Anda di halaman 1dari 4

Submodalities

Di salah satu hari di ramadhan 2008, saya terlibat diskusi dengan Mas Ronny FR, yang
mana beliau ini menurut saya termasuk orang yang agak langka, karena benar-benar
memiliki attitude NLP yang sangat luar biasa !

Kami mendiskusikan beberapa tema-tema sederhana di sekitar materi Hypnotherapy,


yang dikupas berdasarkan “map” NLP.

Salah satunya adalah “perbedaan” filosofi dari teknik “Theater Method of


Dissociation”, yang mungkin di NLP lebih dikenal dengan istilah “Fast Phobia Cure”.
Jika di Hypnotherapy teknik ini bertujuan untuk memperoleh efek desensitization
(berkurangnya sensitivitas) dengan pengulangan-pengulangan “film kejadian” melalui
teknik dissociate dan associate, maka menurut Mas Ronny FR di NLP filosofinya adalah
“pengubahan” Submodalities. Oleh karena itu tekniknya jadi agak “nyeleneh” jika
dipahami dengan kacamata Non NLP, karena bagaimana mungkin mengubah warna film
menjadi hitam-putih, atau mengubah kecepatan film (frame-rate) dapat menyembuhkan
Phobia ??

Tiba-tiba “cling” ….! Ada suatu pemahaman baru memasuki diri saya, sekali lagi barang
lama tetapi mendadak memiliki arti yang benar-benar “baru” ….! Submodalities ….

***

Diskusi berlanjut …..

Berikutnya, melalui Email Mas Ronny bahkan memberikan analogi yang sangat mudah
untuk dipahami oleh awam, yaitu bahwa pengalaman kita akan tertanam di diri kita
(representasi internal) bak suatu Film yang lengkap dengan berbagai efek-efek audio-
visual-nya atau beliau menyebutnya sebagai “Mental Movie”. Nah secara gampangnya
“Mental Movie” inilah yang terekam di Submodalities kita …..

Suatu Movie dapat menghasilkan 1001 efek dramatis dengan mengutak-atik efek audio-
visual yang ada, warna yang dibuat lebih temaram mungkin akan menghasilkan efek
romantis, suara raungan serigala pasti akan menghasilkan efek mistis, dst.

Dengan analogi yang sederhana ini, saya menjadi lebih paham, kenapa ada suatu
peristiwa yang menghasilkan efek traumatis ? Kenapa pula ada suatu peristiwa yang
membuat orang menjadi termotivasi dan bangkit secara luar biasa ? Dan banyak pula
peristiwa dramatis, tetapi tidak menghasilkan efek apapun juga ? Semuanya nyaris
persoalan Submodalities semata, sebagai suatu rekaman akhir dari “Mental Movies” atau
mirip dengan bit-bit yang tersimpan di storage suatu peralatan komputer.

Dengan analogi sederhana ini, maka cukup jelas bagi saya bagaimana mekanisme
seseorang dapat mengalami konversi (perubahan diri) secara ekstrim dan mendadak
(instant).
Sebagai contoh saya pernah mendengarkan kisah dari seseorang yang sangat menyukai
pecel lele, yang tiba-tiba menjadi sangat anti dengan ikan lele, hanya dikarenakan melihat
suatu kolam lele yang (maaf) dibangun di bawah jamban umum. Apa yang terjadi ? Yang
terjadi adalah perubahan Submodalities yang terkait dengan “kesenangan makan pecel
lele” secara ekstrim dan efektif !

***

Berpikir mengenai Submodalities ……

Berhari-hari saya memikirkan soal Submodalities ini …! Menurut saya ini adalah salah
satu aspek NLP yang terpenting ! Jika kita mencoba untuk membagi NLP ke 2 area
utama, yaitu : “The Art of Communication” dan “Personal Excellency”, maka
Submodalities ini merupakan pilar dari “Personal Excellency”. Soal motivasi, soal
penyembuhan mental, semuanya mendadak hanyalah persoalan Submodalities …..!

Dengan pemahaman mengenai Submodalities ini, maka mendadak beberapa teknik NLP
juga menjadi lebih mudah untuk dipahami, misalkan : Swish Pattern, atau Changing
Belief.

Swish Pattern tidak sekedar bemain-main …. wasshh … wushhhh ….! Tetapi ini suatu
teknik yang ternyata dapat merubah Submodalities yang terkait dengan habitual …!

Changing Belief tidak sekedar bermain-main dengan sudut-sudut visualisasi ….! Tetapi
ini merupakan metode untuk merubah keyakinan diri melalui teknik sederhana yang
merubah Submodalities ….!

Dan yang lebih penting lagi …. dengan memahami prinsip Submodalities ini, maka aspek
teknik tidak lagi menjadi penting ! Karena justru kita dapat lebih kreatif untuk
bereksperimen dengan berbagai macam teknik ciptaan kita sendiri yang mungkin justru
lebih efektif dibandingkan dengan misalnya Swish Pattern (?).

***

Eksperimen Submodalities ……

Saya beruntung karena sehari-hari saya aktif sebagai “tukang servis” ! Sehingga saya
dapat melakukan implementasi langsung dan juga memperoleh feedback secara langsung
pula.

Sampai dengan hari ini saya berkesempatan untuk menguji-cobakan prinsip perubahan
Submodalities terhadap 24 kasus, yang terdiri dari : Phobia 15 kasus, Traumatic 3 kasus,
Addiction (narkotika jenis Shabu) 1 kasus, Obsessive-Compulsive Disorder 1 kasus,
Motivational 4 kasus.
Bagi saya kasus-kasus di atas merupakan bagian dari keseharian saya, jadi tidak ada
sesuatu yang istimewa. Lho ?

Nah …. Istimewanya adalah kali ini dengan teknik “utak-atik” Submodalities maka
waktu yang diperlukan untuk menangani suatu kasus menjadi jauh lebih cepat ….!

Untuk kasus Phobia, seringkali intevensi utamanya hanya membutuhkan waktu beberapa
detik saja …! Menit-menit yang lainnya hanyalah teknik untuk melakukan Shifting
Consciousness dan basa-basi di bagian akhir saja ! Sebagai perbandingan, dengan teknik
konvensional biasanya dibutuhkan waktu intervensi sekitar 45 – 60 menit.

***

Bagaimana saya melakukannya ?

Nah sebagai sharing, terutama bagi rekan-rekan pembaca setia Portal NLP yang
berprofesi sebagai Therapist, maka berikut ini sekedar gambaran bagaimana saya
melakukan “utak-atik” Submodalities ini.

(1). Gunakan Waking Trance State

Utak-utak Submodalities sepintas akan sangat mirip dengan sugesti “main-main” dalam
Stage Hypnotism, tetapi filosofinya benar-benar sangat berbeda, karena memanfaatkan
Waking Trance State, yaitu Trance dalam kondisi Waking (membuka mata).

Waking Trance State yang saya maksudkan disini bukanlah kedalaman “Ability To Open
Eyes Without Affecting The Trance” seperti yang dimaksudkan di Davis-Husband Scale,
tetapi benar-benar Waking Trance State yang dibangun sejak awal.

Perhatian : Jangan pernah menggunakan teknik Conventional Hypnotism (pola sleep dan
deepening), karena justru yang diperlukan adalah kesadaran paralel antara Conscious dan
Unconscious.

Nah, untuk membangun Waking Trance State ini dapat dipergunakan pola atau teknik
Ericksonian.

(2). Lakukan Pengubahan Submodalities secara kreatif

Tidak ada pola baku (menurut saya) untuk mengubah Submodalities. Sebagai contoh saya
pernah menangani Phobia katak (kodok), dengan mengajak Client terbang tinggi dan
melihat kodok dari kejauhan, kemudian Client saya ajak menukik dan mengamati dari
dekat bahwa katak tersebut ternyata berubah menjadi kelinci.

Contoh lainnya, saya pernah menggunakan teknik yang mirip dengan Collapsing Anchor
untuk menangani Phobia kecoa, dimana Client saya minta untuk membayangkan kecoa di
telapak tangan kirinya, dan membayangkan kelinci di telapak tangan kanannya, dan
dengan cepat kedua tangan ini ditepukkan, dan menghasilkan citra mental yang baru
mengenai kecoa.

Silakan ciptakan skenario secara kreatif, tidak perlu terikat dengan teknik standar NLP.

(3). Pertahankan sedapat mungkin agar Client tetap membuka mata

Pertahankan Client agar tetap membuka mata, dan tetap dalam kondisi Waking Trance
State, karena dengan tetap membuka mata, maka komunikasi antara Therapist dan Client
akan terjaga secara lengkap dan utuh, serta melibatkan seluruh unsur komunikasi VAK.
Hal ini diperlukan agar Client dapat menyusun Representasi Internal berupa
Submodalities baru tetapi berdasarkan versi dan motivasinya sendiri.

(4). Jangan pernah menggunakan kalimat perintah

Sedapat mungkin Therapist tidak mempergunakan kalimat perintah, atau yang disadari
Client sebagai kalimat perintah. Untuk ini silakan mengacu kepada Milton Model untuk
menyusun pola kalimat agar tidak bernuansa perintah.

***

Kesimpulan sementara …….

Dari teknik “utak-atik” Submodalities ini saya justru mulai menemukan benang merah
antara NLP dan Ericksonian.

Walaupun hanya berdasarkan contoh yang sangat sederhana yaitu penerapan “utak-atik”
Submodalities dalam kondisi Waking Trance State, tetapi dibaliknya terdapat teori
panjang lebar yang terkait dengan Ericksonian, serta perbedaan utama dengan
Conventional Hypnotism.

Mungkin suatu saat dapat kita bahas …..!

***

Akhirnya harap disadari bahwa artikel ini disusun berdasarkan eksperimen pribadi
semata, hanya untuk penambah wacana !

Saya yakin banyak pakar NLP di sini yang dapat memberikan pengkajian yang lebih
“NLP”, sekaligus memberikan ralat atau catatan yang mungkin diperlukan !

Yan Nurindra

Pemerhati NLP

Anda mungkin juga menyukai