Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pondasi dalam suatu bangunan merupakan bagian paling bawah dan
berhubungan langsung dengan tanah. Pada struktur bangunan, pondasi berfungsi
untuk memikul beban bangunan yang ada diatasnya. Untuk menghasilkan bangunan
yang kokoh, pondasi juga harus direncanakan dan dikerjakan dengan sangat hati-hati.
Pondasi harus diperhitungkan sedemikian rupa baik dari segi dimensi maupun secara
analitis mekanis. Untuk memilih pondasi yang memadai, perlu memperhatikan
apakah pondasi tersebut cocok untuk berbagai keadaan di lapangan serta dapat
diselesaikan secara ekonomis sesuai jadwal kerja maka perlu dipertimbangkan
keadaan tanah pondasi, batasan akibat konstruksi diatasnya, batasan dari sekelilingnya
serta waktu dan biaya pengerjaannya. Pondasi diklasifikasikan menjadi dua yakni
pondasi dangkal dan pondasi dalam. Makalah ini akan membahas pondasi dangkal
dan dalam beserta jenis yang termasuk di dalamnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukan pada latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa saja jenis pondasi yang termasuk dalam pondasi dangkal serta metode
pembuatannya?
2. Apa saja pondasi yang termasuk dalam pondasi dalam serta metode
pembuatannya?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pondasi yang termasuk dalam pondasi dangkal serta
metode pembuatannya.
2. Untuk mengetahu pondasi yang termasuk dalam pondasi dalam serta metode
pembuatannya.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah selain memenuhi tugas yang
diberikan dosen juga sebagai sarana pembelajaran dan menambahkan wawasan
mengenai pondasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pondasi Dangkal
Biasanya dibuat  dekat dengan permukaan tanah serta mendukung beban secara
langsung, umumnya  kedalaman pondasi didirikan  kurang 1/3 dari lebar
pondasi sampai dengan kedalaman kurang dari 3 m.  Kedalaman pondasi dangkal
ini bukan aturan yang baku, tetapi merupakan sebagai pedoman. Pada dasarnya,
permukaan pembebanan atau kondisi permukaan lainnya akan mempengaruhi
kapasitas daya dukung pondasi dangkal.  Pondasi dangkal biasanya digunakan ketika
tanah permukaan yang cukup kuat dan kaku untuk mendukung beban yang dikenakan
dimana jenis struktur yang didukungnya tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu
tinggi, pondasi dangkal  umumnya tidak cocok dalam tanah kompresif yang lemah
atau sangat buruk, seperti tanah urug dengan kepadatan yang buruk ,  pondasi dangkal
juga tidak cocok untuk jenis tanah gambut, lapisan tanah muda  dan jenis tanah
deposito aluvial, dll. Apabila kedalaman alas pondasi (Df) dibagi lebar terkecil alas
pondasi (B) kurang dari 4, (Df/B < 4) dan apabila letak tanah baik (kapasitas dukung
ijin tanah > 2,0 kg/cm2) relatif dangkal (0,6-2,0 m) maka digunakan pondasi ini.
Pondasi dangkal juga digunakan bila bangunan yang berada di atasnya tidak terlalu
besar. Rumah sederhana misalnya. Pondasi ini juga bisa dipakai untuk bangunan
umum lainnya yang berada di atas tanah yang keras. Yang termasuk dalam pondasi
dangkal adalah sebahai berikut :
2.1.1 Pondasi Tapak (pad foundations)
Pondasi tapak (pad foundation)  digunakan untuk mendukung beban
titik individual seperti  kolom struktural. Pondasi pad ini dapat dibuat dalam
bentuk bukatan (melingkar), persegi atau rectangular. Jenis pondasi ini
biasanya terdiri dari lapisan beton bertulang dengan  ketebalan yang seragam,
tetapi pondasi pad  dapat juga dibuat dalam bentuk bertingkat  atau haunched
jika pondasi ini dibutuhkan   untuk menyebarkan beban dari kolom
berat. Pondasi  tapak disamping diterapkan dalam pondasi dangkal dapat juga
digunakan untuk pondasi dalam.
a. Bahan
1. Batu pecah/split 2-3 (ukuran diameter batu = 2cm-3cm)
2. Batu pecah/split di atas dapat diganti dengan kerikil.
3. Pasir beton

2
4. Semen pc ( sp=semen portlan)
5. Besi beton
6. Papan kayu bekisting sebagai cetakan.

b. Metode pembuatan
1. Galian tanah liobang pondasi tapak seperti gambar dibawah ini

2. Pabrikasi besi tulangan tapak pondasi tapak

3. Pasang besi stik (besi umpak/besi ompak/besi bumbung) seperti gambar

4. Letakan besi tulangan pondasi yang sudah di fabrikasi kedalam lubang


pondasi sebaiknya dibuat lantai kerja terlebih dahulu.

