1920 Studi Klinik Keperawatan Maternitas Ellan Kukuh Nurdiansyah (1620037)
1920 Studi Klinik Keperawatan Maternitas Ellan Kukuh Nurdiansyah (1620037)
KEPERAWATAN MATERNITAS
Oleh :
Ellan Kukuh Nurdiansyah
(1620037)
NIM : 1620037
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Program Studi Keperawatan
Program Sarjana Departemen Keperawatan Maternitas, yang dilaksanakan pada tanggal
20 April 2020 yang telah disetujui dan disahkan pada :
Hari : Kamis
Mengetahui
(…………………………….) (…………………………….)
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Studi Klinik Keperawatan Maternitas ini.
Laporan Studi Klinik Keperawatan Maternitas ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga kami dapat
memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki Laporan Studi Klinik Keperawatan Maternitas ini.
Akhir kata kami berharap semoga Laporan Studi Klinik Keperawatan Maternitas
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................... v
DAFTAR ISTILAH...................................................................................................... vi
A. Laporan I............................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Definisi................................................................................................................. 4
2.2 Etiologi................................................................................................................. 6
2.3 Patofisiologi......................................................................................................... 7
2.4 Pathway............................................................................................................... 8
2.5 Manifestasi Klinis................................................................................................. 11
2.6 Penatalaksanaan................................................................................................. 11
3.1 Pengkajian........................................................................................................... 15
3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................................ 15
3.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................................15
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN
B. Laporan IV.......................................................................................................... 39
iii
BAB VII SATUAN ACARA PENYULUHAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1................................................................................................................... 20
Tabel 2................................................................................................................... 23
Tabel 3................................................................................................................... 26
Tabel 4................................................................................................................... 27
Tabel 5................................................................................................................... 29
Tabel 6................................................................................................................... 30
Tabel 7................................................................................................................... 36
Tabel 8................................................................................................................... 38
Tabel 9................................................................................................................... 40
Tabel 10................................................................................................................. 47
Tabel 11................................................................................................................. 51
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1................................................................................................................. 5
Gambar 2................................................................................................................. 5
Gambar 3................................................................................................................. 8
Gambar 4................................................................................................................. 9
Gambar 5............................................................................................................... 10
Gambar 6............................................................................................................... 57
v
DAFTAR ISTILAH
vi
vii
A. Laporan I
BAB I
PENDAHULUAN
Mioma ini paling sering ditemukan pada wanita usia 35-45 tahun (kurang lebih
25%) dan jarang ditemukan pada wanita usia kurang dari 20 tahun. Wanita yang sering
melahirkan sedikit kemungkinannya untuk perkembangan mioma ini dibandingkan
dengan wanita yang tidak pernah hamil atau hanya satu kali hamil. Statistik menunjukkan
60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya satu kali
hamil. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras dan nulipara.
Mioma uteri terjadi pada 10% wanita ras kaukasia dan 30% wanita kulit hitam.
Predisposisi genetik dan faktor-faktor lingkungan (misalnya, variasi hormon) dapat
menjadi pencetusnya. Setelah menopause, mioma menyusut karena stimulasi estrogen
sudah menurun. Sekitar 1 dari 1000 kasus mioma merupakan leiomiosarkoma atau
karsinoma (Sinclair, 2010).
1
merupakan salah satu penyebab dilakukannya tindakan histerektomi pada wanita
Amerika usia reproduktif 7.403 dari 3.525.237 histerektomi atau sekitar 2,1 per 1000
wanita. Menurut
2
3
Center of Disease Prevention and Control (CDC) Tahun 2013 yang dikutip dari
Rawal Medical Journal menyebutkan bahwa tindakan histerektomi dilakukan pada sekitar
5 per 1000 wanita Amerika setiap tahun (Bhati, 2013).
Sebuah studi yang dilakukan di Inggris secara random pada wanita usia 35-49
tahun, menunjukkan bahwa insiden mioma uteri terjadi pada usia 35 tahun sebesar 60%
pada ras Afrika-Amerika dan lebih dari 80% pada usia 50 tahun. Sedangkan pada wanita
ras Kaukasoid insiden mioma uteri terjadi pada usia 35 tahun sebesar 40% dan 50 tahun
sebesar 70% (Parker, 2007). Penelitian Marino (2004) di Italia melaporkan 73 kasus
mioma uteri dari 341 wanita terjadi pada usia 30-60 tahun dengan prevalensi 21,4%.
