Anda di halaman 1dari 6

Pola Hubungan Kerja Perawat dalam Praktek Profesional

1. Pengertian hak menurut ahli :


Soerjono Soekanto mengupas hak menjadi dua hal yang berbeda. Pertama, hak
berhubungan dengan perjanjian yang dilakukan. Kedua, hak berhubungan dengan
kepribadian, kekeluargaan, dan juga objek material. Masing-masing dari pengelompokan
tersebut mengungkapkan apabila hak merupakan suatu hal yang telah melekat pada
individu.
John Salmond
Menurut Salmond, hak bisa diklasifikasikan menjadi empat bagian penting. Pertama,
seseorang bisa memperoleh hak apabila telah melakukan kewajibannya. Kedua,
seseorang boleh menjalankan haknya asal tidak mengganggu yang lainnya. Ketiga,
seseorang bisa mendapatkan haknya melalui kekuasaan, jabatan, dan jalur hukum
lainnya, Lalu yang keempat, seseorang memiliki hak untuk terbebas dari ikatan dengan
orang lain.
Sukamto Notonegoro
Sukamto Notonegoro mengemukakan jika hak merupakan segala sesuatu yang bisa
diterima atau ditolak oleh setiap individu berdasarkan prinsip yang dianutnya. Artinya,
seseorang boleh menerima atau menolak pemberian hak dari orang lainnya apabila
memang bertentangan dengan prinsip yang dimiliki.
Jadi , dapat disimpulkan hak adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang dan
memang pantas ia terima.
2. Pengertian kewajiban menurut ahli :
Sukamto Notonegoro
Menurut Sukamto Notonegoro, kewajiban merupakan hal-hal yang seharusnya dilakukan
oleh setiap individu agar mereka bisa menerima atau menjalankan haknya dengan
semestinya. Beliau juga menegaskan jika kewajiban bukanlah suatu beban yang
diberatkan kepada individu sehingga dalam proses menjalankannya harus dilakukan
sepenuh hati. Hal ini juga selaras dengan pengetian hak dan kewajiban.
Curzon
Curzon telah membagi kewajiban menjadi lima klasifikasi utama. Pertama, sebagai
kewajiban mutlak yang artinya telah melekat pada diri sendiri sejak lahir. Kedua,
kewajiban primer yang artinya kemunculannya berdasarkan akibat dari perbuatan
melawan hukum. Ketiga, kewajiban universal yang ditujukan kepada semua orang pada
umumnya. Keempat, kewajiban positif yang menuntut setiap individu untuk melakukan
suatu hal. Terakhir, kewajiban publik yang berhubungan dengan interaksi sosial.
Jadi, yang dimaksud dengan kewajiban adalah segala sesuatu yang memang wajib
dilakukan individu untuk menjalankan kehidupannya sehari-hari sebelum menuntut hak.
3. Hak dan kewajiban penata anestesi
Dalam melaksanakan praktik keprofesiannya, Penata Anestesi mempunyai hak:
a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik keprofesiannya
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar operasional
prosedur.
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien dan/atau keluarga.
c. Melaksanakan pelayanan sesuai dengan kompetensi.
d. Menerima imbalan jasa profesi
e. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan dengan
tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan praktik keprofesiannya, Penata Anestesi mempunyai kewajiban:

a. Menghormati hak pasien. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan petugas


