Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Referat

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT

RSJ DR. SOEPARTO HARJOHUSODO AGUSTUS 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

TATA KELOLA DANA DESA TERHADAP KESEHATAN JIWA DI DESA


MATAIWOI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULTRA

PENYUSUN:

Wa Ode Dewiud Retnosari, S.Ked

K1A1 13 095

PEMBIMBING:

dr. Junuda RAF, M.Kes, Sp.KJ

RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEPARTO HARJOHUSODO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI
2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya. 1

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di
dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang
terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan
keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang
berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk
jangka panjang. 2

Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang


ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas
mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau
sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. 2

Oleh karena itu diperlukannya upaya promotif dilingkungan masyarakat sebagaimana


yang telah dijelaskan dalam UU RI No 18 pasal 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa. Upaya
promotif yang dilaksanakan dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai
Kesehatan Jiwa, serta menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif untuk pertumbuhan
dan perkembangan jiwa yang sehat. 1
Undang-undang No 6 tahun 2014 tentang desa mendefinisikan desa sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwewenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3

Tata kelola Desa yang demokratis dan berkeadilan sosial wajib ditegakkan agar
Desa mampu secara mandiri menyelenggarakan pembangunan Desa secara partisipatif yang
ditujukan untuk mewujudkan peningkatan kualitas hidup manusia, peningkatan
kesejahteraan masyarakat Desa dan penanggulangan kemiskinan. 3

Pembangunan Desa dikelola secara partisipatif dikarenakan melibatkan peran serta


masyarakat Desa. Pembangunan Desa mengarah pada terwujudnya kemandirian Desa
dikarenakan kegiatan pembangunan Desa wajib diswakelola oleh Desa dengan
mendayagunakan sumber daya manusia di Desa serta sumber daya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan. 3

Agar desa mampu menjalankan kewenangannya, termasuk mampu menswakelola


pembangunan desa, maka desa berhak memiliki sumber-sumber pendapatan. 3

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat. 3

Penggunaan Dana Desa Tahun 2019 diprioritaskan pengembangan usaha ekonomi


produktif, peningkatan pelayanan dasar utamanya penanganan anak kerdil (stunting) dan
pelayanan gizi untuk anak-anak, serta pembiayaan kegiatan padat karya tunai untuk
menciptakan lapangan kerja sementara bagi warga miskin. 3

Fokus dari kerja pemberdayaan masyarakat Desa adalah mewujudkan masyarakat


Desa sebagai subyek pembangunan dan Desa sebagai subyek hukum yang berwewenang
mendayagunakan keuangan dan aset Desa. 3
Oleh karena itu berbagi kegiatan yang menjadi prioritas di dibidang pemberdayaan
masyarakat desa dalam pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat yaitu
kampanye dan promosi hidup sehat guna mencegah penyakit seperti penyakit menular,
penyakit seksual, HIV/AIDS, tuberkulosis, hipertensi, diabetes mellitus dan gangguan
jiwa. 3

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diambil perumusan masalah yaitu :
Bagaimana Tata Kelola Dana Desa Terhadap Kesehatan Jiwa Di Desa Mataiwoi Kabupaten
Konawe Selatan Provinsi Sultra
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tata kelola dana desa terhadap kesehatan jiwa di desa Mataiwoi Kabupaten
Konawe Selatan provinsi Sultra
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Umum Kepustakaan


