Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Referat
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Referat
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Referat
FAKULTAS KEDOKTERAN
PENYUSUN:
K1A1 13 095
PEMBIMBING:
FAKULTAS KEDOKTERAN
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya. 1
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di
dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang
terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan
keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang
berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk
jangka panjang. 2
Tata kelola Desa yang demokratis dan berkeadilan sosial wajib ditegakkan agar
Desa mampu secara mandiri menyelenggarakan pembangunan Desa secara partisipatif yang
ditujukan untuk mewujudkan peningkatan kualitas hidup manusia, peningkatan
kesejahteraan masyarakat Desa dan penanggulangan kemiskinan. 3
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat. 3
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diambil perumusan masalah yaitu :
Bagaimana Tata Kelola Dana Desa Terhadap Kesehatan Jiwa Di Desa Mataiwoi Kabupaten
Konawe Selatan Provinsi Sultra
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tata kelola dana desa terhadap kesehatan jiwa di desa Mataiwoi Kabupaten
Konawe Selatan provinsi Sultra
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat. 5
b. Tujuan
Pengaturan prioritas penggunaan Dana Desa bertujuan untuk:
Memberikan acuan bagi Pemerintah Pusat dalam pemantauan dan evaluasi penggunaan
Dana Desa
Memberikan acuan bagi Pemerintah Daerah Provinsi dalam memfasilitasi penggunaan
Dana Desa melalui pendampingan masyarakat Desa 5
Memberikan acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam membina dan
memfasilitasi penggunaan Dana Desa dan
Memberikan acuan bagi Desa dalam menyelenggarakan Kewenangan Hak Asal Usul
dan Kewenangan Lokal Berskala Desa yang dibiayai Dana Desa. 5
c. Prinsip-Prinsip 5
Prioritas penggunaan Dana Desa didasarkan pada prinsip - prinsip:
1. Keadilan: mengutamakan hak dan kepentingan seluruh warga Desa tanpa
membeda-bedakan
2. Kebutuhan Prioritas: mendahulukan kepentingan Desa yang lebih mendesak,
lebih dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan kepentingan sebagian besar
masyarakat Desa
3. Terfokus: mengutamakan pilihan penggunaan Dana Desa pada 3 (tiga) sampai dengan
5 (lima) jenis kegiatan sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan prioritas nasional,
daerah provinsi, daerah kabupaten/kota dan desa, dan tidak dilakukan praktik
penggunaan Dana Desa yang dibagi rata.
4. Kewenangan Desa: mengutamakan kewenangan hak asal usul dan kewenangan lokal
berskala Desa
5. Partisipatif: mengutamakan prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat Desa;
6. Swakelola: mengutamakan kemandirian Desa dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan Desa yang dibiayai Dana Desa.
7. Berdikari: mengutamakan pemanfaatan Dana Desa dengan mendayagunakan
sumber daya Desa untuk membiayai kegiatan pembangunan yang dikelola dari,
oleh dan untuk masyarakat Desa sehingga Dana Desa berputar secara
berkelanjutan di wilayah Desa dan/atau daerah kabupaten/kota.
8. Berbasis sumber daya Desa: mengutamakan pendayagunaan sumber daya
manusia dan sumber daya alam yang ada di Desa dalam pelaksanaan pembangunan
yang dibiayai Dana Desa.
9. Tipologi Desa: mempertimbangkan keadaan dan kenyataan karakteristik
geografis, sosiologis, antropologis, ekonomi, dan ekologi Desa yang khas, serta
perubahan atau perkembangan dan kemajuan Desa.
4. Publikasi 5
Prioritas penggunaanDana Desa di bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan
masyarakat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 wajib dipublikasikan oleh
Pemerintah Desa kepada masyarakat Desa di ruang publik yang dapat diakses masyarakat
Desa.
Publikasi penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
swakelola dan partisipatif dengan melibatkan peran serta masyarakat Desa.