kesehatan selalu menghormati hak pasien misalnya dengan Informed Consent,
sehingga pasien berhak untuk menerima atau menolak tindakan yang akan
dilakukan.
b. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam
menjalankan tindakan keperawatan Penata Anestesi memiliki kewajiban menjaga
rahasia pasien sebagaimana yang tercantum dalam pasal 22 PP Republik Indonesia
Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, ayat (1) yang berbunyi; “ Bagi
tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan jenis profesinya berkewajiban
untuk menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien”
c. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan dan pelayanan yang dibutuhkan
d. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilaksanakan kepada pasien. Berkaitan
dengan penjelasan prosedur yang lengkap persetujuan perlu diambil dalam tahap
penentuan tindakan. Prinsip otonomi yang mendasari penandatanganan persetujuan
tindakan haruslah tanpa paksaan dan dilandasi oleh pemahaman klien tentang
prosedur terkait.
e. Mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar operasional prosedur.
Penata anestesi dikatakan professional apabila telah memenuhi standar yang
ditetapkan oleh organsasi profesi. Kewajiban ini juga dimaksudkan untuk
melindungi anggota profesi dari tuntutan malpraktik dalam melaksanakan
profesinya.
f. Penata Anestesi dalam menjalankan praktik keprofesiannya harus senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan, dengan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang
tugasnya.

4. HAM
HAM merupakan seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, dan wajib dihormati, serta dilindungi oleh Negara, maupun setiap orang
demi perlindungan harkat dan martabat manusia.
Sehingga, HAM memiliki ciri-ciri khusus bila dibandingkan dengan hak-hak yang lain.
Diantaranya:
a. Tidak bisa dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dihilangkan atau
diserahkan.
b. Hakiki, artinya hak asasi manusia yang sudah ada sejak lahir.
c. Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang
status, gender, suku bangsa atau perbedaan lainnya.
Sedangkan macam-macam HAM terdiri dari hak asasi pribadi (personal rights), hak asasi
politik (political rights), hak asasi hukum (legal equality rights), hak asasi peradilan
(procedural rights), hak asasi ekonomi (property rights) dan hak asasi sosial budaya
(social culture rights).

5. Pola hubungan perawat anatesi dalam praktek professional


Dalam menjalankan tugas dan fungsinya di rumah sakit, perawat anestesi mempunyai
mitra kerja untuk bekerjasama dalam tatanan pelayanan kesehatan untuk pasien. Dalam
membina hubungan dengan mitra kerja, perawat anestesi diatur oleh kode etik perawat
anestesi tentang hubungan perawat anestesi dengan mitra kerja.
a. Perawat anestesi reanimasi membina hubungan kerjasama antar perawat anestesi,
dokter anestesi dan tenaga profesi lain yang terkait.
a)  Perawat anestesi dengan dokter spesialis anestesi
b) Perawat anestesi merupakan mitra kerja dokter anestesi. Seorang perawat anestesi
bekerjasama dengan dokter anestesi dalam pra anestesi, intra anestesi, dan
maupun post anestesi. Perawat anestesi mempunyai kompetensi tersendiri dalam
melakukan perawatan pra anestesi, intra anestesi, dan post anestesi, namun
perawat anestesi harus mampu bekerja sama dengan dokter spesialis anestesi.
Seorang perawat anestesi boleh melakukan tindakan anestesi atas pelimpahan
wewenang dari dokter spesialis anestesi secara resmi, atas pelimpahan dari
operator operasi yang bertanggung jawab, dan atas pelimpahan dari pemerintah.
c) Perawat anestesi dengan dokter
d) Perawat anestesi berkerja sama dengan dokter spesialis bedah sebagai operator
saat berada di ruang operasi. Selain itu, perawat anestesi juga harus mampu
bermitra dengan semua dokter dalam menjalankan perannya karena pasien
mungkin tidak hanya dibawah tanggung jawab dari seorang dokter saja namun
juga dokter lain.
e) Perawat anestesi dengan perawat anestesi
f) Hubungan perawat anestesi dengan perawat anestesi lain harus dijunjung tinggi.
Tidak lain hanyalah untuk kesembuhan pasien.
g) Perawat anestesi dengan perawat umum
Hubungan perawat anestesi dengan perawat umum atau perawat lain dalam
pelayanan kesehatan untuk pasien bisa diterapkan pada pra anestesi, intra anestesi,
dan juga post anestesi.
b. Perawat anestesi reanimasi melayani rekan dan teman kerja dengan kejujuran,
konsisten, saling percaya, saling asah, saling asuh dan dalam kesederhanaan.
Etika dan profesionalitas seorang tenaga kesehatan khususnya perawat anestesi
dibuktikan dengan bagaimana sikap dan sifat perawat anestesi dalam melakukan
pelayanan kesehatan terhadap pasien maupun hubungan dengan mitra kerja. Dalam
melakukan pelayanan kesehatan terhadap pasien maupun dengan mitra kerja atau
teman sejawat, perawat anestesi harus mengedepankan kejujuran, konsisten, saling
percaya, saling asah, saling asih, saling asuh dan dalam kesederhanaan.

