Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Oksigenisasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan
fisologi oksigenisasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolism sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk
aktivitas sebagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit seorang tidak
mendapatkan oksigen makan akan berakibat pada kerusakan otakdan tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal (Asmadi, 2008). Masalah
kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan dasar manusia.
Hal ini telah terbukti ada yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoxia dan
akan terjadi kematian. Dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan oksigenasi
tidak terlepas dari peranan fungsi sisitem pernafasan dan kardiovaskuler yang
menyuplai kebutuhan oksigen tubuh. Dan dalam implementasinya mahasiswa
keperawatan diharapkan lebih memahami tentang apa oksigenasi, bagaimana
proses keperawatan pada klien dengan gangguan oksigenasi dan bagaimana
praktik keperawata yang mengalami masalah atau gangguan oksigenasi (Asmadi,
2008). Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat dilakukan dengan cara
pemberian oksigen melalui saluran pernafasan dan sumbatan yang menghalangi
masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar
berfungsi normal kembali. Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dalam
pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan pemberian oksigen dengan
menggunakan nasal kanul, masker, dan kateter nasal. Di Ruang ICVCU RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya pasien dengan gangguan kebutuhan oksigen antara
lain pasien Chronic Heart Failur (CHF).

Menurut data dari WHO dilaporkan bahwa ada sekitar 3000 warga Amerika
menderita CHF. Menurut American Heart Association ( AHA ) tahun 2012
dilaporkan bahwa ada 5,7 juta penduduk Amerika Serikat yang menderita gagal
jantung ( Padila, 2012 ). Penderita gagal jantung atau CHF di Indonesia pada
tahun 2012 menurut data dari Departemen Kesehatan mencapai 14.449 jiwa

1
2

penderita yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Pada tahun 2012 di Jawa
Tengah terdapat 520 penderita CHF dan menjalani rawat inap Selain itu, penyakit
yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit adalah gagal
jantung ( readmission ), walaupun pengobatan dengan rawat jalan telah diberikan
secara optimal. Hal serupa juga dibenarkan oleh Rubeinstein ( 2007 ) bahwa
sekitar 44 % pasien Medicare yang dirawat dengan diagnosis CHF akan dirawat
kembali pada 6 bulan kemudian.
Kebutuhan oksigenisasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
sebagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300
cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc setiap menit. Respirasi berperan
dalam mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga diperlukan
fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktivitas
mekanisme yang berperan dalam proses suplai O2 keseluruh tubuh dan
pembuangan CO2 (hasil pembakaran sel) (Hidayat, 2006).

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat di butuhkan


baik secara promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia khusus nya dalam pemenuhan kebutuhan oksigenisasi.
Sehingga dapat diliat dari “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenisasi).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari kebutuhan oksigenasi ?
2. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi ?
3. Bagaimana terjadinya proses oksigenasi ?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi ?
5. Seperti apa jenis pernafasan dan dan pengukuran fungsi paru ?
6. Bagaimana proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi ?
3

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses
asuhan keperawatan secara komprehensif terhadap klien dengan kebutuhan
oksigenasi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan pembelajaran tentang asuhan keperawatan dengan
kebutuhan oksigenasi.
1. Menjelaskan definisi kebutuhan oksigenasi
2. Mengetahui sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan
oksigenasi
3. Mengetahui bagaimana terjadinya proses oksigenasi
4. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi
5. Mengetahui seperti apa jenis pernafasan dan dan pengukuran fungsi paru
6. Mengetahui bagaimana proses keperawatan pada masalah kebutuhan
oksigenasi
1.4 Manfaat
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Melakukan pengkaian keperawatan pada klien dengan kebutuhan
oksigenasi
2. Merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan kebutuhan
oksigenasi
3. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kebutuhan
oksigenasi
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kebutuhan
oksigenasi
5. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan kebutuhan
oksigenasi
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP KEBUTUHAN OKSIGENASI