Dana Desa5
a. Pengertian

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat. 5

b. Tujuan
Pengaturan prioritas penggunaan Dana Desa bertujuan untuk:
Memberikan acuan bagi Pemerintah Pusat dalam pemantauan dan evaluasi penggunaan
Dana Desa
Memberikan acuan bagi Pemerintah Daerah Provinsi dalam memfasilitasi penggunaan
Dana Desa melalui pendampingan masyarakat Desa 5
Memberikan acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam membina dan
memfasilitasi penggunaan Dana Desa dan
Memberikan acuan bagi Desa dalam menyelenggarakan Kewenangan Hak Asal Usul
dan Kewenangan Lokal Berskala Desa yang dibiayai Dana Desa. 5
c. Prinsip-Prinsip 5
Prioritas penggunaan Dana Desa didasarkan pada prinsip - prinsip:
1. Keadilan: mengutamakan hak dan kepentingan seluruh warga Desa tanpa
membeda-bedakan
2. Kebutuhan Prioritas: mendahulukan kepentingan Desa yang lebih mendesak,
lebih dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan kepentingan sebagian besar
masyarakat Desa
3. Terfokus: mengutamakan pilihan penggunaan Dana Desa pada 3 (tiga) sampai dengan
5 (lima) jenis kegiatan sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan prioritas nasional,
daerah provinsi, daerah kabupaten/kota dan desa, dan tidak dilakukan praktik
penggunaan Dana Desa yang dibagi rata.
4. Kewenangan Desa: mengutamakan kewenangan hak asal usul dan kewenangan lokal
berskala Desa
5. Partisipatif: mengutamakan prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat Desa;
6. Swakelola: mengutamakan kemandirian Desa dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan Desa yang dibiayai Dana Desa.
7. Berdikari: mengutamakan pemanfaatan Dana Desa dengan mendayagunakan
sumber daya Desa untuk membiayai kegiatan pembangunan yang dikelola dari,
oleh dan untuk masyarakat Desa sehingga Dana Desa berputar secara
berkelanjutan di wilayah Desa dan/atau daerah kabupaten/kota.
8. Berbasis sumber daya Desa: mengutamakan pendayagunaan sumber daya
manusia dan sumber daya alam yang ada di Desa dalam pelaksanaan pembangunan
yang dibiayai Dana Desa.
9. Tipologi Desa: mempertimbangkan keadaan dan kenyataan karakteristik
geografis, sosiologis, antropologis, ekonomi, dan ekologi Desa yang khas, serta
perubahan atau perkembangan dan kemajuan Desa.

2. Prioritas Penggunaan Dana Desa 5


Penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program dan
kegiatan di bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Prioritas penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan
untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan prioritas yang bersifat lintas bidang.
Prioritas penggunaan dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
diharapkan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat Desa berupa
peningkatan kualitas hidup, peningkatan kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan
serta peningkatan pelayanan publik di tingkat Desa.
3. Bidang Pemberdayaan Masyarakat 5
Dana Desa digunakan untuk membiayai program dan kegiatan bidang
Pemberdayaan Masyarakat Desa yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas masyarakat Desa dalam penerapan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, teknologi tepat guna , dan temuan baru untuk kemajuan ekonomi dan pertanian
masyarakat Desa dengan mendayagunakan potensi dan sumber dayanya sendiri.

4. Publikasi 5
Prioritas penggunaanDana Desa di bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan
masyarakat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 wajib dipublikasikan oleh
Pemerintah Desa kepada masyarakat Desa di ruang publik yang dapat diakses masyarakat
Desa.
Publikasi penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
swakelola dan partisipatif dengan melibatkan peran serta masyarakat Desa.
Dalam hal Desa tidak mempublikasikan penggunaan Dana Desa di ruang publik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotamemberikan
sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Mekanisme Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa 5

Penetapan prioritas penggunaan Dana Desa sesuai dengan prosedur perencanaan


pembangunan Desa yang dilaksanakan berdasarkan kewenangan Desa.

Kewenangan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari kewenangan Desa
berdasarkan hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala Desa yang ditetapkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Penetapan prioritas penggunaan Dana Desa
dilaksanakan dalam penyusunan RKP Desa. Penetapan prioritas penggunaan Dana Desa
dilaksanakan secara terpadu dengan perencanaan pembangunan nasional, daerah provinsi,
dan daerah kabupaten/kota.