Dalam hal Desa tidak mempublikasikan penggunaan Dana Desa di ruang publik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotamemberikan
sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kewenangan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari kewenangan Desa
berdasarkan hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala Desa yang ditetapkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Penetapan prioritas penggunaan Dana Desa
dilaksanakan dalam penyusunan RKP Desa. Penetapan prioritas penggunaan Dana Desa
dilaksanakan secara terpadu dengan perencanaan pembangunan nasional, daerah provinsi,
dan daerah kabupaten/kota.
METODE PENELITIAN
Desa Mataiwoi merupakan salah satu desa dalam wilayah Kecamatan Mowila Kabupaten
Konawe Selatan. Terletak kurang lebih antara 1 KM dari Kecamatan Mowila, 46 KM dari Ibu
Kota Kabupaten dan 52 KM dari Ibu Kota Provinsi. Secara administratif, wilayah Desa
Mataiwoi memiliki batas sebagai berikut :
Luas wilayah Desa Mataiwoi adalah 13.630 Ha (9,85 km 2) yang terdiri dari 15% berupa
pemukiman, 75% berupa daratan yang digunakan untuk lahan Perkebunan, Pertanian 5%
serta 5% berupa lahan budidaya peternakan. Sebagaimana wilayah tropis, Desa Mataiwoi
mengalami musim kemarau dan musim penghujan dalam tiap tahunnya. Rata-rata
perbandingan musim penghujan lebih besar daripada musim kemarau.
Jarak pusat desa dengan ibu kota kabupaten yang dapat ditempuh melalui perjalanan darat
kurang lebih 52 km. Kondisi prasarana jalan poros desa masih berupa jalan konstruksi lapen
dengan kondisi rusak parah mengakibatkan waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor
mencapai kurang lebih 60 menit. Sedangkan jarak pusat desa dengan ibu kota kecamatan
yang dapat ditempuh melalui perjalanan darat kurang lebih 1 km. Kondisi ruas jalan poros
desa berupa aspal sehingga dapat dilalui dengan waktu 5 menit.
Desa Mataiwoi merupakan wilayah paling potensial untuk usaha budidaya lada dan
peternakan. Hal tersebut didukung oleh kondisi geografis yang baik. Dukungan pemerintah
daerah untuk pengembangan potensi budidaya tanaman lada.
2. Sejarah Desa
Desa Mataiwoi merupakan wilayah pemekaran dari Desa Mowila yang lebih dikenal dengan
sebutan dusun II Rapawuhoi. Seiring dengan perkembangan waktu, jumlah penduduk serta
kebutuhan akan pelayanan masyarakat maka tokoh masyarakat wilayah Dusun II Rapawuhoi
Desa Mowila memperjuangkan pembentukan desa melalui proses pemekaran desa.
Sebelum pemekaran, dusun II Rapawuhoi Desa Mowila pada awalnya dijadikan sebagai Desa
Persiapan pada tahun 1999. Untuk pembagian wilayahnya dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu
Dusun I, Dusun II dan Dusun III.
Pada tanggal 14 April 2004, Desa Mataiwoi diresmikan menjadi desa defenitif oleh Bupati
Konawe Selatan Bapak Drs. H. Imran, M.Si. Mataiwoi berasal dari kata “Mata Air”
merupakan penegasan bahwa sebagian wilayah mempunyai wilayah perbukitan yang
memiliki mata air yang dalam bahasa Daerah Tolaki disebut Mata Iwoi. Dengan penamaan
Mataiwoi diharapkan desa ini memiliki kemajuan dan kejayaan dalam segala usaha baik
dibidang perkebunan, pertanian maupun budidaya peternakan.
Setelah terbentuknya Desa Mataiwoi secara resmi, untuk Pejabat Sementara Kepala Desa
adalah Bapak Muh. Nasrun S. Kalenggo. Kantor sekaligus Balai Desa sementara menempati
Balai Desa yang terletak di Dusun III. Pada Tahun 2010 – 2014, pada tahun 2014
dilaksanakan pemilihan kepala desa yang pertama dan kembali Bapak Muh. Nasrun S.