2.1.1 Definisi Kebutuhan Oksigenasi

Oksigen memegang peranan penting dalam proses tubuh secara


fungsional. Tidak adanya oksigen dapat menyebabkan tubuh secara fungsional
mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena
itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital
bagi tubuh (Asmadi, 2008). Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh dapat
mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan
organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu
menoleransi kekurangan oksigen antara tiga sampai lima menit. Apabila
kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel
otak secara permanen (Kozier dan Erb’s, 1998 dalam Asmadi, 2008).
Oksigen dipasok ke dalam tubuh melalui proses pernapasan atau respirasi
yang melibatkan sistem pernapasan. Sistem pernapasan terdiri dari serangkaian
organ yang berfungsi melakukan pertukaran gas antara atmosfer dengan plasma
melalui proses ventilasi paru-paru, difusi, transporasi oksigen, dan perfusi
jaringan. Fungsi ini berlangsung selama kehidupan untuk mempertahankan
homeostatis dengan mengatur penyediaan oksigen, mengatur penggunaan nutrisi,
melakukan eliminasi sisa metabolisme (karbondioksida), dan mengatur
keseimbangan asam basa (Asmadi, 2008). Terapi oksigen merupakan salah satu
terapi pernapasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen
adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernapas dan mengurangi stress pada miokardium. Beberapa
metode pemberian oksigen menurut Tarwoto dan Wartonah tahun 2003, yaitu:
1. Low flow oxygen system
Menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada umumnya
sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi
menurut pola pernapasan pasien.

4
5

2. High flow oxygen system


Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen
dilakukan dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola
pernapasan pasien.

2.2 Anatomi sistem oksigenasi/pernafasan

2.2.1 Sistem oksigenasi/pernafasan terdiri dari 2 yaitu :

a) Saluran pernafasan atas terdiri atas bagian di luar rongga dada,


berfungsi untuk menyaring, menghangatkan, dan melembabkan
udara yang terhirup. Saluran pernafasan ini terdiri dari :
Hidung. Hidung terdiri atas dua Nostril yang merupakan pintu
masuk rongga hidung. Dilapisi mukosa respirasi serta epitel
batang, besilia dan berlapis semu. Mukosa berfungsi menyaring,
menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk melalui
hidung.
Sinus Pranasal berfungsi menyereksi mukus, membantu
pengaliran air mata melalui saluran nasolakrimalis, dan
membantu dalam menjaga permukaan hidung tetap berfungsi
menyereksi mukus, membantu pengaliran air mata melalui
saluran nasolakrimalis, dan membantu dalam menjaga
permukaan hidung tetap bersih dan lembab.
Faring adalah pipa berotot yang bermula dari dasar tengkorak
dan berakhir sampai persambungannya dengan esophagus dan
batas tulang rawan kriloid, Faring terdiri dari tiga bagian yang
dinamai berdasarkan letaknya, yakni nasofaring (di belakang
hidung), orofaring (di belakang mulut), laringofaring (di
belakang laring)
Laring ( tenggorokan) terletak di ruang ke-4 atau ke-5 dan
berakhir di ruang ke-6 vetebra servikalis. Laring merupakan
saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari
tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri
atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.
6

Epiglotis. Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang


bertugas membantu menutup laring pada saat proses menelan.
b) Saluran Pernafasan bawah terdiri dari bagian-bagian yang
terdapat di dalam rongga dada. Saluran pernafasan bagian
bawah berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi
surfaktan, saluran ini terdiri dari :
Trachea. Trachea atau sering disebut batang tenggorok,
memiliki panjang ± 9 cm yang dimulai dari laring sampai kira-
kira ketinggian vetebra torakalis ke 5. Trachea tersusun atas
16-20 kartilago hialin berbentuk huruf C yang melekat pada
dinding trachea dan berfungsi untuk melindungi jalan udara,
mencegah terjadinya kolap atau ekspansi berlebihan akibat
perubahan tekanan udara yang terjadi dalam sistem pernafasan.
Bronkus. Bronkus merupakan bentuk percabangan atau
kelanjutan dari trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan
dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar dari pada bagian
kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah,
sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang
berjalan dari lobus atas dan bawah.
Brokhus Pulmonaris berfungsi menghantarkan udara
ketempat pertukaran gas di paru.
Duktus Alveolaris dan Alveoli berfungsi sebagai tempat
penyimpanan udara dan dimana udara (oksigen) akan di suplai
keseluruh tubuh dengan diikat oleh HB ( hemoglobin) dan di
bawa keseluruh tubuh, dan juga tempat keluarnya CO2 dari
kapiler ke alveoli yang dibawa oleh HB (Muttaqin, 2012).