Keterpaduan perencanaan pembangunan nasional, daerah provinsi, dan daerah


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota dengan menginformasikan kepada Desa sebagai berikut:

Pagu indikatif Dana Desa sebagai dasar penyusunan RKP Desa


Program/kegiatan pembangunan Desa yang dibiayai APBD Kabupaten/Kota, APBD
Provinsi, dan/atau APBN yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Desa.
Prioritas penggunaan Dana Desa yang ditetapkan sebagai prioritas kegiatan, anggaran dan
belanja Desa wajib dibahas dan disepakati melalui Musyawarah Desa. Hasil keputusan
Musyawarah Desa menjadi dasar penyusunan RKP Desa.
Prioritas kegiatan pembangunan yang dibiayai Dana Desa yang telah ditetapkan dalam RKP
Desa wajib dipedomani dalam penyusunan APB Desa yang dituangkan dalam Rancangan
peraturan Desa tentang APB Desa.
Rancangan APB Desa di evaluasi oleh Bupati/Wali Kota. Dalam hal hasil evaluasi
Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dinyatakan rencana penggunaan Dana Desa
tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang - undangan yang lebih
tinggi, Bupati/Wali Kota memberikan penjelasan secara tertulis kepada Desa tentang latar
belakang dan alasan ketidaksetujuan atas rencana penggunaan Dana Desa. Ketidaksetujuan
atas rencana penggunaan Dana Desa Kepala Desa menyampaikan kepada masyarakat Desa
melalui BPD dalam musyawarah Desa.
6. Daftar Kegiatan Prioritas Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa 5
a. Peningkatan Kualitas dan Akses terhadap Pelayanan Sosial Dasar
a. Pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain :
a) Penyediaan air bersih
b) Pelayanan kesehatan lingkungan
c) Kampanye dan promosi hidup sehat guna mencegah penyakit seperti penyakit
menular, penyakit seksual, HIV/AIDS, tuberkulosis, hipertensi, diabetes mellitus
dan gangguan jiwa
d) Bantuan insentif untuk kader kesehatan masyarakat
e) Pemantauan pertumbuhan dan penyediaan
f) Makanan sehat untuk peningkatan gizi bagi balita dan anak sekolah kampanye
dan promosi hak-hak anak, ketrampilan pengasuhan anak dan perlindungan Anak
g) Pengelolaan balai pengobatan Desa dan persalinan
h) perawatan kesehatan dan/atau pendampingan untuk ibu hamil, nifas dan menyusui
i) Pengobatan untuk lansia
j) Keluarga berencana
k) Pengelolaan kegiatan rehabilitasi bagi penyandang disabilitas
l) Pelatihan kader kesehatan masyarakat
m) Pelatihan hak-hak anak, ketrampilan pengasuhan anak dan perlindungan Anak
n) Pelatihan pangan yang sehat dan aman
o) Pelatihan kader Desa untuk pangan yang sehat dan aman
p) kegiatan pengelolaan pelayanan kesehatan masyarakat Desa lainnya yang sesuai
dengan kewenangan Desa dan diputuskan dalam musyawarah Desa
7. Pembinaan Dan Pengawasan 5
a. Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa secara nasional
b. Pembinaan meliputi pemberian pedoman, standar, fasilitasi dan bimbingan
teknis, serta pemantauan dan evaluasi.
c. Pengawasan dilaksanakan untuk pencapaian efektivitas dan bahan
perumusan kebijakan Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa.
d. Dalam pelaksanaan penggunaan prioritas Dana Desa, Menteri melalui
Pejabat Eselon I yang menangani bidang pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa melakukan pengawasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Gubernur selaku perwakilan pusat di daerah melakukan pengawasan dalam
bentuk monitoring dan evaluasi dalam rangka penggunaan prioritas Dana
Desa kabupaten/kota. Sedangkan Bupati/wali Kota melakukan pemantauan
dan evaluasi penggunaan prioritas Dana Desa
f. Pemantauan dan evaluasi penggunaan Dana Desa dapat dilimpahkan kepada
OPD yang menangani urusan pemerintahan bidang Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa.
g. Dalam rangka pemantauan dan evaluasi, pemerintah kabupaten/kota
menyediakan pendampingan dan fasilitasi kepada Desa yang dibantu oleh
tenaga pendamping profesional.
h. Hasil pemantauan dan evaluasi, dilakukan penilaian oleh OPD yang
berwenang dan disampaikan kepada Bupati dan Menteri melalui sistem
pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
i. Camat atau sebutan lain melakukan tugas pembinaan dan pengawasan
dalam penetapan prioritas penggunaan dana Desa melalui fasilitasi
penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif dan program
pemberdayaan masyarakat Desa.
8. Pelaporan 5
Bupati/Wali Kota menyampaikan laporan penetapan prioritas penggunaan dana Desa disertai
dengan softcopykertas kerja penghitungan Dana Desa setiap Desa kepada Menteri c.q.
Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Laporan penetapan prioritas penggunaan Dana Desa disusun sesuai dengan format tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Penyampaian Laporan sebagaimana dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan setelah APB
Desa ditetapkan.
9. Partisipasi Masyarakat 5
Masyarakat dapat ikut serta memantau dan mengawasi penetapan prioritas penggunaan Dana
Desa yang akuntabel dan transparan dengan cara:
Menyampaikan pengaduan masalah penetapan prioritas penggunaan Dana Desa
melakukan pendampingan kepada Desa dalam menetapkan prioritas penggunaan Dana Desa
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau
Melakukan studi dan publikasi penerapan prioritas penggunaan Dana Desa