3
5. Cor tapak pondasi tapak besi keranjang harus tertutup dengan sempurna
dengan ketebalan selimut beton yang cukup pada bagian teratasbesi
keranjang tersebut

6. Setelah beberapa hari (saat beton tapak pondasi cukup keras pasang
bekisting pada besi stik

7. Cor stik tersebut dengan ketinggian yang telah ditentukan

4
8. Setelah beberapa hari saat cor stik cukup keras buka bekisting dan lakukan
pengurukan pada keliling beton stik tersebut hingga tanah urugnya rata
dengan permukaan atas beton stik tersebut.

9. Selanjutnya kita dapat melakukan pemasangan besi pondasi sloof di atasnya


sebelum besi pondasi sloof dipasang dibawahnya dibuatkan lantai kerja
kondisi ini lebih baik dibandingkan tidak ada lantai kerja.

c. Gambar pondasi tapak

5
2.1.2 Pondasi jalur / pondasi memanjang
Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi
menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban
memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau
beban kolom  dimana penempatan kolom  dalam jarak yang dekat dan
fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga
pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang
biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi
ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom
praktis.
a. Bahan
Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan batu pecah, batu kali,
cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu
bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. 

6
b. Gambar

2.1.3 Pondasi rakit


Pondasi rakit adalah plat beton besar yang digunakan untuk mengantar
permukaan dari satu atau lebih kolom di dalam beberapa garis/ beberapa jalur
dengan tanah. Digunakan di tanah lunak atau susunan jarak kolomnya sangat
dekat di semua arahnya, bila memakai telapak, sisinya berhimpit satu sama
lain. Bahan
a. Metode pelaksanaan
Pondasi rakit dapat dipakai pada tanah dengan kapasitas dukung
rendah atau jika jarak kolom atau beban lain sangat dekat dalam kedua arah
sehinggan seluruh telapak bersentuhan satu sama lain sehingga jika
menggunakan pondasi telapak luasan besar (tidak ekonomis). Pondasi rakit
sangat bermanfaat untuk mengurangi perbedaan penurunan dalam berbagai
tanah. Pondasi rakit merupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit
melebar keseluruh bagian dasar bangunan.
Tahapan Pekerjaan Pelaksanaan Pondasi Rakit

1. Persiapan Peralatan
a. Menentukan peralatan apa saja yang akan digunakan dalam
pekerjaan pengecoran, peralatan tersebut harus memiliki daya
jangkau dan daya angkut yang memadai.

7
b. Semua peralatan harus telah diperiksa dan diinspeksi secara rutin
dan ketika akan melakukan pengecoran.
c. Pipa penghubung harus dipasang dengan jarak 2 meter dengan spesi
1 meter terhadap tumpuan.
d. Menyediakan penerangan yang baik di lokasi pengecoran apabila
pekerjaandilakukan di malam hari.
e. Menyiapkan terpal (tarpaulin) penutup untuk mengantisipasi bila
terjadi hujan dan mengarahkan air hujan ke luar lokasi pengecoran.
f. Pompa beton harus berada dekat dengan lokasi pengecoran untuk
menghindari terlalu banyaknya sambungan pipa.
2. Persiapan Pengecoran Beton
a. Sebelum memulai pekerjaan, persetujuan dan izin kerja harus
diberikan oleh Sub Kontraktor dan semua inspeksi harus sudah
dilaksanakan dan disetujui oleh Supervisor Sub Konsultan.
b. Ketinggian beton yang akan dituangkan harus diberi tanda dengan
jelas di sekitar formwork.
c. Lokasi pengecoran selanjutnya dibersihkan menggunakan udara
terkompresi dan membuang sisa-sisa kawat pengikat serta disiram
dengan air bersih yang kemudian dialirkan keluar lokasi
pengecoran.
d. Pagar pengaman atau barikade pengaman harus sudah terpasang
agar proses pengecoran tidak mengganggu pekerjaan yang lain.
e. Untuk pemesanan beton, jumlah beton dihitung berdasarkan shop
drawing yang telah disetujui. Untuk pengecoran skala kecil,
pemesanan dilakukan sesuai perhitungan. Untuk pengecoran skala
besar, jumlah pemesanan ditambah 3% dari total beton yang
dibutuhkan dan harus dikalkulasi berulang kali untuk mencegah
pemesanan berlebih.
f. Peralatan cadangan harus siap di posisi yang ditentukan dan telah
diperiksa serta telah disetujui oleh Sub Konsultan sebelum
pengecoran berlangsung.
3. Pengecekan Beton

8
a. Surat pengantaran beton harus dicek untuk memastikan mix design,
kuantitas, dan slump tepat.
b. Waktu pembuatan beton harus dicek dan dipastikan pengecoran
sebelum 2 jam setelah pembuatan.
c. Tes slump harus dikerjakan menurut sampel kubus yang diambil.
d. Metode pengambilan sampel :
 Pondasi rakit, pelat lantai dan balok = setiap 25m3 harus
diambil 1 set sampel (3 silinder). Bila jumlah beton melebihi
100m3 1 set sampel diambil setiap 100m3.
 Kolom dan dinding = setiap truk mixer harus diambil 1 set
sampel. 1 set sampel berisi 3 silinder. 1 silinder untuk
pengujian kuat tekan beton 7 hari, 1 silinderuntuk pengujian
kuat tekan beton 28 hari, dan 1 silinder untuk cadangan.
4. Pelaksanaan Pengecoran Pondasi Rakit
a. Tidak boleh ada penambahan air pada beton.
b. Memastikan semua platform dan jalan pekerja telah terpasang di
sekitar lokasi pengecoran.
c. Pengecoran harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
pengecoran tidak rata, segregasi, terbuangnya material, serta
rusaknya formwork.
d. Beton haruslah terbentuk sedekat mungkin dengan hasil akhir
sehingga tidak membutuhkan pekerjaan lain setelahnya.
e. Beton haruslah dicor secara berlapis sesuai ukuran vibrator, kecuali
untuk area basemen yang dicor langsung hingga level final.
f. Beton tidak boleh digerakkan secara lateral oleh vibrator.
g. Beton harus digetarkan sesuai pola yang ditentukan untuk
memastikan kepadatan beton.
h. Ketukan ataupun getaran lain dari luar tidak diperbolehkan.
i. Beton tidak boleh jatuh bebas, lebih dari 1,5m untuk pekerjaan
tertutup dan 0,9m untuk pekerjaan terbuka.
j. Lapisan beton horizontal yang telah dipadatkan tidak boleh melebihi
0.3m spasi harus diatur agar tidak terjadi segregasi.

9
k. Setelah ketinggian beton mencapai batas yang diinginkan, dilakukan
pengukuran level dan finish dibuat sesuai standar desain.
l. Bila beton akan dituang ke lokasi yang bersinggungan dengan beton
yang sudah ada sebelumnya, tembok beton yang telah ada akan
disiram air atau dilapisi cairan pengikat yang telah disetujui.
m. Setelah beton mengeras dan formwork telah dilepas, beton
diselimuti dengan karung goni basah dengan overlap 100mm dan
tidak dibuka setidaknya selama 7 hari.
b. Gambar

10
2.2 Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan  permukaan tanah dengan kedalam
tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban struktural dan
kondisi permukaan tanah, pondasi dalam biasanya dipasang  pada kedalaman lebih
dari  3 m di bawah elevasi permukaan tanah.  Pondasi dalam dapat dijumpai dalam
bentuk pondasi tiang pancang, dinding pancang  dan caissons atau pondasi
kompensasi .   Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan
yang lebih dalam untuk mencapai kedalam yang tertentu sampai didapat jenis tanah
yang mendukung daya beban strutur bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok
di dekat permukaan tanah dapat dihindari. Apabila lapisan atas berupa tanah lunak
dan terdapat lapisan tanah yang keras yang dalam maka dibuat pondasi tiang pancang
yang dimasukkan ke dalam sehingga mencapai tanah keras (Df/B >10 m), tiang-tiang
tersebut disatukan oleh poer/pile cap. Pondasi ini juga dipakai pada bangunan dengan
bentangan yang cukup lebar (jarak antar kolom 6m) dan bangunan bertingkat. Yang
termasuk didalam pondasi ini antara lain pondasi tiang pancang, (beton, besi, pipa
baja), pondasi sumuran, pondasi borpile dan lain-lain. Jenis-jenis pondasi dalam
adalah sebagai berikut : 
2.2.1 Pondasi tiang pancang
Pada dasarnya sama dengan bore pile, hanya saja yang membedakan
bahan dasarnya. Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung
ditancapkan langsung ketanah dengan menggunakan mesin pemancang.
Karena ujung tiang pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang
pancang tidak memerlukan proses pengeboran. Pondasi tiang pancang
dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya
dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras
pada posisi sangat dalam. Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah :
bamboo, kayu besi/ kayu ulin, baja, dan beton bertulang. 
a. Bahan
 Tiang pancang beton

11
Agregat kasar, agregat halus, semen portlan, besi tulangan dan air.
 Tiang pancang kayu
Batang pohon yang cabang-cabangnya telah di potong dengan hati-hati
biasanya diberi bahan pengawet dan di dorong dengan ujungnya yang
kecil sebagai bagian yang runcing.
b. Metode pelaksanaan
 Tiang pancang beton
 Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang.
 Pengangkatan tiang.
 Pemeriksaan kelurusan tiang.
 Pemukulan tiang dengan palu (hummer) atau dengan cara hidrolik
 Tiang pancang kayu
 Pencegahan kerusakandilakukan dengan pemangkasan kepala tiang
pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak
lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang
kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif
 Sepatu Tiang Pancang
Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk
melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali bilamana
seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak.
 Pemancangan
 Penyambungan
 Tiang pancang baja struktur
 Kepala tiang pancang
Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak
lurus terhadap panjangnya dan topi pemancang (driving cap) harus
dipasang untuk mempertahankan sumbu tiang pancang segaris
dengan sumbu palu.
 Perpanjangan tiang pancang
harus dilakukan dengan pengelasan. Pengelasan harus dikerjakan
sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula dapat
ditingkatkan.
 Sepatu tiang pancang

12
Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H
atau profil baja gilas lainnya.
c. Gambar

Tiang pancang kayu

2.2.2 Pondasi sumuran


Pondasi sumuran atau cyclop beton menggunakan beton berdiameter
60 – 80 cm dengan kedalaman 1 – 2 meter. Di dalamnya dicor beton yang
kemudian dicampur dengan batu kali dan sedikit pembesian dibagian
atasnya. Pondasi ini kurang populer sebab banyak kekurangannya,
diantaranya boros adukan beton dan untuk ukuran sloof haruslah besar. Hal
tersebut membuat pondasi ini kurang diminati. Pondasi sumuran dipakai
untuk tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50 kg/cm2. Seperti

13
bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur. Pada bagian atas
pondasi yang mendekati sloof, diberi pembesian untuk mengikat sloof.  
a. Bahan
 Semen
 Pasir
 Kerikil
 Batu kali
 Air
b. Metode palaksanaan
1. Buatlah galian tanah dengan ukuran sesuai diameter pipa beton di lokasi
yang akan dibangun pondasi dengan menggunakan cangkul. Untuk
mempermudah pekerjaan penggalian tanah, pakai cangkul yang memiliki
pegangan lebih pendek.
2. Setelah galian tanah telah mencapai kedalaman sekitar 80-100 cm,
masukkan pipa beton yang pertama ke dalamnya. Hati-hati saat
memindahkan pipa beton ini dan pastikan tepat masuk ke dalam lubang
galian tanah.
3. Lanjutkan kembali penggalian tanah di tempat rencana pembuatan
pondasi tersebut. Ingat, lakukan pekerjaan ini dengan lebih hati-hati
mengingat sudah ada pipa beton di dalamnya. Jangan khawatir, selama
Anda meneruskan penggalian tanah, pipa beton akan turun levelnya sesuai
dengan kedalaman permukaan tanah di dalam lubang galian.
4. Pekerjaan penggalian tanah dihentikan setelah mencapai lapisan tanah
yang keras. Biasanya lapisan tanah ini berada di kedalaman yang berkisar
antara 2-3 meter.
5. Setelah itu, masukkan pipa beton kedua ke dalam lubang galian tepat di
atas pipa yang pertama. Masukkan lagi pipa berikutnya hingga ketinggian
susunan pipa beton setara dengan level permukaan tanah. Cek sekali lagi
untuk memastikan pipa-pipa beton tersebut tersusun dengan benar.
6. Agar susunan pipa-pipa beton terangkai kuat, Anda bisa menambal celah-
celahnya dengan adukan semen dan pasir. Biarkan tambalan ini selama
beberapa saat agar mengering sebelum Anda benar-benar menutup
sumuran.

14
7. Buat adukan beton sebagai pengisi pondasi sumuran yang terdiri atas
semen, pasir, kerikil, dan air. Pastikan semua bahan-bahan ini tercampur
rata sebelum digunakan.
8. Masukkan batu kali terlebih dahulu ke dalam sumuran hingga
ketinggiannya mencapai 50 cm. Tuangkan adukan beton di atasnya. Atur
sedemikian rupa agar adukan beton ini bisa masuk ke celah-celah
tumpukan batu kali dan mengikatnya.
9. Masukkan lagi batu-batu kali ke dalam sumuran tadi sampai
ketinggiannya bertambah 50 cm. Jangan lupa tuangkan lagi adukan beton
di atas gundukan batu kali tersebut. Demikian langkah-langah seterusnya
hingga seluruh volume sumuran terisi penuh oleh batu kali dan adukan
beton.
10. Di bagian atas pondasi sumuran ini, Anda bisa melakukan pekerjaan
pembesian untuk membuat kolom bangunan.
c. Gambar

15
16
2.2.3 Pondasi piers ( dinding diafragma)
Adalah pondasi untuk meneruskan beban berat struktural yang dibuat
dengan cara  melakukan penggalian dalam, kemudian struktur pondasi pier
dipasangkan kedalam galian tersebut. Satu keuntungan pondasi pier  adalah
bahwa pondasi jenis ini lebih murah dibandingkan dengan  membangun
pondasi dengan jenis pondasi menerus, hanya kerugian yang dialami adalah
jika lempengan pondasi yang sudah dibuat mengalami kekurangan ukuran
maka kekuatan jenis pondasi tidak menjadi normal.  Pondasi pier  standar
dapat dibuat dari beton bertulang pre cast. Karena itu,
aturan perencanaan  pondasi pier terhadap balok beton diafragman  adalah
mengikuti   setiap  ukuran ketinggian pondasi yang direncanakan.   Pondasi
pier dapat divisualisasikan sebagai bentuk tabel ,  struktur adalah sistem
kolom vertikal yang terbuat dari beton bertulang ditempatkan di bawah
bangunan yang ditanamkan dibawah tanah yang sudah digali.  Lempengan
beton diafragma  ini mentransfer beban bangunan terhadap  tanah.  Balok
dibangun di atas dinding diafragma vertikal (pondasi pier) yang menahan
dinding rumah atau struktur. Banyak rumah  didukung sepenuhnya dengan
jenis pondasi ini, dimana beton yang dipasang  juga berguna sebagai dinding
pada ruang bawah tanah, dimana ruang tersebut digunakan sebagai gudang
penyimpanan atau taman.  Beton pondasi pier biasanya dibuat dalam bentuk
pre cast dalam berbagai ukuran dan bentuk, dimana sering dijumpai dalam
bentuk persegi memanjang dengan ketinggian sesuai dengan ukuran
kedalaman yang diperlukan. Tapi beton dapat juga dibuat dalam bentuk
bulatan. Setelah beton bertulang cukup kering kemudian di masukkan ke
dalam tanah yang sudah digali  dan disusun secara bersambungan.  Setelah
tersusun dengan baik kemudian baru dilanjutkan dengan konstruksi
diatasnya. 
a. Bahan
Pondasi piers standar dapat dibuat dari beton bertulang pre-cast. Beton
bertulang pre-cast atau pracetak adalah beton bertulang yang dihasilkan
melalui pencetakan dengan berbagai macam bentuk, pencetakan beton
precast berdasarkan standarisasi yang telah ditentukan. Produksi beton
precast biasa dipabrik-pabrik khusus.
b. Metode pelaksanaan

17
1. Pengeboran dan penggalian tanah menggunakan sistem bentonite untuk
mengstabilkan tanah.
2. Pembuangan tanah bekas galian menggunakan alat transportasi dum truck
3. Pemasangan besi tulangan diafragma wall
4. Pelaksanaan pekerjaan pengecoran

c. Gambar

18
2.2.4 Pondasi caissons (bor pile)
Pondasi bor pile adalah bentuk pondasi dalam yang dibangun di dalam
permukaan tanah, pondasi di tempatkan sampai ke dalaman yang dibutuhkan
dengan cara membuat lobang dengan sistim pengeboran  atau pengerukan
tanah. Setelah kedalaman sudah didapatkan kemudian pondasi pile dilakukan
dengan pengecoran beton bertulang terhadap lobang yang sudah di bor.
Sisitim pengeboran dapat dialakukan dalam berbagai jenis baik sistim maual
maupun sistim hidrolik. Besar  diameter dan kedalaman galian dan juga
sistim penulangan beton bertulang didesain berdasarkan daya dukung tanah
dan beban yang akan dipikul. Fungsional pondasi ini juga hampir sama
pondasi pile yang mana juga ditujukan untuk  menahan beban  struktur
melawan gaya angkat dan juga membantu struktur dalam melawan kekuatan
gaya lateral dan gaya guling.
a. Bahan
 Semen portland tipe 1
 Aggregate kasar dari batu pecah / crushed stone ukuran 1 – 2 cm dan 2 – 3
cm.
 Aggregate halus / pasir ukuran 0,1 – 4 mm dan bergradasi baik
 Air
b. Metode pelaksanaan

1. Pekerjaan Persiapan :

 Persiapan lahan untuk merakit dan mendirikan mesin bor pada titik yang
akan di bor 
 Pembuatan sumur air bila di dekat lokasi tersebut tidak terdapat air
(untuk pengeboran dengan sistem wash boring).
 Pengadaan bak sirkulasi (untuk pengeboran dengan sistem wash boring).
 Pengadaan material
 Perakitan baja tulangan.

2. Pengeboran :

19
 Pengeboran dengan sistem dry driling : tanah dibor dengan
menggunakan mata bor spiral dan diangkat setiap interval kedalaman 0,5
meter. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai kedalaman yang
ditentukan.
 Pengeboran dengan sistem wash boring : tanah dikikis dengan
menggunakan mata bor cross bit yang mempunyai kecepatan putar 375
rpm dan tekanan +/- 200 kg. Pengikisan tanah dibantu dengan tiupan air
lewat lubang stang bor yang dihasilkan pompa sentrifugal 3″. Halini
menyebabkan tanah yang terkikis terdorong keluar dari lubang bor.
 Setelah mencapai kedalaman rencana, pengeboran dihentikan, sementara
mata bor dibiarkan berputar tetapi beban penekanan dihentikan dan air
sirkulasi tetap berlangsung terus sampaicutting atau serpihan tanah betul-
betul terangkat seluruhnya. Selama pembersihan ini berlangsung, baja
tulangan dan pipa tremi sudah disiapkan di dekat lubang bor.
 Setelah cukup bersih, stang bor diangkat dari lubang bor. Dengan
bersihnya lubang bor diharapkan hasil pengecoran akan baik hasilnya.

3. Pemasangan kerangka Baja Tulangan dan Pipa Tremie.


 Kerangka baja tulangan yang telah dirakit diangkat dengan bantuan
diesel winch dalam posisi tegak lurus terhadap lubang bor dan
diturunkan dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak singgungan dengan
lubang bor.
 Baja tulangan yang telah dimasukan dalam lubang bor ditahan dengan
potongan tulanganmelintang lubang bor. Apabila kebutuhan baja
tulangan lebih dari 12 meter bisa dilakukan penyambungan dengan
diikat kawat beton dengan panjang overlap 30 – 40 D atau dengan cara
las.
 Setelah rangka baja tulangan terpasang, pipa tremi disambung dan
dimasukkan kedalam lubang dengan panjang sesuai kedalaman lubang
bor.
 Apabila pada waktu pemasangan baja tulangan terjadi singgungan dan
terjadi keruntuhan didalam lubang bor, maka diperlukan pembersihan
ulang dengan memasang head kombinasidiameter 6″ ke diameter 2″.

20
Dengan memompakan air kedalam stang bor dan pipa tremi,maka
runtuhan-runtuhan dan tanah yang menempel pada besi tulangan dapat
dibersihkankembali.
 Pada saat pembersihan dilakukan, pengadukan beton bisa mulai
dilakukan.

4. Pekerjaan Pengecoran :

Setelah pembersihan lubang bagian akhir selesai, head kombinasi dibuka


dan diganti corongcor yang disambung dengan pipa tremi. Pengecoran
adalah bagian akhir dari pekerjaan bored pile dimana langkah pengecoran
awal adalah bagian terpenting dari pekerjaan ini.

 Untuk memisahkan adukan beton dari lumpur bor pada pengecoran


awal, digunakan kantong plastik yang telah diisi adukan beton dan diikat
dengan kawat beton yang digantungdi bagian dalam lubang tremi.

 Setelah tenaga cor siap, beton ditampung di dalam corong cor dan
ditahan oleh bola-bola beton pada kantong plastik. Setelah cukup
penuh,bola kantong plastik dilepas sehinggaterdorong beton yang ada di
dalam lubang tremi. Selanjutnya penuangan beton dilakukan dengan
cepat sehingga cukup untuk mendorong air lumpur bor yang ada di
dalam lubangtremi. Slump adukan beton untuk bored pile tidak
boleterlalu rendah (minimal 16 cm)sehingga mudah mengalir dan
mendorong lumpur yang ada di dalam lubang bor.

 Pengecoran selanjutnya dilakukan secara kontinyu dan tidak terputus


lebih dari 10 menit.Dengan sistem tremi ini pengecoran dimulai dari
dasar lubang dengan mendorong air /lumpur dari bawah keluar lubang.

 Setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremie tertanam beton biasanya
beton tidak dapat mengalir karena ada tekanan dari bawah. Untuk
memperlancar adukan beton didalam pipatremi, dilakukan hentakan
hentakan pada pipa tremi. Pipa tremi harus selalu terbenam dalamadukan

21
beton dan pengisian di dalam corong harus dijaga terus menerus agar
corong tidak kosong.

 Pipa tremi dilepas setiap 2 meter dan dilakukan setelah pipa tremi naik
ke permukaanlubang lebih dari 2 meter.

 Pengecoran dihentikan setelah adukan beton yang naik ke permukaan


telah bersih darilumpur. Bila pengecoran dihentikan di bawah
permukaan tanah (karena perhitungan adanya galian tanah), maka tinggi
pengecoran minimal harus 0,5 meter di atas level rencana bagian atas
bored pile (sampai beton pada rencana bagian atas tidak tercampur
Lumpur lagi).

 Pembersihan dan pemasangan kembali.Setelah pekerjaan pengecoran


selesai, semua peralatan dibersihkan dari sisa beton dan lumpur dan
disiapkan kembali untuk dipakai pada titik bor berikutnya.

c. Gambar

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Pondasi dalam suatu bangunan merupakan bagian paling bawah dan berhubungan
langsung dengan tanah. Pada struktur bangunan, pondasi berfungsi untuk memikul
beban bangunan yang ada diatasnya. Untuk menghasilkan bangunan yang kokoh,
pondasi juga harus direncanakan dan dikerjakan dengan sangat hati-hati. Pondasi
terdiri dari dua jenis yaitu pondasi dalam dan pondasi dangkal. Pondasi dalam terdiri
dari, pondasi tapak, pondasi jalur, pondasi rakit dan sebagainya. Pondasi dalam terdiri
dari pondasi tiang pancang, pondasi sumuran, pondasi dinding diafragma, dan pondasi
bor pile. Masing-masing pondasi memiliki perbedaan pada bahan maupun metode
pengerjaan.

23

Anda mungkin juga menyukai