Kalenggo ditetapkan sebagai kepala desa hingga tahun 2009, pada tahun 2009 dilaksanakan
pemilihan Kepala Desa yang kedua dan ditetapkan Bapak Ahmad Muis menjadi Kepala Desa
hingga September 2017. Dengan berakhirnya masa jabatan Bapak Ahmad Muis untuk
mengisi kekosongan pemerintahan dilanjutkankan PJS (Pejabat Sementara) yang di isi dari
pihak Kecamatan Mowila yaitu Bapak Alimain, SE menjabat dari September hingga
pemilihan Kepala Desa Tahun 2018. Pada tahun 2018 dilaksanakan pemilihan kepala desa
yang Ketiga dan kembali Bapak Muh. Nasrun S. Kalenggo terpilih sebagai Kepala Desa
Mataiwoi hingga saat ini.
Sejak terbentuk Desa Mataiwoi secara resmi, telah banyak pembangunan yang dilaksanakan
dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dalam menunjang kawasan Mina Politan,
bantuan dan pembangunan sarana prasarana telah banyak dilaksanakan.Permasalahan telah
banyak terselesaikan, tetapi karena perkembangan waktu, luas wilayah, jumlah penduduk,
dukungan potensi, serta pemenuhan kebutuhan masyarakat, masih banyak program
pembangunan yang harus dilaksanakan.
3. Demografi
Demografi adalah studi ilmiah tentang penduduk, terutama tentang jumlah, struktur dan
perkembangannya. Berdasarkan data profil desa, jumlah penduduk Desa Mataiwoi adalah
783 jiwa (data tahun 2011).
4. Keadaan Ekonomi
Wilayah Desa Mataiwoi memiliki berbagai potensi yang baik. Potensi tersebut dapat
meningkatkan taraf perekonomian dan pendapatan masyarakat. Disamping itu, lokasi yang
strategis yang terletak di antara beberapa kabupaten dan pusat kegiatan perekonomian,
memberikan peluang kehidupan yang lebih maju dalam sektor formal maupun non formal.
Tabel berikut menyajikan data keadaan ekonomi penduduk Desa Mataiwoi.
Wilayah Desa Mataiwoi dibagi menjadi 4 (empat) Dusun. Setiap dusun dipimpin oleh Kepala
Dusun sebagai delegasi dari Kepala Desa di dusun tersebut. Pusat Desa Mataiwoi terletak di
Dusun III. Pembagian wilayah Desa Mataiwoi tersaji dalam tabel berikut.
B. Pembahasan
Sebagai penyelenggara, pemerintah desa tidak hanya mengelola dana desa yang bersumber
dari APBN. Selain mengelola dana transfer Pemerintah (pusat), pemerintah desa juga
mengelola Alokasi Dana Desa (ADD), Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah, Bantuan
Keuangan Provinsi serta pendapatan asli desa (PADes).
Secara regulatif semua keuangan desa ini akan terdokumentasi dalam bentuk APBDes. Yang
pengelolaannya mengikuti berbagai petunjuk peraturan perundang-undangan. Ini artinya,
pemerintah desa tidak lagi sembarangan mengelola keuangan desa. Sekalipun otoritas sebagai
kuasa pengguna anggaran dan pengguna anggaran ada pada seorang kepala desa.
Menurut ketentuan umum pasal 1 ayat 6, Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, pengelolaan
keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Batasan ini sungguh jelas
dan point pertama yang patut kita pahami bersama adalah perencanaan. Perencanaan telah
menjadi icon sekaligus syarat dasar bagi pengelolaan keuangan desa. Karena itu, sebagai
penyelenggara, pemerintah desa wajib menyediakan dokumen perencanaan sebelum
mengelola keuangan desa.
Ada tiga jenis dokumen penting perencanaan yang mesti disediakan oleh pemerintah desa.
Ketiga dokumen tersebut adalah RPJMDes, RKPDes dan APBDes. Secara legalitas ketiga
dokumen ini telah diatur dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa dan Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan
Desa serta peraturan terkait lainnya tentang desa. Tanpa dokumen ini pemerintah desa tidak
boleh mengelola keuangan desa. Jika pemerintah desa memaksakan diri, pasti akan timbul
masalah dalam pengelolaan keuangan desa.