Pengaduan masalah penetapan prioritas penggunaan Dana Desa dilakukan melalui :

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) pada Kementerian Desa,


Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
website LAPOR Kantor Staf Presiden (KSP).
Kesehatan Jiwa 1
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya.
Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang selanjutnya disingkat ODMK adalah
orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan,
dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.
Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang yang
mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk
sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang
optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

3. Upaya Kesehatan Jiwa bertujuan : 1


a. Menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati
kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain
yang dapat mengganggu Kesehatan Jiwa
b. Menjamin setiap orang dapat mengembangkan berbagai potensi kecerdasan
c. Memberikan pelindungan dan menjamin pelayanan Kesehatan Jiwa bagi ODMK dan
ODGJ berdasarkan hak asasi manusia
d. Memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi
ODMK dan ODGJ
e. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya dalam Upaya Kesehatan
Jiwa
f. Meningkatkan mutu Upaya Kesehatan Jiwa sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
g. Memberikan kesempatan kepada ODMK dan ODGJ untuk dapat memperoleh haknya
sebagai Warga Negara Indonesia.
4. Upaya Kesehatan Jiwa dilakukan melalui kegiatan : 1
promotif
preventif
kuratif
Rehabilisasi
5. Upaya promotif Kesehatan Jiwa ditujukan untuk : 1
a. Mempertahankan dan meningkatkan derajat Kesehatan Jiwa masyarakat secara
optimal
b. Menghilangkan stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi ODGJ sebagai bagian
dari masyarakatat
c. Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa
d. Meningkatkan penerimaan dan peran serta masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa.
6. Upaya preventif Kesehatan Jiwa ditujukan untuk : 1
a. Mencegah terjadinya masalah kejiwaan
b. Mencegah timbulnya dan/atau kambuhnya gangguan jiwa
c. Mengurangi faktor risiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat secara umum atau
perorangan
d. Mencegah timbulnya dampak masalah psikososial.
7. Upaya kuratif Kesehatan Jiwa ditujukan untuk : 1
a. Penyembuhan atau pemulihan
b. Pengurangan penderitaan
c. Pengendalian disabilitas
d. Pengendalian gejala penyakit.
8. Proses penegakan diagnosis terhadap orang yang diduga ODGJ dilakukan untuk
menentukan : 1
a. Kondisi kejiwaan
b. Tindak lanjut penatalaksanaan
9. Penegakan diagnosis sebagaimana dilakukan berdasarkan kriteria diagnostik oleh : 1
a. Dokter umum
b. Psikolog
c. Dokter spesialis kedokteran jiwa
10. Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dilakukan di fasilitas pelayanan di
bidang Kesehatan Jiwa.
11. Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dilaksanakan melalui sistem rujukan.
12. Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dapat dilakukan dengan cara:rawat,
jalan rawat inap.
13. Upaya rehabilitatif Kesehatan Jiwa merupakan kegiatan dan serangkaian kegiatan
pelayanan Kesehatan Jiwa yang ditujukan untuk : mencegah atau mengendalikan
disabilitas, memulihkan fungsi sosiamemulihkan fungsi okupasional, dan
mempersiapkan dan memberi kemampuan ODGJ agar mandiri di masyarakat.
14. Upaya rehabilitatif ODGJ meliputi: rehabilitasi psikiatrik, dan psikososial rehabilitasi
sosial.
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode dan Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif analitik yang
berfungsi untuk mendeskripsikan data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019 di Desa Mataiwoi Kecamatan Mowila
Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara

Prosedur Pengumpulan Data


Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh
dari data Dana Desa di Desa Mataiwoi Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan
Provinsi Sultra pada tahun 2019.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Desa Mata Iwoi


1. Kondisi Geografis Desa Mataiwoi

Desa Mataiwoi merupakan salah satu desa dalam wilayah Kecamatan Mowila Kabupaten
Konawe Selatan. Terletak kurang lebih antara 1 KM dari Kecamatan Mowila, 46 KM dari Ibu
Kota Kabupaten dan 52 KM dari Ibu Kota Provinsi. Secara administratif, wilayah Desa
Mataiwoi memiliki batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Monapa dan Desa Mulyasari

Sebelah Selatan : Desa Lamebara

Sebelah Timur : Desa Mowila dan Desa Tetesingi

Sebelah Barat : Desa Toluwonua

Luas wilayah Desa Mataiwoi adalah 13.630 Ha (9,85 km 2) yang terdiri dari 15% berupa
pemukiman, 75% berupa daratan yang digunakan untuk lahan Perkebunan, Pertanian 5%
serta 5% berupa lahan budidaya peternakan. Sebagaimana wilayah tropis, Desa Mataiwoi
mengalami musim kemarau dan musim penghujan dalam tiap tahunnya. Rata-rata
perbandingan musim penghujan lebih besar daripada musim kemarau.

Jarak pusat desa dengan ibu kota kabupaten yang dapat ditempuh melalui perjalanan darat
kurang lebih 52 km. Kondisi prasarana jalan poros desa masih berupa jalan konstruksi lapen
dengan kondisi rusak parah mengakibatkan waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor
mencapai kurang lebih 60 menit. Sedangkan jarak pusat desa dengan ibu kota kecamatan
yang dapat ditempuh melalui perjalanan darat kurang lebih 1 km. Kondisi ruas jalan poros
desa berupa aspal sehingga dapat dilalui dengan waktu 5 menit.

Desa Mataiwoi merupakan wilayah paling potensial untuk usaha budidaya lada dan
peternakan. Hal tersebut didukung oleh kondisi geografis yang baik. Dukungan pemerintah
daerah untuk pengembangan potensi budidaya tanaman lada.

2. Sejarah Desa

Desa Mataiwoi merupakan wilayah pemekaran dari Desa Mowila yang lebih dikenal dengan
sebutan dusun II Rapawuhoi. Seiring dengan perkembangan waktu, jumlah penduduk serta
kebutuhan akan pelayanan masyarakat maka tokoh masyarakat wilayah Dusun II Rapawuhoi
Desa Mowila memperjuangkan pembentukan desa melalui proses pemekaran desa.

Sebelum pemekaran, dusun II Rapawuhoi Desa Mowila pada awalnya dijadikan sebagai Desa
Persiapan pada tahun 1999. Untuk pembagian wilayahnya dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu
Dusun I, Dusun II dan Dusun III.