Kode Etik Keperawatan Anestesiologi

1. Pengertian Kode Etik


Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
2. Kode Etik Keperawatan Anestesiologi
a. Tanggung Jawab dengan Pasien
a) Setiap Penata Anestesi dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan pasien.
b) Setiap Penata Anestesi dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan pasien dengan identitas yang sama dengan kebutuhannya
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
c) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dalam memberi
pelayanan asuhan kepenataan anestesi kepada pasien wajib memegang rahasia
jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh pasien secara kepercayaan dan
wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya hubungan antara Anggota
Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dengan pasien.
d) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) harus menolak
memberikan pelayanan asuhan kepenataan anestesi kepada pasien yang menurut
keyakinannya tidak didasarkan pada standar pelayanan, kode etik dan peraturan
perundang-undangan.
e) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) tidak dibenarkan
membebani pasien dengan biaya-biaya yang tidak perlu diluar yang telah
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
f) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib menghormati hak
asasi pasien.

b. Hubungan Dengan Praktik


a) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib memberikan
pelayanan paripurna kepada pasien sesuai dengan kemampuan profesi yang
dimilikinya berdasarkan kebutuhan pasien.
b) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib memelihara mutu
pelayanan asuhan kepenataan anestesi yang tinggi disertai kejujuran professional
dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan sesuai kebutuhan pasien.

c. Hubungan Dengan Teman Sejawat Dan Tenaga Kesehatan Lainnya


a) Hubungan antara teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya dengan Penata
Anestesi harus dilandasi sikap saling menghormati, saling menghargai dan saling
mempercayai.
b) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) jika membicarakan
teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya hendaknya tidak menggunakan kata-
kata yang tidak sopan baik secara lisan maupun tertulis.
c) Keberatan-keberatan terhadap tindakan teman sejawat yang dianggap
bertentangan dengan Kode Etik Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) harus
diajukan kepada Majelis Kode Etik untuk diperiksa dan tidak dibenarkan untuk
disiarkan melalui media social atau cara lain.
d) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib memperlakukan
teman sejawatnya dan tenaga kesehatan lainnya sebagaimana ia sendiri ingin
diberlakukan.
e) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib menjalin hubungan
yang baik dengan teman sejawatnya dan tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai
suasana kerja yang serasi.
d. Hubungan Dengan Profesinya
a) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib menjaga nama baik
dan menjunjung tinggi cita-cita profesinya dengan menampilkan kepribadian yang
tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu dan paripurna kepada pasien.
b) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib mengembangkan
diri dan meningkatkan kemamouan profesinya sesuai dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.
c) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) senantiasi berperan serta
dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu
dan citra profesinya.

e. Hubungan Dengan Diri Sendiri


a) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib memelihara
kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
b) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) seyogyanya berusah
untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya sesuai dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

f. Hubungan Dengan Pemerintah, Nusa Bangsa Dan Tanah Air


a) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dalam menjalankan
tugasnya senantiasa melaksanakan ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan,
khususnya dalam Pelayanan Asuhan Kepenataan Anestesi.
b) Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) melalui profesinya
berfartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintah untuk
meningkatkan mutu Pelayanan Asuhan Kepenataan Anestesi.

Anda mungkin juga menyukai