2.2.2 Fungsi sistem pernafasan adalah :


1. Untuk mengambil oksigen dari atmosfer ke dalam sel – sel
tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida yang dihasilkan
sel – sel tubuh kembali ke atmosfer.
2. Organ respiratorik berperan dalam produksi bicara
7

3. Berperan dalam keseimbangan asam basa


4. Berperan dalam pertahanan tubuh melawan benda asing
5. Pengaturan hormonal tekanan darah.

2.3 klasifikasi

Peristiwa bernafas terdiri dari 2 bagian yaitu menghirup udara (inpirasi),


inpirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui
saluran pernafasan sampai keparu-paru. Proses inpirasi : volume rongga
dada naik/lebih besar tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
Menghembuskan udara (ekspirasi) tidak banyak menggunakan tenaga,
karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu terjadi relaksasi otot-
otot pernafasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil,
tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan
yaitu : ventilasi, Difusi dan transportasi.
1) Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh
beberapa faktor :
a) Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu
tempat, maka tekanan udara semakin rendah
b) Adanya kondisi jalan nafas yang baik
c) Adanya kemampuan thoraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang disebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.

2) Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran anatara O² adri alveoli ke kapiler
paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini di
pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a) Luasnya permukaan paru
8

b) Tebal membran respirasi/permeabilitasyang terdiri atas


epitelalveoli dan interstisial. Keduanya dapat memepengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan
c) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi
karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi daripada
tekanan O² dalam darah vena pulmonalis
d) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat Hb
3) Transportasi
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke
jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas
dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a) Curah jantung ( kardiak output), frekuensi denyut nadi
b) Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.

2.4 Patofisiologi

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.


Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan
keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi
maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan
direspon jalan napas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran
mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas
miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner dan Suddarth,
2002).
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sistem
oksigenasi/pernafasan Kebutuhan tubuh terhadap oksigenasi tidak tetap.
Sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak oleh karena
9

suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dapat di pengaruhi oleh


beberapa faktor, diantaranya :
2.5.1 Saraf Otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Ketika
terjadirangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan
neurotransmitter (untuk simpatis dapat noradrenalin yang
berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis
mengeluarkan asetilkolinyang berpengaruh pada bronkhokontriksi)
karena pada saluran pernafasan terdapat reseptor adrenergik dan
reseptor kolinergik.
2.5.2 Hormon dan Obat
Semua hormon termasuk derivat catecholamin dapat melebarkan
sakuran pernafasan. Obat yang tergolong parasimpati, seperti sulfas
atropin dan ekstrak belladona, dapat melebarkan saluran nafas,
sedangkan obat yang menghambat adrenergik tipe beta ( khususnya
beta-2), seperti obat yang tergolong penyakat bata nonselektif,
dapat mempersempit saluran nafas (bronkhokontriksi).
2.5.3 Alergi pada saluran Nafas
Banyak faktor yang menimbulkan alergi, antara lain debu yang
terdapat pada hawa pernafasan, buli binatang, serbuk benang sari
bunga, kapuk, makanan dan lain-lain. Faktor-faktor ini
menyebabkan bersin bila terdapat rangsangan di daerah nasal,
batuk bila di saluran bagian atas dan bronkhokontriksi pada asma
bronchiale, dan rhinitis bila terdapat di saluran pernafasan bagian
bawah.
2.5.4 Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia
perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada usia bayi prematur, yaitu
adanya kecenderungan kekurangan pembentukkan surfaktan.
10

Setelah anak tumbuh dewasa, kemampuan kematangan organ juga


berkembang seiring bertambahnya usia.
2.5.5 Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi,
seperti faktor alergi, ketinggian tanah dan suhu. Kondisi tersebut
mempengaruhi kemampuan adaptasi.
2.5.6 Perilaku
Faktor perilaku yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi).
Sebagai contoh, obesitas dapat mempengaruhi proses
perkembangan paru, aktivitas dapat mempengaruhi proses
peningkatan kebutuhan oksigenasi, merokok dapat menyebabkan
proses penyempitan pada pembulih darah dan lain-lain.