Pada tanggal 14 April 2004, Desa Mataiwoi diresmikan menjadi desa defenitif oleh Bupati
Konawe Selatan Bapak Drs. H. Imran, M.Si. Mataiwoi berasal dari kata “Mata Air”
merupakan penegasan bahwa sebagian wilayah mempunyai wilayah perbukitan yang
memiliki mata air yang dalam bahasa Daerah Tolaki disebut Mata Iwoi. Dengan penamaan
Mataiwoi diharapkan desa ini memiliki kemajuan dan kejayaan dalam segala usaha baik
dibidang perkebunan, pertanian maupun budidaya peternakan.

Setelah terbentuknya Desa Mataiwoi secara resmi, untuk Pejabat Sementara Kepala Desa
adalah Bapak Muh. Nasrun S. Kalenggo. Kantor sekaligus Balai Desa sementara menempati
Balai Desa yang terletak di Dusun III. Pada Tahun 2010 – 2014, pada tahun 2014
dilaksanakan pemilihan kepala desa yang pertama dan kembali Bapak Muh. Nasrun S.
Kalenggo ditetapkan sebagai kepala desa hingga tahun 2009, pada tahun 2009 dilaksanakan
pemilihan Kepala Desa yang kedua dan ditetapkan Bapak Ahmad Muis menjadi Kepala Desa
hingga September 2017. Dengan berakhirnya masa jabatan Bapak Ahmad Muis untuk
mengisi kekosongan pemerintahan dilanjutkankan PJS (Pejabat Sementara) yang di isi dari
pihak Kecamatan Mowila yaitu Bapak Alimain, SE menjabat dari September hingga
pemilihan Kepala Desa Tahun 2018. Pada tahun 2018 dilaksanakan pemilihan kepala desa
yang Ketiga dan kembali Bapak Muh. Nasrun S. Kalenggo terpilih sebagai Kepala Desa
Mataiwoi hingga saat ini.

Sejak terbentuk Desa Mataiwoi secara resmi, telah banyak pembangunan yang dilaksanakan
dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dalam menunjang kawasan Mina Politan,
bantuan dan pembangunan sarana prasarana telah banyak dilaksanakan.Permasalahan telah
banyak terselesaikan, tetapi karena perkembangan waktu, luas wilayah, jumlah penduduk,
dukungan potensi, serta pemenuhan kebutuhan masyarakat, masih banyak program
pembangunan yang harus dilaksanakan.

3. Demografi

Demografi adalah studi ilmiah tentang penduduk, terutama tentang jumlah, struktur dan
perkembangannya. Berdasarkan data profil desa, jumlah penduduk Desa Mataiwoi adalah
783 jiwa (data tahun 2011).

4. Keadaan Ekonomi

Wilayah Desa Mataiwoi memiliki berbagai potensi yang baik. Potensi tersebut dapat
meningkatkan taraf perekonomian dan pendapatan masyarakat. Disamping itu, lokasi yang
strategis yang terletak di antara beberapa kabupaten dan pusat kegiatan perekonomian,
memberikan peluang kehidupan yang lebih maju dalam sektor formal maupun non formal.
Tabel berikut menyajikan data keadaan ekonomi penduduk Desa Mataiwoi.

5. Sarana dan Prasarana Desa


Sarana Prasarana dan Infrastruktur Sebagai desa yang berkembang, di Desa Mataiwoi
terdapat hasil pembangunan sarana dan prasarana seperti tersaji dalam tabel berikut.

No Sarana/Prasarana Jumlah (satuan) Keterangan


1. Balai Desa 1 Unit Dalam Pembangunan
1.
2. Kantor Desa -
2.
3. Polindes 1 Unit
3.
4. Masjid 2 Unit
4.
5. Tempat Pemakaman Umum 2 Titik
5.
6. PAUD 1 Unit
6.
7. MI/SD 1 Unit Darurat
7.
8. TPQ 3 Tempat
8.
9. Jalan Aspal 2.500 m
9.
10. Jalan Sirtu 6.250 m
10.
11. Jalan Tanah 1.135 m
11.