Penelitian Pradan (2006) di Nepal melaporkan 137 kasus mioma uteri dari 1.712 kasus
ginekologi dengan prevalensi 8%. Penelitian di Nigeria (Departement Nursing Sciences,
Ambros Alli University, Ekpoma Edo State, Nigeria) terdapat 150 kasus mioma uteri dan
77 kasus terjadi pada wanita umur 40-49 tahun dengan prevalensi 51% dan 45 kasus
terjadi pada wanita umur lebih dari 50 tahun dengan prevalensi 30% (Elugwaraonu,
2013)
Sampai saat ini, penyebab pasti mioma uteri belum diketahui dan diduga
penyakit ini merupakan penyakit multifaktorial. Sebagian besar kasus mioma uteri
ditemukan pada masa reproduksi karena diduga adanya perangsangan hormon estrogen
terhadap sel-sel yang ada pada otot Rahim (Setiati, 2009). Hormon estrogen pada wanita
selain dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior juga diperoleh dari penggunaan
kontrasepsi hormonal. Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik di Indonesia pada
umumnya merupakan tindakan operasi histerektomy (pengangkatan rahim) atau pada
wanita yang ingin mempertahankan kesuburannya, miomektomi (pengangkatan mioma)
dapat menjadi pilihan (Manuaba, 2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mioma uteri penyakit yang berbentuk tumor berbeda dengan kanker, mioma uteri
tidak mempunyai kemampuan menyebar keseluruh tubuh konsistensinya padat dan
sering mengalami degenerasi dalam kehamilan dan sering kali ditemukan pada wanita
berumur tahun (Setiati, 2012). Klasifikasi mioma uteri Menurut (Rudiyanti, 2016), sarang
mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 1-3%, sisanya adalah dari
korpus uterus. Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai:
a. Mioma submukosum: berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (myom gaburt). Mioma subserosum
dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligament latum menjadi mioma uteri
intraligamenter
b. Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut
miometrium. Mioma intramural, tumbuh dan berkembang. Mioma intramural,
tumbuh dan berkembang di antara otot rahim, dapat menjadi besar (sebesar
kepala bayi) dan menimbulkan gejala desakan organ lain serta mengganggu
kontraksi otot rahim
c. Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma ini meluas hingga kedalam
ligammentum latum uterus atau dapat menyebabkan hidrouterus. Sarang miom
dapat mengalami nikrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan
sirkulasi darahnya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga
perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan-
gangguan yang di sebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri. Mioma uteri ini lebih
sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan
juga memegang peran. Perubahan sekunder padamioma uteri yang terjadi
sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian
darah pada sarang mioma.
5
6
Dapat dibandingkan antara gambar 1 dan 2 di atas yaitu gambar 1 orang yang
menderita penyakit myoma uteri ada benjolan-benjolan yang ada di organ reproduksi
wanitanya ( rahim ) dan gambar 2 orang yang memiliki organ repoduksi yang sehat
7
2.2 Etiologi
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri sampai saat ini belum diketahui.
Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri. Hipotesis ini
didukung oleh adanya mioma uteri yang banyak ditemukan pada usia reproduksi dan
kejadiannya rendah pada menopause. Ichimura mengatakan bahwa hormone ovarium
dipercaya menstimulasi pertumbuhan mioma karena adanya peningkatan insidennya
setelah menarche (Anggraini, 2014). Pada kehamilan pertumbuhan tumor ini semakin
besar, tetapi menurun setelah menopause. Perempuan nulipara mempunyai resiko yang
tinggi untuk terjadinya mioma uteri, sedangkan perempuan multipara mempunyai resiko
relatif rendah untuk terjadinya mioma uteri.
Dalam jaringan mioma uteri lebih banyak mengandung reseptor estrogen jika
dibandingkan dengan mometrium normal. Pertumbuhan mioma uteri bervariasi pada
setiap individu, bahkan diantara nodul mioma pada uterus yang sama. Perbedaan ini
berkaitan dengan jumlah reseptor estrogen dan reseptor progesterone (Syahlani, 2014).
