Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat merupakan salah satu penunjang sarana kesehatan. Segala macam penyakit
tidak dapat lepas begitu saja tanpa keberadaan obat. Dengan penggunaan obat kita
harus mengikuti aturan – aturan tertentu karena obat dalam penggunaan yang
digunakan dalam jumlah yang berlebihan dapat meracuni sedangkan racun yang
digunakan dalam jumlah sedikit justru dapat menjadi obat bagi tubuh kita.

Obat antipiretik dan analgesik merupakan obat yang sudah di kenal luas seperti
obat asetaminofen. Bayak dijual sebagai kemasan tunggal maupun kemasan
kombinasi dengan bahan obat lain. Obat ini tergolong sebagai obat bebas sehingga
mudah ditemukan di apotik toko obat maupun warung pinggr jalan. Karena
mudah didapatkan resiko untuk terjadi penyalahgunaan obat ini semakin besar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian obat diuretik ?
2. Apa saja golongan obat diuretik?
3. Apa saja pengobatan untuk obat diuretik?
4. Bagaimana penggunaan klinik diuretik?
5. Bagaimana mekanisme kerja obat diuretik?
6. Apa efek samping obat diuretik?
7. Bagaimana interaksi obat diuretik ?
8. Apa saja contoh obat diuretik?
C. Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian obat diuretik.
2.      Untuk mengetahui golongan obat diuretik.
3.      Untuk mengetahui pengobatan untuk obat diuretik.
4.      Untuk mengetahui penggunaan klinik diuretik.
5.      Untuk mengetahui mekanisme kerja obat diuretik.
6.      Untuk mengetahui efek samping obat diuretik.
7.      Untuk mengetahui interkasi obat diuretik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obat Diuretik
1. Definisi
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin
melalui kerja langsung terhadap ginjal. Istilah diuresis mempunyai dua
pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang
diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut
dalam air. Proses deuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke glomeruli
(gumpalan kapiler) yang terletak d bagian luar ginjal (cortex). Dinding
glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat
di lintasi air, garam, dan glukosa. Fungsi utama diuretik adalah untuk
memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan
sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal.
2. Golongan Diuretik
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
a. Diuretik osmotic
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
1) Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
2) Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula
menurun.
3) Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash
out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit
yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik
osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
b. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase.
Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal
sehingga di samping karbonat , juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak
bersama dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa
hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling
(intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi bikarbonat. Yang termasuk golongan diuretik ini
adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.

c. Diuretik golongan tiazid

Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat
tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam) dan terutama digunakan dalam terapi
pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung (dekompensatio cardis).
Obat-obat ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal
dinaikkan lagi efeknya (dieresis, penurunan tekanan darah) tidak
bertambah.Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ;
klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid,
politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon,
dan indapamid.

d. Diuretik hemat kalium


Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus
koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium
dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton)
atau secara langsung (triamteren dan amilorida).efek obat-obat ini hanya
melemahkan dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya
guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na
dan ekskresi K. proses ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-
obat ini. Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanyalah lemah
efek ekskresinya mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan diuretika
lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka
pemberian bersama dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K
dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari magnesium dihambat.
e. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian
dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium,
kalium, dan klorida. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak
singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada
udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam,
artinya bila dosis dinaikkan Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam
etakrinat, furosemid dan bumetamid.

Tabel tempat dan cara kerja diuretik


Obat Tempat kerja Utama Cara Kerja
Diureti osmotik 1. Tubuli proksimal. Penghambat reabsorpsi
natrium dan air melalui
daya osmotiknya.
Penghambatan
reabsorpsi natrium dan
2. Ansa henle
air oleh karena
hipertonisitas daerah
medula menurun.
Penghambatan
reabsorpsi natrium dan
3. Duktus koligentes
air akibat adanya
papillary wash out,
kecepatan aliran filtrat
yang tinggi, atau adanya
Penghambat enzim faktor lain.
karbonik anhidrase
Penghambatan terhadap
Tiazid reabsorpsi bikarbonat.
Tubuli proksimal
Penghambatan terhadap
Diuretik hemat kalium Hulu tubuli distal reabsorpsi natrium
klorida.