6. Pembagian Wilayah Desa

Wilayah Desa Mataiwoi dibagi menjadi 4 (empat) Dusun. Setiap dusun dipimpin oleh Kepala
Dusun sebagai delegasi dari Kepala Desa di dusun tersebut. Pusat Desa Mataiwoi terletak di
Dusun III. Pembagian wilayah Desa Mataiwoi tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 2.6. Pembagian Wilayah Desa Mataiwoi


No Pembagian Wilayah Jumlah RT Keterangan
1. Dusun I Morini 2 RT = RT 1 dan RT 2
2. Dusun II Rapawuhoi 2 RT = RT 3 dan RT 4
3. Dusun III Pokoaso 2 RT = RT 5 dan RT 6
4. Dusun IV Mehiya 2 RT = RT 7 dan RT 8

B. Pembahasan

Sebagai penyelenggara, pemerintah desa tidak hanya mengelola dana desa yang bersumber
dari APBN. Selain mengelola dana transfer Pemerintah (pusat), pemerintah desa juga
mengelola Alokasi Dana Desa (ADD), Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah, Bantuan
Keuangan Provinsi serta pendapatan asli desa (PADes).

Secara regulatif semua keuangan desa ini akan terdokumentasi dalam bentuk APBDes. Yang
pengelolaannya mengikuti berbagai petunjuk peraturan perundang-undangan. Ini artinya,
pemerintah desa tidak lagi sembarangan mengelola keuangan desa. Sekalipun otoritas sebagai
kuasa pengguna anggaran dan pengguna anggaran ada pada seorang kepala desa.

Menurut ketentuan umum pasal 1 ayat 6, Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, pengelolaan
keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Batasan ini sungguh jelas
dan point pertama yang patut kita pahami bersama adalah perencanaan. Perencanaan telah
menjadi icon sekaligus syarat dasar bagi pengelolaan keuangan desa. Karena itu, sebagai
penyelenggara, pemerintah desa wajib menyediakan dokumen perencanaan sebelum
mengelola keuangan desa.

Ada tiga jenis dokumen penting perencanaan yang mesti disediakan oleh pemerintah desa.
Ketiga dokumen tersebut adalah RPJMDes, RKPDes dan APBDes. Secara legalitas ketiga
dokumen ini telah diatur dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa dan Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan
Desa serta peraturan terkait lainnya tentang desa. Tanpa dokumen ini pemerintah desa tidak
boleh mengelola keuangan desa. Jika pemerintah desa memaksakan diri, pasti akan timbul
masalah dalam pengelolaan keuangan desa.
Menurut UU No.6 tahun 2014, Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat. Sehingga sumber dana Dana Desa berasal dari APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara).

Pasal 33 Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan dijelaskan


bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Tujuan pembangunan kesehatan di
desa yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan, salah satunya dengan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
yaitu dengan Pengembangan Pos Kesehatan Desa dan Polindes, serta Pengelolaan dan
Pembinaan Posyandu.

Pada Desa Mata Iwoi untuk dana desa didistibusikan secara merata, pada kesempatan ini
akan dibahas dana kesehatan Jiwa pada penduduk Desa Mataiwoi yang bersuku Tolaki,
dimana pada desa ini sebagian penduduknya bersuku Tolaki. Diperkirakan 50% suku Tolaki
mendominasi di desa ini.

Pendanaan Kesehatan secara pada desa ini di salurkan khusus untuk kesehatan Lansia dan
Gizi. Hal ini di karenakan permasalahan yang sering timbul dibidang kesehatan kurang nya
gizi pada anak-anak yang sedang tumbuh kembang, oleh karena itu pihak pemerintah
setempat mengalokasikan dana khusus untuk kesehatan dibidang gizi. Serta permasalahan
yang sering muncul setelah gizi adalah kesehatan pada orang-orang yang lanjut usia.