Pengaruh-pengaruh hormon dalam pertumbuhan dan perkembangan mioma :
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarch, setelah terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selam kehamila. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan
setelah pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan
dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Pada mioma reseptor
estrogen dapat ditemukan sepanjang siklus menstruasi.
b. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan. Progesteron menghambat pertumbuhan mioma
dengan cara menurunkan jumlah reseptor estrogen pada mioma.
Dari manapun asalnya, mioma mulai berasal dari benih-benih multiple yang
sangat kecil yang tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi
progesif (bertahun-tahun, bukan dalam hitungan bulan) di bawah pengaruh estrogen dan
jika terditeksi dan segera diobati dapat membentuk tumor dengan berat 10 kg atau lebih.
Mula-mula mioma berada di bagian intramural, tetapi ketika tumbuh dapt berkembang ke
berbagai arah (Erlindawati, 2015).
8
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi mioma uteri sebagai tumor monoklonal yang tumbuh dari jaringan
otot halus di uterus yaitu pada lapisan miometrium. Tumor ini tergolong dalam tumor jinak
yang terdiri dari miofibroblas-miofibroblas tidak beraturan yang terkubur dalam matriks
ekstraseluler yang berjumlah besar. Matriks ekstraseluler ini sendiri berkontribusi cukup
besar pada volume tumor. Kejadian yang mencetuskan tumor ini sendiri masih belum
2.4 Pathway
10
11
12
2.6 Penatalaksanaan
Menurut Pertiwi, 2014 Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, paritas,
lokasi, dan ukuran tumor, dan terbagi atas
1. Penanganan konservatif.
a. Bila mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala.
b. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
c. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
d. Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
e. Pemberian zat besi.
f. Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3
menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan
pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi
gonadotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa
13
b. Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita
yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala.
Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut:Terdapatnya 1
sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
dikeluhkan olah pasien.
Perdarahan uterus berlebihan :
1. Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang
selama lebih dari 8 hari.
2. Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
3. Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi
4. Nyeri hebat dan akut.
5. Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis.
6. Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih.
c. Penanganan Radioterapi
1. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
2. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
3. Bukan jenis submukosa.
4. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
5. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause.
6. Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan
d. Miomektomi
e. Prognosis
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian primer, Identitas Klien, data fokus:
- Ketidak teraturan menstruasi (perdarahan abnormal)
- Infertilitas, anovula
- Nulipara
- Keterlambatan menopause
- Penggunaan jangka panjang obat estrogen setelah menopause.
- Riwayat : Obesitas, Diabetes Melitus, Hipertensi, Hiperplasi adenomatosa.
- Ada benjolan di perut bagian bawah dan rasa berat.
2. Pengkajian sekunder
- Pemeriksaan USG : Untuk melihat lokasi, besarnya mioma, diagnosis
banding dengan kehamilan.
- Laparaskopi : Untuk melihat lokasi, besarnya mioma uteri
1. Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma akibat nekrosis dan
peradangan.
2. Gangguan eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh
massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik /
motorik.
3. Cemas b.d. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
4. Resiko tinggi infeksi b.d. tidak adekuat pertahanan tubuh akibat anemia.
3.3 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah pada mioma akibat nekrosis dan
peradangan.
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam.
SLKI :
16
- Klien menyatakan nyeri berkurang (skala 3-5)
- Klien tampak tenang, eksprei wajah rileks.
17
18
- Tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36-37 0C, N : 80-100 x/m, RR : 16-
24x/m, TD : Sistole : 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHg
SIKI :
SIKI :
SLKI :
- Klien mengatakan rasa cemas berkurang
- Klien kooperatif terhadap prosedur/ berpartisipasi.
- Klien mengerti tentang penyakitnya.
- Klien tampak rileks.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36- 37 oC, Nadi : 80-100x/m,
R: 16-24 x/m TD : Sistole : 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHg
SIKI :
SLKI :
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti rubor, color, dolor dan
fungsiolesia.
- Kadar haemoglobin dalam batas normal : 11-14 gr%
- Pasien tidak demam/ menggigil, suhu : 36-370 C
SIKI :
e. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta Batasi
pengunjung
Rasional : untuk menghindari pemajanan bakteri.
f. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian antibiotika.
Rasional : mencegah terjadinya infeksi
BAB IV
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
A. BIODATA
Identitas klien
Nama : Ny. S
Umur : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ampelgading
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : Tidak sekolah
Tgl. MRS : 22-07-2018
Tgl. Pengkajian : 25-07-2018
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Px masuk rumah sakit tanggal 22-07-2018 kiriman dari poli objin dengan
myoma uteri post operasi 24-07-2018 mengatakan nyeri bagian perut yang
habis di operasi dan tidak enak untuk makan
b. Keluhan Penyerta
Px mengatakan sulit tidur dimalam hari serring terbangun saat tidur
c. Diagnosa medis
Ny. S P0000 Ab000 Post TAH BSO dengan indikasi moma uteri 1 hari
d. Riwayat penyakit sekarang
Px mengatakan sebelum di bawa ke RSUD Kanjuruhan kepanjen tanggal 13
juli 2018 px sempat dibawa ke puskesmas Bakroto dengan keluhan perut
terasa sakit seperti mau melahirkan. Kemudian pada tanggal 22 juli 2018 px
langsung dibawa ke RSUD Kanjuruhan
e. Riwayat penyakit dahulu
Memiliki riwayat penyakit hipertensi
f. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
g. Riwayat kesehatan lingkungan
Keadaan tempat tinggal klien bersih, dan tidak menimbulkan timbulnya
penyakit.
21
22
C. POLA AKTIVITAS-LATIHAN
a. Pola aktivitas latihan
AKTIVITAS
0 1 2 3 4
Mandi 1
Berpakaian 1
Eliminasi 1
Mobilisasi 1
Ambulansi 1
Makan 1
Ket :
1. : mandiri
2. : dengan menggunakan alat bantu
3. : perlu bantuan orang lain
4. : perlu bantuan orang lain dan alat
5. : tergantung/total, tidak berpartisipasi dalam beraktifitas
b. Pola istirahat tidur
Rumah
Tidur siang : 3-4 jam
Tidur malam : 8 jam
Rumah Sakit
Tidur siang : 2 jam
Tidur malam : 5 jam
c. Pola nutrisi metabolic
Dirumah : Pola makan dan minum px normal
Dirumah sakit : pola makan px kurang bak (kurang nafsu makan)
d. Pola eliminasi
- Saat BAB : Dirumah : 2x sehari, Dirumah sakit : Belum BAB
- Saat BAK : Dirumah : Sering, Dirumah sakit : px terpasang kateter
e. Status mental sadar
- Bicara normal dengan menggunakan bahasa Indonesia : normal
- Kemampuan membaca : tidak bisa membaca
- Kemampuan interaksi, : kurang
- Pendengaran : normal
- Penglihatan penderita : normal
f. Pola konsep diri
23
D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-tanda vital
- Suhu : 360C
- Nadi : 68 x/ menit
- Pernafasan : 22 x/ menit
- Tekanan darah : 140/90 mmHg
b. Keadaan umum
- Kesadaran : komposmentis
- Kulit : bersih
- Warna kulit : sawo matang
c. Pemeriksaan head to toe
1. Kepala dan rambut (inspeksi)
a. Bentuk kepala : bulat, simetris
Keadaan rambut : rambut bersih, ada uban
2. Mata (inspeksi)
lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata
simetris,kelengkapan.
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : mata kanan dan kiri lengkap,
simetris,
3. Hidung (inspeksi)
Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
4. Telinga (inspeksi)
a. bersih, simetris, tidak ada lesi
Palpasi
b. Ketegangan telinga : lentur
5. Mulut (inspeksi)
mukosa mulut kering atau pucat, lesi tidak ada, tidak ada karies gigi,
tidak kesulitan menelan
6. Leher (inspeksi)
tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
7. Kulit (inspeksi)
Sawo matang dan bersih
8. Dada
24
Inspeksi
Bentuk simetris, pergerakan dada cepat, tidak ada peradangan
Palpasi
Tiak nyeri saat ditekan
Review of system :
a. B1 (breath) : RR meningkat
d. B4 (bladder): -
9. Abdomen
Abdomen infeksi : bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen. Perkusi : timpani,
pekak. Auskultasi: bagaimana bising ususi.
pemeriksaan fisik abdomen :
inspeksi : Pembesaran abdomen
Palpasi : perut terasa keras,ada impaksi feses
Perkusi : redup
Auskultasi : bising usus tidak terdengar
10. Ekstremitas
muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas dan
bawah pasien mioma uteri.