Hilir tubuli distal dan Penghambatan


duktus koligentes daerah reabsorpsi natrium dan
korteks sekresi kalium dengan
jalan antagonisme
Diuretik kuat kompetitif
(spironolakton) atau
secara langsung
Ansa henle bagian (triamteren dan
asenden pada bagian amilirid).
dengan epitel tebal
Penghambatan terhadap
transport elektrolit
Natrium, Kalium,
Klorida.

3. Pengobatan dengan Diuretik


a. Indikasi
b. Deuretik digunakan untuk menurunkan volume dan cairan interstisialdengan cara
yang meningkatkan ekskresi natrium klorida dan air. Bila deuretik diberikan secar
akut, akan terjadi kehilangan natrium lebih banyak daripada jumah natrium yang
masik dan makanan. Tetapi pada penggunaaan kronis akan dicapai keseimbangan,
sehingga natrium yang keluar sama dengan diet rendah garam.

2.      Keadaan yang memerlukan diuresis cepat


Pada udem paru, pemberian furosemid atau asam etakrinat IV dapat menyebabkan
dieresis cepat. Perbaikan yang terjadi sebagian mungkin disebabkan oleh adanya
perubahan hemodiamik yaitu perubahan pada daya tamping vena (venous
capacintance); tetapi efek duresisnya tetap diperlukan untuk mempertahnkan hasil
tersebut.

3.      Udem
Semua diuretic dapat digunakan untuk keadaan udem. Seringkali udem ini disertai
hiperaldonsteronisme dan karena itu penggunaan deeuretika cenderung disertai
kehilangan kalium. Penyebab utama uden adalah payah jantung ; penyebab
lainnya antara lain penyakit hati dan sindrom nefrotik. Pada semua keadaan ini
harus diusahakan meningkatkan kadar kalium dalam serumdengan pemberian
suplemen kalium atau dengan penggunaan bersama deuretik hemat kalium. Pada
penderita sirosis hati yang disertai asites dan udem, sebaiknya digunakan dahulu
diuretic hemat kalium, kemudian disusul dengan diuretic yang lebih kuat.

Pada udem yang disertai gagal ginjal penggunaan tiazid kurang bermanfaat,
sebaliknya diuretic kuat sangat bermanfaat. Dalam hal ini perlu dosis besar untuk
mendapatkan efek pada tubuli proksimal; furosemid lebih disukai dibandingkan
dengan asam etakrinat karena asam etakrinat lebih besar atotoksisitasnya.
Diuretic hemat kalium sama sekali tidak boleh diberikan pada gagal
ginjal,karena ada bahaya terjadi karena hiperkalemia yang fatal.

4.      Hipertensi
Dasar penggunaan diuretic pada hipertensi terutama karena efeknya terhadap
keseimbangan natrium dan terhadap resistensi perifer.
Furosemid dan asam etakrinat mempunyai natriuresus lebih kuat disbanding
dengan tiazid; tetapi keduanya tidak mempunyai efek fasedilatasi arteriol
langsung seperti tiazid. Oleh karena itu tiazid terpilih untuk pengobatan hipertensi
berdasarkan pertimbangan efektivitas maupun besarnya biaya.