Pendanaan kesehatan jiwa di Desa Mataiwoi tidak di anggarkan, dikarenakan menurut


pemerintah setempat tidak terdapat warganya yang mengalami kesehatan jiwa.

Meskipun tidak tercatat sebagai penyebab kematian maupun kesakitan utama


di Indonesia,bukan berarti kesehatan jiwa tidak ada atau kecil masalahnya.
Kurang terdatanya masalah kesehatan jiwa disebabkan kesehatan jiwa belum
mendapat perhatian. Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia saat ini
diperkirakan sudah mencapai 11.6% (Riskesdas, Departemen Kesehatan RI,
2007). Kesakitan dan kematian karena masalah gangguan jiwa diketahui
semakin meningkat di negara maju. Berbagai masalah kesehatan jiwa di masyarakat dapat
menyebabkan gangguan jiwa yang berdampak menurunkan produktifitas atau kualitas hidup
manusia dan masyarakat.

Oleh karena itu baiknya dari pihak pemerintah di semua tempat menyediakan atau
mengalokasiakan dana untuk kesehatan jiwa, karena diketahui bersama kemunduran
produktifitas masyarakat bukan sekedar dari segi gizi maupun lansia, yang pada umumnya
disetiah tempat di alokasikan. Untuk kegiatan yang dapat di buat dengan pendanaan desa
yaitu salah satunya Tri Upaya Sehat Jiwa yang merupakan upaya kesehatan jiwa meliputi 3
upaya pokok, meliputi upaya preventif gangguan jiwa dan promotif kesehatan jiwa, upaya
kuratif dan upaya rehabilitatif. Sehingga dapat mencegah bertambahnya orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ)

BAB IV
SIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Dana Desa adalah skema pemberian dana kepada desa yang bersumber dari
APBN dalam rangka meningkatkan pembangunan desa dan pemberdayaan
masyarakat desa. Untuk memastikan Dana Desa digunakan secara efektif
maka diperlukan enam prinsip sebagai berikut: keadilan, kebutuhan prioritas,
kewenangan desa, partisipatif, swakelola & berbasis sumberdaya, dan
memperhatikan tipologi desa. Prioritas penggunaan Dana Desa disesuaikan
dengan tipe desa yang terdiri dari (1) Desa tertinggal atau Desa sangat
tertinggal, (2) Desa berkembang, dan (3) Desa maju atau desa mandiri.
Seluruh jenis desa tersebut juga harus memprioritaskan penggunaan Dana
Desa untuk membangun jaringan komunikasi desa dan lintas budaya desa.
Penggunaan Dana Desa untuk bidang kesehatan sebaiknya
mempertimbangkan kewenangan lokal desa yang meliputi: pelayanan dasar
kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Prioritas penggunaan Dana Desa untuk bidang kesehatan pada dasarnya
ditujukan untuk meningkatkan pembangunan kesehatan di desa dan
memberdayakan masyarakat agar tercapai tujuan kesejahteraan masyarakat.
Setiap tahun prioritas tersebut dievaluasi.
2. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup
seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia dengan ciri
menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi tekanan hidup
yang wajar, mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat
berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada
pada dirinya, merasa nyaman bersama dengan orang lain.

B. Saran

Perlu adanya evaluasi dalam penggunaan dana desa, khususnya di desa Mataiwoi. Agar dana
desa yang sudah di anggarkan dapat digunakan untuk kesehatan jiwa mengingat pentingnya
Upaya Kesehatan Jiwa dalam mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap
individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014
Tentang Kesehatan Jiwa. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571. Jakarta :
Sekretariat Negara
Kemenkes RI. 2016. Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta : Depkes
RI.
http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-dukung-kesehatan-jiwa-
masyarakat.html
Pemerintah Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2019. Jakarta : Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan
Transmigrasi Republik Indonesia
Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495. Jakarta : Sekretariat
Negara
Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan. 2019. Data Pokok Desa/Kelurahan Bulan Januari
Tahun 2019. Mataiwoi : Profil Desa Dan Kelurahan

Anda mungkin juga menyukai