11. Genetalia dan anus
perhatikan kebersihan,,adanya lesi,perdarahan diluar siklus
menstruasiAnus dan rectum (hemoroid interna)
12. Muskuloskeltal
Pada otot ukuran kotur dan kontraksinya normal, kekuatan otot baik,
tetapi pada oto bagian tertentu lemah, dan pada gerakannya sedikit
terbatas. Pada sum-sum tulang belakang baik atau normal. Kekuatan
baik dengan gerakan tulang yang sedikit terbatas diakibatkan
kelemahan fisik. Tidak ada edema, pembengkakan, dan deformitas.
Pada persendian tidak kaku, ROM normal, tidak ada nyeri tekan dan
bengkak dan kapasitasnya normal.
13. Neurologi
25
F. TERAPI PENGOBATAN
- Infus RL (20 tpm), DS (40 tpm)
- Spironolakton 25 mg 1x1 oral
- Furosemide 40 mg 1x1 oral pagi
- Atorvastatin 20 mg 1x1 oral malam
- Bisoprolol 5 mg 1x1 oral sore
- Captopril 35 mg 3x2
- Ceftriaxone 2x1 gr IV
- Furamin 3x1 IV
- Ketorolac 3x1 mg IV
- Kalnex 3x500 mg IV
26
Asuhan Keperawatan Ny. S P000 Ab 000 Post TAH BSO Dengan Indikasi
“Myoma Uteri”
ANALISA DATA
Masalah
No Data Etiologi
keperawatan
S= Skala nyeri 6
Nyeri akut
T= Nyeri terus menerus
DO = - Terdapat luka operasi
- Ekspresi wajah
Meringis
- Pasien tampak
memegangi daerah
yang nyeri
Pasien kurang
merespon jika diajak
bicara karena
merasakan nyeri
TD = 140/80
N = 80
2.
27
S = 360
RR = 22 x/menit
NO DIAGNOSA
1 Nyeri akut b.d agen cedera fisik
2 Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
3 Gangguan pola tidur b.d halangan lingkungan
29
INTERVENSI
No. IMPLEMENTASI
3.
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
No. EVALUASI
O=
TD = 135/80
S = 370
34
N = 84 x/menit
RR = 23 x/menit
P = lanjut intervensi
TD = 135/80
S = 370
N = 84 x/menit
RR = 23 x/menit
P = lanjut intervensi
TD = 135/80
S = 370
N = 84 x/menit
RR = 23 x/menit
P = lanjut intervensi
No. EVALUASI
O=
TD = 120/80
S = 360
N = 82 x/menit
36
RR = 24 x/menit
A = masalah teratasi
P = hentikan intervensi
TD = 120/80
S = 360
N = 82 x/menit
RR = 24 x/menit
A = masalah teratasi
P = hentikan intervensi
O=
TD = 120/80
S = 360
N = 82 x/menit
RR = 24 x/menit
A = masalah teratasi
P = hentikan intervensi
BAB V
TREND DAN ISSUE
5.1 Trend dan isu Kehamilan Dengan Mioma Uteri Post Miomektomi
38
39
Tidak ada hubungan antara jumlah komplikasi dengan jumlah fibroid pada wanita
hamil.Namun begitu, jumlah tindakan seksio sesaria jauh lebih tinggi pada pasien
dengan uterus fibroid yang terletak pada bagian bawah uterus daripada jumlah
tindakan seksio pada uterus fibroid yang letaknya di fundus uteri (sebanyak 39%
dan 18%). Dijumpai pula peningkatanjumlahseksiopadakejadian uterus fibroid
dengan diameter lebihdari 5 cm, tidak seperti kasus dengan ukuran yang kurang
dari 5 cm (sebanyak 35% dan 17%). Berdasaran dari artikel yang disebutkan
diatas, frekuensi seksio sesaria bergantung pada posisi dan ukurandari fibroid ( Golubka,
2015).