4.      Penggunaan klinik diuretic

1.      Hipertensi
Digunakan untuk mengurangi volume darah seluruhnya hingga tekanan darah
menurun. Khususnya derivate-thiazida digunakan untuk indikasi ini. Diuretic
lengkungan pada jangka panjang ternyata lebih ringan efek anti hipertensinya,
maka hanya digunakan bila ada kontra indikasi pada thiazida, seperti pada
insufiensi ginjal. Mekanisme kerjanya diperkirakan berdasarkan penurunan daya
tahan pembuluh perifer. Dosis yang diperlukan untuk efek antihipertensi adalah
jauh lebih rendah daripada dosis diuretic. Thiazida memperkuat efek-efek obat
hipertensi betablockers dan ACE-inhibitor sehingga sering dikombinasi dengan
thiazida. Penghetian pemberian obat thiazida pada lansia tidak boleh mendadak
karena dapat menyebabkan resiko timbulnya gejala kelemahan jantung dan
peningkatan tensi. Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step :
-          Pada sebagian besar penderita. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama
tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya hipokalemia.
-          Payah jantung kronik kongestif. Diuretik golongan tiazid, digunakann bila
fungsi ginjal normal.
Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama bermanfaat pada penderita dengan
gangguan fungsi ginja.
Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat bila ada
bahaya hipokalemia.
-          Udem paru akut. Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid)
-          Sindrom nefrotik. Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat bersama
dengan spironolakton.
-          Payah ginjal akut. Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil, volume
cairan tubuh yang hilang harus diganti dengan hati-hati.
-          Penyakit hati kronik spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau diuretik
kuat).
-          Udem otak. Diuretik osmotic
-          Hiperklasemia
Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl hipertonis.
-          Batu ginjal. Diuretik tiazid
-          Diabetes insipidusDiuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah garam
-          Open angle glaucoma. Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka panjang.
-          Acute angle closure glaucoma. Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan
prabedah. Untuk pemilihan obat Diuretika yang tepat ada baiknya anda harus
periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

Tabel penggunaan klinik diuretik

Penyakit Obat Komentar/keterangan


Hipertensi Tiazid Merupakan pilihan utama
step 1, pada sebagian besar
penderia
Diuretic kuat (biasanya
furosemid) Digunakan bila terdapat
gangguan fungsi ginjal atau
apabila diperlukan efek
diuretic yang segera
Diuretic hemat kalium
Digunakan bersama tiazid
atau diuretic kuat, bila ada
bahaya hipokalemia
Payah jantung kronik Tiazid
kongestif Diuretic kuat Digunakan bila fungsi
(furosemid) ginjal normal. Terutama
bermanfaat pada penderita
deengan gangguan fungsi
ginjal
Diuretic hemat kalium
Digunakan bersama tiazid
atau diuretic kuat bila ada
Udem paru akut bahaya hipokalemia.
Diuretic kuat
Sindrom nefrotik (furosemid)

Tiazid atau diretik kuat


bersama dengan
Payah ginjal akut spironolakton Bila dieresis berhasil,
volume cairan tubuh yang
Manitol dan/atau hilang harus diganti dengan
furosemid hati-hati

Penyakit hati kronik Diuretic kuat harus


digunakan dengan hati-hati.
Spironolakton (sendiri Bila ada gangguan funsi
atau bersama tiazid ginjal, jangan
atau diuretic kuat) menggunakan
Udem otak spironolakton

Hiperkalsemia Diuretic osmotic

Furosemid Diberikan bersama infuse


Batu ginjal NaCL hipertonis

Diabetes insipidus Tiazid


Disertai diet rendah garam
Open agle glaucoma Tiazid
Penggunaan jangka
Acute angle closure Asetazolamid panjang
glaucoma
Diuretic osmotic atau Prabedah
asetazolamid

5.      Mekanisme kerja diuretik


Kebanyakan bekerja dengan mengurangi reabsorbsi natrium , sehingga
pengeluarannya dengan kemih dan demikian juga dari air diperbanyak. Obat-obat
ini bekerja khusus dengan tubuli tetapi di tempat-tempat yang berlainan, yakni :

·         Tubuli proksimal. Disini lebih kurang 70% dari ultrafitrat diserap kembali
secara aktif dengan antara lain glukosa, ureum, ion-ion Na + dan Cl-. Filtrasii tidak
berubah dan tetap isotonic terhadap plasma. Diuretika osmotic (mannitol,
sorbitol, gliserol) bekerja di tempat ini dengan mengurangi reabsorpsi Na+ dan air.