Menurut UU No.6 tahun 2014, Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat. Sehingga sumber dana Dana Desa berasal dari APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara).
Pada Desa Mata Iwoi untuk dana desa didistibusikan secara merata, pada kesempatan ini
akan dibahas dana kesehatan Jiwa pada penduduk Desa Mataiwoi yang bersuku Tolaki,
dimana pada desa ini sebagian penduduknya bersuku Tolaki. Diperkirakan 50% suku Tolaki
mendominasi di desa ini.
Pendanaan Kesehatan secara pada desa ini di salurkan khusus untuk kesehatan Lansia dan
Gizi. Hal ini di karenakan permasalahan yang sering timbul dibidang kesehatan kurang nya
gizi pada anak-anak yang sedang tumbuh kembang, oleh karena itu pihak pemerintah
setempat mengalokasikan dana khusus untuk kesehatan dibidang gizi. Serta permasalahan
yang sering muncul setelah gizi adalah kesehatan pada orang-orang yang lanjut usia.
Oleh karena itu baiknya dari pihak pemerintah di semua tempat menyediakan atau
mengalokasiakan dana untuk kesehatan jiwa, karena diketahui bersama kemunduran
produktifitas masyarakat bukan sekedar dari segi gizi maupun lansia, yang pada umumnya
disetiah tempat di alokasikan. Untuk kegiatan yang dapat di buat dengan pendanaan desa
yaitu salah satunya Tri Upaya Sehat Jiwa yang merupakan upaya kesehatan jiwa meliputi 3
upaya pokok, meliputi upaya preventif gangguan jiwa dan promotif kesehatan jiwa, upaya
kuratif dan upaya rehabilitatif. Sehingga dapat mencegah bertambahnya orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ)
BAB IV
SIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Dana Desa adalah skema pemberian dana kepada desa yang bersumber dari
APBN dalam rangka meningkatkan pembangunan desa dan pemberdayaan
masyarakat desa. Untuk memastikan Dana Desa digunakan secara efektif
maka diperlukan enam prinsip sebagai berikut: keadilan, kebutuhan prioritas,
kewenangan desa, partisipatif, swakelola & berbasis sumberdaya, dan
memperhatikan tipologi desa. Prioritas penggunaan Dana Desa disesuaikan
dengan tipe desa yang terdiri dari (1) Desa tertinggal atau Desa sangat
tertinggal, (2) Desa berkembang, dan (3) Desa maju atau desa mandiri.
Seluruh jenis desa tersebut juga harus memprioritaskan penggunaan Dana
Desa untuk membangun jaringan komunikasi desa dan lintas budaya desa.
Penggunaan Dana Desa untuk bidang kesehatan sebaiknya
mempertimbangkan kewenangan lokal desa yang meliputi: pelayanan dasar
kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Prioritas penggunaan Dana Desa untuk bidang kesehatan pada dasarnya
ditujukan untuk meningkatkan pembangunan kesehatan di desa dan
memberdayakan masyarakat agar tercapai tujuan kesejahteraan masyarakat.
Setiap tahun prioritas tersebut dievaluasi.
2. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup
seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia dengan ciri
menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi tekanan hidup
yang wajar, mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat
berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada
pada dirinya, merasa nyaman bersama dengan orang lain.
B. Saran
Perlu adanya evaluasi dalam penggunaan dana desa, khususnya di desa Mataiwoi. Agar dana
desa yang sudah di anggarkan dapat digunakan untuk kesehatan jiwa mengingat pentingnya
Upaya Kesehatan Jiwa dalam mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap
individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014
Tentang Kesehatan Jiwa. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571. Jakarta :
Sekretariat Negara
Kemenkes RI. 2016. Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta : Depkes
RI.
http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-dukung-kesehatan-jiwa-
masyarakat.html
Pemerintah Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2019. Jakarta : Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan
Transmigrasi Republik Indonesia
Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495. Jakarta : Sekretariat
Negara
Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan. 2019. Data Pokok Desa/Kelurahan Bulan Januari
Tahun 2019. Mataiwoi : Profil Desa Dan Kelurahan