Pada beberapa kasus, miomektomi yang dilakukan pada masa kehamilan
merupakan langkah penting meskipun memiliki resiko tinggi. Sampai saat ini
belum ada panduan khusus yang dipublikasikan ( Milazzo, 2017). Meskipun mioma tidak
dapat dijadikan sebuah kontra indikasi persalinan, akan tetapi mioma seringkali menjadi
indikasi dilakukannya seksiosesaria ( Sparic, 2017). Kebanyakan perempuan dengan
riwayat miomektomi sebelumnya menjalani operasi sesar untuk mengurangi resiko ruptur
uteri ( Milazzo, 2017) Lebih lanjut, jumlah seksio sesaria secara keseluruhan tampak
meningkat diseluruh dunia, seiring dengan insiden mioma pada perempuan yang
melakukan operasi sesar. Sebaliknya, miomektomisesaria(caesarianmyomectomy; CS)
masih merupakan tindakan bedah dengan resiko tinggi dan hanya direkomendasikan
pada kasus tertentu Seperti pada kasus ini, dua buah fibroid masing-masing
berukuran lebih dari 5 cm, malposisi janin serta riwayat miomektomi sebelumnya
menyebabkan metode persalinan yang dipilih adalah seksio sesaria.
Pengangkatan fibroid pada operasi sesar tidak rutin dilakukan karena
tindakan ini sering kali dipersulit dengan perdarahan hebat. Beberapa peneliti
mengemukakan bahwa semua fibroid anterior harus selalu diangkat dan operasi
sesar menjadi pilihan dalam melakukan persalinan. Namun begitu, banyak ahli
kebidanan di daerah tropis yang masih menghindari dilakukannya miomektomi
sesaria sebagai sesuatu yang rutin dilakukan pada operasi sesar. Miomektomi
sesaria biasanya dilakukan pada fibroid yang bertangkai, fibroid anterior
subserous dan secara khusus yakni fibroid pada bagian segmen bawah uterus
(Adesiyun,2009).
40
DISCHARGE PLANNING
PASIEN PULANG
Nama: Ny. S
Bagian: Bagian:
Sembuh Lari
A. Kontrol
Luka Operasi ( rawat luka), bisa diganti dengan kasa steril di rumah
C. Aturan diet/nutrisi:
Harus banyak istirahat dan jangan mengangkat yang berat-berat terlebih dahulu
Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnnya):
- Hasil Lab
- Hasil EKG
- Obat
Lain-lain:
Malang,
( ) (Ellan Kukuh )
43
BAB VI
Kasus:
Seorang perempuan berusia 21 tahun mengeluh pendarahan setelah 2 jam post partum.
Pasien mengatakan ia mengalami pusing, lemas, muka terlihat pucat. Ketika dipaksa
TFU 1 jari diatas pusat, dan teraba lunak. Hasil observasi TTV, TD = 100/60 mmHg, T =
3 derajat Celsius, RR = 21 x/ menit dan HR = 88x/menit. Apakah intervensi utama pada
kasus diatas?
RR = 21 x/ menit
HR = 88x/menit
44
menstimulasi kontraksi uterus
Jawaban Observasi Tanda Tanda Vital Observasi Tanda Tanda Vital (TTV)
C (TTV) bertujuan untuk mendeteksi
perubahan pada kondisi tubuh
Lowdermilk DL, Perry SE, Cashion MC (2016). Keperawatan Maternitas (2-volset). Edisi
Bahasa Indonesia 8.
45
46
B. Laporan IV
BAB VII
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
A) Satuan Acara Penyuluhan
LATAR BELAKANG :
Virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang
paru-paru misterius pada Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar
hewan Huanan di Wuhan yang menjual bebagai jenis daging binatang, termasuk yang
tidak biasa dikonsusmsi, missal ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus.
Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar
hewan tersebut. Virus corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain
yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Corona virus sebetulnya tidak asing
dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu menginfeksi
manusia hingga menjadi penyakit radang paru.
Sebelum COVID-19 mewabah, dunia sempat heboh dengan SARS dan MERS, yang
diduga berkaitan dengan virus corona. Dengan latar belakang tersebut, virus corona
bukan kali ini saja membuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang sama seperti flu,
virus corona berkembang cepat sehingga mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal
organ
46
47
Memberikan salam
Memperkenalkan diri
Merangkum Materi
Melakukan terminasi
Memberikan salam
MATERI :
Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh corona virus, yaitu kelompok virus
yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus, corona virus hanya
menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini
juga bisamenyebabkaninfeksipernapasanberat, seperti pneumonia, Middle-East
Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan kemanusia. Namun,
kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular dari manusia ke manusia.
Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:
Tidak senga jam menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita
COVID-19 batuk atau bersin
Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah
menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita COVID-19
Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19, misalnya bersentuhan atau
berjabat tangan
Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP (orang dalam
pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa langkah yang
bisa dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:
1.2 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Pada akhir proses penyuluhan tentang pencegahan Virus Corona (COVID-19)
masyarakat dapat mengetahui cara pencegahan COVID-19
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang Virus Corona (COVID-19), masyarakat
mampu:
1. Menjelaskan dengan tepat pengertian virus corona (COVID-19)
2. Menjelaskan dengan tepat gejala virus corona (COVID-19)
3. Menjelaskan dengan tepat tentang penyebab dari virus corona (COVID-
19)
52
1.3 MANFAAT
1. Bagi Penyuluh
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keberanian dalam
memberikan penyuluhan tentang COVID-19
2. Bagi Sasaran
Dapat mengetahui lebih banyak tentang gejala COVID-19, penyebab COVID-19,
dan pencegahan COVID-19
3. Bagi masyarakat
Warga masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan agar tidak
terkena COVID-19
53
PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1 TEMA
Tema yang telah dilaksanakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat yaitu
“pencegahan COVID-19”
2.3 SASARAN
Sasaran kami dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan yaitu khusus masyarakat Rt 55
Rw 03 desa Sitiarjo
2.4 PELAKSANA
ELLAN KUKUH NURDIANSYAH
2.5 METODE
Metode yang telah kami lakukan dalam kegiatan pengabdian masyarakat yaitu:
a. Ceramah
b. Tanya jawab
2.6 MEDIA
Alat-alat yang telah kami gunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat yaitu:
a. Poster
b. leaflet
54
Memberikan salam
Memperkenalkan diri
Merangkum Materi
Melakukan terminasi
Memberikan salam
55
2.8 EVALUASI
1. Evaluasi persiapan pelaksanaan
A. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan yang digunakan dalam
penyuluhan yaitu :
a. Poster
b. leaflet
B. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk leaflet dengan bentuk yang menarik dan mudah
dimengerti sasaran penyuluhan.
C. Kontrak
Sesuai dengan perizinan yang diberikan oleh pihak ketua Rt 55 Rw 03 desa Sitiarjo
2. Evaluasi Proses
Sasaran penyuluhan mampu mengikuti jalannya penyuluhan dengan baik. hanya saja
ada beberapa sasaran yang tidak mendengarkan penyuluh tetapi jika disuruh menjawab
sasaran bisa menjawab pertanyaan penyuluh dengan benar. Sasaran kurang aktif untuk
memberikan pertanyaan kepada penyuluh. Sasaran tidak ada yang meninggalkan tempat
penyuluhan saat acara berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan memahami 75 % dari materi yang sudah disampaikan oleh
penyuluh. Evaluasi dilakukan secara langsung (lisan)
56
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang paru-
paru misterius pada Desember 2019. Virus corona sendiri menyerang pada system
pernafasan manusia.
Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar hewan
tersebut. Virus corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain yang
dimakan manusia hingga terjadi penularan. Untuk memutus mata rantai tersebut maka
diperlukan pencegahan agar masyarakat tidak terkena virus yang berbahaya tersebut.
3.2 Saran
Terkait dengan adanya penyuluhan tentang COVID-19, adakah saran untuk masyarakat
Rt 55 Rw 03 desa Sitiarjo, agar masyarakat dapat memilih cara yang benar untuk dapat
mengetahui gejala COVID-19 dan mengetahui cara pencegahan COVID-19 agar
terhindar dari bahaya virus tersebut.
57
LATAR BELAKANG :
Virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang
paru-paru misterius pada Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar
hewan Huanan di Wuhan yang menjual bebagai jenis daging binatang, termasuk yang
tidak biasa dikonsusmsi, missal ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus.
Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar
hewan tersebut. Virus corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain
yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Corona virus sebetulnya tidak asing
dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu menginfeksi
manusia hingga menjadi penyakit radang paru.
Sebelum COVID-19 mewabah, dunia sempat heboh dengan SARS dan MERS,
yang diduga berkaitan dengan virus corona. Dengan latar belakang tersebut, virus corona
bukan kali ini saja membuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang sama seperti flu,
virus corona berkembang cepat sehingga mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal
organ.