·         Lengkung henle (henle;s loop). Di segmen ini lebih kurang 20% dari Cl -
diangkut secara aktif di sel-sel tubuli dengan disusul secara pasif oleh Na +, tetapi
tanpa air, sehingga filtrasi menjadi hipotonik. Diuretika lengkungan
(furosemida, bumetamida dan etakrinat) bekerja terutama disini dengan
merintangi transport Cl-

·         Tubuli distal bagian depan. Di ujung atas henle’s loop yang terletak dalam
kortex, Na+ di serap kembali secara aktif tanpa penarikan air pula, sehingga filtrate
menjadi lebih cair dan lebih hipotonik. Saluretikan (zat-zat thiazida , klortalidon,
mefrusida dan klopamida) bekerja di tempat ini dengan merintangi reabsorpsi Na +
dan Cl-

·         Tubuli distal bagian belakang. Di sini Na+ diserap kembali secara aktif pula
dan berlangsung penukaran dengan ion-ion K+, H+ Dan NH4+ . Proses ini
dikendalikan oleh hormone anak ginjal aldosteron. Zat-zat penghemat kalium
(spironolakton, triameteren, amilorida) bekerja di semen ini dengan jalan
mengurangi penukaran Na+ dengan K+ , dengan demikian mengakibatkan retensi
kalium . Penyerapan kembali dari air terutama terjadi di saluran pengupul
(duktus colligens) dan di sinilah bekerja hormone anti diuretic vasopressin
(ADH).

6.      Efek samping

Efek-efek samping yang utama yang dapat di akibatkan diuretika adalah:


1.    Hipokalemia
Kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretic dengan ttitik kerja dibagian
muka tubuli distal memperbesar ekskresi ion K dan H karena ditukarkan dengan
ion Na. akibatnya adalah kandungan kalium plasma darah menurun dibawah 3,5
mmol/liter. Keadaan ini terutama dapat terjadi pada penanganan gagal jantung
dengan dosis tinggi furosemida, mungkin bersama thiazida. Gejala kekurangan
kalium ini bergejala kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia, kadang-
kadang juga aritmia jantung tetapi gejala ini tidak selalu menjadi nyata. Thiazida
yang digunakan pada hipertensi dengan dosis rendah (HCT dan klortalidon 12,5
mg perhari), hanya sedikit menurunkan kadar kalium. Oleh karena itu tidak perlu
disuplesi kalium (Slow-K 600 mg), yang dahulu agak sering dilakukan
kombinasinya dengan suatu zat yang hemat kalium suadah mencukupi. Pasien
jantung dengan gangguan ritme atau yang di obati dengan digitalis harus
dimonitor dengan seksama, karena kekurangan kalium dapat memperhebat
keluhan dan meningkatkan toksisitas digoksin. Pada mereka juga d khawatirkan
terjadi peningkatan resiko kematian mendadak (sudden heart death).

2.      Hiperurikemia
Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali
amilorida. Menurut perkiraan, hal ini diebabkan oleh adanya persaingan antara
diuretikum dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli. Terutama
klortalidon memberikan resiko lebih tibggi untuk retensi asam urat dan serangan
encok pada pasien yang peka.

3.      Hiperglikemia
Dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat
dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan. Terutama
thiazida terkenal menyebabkan efek ini, efek antidiabetika oral diperlemah
olehnya.

4.      Hiperlipidemia
Hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar koleterol total (juga
LDL dan VLDL) dan trigliserida. Kadar kolesterol HDL yang dianggap sebagai
factor pelindung untuk PJP justru diturunkan terutama oleh klortalidon.
Pengecualian adalah indaparmida yang praktis tidak meningkatkan kadar lipid
tersebut. Arti klinis dari efek samping ini pada penggunaan jangka panjang blum
jelas.

5.      Hiponatriemia
Akibat dieresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretika lengkungan, kadar Na
plasma dapat menurun drastic dengan akibat hiponatriemia. Geejalanya berupa
gelisah, kejang otot, haus, letargi (selalu mengantuk), juga kolaps. Terutama
lansia peka untuk dehidrasi, maka sebaiknya diberikan dosis permulaan rendah
yang berangsur-angsur dinaikkan, atau obat diberikan secara berkala, misalnya 3-
4 kali seminggu. Terutama pada furosemida dan etakrinat dapat terjadi alkalosis
(berlebihan alkali dalam darah).
6.      Lain-lain
Gangguan lambung usus (mual, muntah, diare), rasa letih, nyeri kepala, pusing
dan jarang reaksi alergis kulit. Ototoksisitas dapat terjadi pada penggunaan
furosemida/bumetamida dalam dosis tinggi.

