan tutup palka maka pengujian dilakukan untuk menguji
kekedapan dari pintu, jendela dan tutup palka dengan menggunakan metode Hose
Test. Jika pada saat pengujian didapati kebocoran, maka bagian yang bocor tersebut harus
diperbaiki, setelah itu dilakukan kembali pengujian kekedapan sampai didapati hasil yang
baik atau tidak adanya kebocoran. Untuk lebih jelasnya mengenai prosedur pengujian
dengan menggunakan metode seperti diatas, dapat dilihat pada artikel sebelumnya
tentang Air Pressure Test, Vacuum Test, Hydrostatic Pressure Test dan Hose Test