Atritis Remautoid
Atritis Remautoid
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mengutip pendapat Sjamsuhidajat (1997), artritis reumatoid merupakan
penyakit autoimun dari jaringan ikat terutama sinovial dan kausanya mutifaktor
.penyakit ini ditemukan pada semua sendi dan sarung sendi tendon, tetapi paling
sering di tangan. Selain menyerang sendi tangan, dapat pula menyerang sendi
siku, kaki, pergelangan kaki, dan lutut. Artritis kronikyang terjadi pada anak yang
menyerang satu sendi atau lebih, dikenal dengan artritis juvenil. Noer S (1996)
mengatakan, artritis reumatoid merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik yang walaupun manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif,
akan teteapi peyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.
Biasanya artritis reumatoid timbul secara sistemik. Gejala yang tibul
berupanodul sukutanyang terlihat pada 30% penderita. Nodul sering terdapat di
ekstremitas atas dan tampak sebagai vaskulitis reumatoid, yang merupakan
manifestasi ekstraartikuler. Biasanya terjadi destruksi sendi progresif, walaupun
terjadi masa serangan, sendi tetap dapat mengalami masa remisi.
Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara. Pertama adalah destruksi
pencernaan oleh produksi protease, kolegenase, dan enzim-enzim hidrolitik
lainnya. Enzim-enzim ini memecahkan tulang rawan, ligamen, tendon, dan tulang
pada sendi, serta dilepaskan ersama-sama dengan radikal oksigen dan metabolit
asam arakidonat oleh leukosit polimorfonuklear (PMN) dalam cairan sianovial.
Proses ini diduga adalah bagian dari suatu respons autoimun terhadap antigen
yang diproduksi secara lokal.
Selain itu,destruksi jaringan juga terjadi melalui kerja anus reumatoid.
Panus merupakan jaringan granuasi vaskular yang terbentuk dari sinovium yang
meradang dan kemudian eluas ke sendi. Sepanjang pinggir panus didapatkan
destruksi kolagen dan proteoglikan melalui prodeksi enzim oleh sel-sel di dalam
panus tersebut.
1
Berdasarkan penelitian Kalinoglou, et al., (2008), indeks masa tubuh
(BMI), dan lemak tubuh klien artritis reumatoid berhuungan dengan merokok
sigaret. Penurunan masa otot berhubungan dengan perokok berat.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, maka didapatkan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar penyakit Reumatoid artritis (RA)?
2. Bagaiamana konsep dasar asuhan keperawatan pada penyakit Reumatoid
artritis (RA)?
C. TUJUAN
Dari rumusan masalah di atas maka didapatkan tujuan sebagai berikut:
1. Mahasiswa mengerti tentang konsep dasar penyakit Reumatoid artritis
(RA).
2. Mahasiswa mengerti tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada
penyakit Reumatoid artritis (RA).
D. MANFAAT
Bagi penyusun : agar dapat menjadi bahan koreksi dan evaluasi dari proses
pembelajaran kelompok dan menjadi bahan diskusi.
Bagi pembaca : agar dapat menjadi tambahan materi untuk memperlancar
proses belajar dalam system muskuloskeletal.
E. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang dipergunakan dalam penulisan makalah ini adalah
dengan menggunakan pendekatan normative yaitu metode kepustakaan
dengan menggunakan teknik pencatatan dari berbagai sumber yang kemudian
dirangkum dalam sebuah makalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Reumatoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif dan
lebih banyak terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun.
Reumatoid artritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya. Karakteristik RA adalah terjadinya kerusakan dan
proliferasi pada membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulangs
endi, ankilosisi, dan deformitas. Mekanisme imunologik tampak berperan penting
dalam memulai dan timbulnya penyakit ini. Pendapat lain mengatakan, artiritis
reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ.
Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung
difus yang diperantarai oleh imunitas.