7.      Interaksi
Pada penggunaan diuretic bersama obat-obat lain, hars selal dipikirkan adanya
interaksi yang mungkin terjadi.

Tabel interaksi klinis yang penting pada penggunaaan diuretik


Obat Diuretik Efek
Kortikosteroid Tiazid Meningkatkan
Diuretic kuat hipokalemia
Aminoglikosid Diuretic kuat
Aminoglikosidsefalospori Diuretic kuat Menambah
Antikolvunsan Furosemid ototoksisitas
Diazoksid Tiazid Menambah
Furosemid nefrotoksisitas
Digitalis Tiazid Menurunkan efek
Diuretic kuat natriuretik
Indometasin Triamteren, amilorid Hiperglikemia
Indometasin dan Tiazid
penghambat prostaglandin Diuretic kuat Meningkatkan
yang lain Tiazid intoksikasi digitalis,
Litium bila terjadi hipokalemai
Tiazid (kemungkinan Payah ginjal akut
Antikoagulan oral diuretik yang lain) Menurunkan efek
natriuretik dan atau
Diuretic hemat kalum efek antihipertensinya
Suplemen kalium Diuretic kuat Meningkatkan kadar
Suksinilkolin litium dalam serum
Kemungkinan semua Menurunkan efek
Tetrasiklin diuretic koagulan akibat
kosentrasi faktor-faktor
Tubokurarin Tiazid pembekuan
Diuretic kuad Hiperkalemia
Vitamin D dan produk- Tiazid Efek blockade saraf-
produk kalsium otot meningkat
Meningkatkan azotemia
pada penderita gagal
ginjal
Blockade di lempeng
saraf meningkat
Hiperkalsemia

Dosis

Dosis midazolam bervariasi tergantung dari pasien itu sendiri.

o   Untuk preoperatif digunakan 0,5 – 2,5mg/kgbb


o   Untuk keperluan endoskopi digunakan dosis 3 – 5 mg
o   Sedasi pada analgesia regional, diberikan intravena.
o   Menghilangkan halusinasi pada pemberian ketamin.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine. Istilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukan adanya penambahan
urine yang diproduksi dan yang kedua menunjukkkan jumlah pengeluaran
(kehilangan) zat-zat terlarut dan air.
Fungsi utama diuretic ialah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volue cairan ekstrasel
kembali menjadi normal.
Diuretik dapat dibagai menjadi 5 golongan yaitu :
1.      Diuretik osmotic
2.      Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3.      Diuretik golongan tiazid
4.      Diuretik hemat kalium
5.      Diuretik kuat
6.      Xantin

B.     Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui
jenis jenis obat diuretic
DAFTAR PUSTAKA

Aslam Mohamed, cik kaw tan, adji prayitno.Farmasi klinis.(2003).Jakarta : PT Elex Media
Komputindo

Drs. Tjah tan hoan & Drs Rahardja kirana. (2008). Obat-obat penting. Jakarta : PT
Gramedia.

Deglin judithhopfer & Vallerant april hazard. (2005). Pedoman obat untuk perawat. Jakarta
: EGC.

Dr Jan Tambayong. (2002). Farmakologi untuk keperawatan. Jakarta : widya medika

Katzung Bertram g. (1997). Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta : EGC

DAFTAR PUSTAKA

  Farmakologi dan terapi.2007.Jakarta: balai penerbit FKUI


  Marmi,Suryaningsih dkk,2011.Asuhan kebidanan Patologi.yogyakarta:pustaka
Pelajar
  Varney Helen,2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol 1.Jakarta:EGC
  http://dwiariyani24.blogspot.co.id/2014/06/makalah-obat-diuretik-
farmakologi.html?m=1
  http://rizkayatinde.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai