Setelah memiliki sikap mental positif sebagai landasan untuk menjadi entrepreneur,
menciptakan mimpi dan berusaha mengejarnya, mengambil langkah dengan memulai bisnis
tanpa uang, mengetahui rahasia atau strategi melambungkan bisnis, maka langkah kelima
adalah menerima kegagalan sebagai pelajaran. Kegagalan merupakan label yang seringkali
kita hubungkan dengan suatu tindakan yang tidak berhasil dan begitu diterapkan, label ini
membuat kita dikatakan orang yang tidak mampu atau orang yang gagal. Hal ini menurunkan
semangat kita untuk menjadi orang yang sukses.
Pada saat kita masih kecil, kegagalan tidak mempunyai makna, karena kita tidak mempunyai
konsep “kegagalan”. Jika kita memiliki konsep kegagalan, maka kita tidak akan dapat
berbicara, karena kita hanya dapat menangis. Bila kita ingin minum susu ibu, maka kita
cukup menangis, ibu kita sudah tahu. Bila kencing, kedinginan ataupun kepanasan cukup
menangis langsung direspon oleh orang tua. Mulai sepatah kata yang tidak jelas meluncur
dari mulut, meskipun tidak jelas kedua orang tua kita tidak menganggap bahwa merupakan
kegagalan, bahkan sebaliknya merupakan keberhasilan, mereka sudah sangat senang,
sehingga akhirnya kita dapat berbicara.
Demikian pula dari hanya bisa tidur terlentang, tengkurap, duduk, mulai merangkak, latihan
berjalan dengan jatuh tidak terhitung jumlahnya. Orang di sekitar tidak mencemooh ketika
jatuh, tidak mencaci ketika menangis kesakitan, tetapi memeluk, menciumi, menimang-
nimang, menghibur, memotivasi untuk belajar berjalan kembali dengan susah payah, tetapi
akhirnya kita dapat berjalan. Andaikata pada waktu kecil, kita mempunyai konsep
“kegagalan” maka kita tidak akan pernah dapat berbicara, berjalan, menulis, membaca dan
sebagainya. Kita sangat beruntung dan bersyukur kepada Allah mempunyai orang tua yang
tidak mengajarkan konsep “kegagalan” ketika masih kecil. Memanglah, sesungguhnya
kegagalan itu “tidak ada”, yang ada hanyalah hasilnya tidak sesuai dengan yang kita inginkan
atau kegagalan itu hanyalah merupakan umpan balik untuk menggapai kesuksesan atau
kegagalan itu hanyalah suatu informasi yang kita butuhkan dan berusaha untuk menggali
lebih dalam agar kita dapat memanfaatkan untuk meraih kesuksesan.
Istilah entrepreneur dipopulerkan
oleh seorang ahli ekonomi Austria yang bernama Joseph Schumpeter (1883-1950). Menurut
Schumpeter keseluruhan proses perbuahan ekonomi akhirnya tergantung pada pribadi
perilakunya yaitu entrepreneur (wiraswastawan). Para entrepreneur melihat perubahan
sebagai norma dan sesuatu yang sehat. Biasanya mereka tidak menciptakan perubahan
sendiri, karena mereka sendiri biasanya bukan penemu (Suyanto, 2004: 3-4).
Seni Entrepreneurship Manusia itu unik, dilahirkan dengan personality yang berbeda,
dibesarkan dengan latar belakang yang berbeda dan memiliki kemampuan yang berbeda pula.
Namun menurut Lwin dkk (2003: 19-23) hampir semua entrepreneur yang sukses memiliki
kesamaan umum: belief, value dan attitudes. Mindset ini adalah sesuatu yang bisa dipelajari
dan diadopsi.
1. Entrepreneur dapat mengatasi kegagalan: Hidup tidak pernah lepas dari hambatan,
terutama kegagalan. Namun kegagalan jangan dijadikan beban. Untuk menjadi
sukses, seorang entrepreneur harus bisa belajar dari kegagalan tersebut dan melihat
kegagalan sebagai suatu yang positif.
2. Entrepreneur mengerti seni menemukan kesempatan: Entrepreneur memiliki
kemampuan untuk melihat kesempatan yang orang lain tidak lihat dan mengambil
keuntungan dari kesempatan tersebut.
3. Entrepreneur berorientasi pada tujuan dan tindakan: Entrepreneur adalah visionaris
yang memiliki mimpi besar. Kemudian mereka membagi dan menjual visinya tersebut
kepada para karyawan dan partner yang akan membantunya bermanifestasi dari visi
menjadi realita. Setiap orang bisa memiliki rencana dan strategi terbaik dalam dunia
ini, tapi bila tidak menjalankan rencana itu menjadi tindakan maka rencana itu
hanyalah sebuah mimpi belaka.
4. Entrepreneur adalah ”people” people: Dalam dunia bisnis, people adalah sumber
paling berharga. Seorang entrepreneur mungkin memiliki ide terbaik, tapi bila
entrepreneur tersebut tidak tahu bagaimana cara menemukan orang-orang yang tepat
untuk bekerjasama dengannya dan tidak dapat memotivasi mereka, maka ide tersebut
tidak akan sukses.
CUSTOMER Model Menurut Gordon (2007: 35), terdapat sebuah model yang berisi
sembilan faktor penting yang harus diperhatikan oleh Entrepreneur, agar sukses dalam
persaingan:
Uang Bukan Segalanya, Tapi Segalanya Butuh Uang (Wisdom from auntie cien)
Entrepreneur yang sukses fokus pada “bagaimana menggerakkan sumber daya terbatas
dengan modal terbatas?”. Entrepreneur tidak akan membiarkan kurangnya uang –
menghentikan atau memperlambat langkah mereka. Pendekatan dasar untuk menggerakkan
dan mengatur sumber daya adalah dengan: bernegosiasi dan barter untuk apapun yang
mereka butuhkan, menggunakan sumber daya milik orang lain, mengontrol sumber-sumber,
meskipun bukan milik mereka sendiri dan meminjam, menyewa atau leasing. (Gordon, 2007:
145-146)