2. EPIDEMIOLOGI
Reumatoid artritis (RA) merupakan inflamasi kronis yang paling sering
ditemukan pada sendi. Prenyakit ini telah lama dikenal dan tersebar luas di
seluruh dunia serta melibatkan semua ras dna kelompok etnik. Walaupun belum
dapat dipastikan sebagai penyebab, faktor genetik, hormonal, infeksi dan heat
shock protein (HSP) telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan
morbiditas penyakit ini. HSP adalah sekelompok protein yang berukuran sedang
(60-90 kDa) yang dibentuk oleh sel seluruh spesies sebagai suatu respons
terhadap stres. Mekanisme hubungan antara sel T dengan HSP belum diketahui
dengan jelas.
Reumatoid artritis (RA) terjadi kira-kira 2,5 kali lebih sering menyerang
wanita daripada pria. Perbandingan antara wanita dan pria sebesar 3:1, dan pada
wanita usia subur perbandingan mencapai 5:1. Jadi perbandingan antara wanita
dan pria kira-kira 1:2, 5-3. Insiden meningkat dengan bertambahnya usia,
3
terutama pada wanita. Kecenderungan insiden yang terjadi pada wanita dna
wanita subur diperkirakan karena adanya ganguan dala keseimbangan hormonal
(estrogen) dalam tubuh, namun hingga kini belum dapat dipastikan apakah faktor
hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini. Penyakit ini biasanya
pertama kali muncul usia 25-50 tahun, puncaknya adalah antara usia dari
berbagai suku bangsa. Sekitar satu persen orang dewasa menderita Reumatoid
artritis (RA) yang jelas, dan dilaporkan bahwa Amerika Serikat setiap tahun
timbul kira-kira 750 kasus baru per satu juta penduduk.
Penyakit ini menyerang sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki, sendi
besar pada lutut, panggul serta pergelangan tangan.
3. ETIOLOGI
Penyebab dari Reumatoid artritis (RA) belum dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab Reumatoid artritis (RA)
adalah:
a. Streptokokus hemolitikus dan Streptokokus non hemolitikus
b. Endokrin
c. Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari
imunoglobulin dengan rhematoid faktor
d. Faktor metabolik
4
e. Faktor genetik atau lingkungan
4. PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago
dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang
menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi
menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago
dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid artritis (RA) berbeda dari tiap orang. Ditandai
dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang
lain. terutama yang mempunyai faktor rheumatoid (seropositif gangguan
rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
5
5. PATHWAY
6
6. TANDA DAN GEJALA
a. Tanda dan gejala setempat
Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness)
dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan
dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda
dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama
(beberapa menit).
Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
Poli artritis simetris sendi perifer Semua sendi bisa terserang, panggul,
lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai
sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih
besar seringkali terkena juga
Artritis erosif sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang
kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada
penyinaran sinar X
Deformitas pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi
metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi yang
lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan
fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai
kehilangan kemampuan bergerak yang total
Rematoid nodul merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3
pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon)
7
atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau
bulat dan padat.
Kronik Ciri khas rematoid artritis
8
7 Gambaran foto rontgen yang khas pada artritis reumatoid
8 Uj aglutinasi faktor reumatoid
9 Perubahan karakterikstik histologis lapisan sinovia
10 Gambaran histologis yang khas pada nodul
11 Pengendapan cairan caousin yang jelek
NB: hasil penilaian
Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 minggu.
Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 minggu.
Kemungkinan reumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung
sekurang-kurangnya selama 4 minggu.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tes serologi
Sedimentasi eritrosit meningkat
Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
b. Pemerikasaan radiologi
Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan
ankilosis
c. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan
dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
8. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi adalah:
a. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
b. Memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal
penderita.
c. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan
sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1. Istirahat
9
Istirahat adalah penting karena Reumatoid artritis (RA) biasanya disertai rasa
lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat timbul setiap hari, tetapi
ad amasa-masa di mana klien merasa keadaannya lebih baik atau lebih berat.
Kekakuan dan rasa tidak nyaman dapat meningkat apabila beristirahat. Hal ini
memungkinkan klien mudah terbangun dari tidurnya di malam hari karena
nyeri.
2. Latihan fisik
Latihan fisik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan
ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada smeua sendi yang sakit, dan
sebaiknya dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup grakan aktif dan pasif pada smeua sendi yang sakit, dan sebaiknya
dilakukan sedikitnya dua kali sehari.
3. Panas
4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar
salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium kolin dan asetamenofen meningkatkan toleransi
saluran cerna terhadap terapi obat
c. (hidroksiklorokuin, klorokuin dosis 200 – 600 mg/hari
mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga
menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.
d. Garam emas
e. Kortikosteroid
5. Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi,
pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi.
Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali
inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
10
d. Arthroplasty, pembedahan dengan membuat kembali dataran pada
persendian.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
Dilakukan untuk mengetahui: Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia,
alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, asuransi, golongan darah, no register, tanggal MRS dan
diagnosa medis
11
e. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit dna perannya dalam keluarga
dan masyarakat. Klien ini dapat mengalami ketakutan akan kecacatan
karena perubahan bentuk sendi dan pandnagan terhadap dirinya yang salah
(gangguan citra diri). Klien ini dapat mengalami gangguan libido sehingga
tidka dapat melakukan hubungan seksual sebagaimana mestinya karena
menjalani rawat inap dan kelemahan fisik serta nyeri.
f. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing). Klien artritis reumatoid tidak menunjukkan kelainan sistem
pernafasan pada saat inspeksi. Palpasi thoraks menunjukkan taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak ada suara nafas tambahan.
B2 (Blood). Tidak ada iktus jantung pada palpasi. Nadi mungkin meningkat,
iktus tidak teraba. Pada auskultasi, ada suara S1 dan S2 tunggal dan tidak ada
murmur.
12
- Pemeriksaan saraf kranial:
Saraf 1: biasanya pada klien artritis reumatoid tidak ada kelainan dan
fungsi pemciuman tidak ada kelainan.
Saraf II: tes ketajaman penglihatan normal.
Saraf III, IV dan VI: biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak
mata, pupil isokor.
Saraf V: klien AR umumnya tidak mengalami paralisis pada oto wajah
dan reflek kornea tidak ada kelainan.
Saraf VII: persepsi pengecap dalam batas normal dan wajah simetris
Saraf VIII: tidak ditemukan tuli konduktif atau tuli persepsi.
Saraf IX dan X: kemampuan menelan baik.
Saraf XI: tidak ada atropi sternokledomatoideus dan trapezius.
Saraf XII: lisah asimetris, tidka ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
B4 (Bladder). Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidka ada
keluhan pada sistem perkemihan.
B6 (Bone).
- Look : adanya pembengkakan yang tidak biasa (abnormal), deformitas
pada daerah sendi kecil tangan, pergelangan kaki, dan sendi besar lutut,
panggul, dan pergelangan tangan. Adanya degenarasi serabut otot
memungkinkan terjadinya pengecilan, atrofi otot yang disebabkan oleh
13
tidak digunakannya otot akibat inflamasi sendi. Sering ditemukan nodul
subkutan multipel.
- Feel : nyeri tekan pada sendi yang sakit.
- Move : ada gangguan mekanis dan fungsional pada sendi dengan
manifestasi neyri bila menggerakkkan sendi yang sakit. Klien sering
mengalami kelemahan fisik sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-
hari.
g. Pengkajian Nyeri
Untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat
dapat menggunakan metode PQRST.
Provoking Incident : hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
peradangan.
Quality of Pain : nyeri yang dirasakan atau digambarakan klien bersifat
menusuk.
Region, Radiation, Relief: nyeri dapan menjalar atau menyebar, dan nyeri
terjadi sendi yang mengalami masalah.
Severity (Scale) of Pain : nyeri yang dirasakan ada diantara 1-3 pada rentang
skala pengukuran 0-4.
Time : berapa lama nyeri berlangsung , kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
h. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi
Sedimentasi eritrosit meningkat
Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan
ankilosis
3. Aspirasi sendi
14
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan
dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis ditambah
dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa keperawatan
yang sering muncul yaitu:
1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan/proses
inflamasi, destruksi sendi.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.
4. Gangguan citra diri berhubungan dengan gangguan dan perubahan struktur
tubuh.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
6. Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
16
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan ujung
tulang dan sendi
Tujuan : klien mampu melaksanakana aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria Hasil :
- Klien ikut program latihan,
- Klien tidak mengalami kontraktur sendi,
- Kekuatan otot klien bertambah,
- Klien menunjukkan peningkatan mobilitas dan mempertahankan
kondisi optimal.
Rencana Keperawatan
Intervensi Rasional
MANDIRI
Kaji mobilitas dan observasi adanya Mengetahui tingkat kemampuan klien
peningkatan kerusakan. Kaji secara dalam melakukan aktivitas.
teratur fungsi motorik
Atur posisi fisiologis Pengaturan posisi fisiologis dapata
membantu perbaikan sirkulasi oksigen
lokal dan mengurangi penekanan lokal
jaringan.
Ajarkan klien melakukan latihan gerak Gerakan aktif memberi massa, tonus,
aktif pada ektremitas yang tidak sakit. dan kekuatan otot serta memperbaiki
fungsi janting dan pernafasan.
Bantu klien melakukan latihan ROM Untuk mempertahankan fleksibilitas
dan perawatan diri sesuai toleransi sendi sesuai kemampuan.
Pantau kemajuan dan perkembangan Untuk medeteksi perkembangan klien
kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas
KOLABORASI: Kemampuan mobilisasi ektremitas
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dapat ditingkatkan dengan latihan fisik
untuk melatih fisik klien. dari tim fisioterapi
17
3. Gangguan aktifitas sehari-hari (defisit self care) berhubungan dengan
terbatasnya gerakan.
Tujuan : Klien akan mandiri sesuai kemampuan dalam memenuhi aktifitas
sehari-hari
Kriteria Hasil :
- Klien melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten
dengan kemampauan individual.
- Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
- Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memnuhi
kebutuhan perawatan diri.
Recana/tindakan Keperawatan
Intervensi Rasional
Diskusikan dengn klien tingkat Klien mungkin dapat melanjutkan
fungsional umum sebelum aktivitas umum dengan melakukan
timbulnya/eksaserbasi penyakit dan adaptasi yang diperlukan pada
risiko perubahan yang diantisipasi. keterbatasan ini.
Pertahankan mobilitas, kontrol Mendukung kemandirian fisik/
terhadap nyeri, dan program latihan. emosional klien
Kaji hambatan klien dalam Menyiapkan klien untuk meningkatkan
berpartisipasi perawatan diri. kemandirian, yang akan meningkatkan
Identifikasi/buat rencana untuk harga diri.
modifikasi lingkungan.
Kolaborasi :
Konsultasi dengan ahli terapi okupasi Berguna dalam menetukan alat bantu
unutk memenuhi kebutuhan individual,
misal memasang kancing,
menggunakan alat bantu, memakai
sepatu, atau menggantungkan pegangan
untuk mandi.
Mengatur evaluasi kesehatan di Mengidentifikasi masalah-masalah
rumah sebelum dan setelah yang mungkin dihadapi karena tingkat
pemulangan. ketidakmampuan aktual. Memberikan
lebih banyak keberhasilan usaha tim
18
dengan orang lain yang ikut serta dalam
perawatan, misla tim terapi okupasi.
Membuat jadwal konsul dengan Klien mungkin membutuhkan berbagai
lembaga lainnya, misal pelayanan bantuan tambahan untuk partisipasi
perawatan di rumah, ahli nutrisi. situasi di rumah.
19
Anjurkan orang terdekat mengizinkan Menghidupkan kembali perasaan
klien melakukan sebanyak mungkin mandiri dan membantu perkembangan
hal untuk dirinya. harga diri serta memengaruhi proses
rehabilitasi
Bersama klien mencari alternatif Dukungan perawat kepada klien dapat
mencari koping yang positif. meingkatkan rasa percaya diri.