Memberikan salam
Memperkenalkan diri
Merangkum Materi
Melakukan terminasi
Memberikan salam
MATERI :
Menurut penelitian, gejala COVID-19 muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu
setelah terpapar virus Corona.
Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan kemanusia. Namun,
kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular dari manusia ke manusia.
Tidak senga jam menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita
COVID-19 batuk atau bersin
Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah
menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita COVID-19
Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19, misalnya bersentuhan atau
berjabat tangan
Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP (orang dalam
pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa langkah yang
bisa dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:
Anwar, S.I & Finurida, I. (2015). Karateristik Mioma Uteri di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Banyumas. Vol 3. No. 1. Januari-Maret 2015
Arifint, Hana dkk. 2019. “KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RSUP PROF.
DR. R.D. KANDOU MANADO”. Jurnal Medik dan Rehabilitasi (JMR), Volume 1,Nomor
3, Januari 2019
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2020. 2019 Novel
Coronavirus (2019-nCoV). Wuhan, China.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2020. Frequently
Asked Questions About SARS.
Chif, dkk. 2018. Kehamilan Dengan Mioma Uteri Post Miomektomi. Jurnal Averrous Vol.
4 No. 1 2018
IDI – Siaran Pers Ikatan Dokter Indonesia. Diakses pada 2020. Outbereak Pneumonia
Virus Wuhan
Kharisma, Astria Ema. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Mioma Uteri. Fakultas Ilmu
Kesehatan UMP.
Lilyani D.I., Sudiat Muhammad, Basuki Rochman. (2012). The Relation of Risk Factors
and the Uterine Myomas Incidence at rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Semarang. Jurnal kedokteran Muhammadiyah, 1(1), 14-19.
Madscape. Diakses pada 2020. What is the role of coronavirus in the etiology of viral
pneumonia.
Siregar, C. D. (2017). Karakteristik Penderita Mioma Uteri Rawat Inap di Rumah Sakit
Umum Haji Medan Tahun 2013-2015.
Sulistyowati, N., & Lina, A. (2019). Hubungan Faktor Risiko Dengan Kejadian Mioma
Uteri di RSUD Raja Ahmad Tabib Provinsi Kepulauan Riau dan RS-BLUD Kota
Tanjungpinang Tahun 2018. Cakrawala Kesehatan: Kumpulan Jurnal
Kesehatan, 10(1).
62
Ratulangi Manado 2 Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Prof. DR. R. D.
Kandou Manado
63
LAMPIRAN 1
64
LAMPIRAN 2
LOGBOOK KEGIATAN
( ) ( )
NI LUH DIAH
AYU SITA DEWI
65
NIK. 201001020
LOGBOOK KEGIATAN
( ) ( )
NI LUH DIAH
AYU SITA DEWI
NIK. 201001020
66
LOGBOOK KEGIATAN
( ) ( )
NI LUH DIAH
AYU SITA DEWI
NIK. 201001020
67
LOGBOOK KEGIATAN
( ) ( )
NI LUH DIAH
AYU SITA DEWI
NIK. 201001020
68
LOGBOOK KEGIATAN
( ) ( )
NI LUH DIAH
AYU SITA DEWI
NIK. 201001020
69
LOGBOOK KEGIATAN
( ) ( )
NI LUH DIAH
AYU SITA DEWI
NIK. 201001020
70
LOGBOOK KEGIATAN
( ) ( )
NI LUH DIAH
AYU SITA DEWI
NIK. 201001020
71
LOGBOOK KEGIATAN
( ) ( )
NI LUH DIAH
AYU SITA DEWI
NIK. 201001020
72
LOGBOOK KEGIATAN
( ) ( )
NI LUH DIAH
AYU SITA DEWI
NIK. 201001020
73
LOGBOOK KEGIATAN
( ) ( )
NI LUH DIAH
AYU SITA DEWI
NIK. 201001020
74
LOGBOOK KEGIATAN
( ) ( )
NI LUH DIAH
AYU SITA DEWI
NIK. 201001020
75
LOGBOOK KEGIATAN
( ) ( )
NI LUH DIAH
AYU SITA DEWI
NIK. 201001020
76
LOGBOOK KEGIATAN
( ) ( )
NI LUH DIAH
AYU SITA DEWI
NIK. 201001020
77
LOGBOOK KEGIATAN
( ) ( )
NI LUH DIAH
AYU SITA DEWI
NIK. 201001020
78
i