Dukung prilaku atau usaha seperti Klien dapat beradaptasi terhadap
peningkatan minat atau partisipasi perubahan dan pengertian peran
dalam aktivitas rehabilitasi. individu di masa mendatang.
KOLABORASI: Dapat memfasilitasi perubahan peran
Rujuk ke ahli neuropsikologi dan yang penting utnuk perkembangan
konseling bila ada indikasi. perasaan pasien.
Rencana Keperawatan
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan klien dan Menjadi data dasar bagi perawat
keluarga tentang perawatan di untuk menjelaskan sesuai
rumah pengetahuan klien dan dapat
menghindari pembicaraan yang tidak
perlu karena klien dan keluarga
sudah mengetahuinya.
Diskusikan tentang pengobatan : Memberi pengetahuan dasar tentang
nama, jadwal, tujuan, dosis dan obat-obatan yang akan digunakan
efek samping. sehinggga dapat mengurangi dampak
komlikasi dan efek samping obat.
Diskusikan tanda dan gejala Membantu klien dan keluarga dalam
kemajuan penyakit, peningkatan penatalaksanaan perawatan klien
20
nyeri dan mobilitas. artritis reumatoid
Beri dukungan psikologis agar klien Meningkatkan kemauan klien dan
menjalankan apa yang sudah keluarga tentang pentingnya
disepakati. perawatan rumah
4. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan intervensi.
5. EVALUASI
DIAGNOS EVALUASI
A
21
1 - Penurunan nyeri
- Klien terlihat rileks
- Klien mampu memperagakan keterampilan reduksi
nyeri (relaksasi)
- Skala nyeri 0
2 - Klien mengikuti program latihan
- Klien menunjukkan peningkatan mobilitas dan
mempertahankan kondisi optimal.
3 - Klien melaksanakan aktivitas perawatan diri pada
tingkat yang konsisten dengan kemampauan
individual.
- Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup
untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
- Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/komunitas
yang dapat memnuhi kebutuhan perawatan diri.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
22
Reumatoid artritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya. Karakteristik RA adalah terjadinya kerusakan dan
proliferasi pada membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulangs
endi, ankilosisi, dan deformitas. Mekanisme imunologik tampak berperan penting
dalam memulai dan timbulnya penyakit ini.
Reumatoid artritis (RA) merupakan inflamasi kronis yang paling sering
ditemukan pada sendi. Insiden puncak antara usia 40-60 tahun, lebih sering pada
wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1. Penyakit ini menyerang sendi
kecil pada tangan, pergelangan kaki, sendi besar pada lutut, panggul serta
pergelangan tangan.
Adapun tand a dan gejala terjadinya Reumatoid artritis (RA) adalah lelah,
anoreksia, BB menurun, kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, erosi tepi
tulang. Reumatoid artritis (RA) dapat diterapi dengan menggunakan 5 komponen
ini yakni istirahat, latihan fisik, panas, pengobatan dan nutrisi.
Sementara itu untuk pengkajian pada klien dengan Reumatoid artritis
(RA) adalah melakukan anamnesis, mengkaji riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit terdahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat psikososial, pemeriksaan
fisik dna pengkajian nyeri.
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis
ditambah dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa
keperawatan yang sering muncul yaitu: nyeri, hambatan mobilitas fisik, defisit
perawatan diri, gangguan citra diri, kurang pengathuan dan risikpo cedera.
B. SARAN
Saran dari kami tentang penulisan makalah ini yaitu agar pembaca dapat
menjadikan makalah ini sebagai bahan materi tambahan serta dapat
mengaplikasikan teori ini ke dalam praktik keperawatan secara benar dan terpadu.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta:Salemba Medika.
Ningsih, Nurna dkk.2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskleletal. Jakarta: Salemba Medika.
Price,Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi.Jakarta:EGC
Smeltzer,Suzzanne C 2001.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC
25