2.6 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem oksigenasi


2.6.1 Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksegen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan
penggunaaan oksigen dalam tingkat sel, di tandai dengan adanya
warna kebiruan pada kulit ( sianosis)
2.6.2 Perubahan pola pernafasan
a. Tachipnea : pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari
24x/menit
b. Bradiynea : pernafasan yang lambat dan minus dari 10x/menit
c. Hyperventilasi : cara tubuh dalam mengkompensasi peningkatan
jumlah oksigen dalam paru sehingga pernafasan lebih cepat dan
dalam.
d. Kusmaul : pola pernafasan cepat dan dangkal
e. Hipoventilasi : upaya tubuh dalam mengeluarkan CO2 dengan
cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak
cukupnya penggunaan O2
f. Dispnea : perasaan sesak dan berat saat bernafas
11

g. Orthopnea : kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk dan


berdiri
h. Cheyne stokes : siklus amplitudonya mula-mula naik, turun,
berhenti, kemudian mulia dari siklus awal
i. Pernafasan paradoksial : pernafasan yang ditandai dengan
pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari keadaan
normal.
j. Biot : pernafasan dengan irama yang mirip dengan ceyne stokes
k. Stridor : pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan
pada saluran pernafasan.
2.6.3 Obstruksi Jalan Nafas ( bersihan jalan nafas)
Kondisi pernafasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan
batuk secara efektif.

2.6.4 Pertukaran gas


Kondisi penurunan gas baik O2 maupun CO2 antara alveoli paru
dan sistem vaskuler

2.7 MANIFESTASI KLINIS


Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot napas tambahan
untuk bernapas, pernapasan napas faring (napas cuping hidung), dispnea,
ortopnea, penyimpangan dada, napas pendek, napas dengan mulut, ekspirasi
memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi napas kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola napas yang
tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2014).
Beberapa tanda dan gejala gangguan pertukaran gas yaitu diaforesis,
dispneu, gas darah arteri abnormal, gelisah, hiperkapnia, hipoksemia,
hipoksia, iritabilitas, sakit kepala ketika bangun, pola pernapasan abnormal
(frekuensi, irama, dan kedalaman napas), sianosis, somnolen, takikardia,
warna kulit abnorma (pucat, kehitam-hitaman) (NANDA, 2015).
12

2.8 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan medis pada gangguan kebutuhan oksigenasi menurut
Potter dan Perry tahun 2005, yaitu:
1. Pemantauan hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh
dokter, misal nebulizer, kanula nasal, dan masker untuk membantu
pemberian oksigen.

Gambar Keterangan
Kateter Nasal
Aliran oksigen yang bisa diberikan dengan alat ini
adalah sekitar 1–6 liter/menit dengan konsentrasi 
24%-44%. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi
insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai
nasofaring. Persentase oksigen yang mencapai paru-
paru beragam sesuai kedalaman dan frekuensi
pernapasan, terutama jika mukosa nasal membengkak
atau pada pasien yang bernapas melalui mulut.
Nasal Kanul
Nasal kanul terdapat dua kanula yang panjangnya
masing-masing 1,5 cm (1/2 inci) menonjol pada
bagian tengah selang dan dapat dimasukkan ke dalam
lubang hidung untuk memberikan oksigen dan yang
memungkinkan klien bernapas melalui mulut dan
hidungnya. Oksigen yang diberikan dapat secara
kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit. Konsentrasi
oksigen yang dihasilkan dengan nasal kanul sama
dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44 %.
Simple Face Mask
Alat ini memberikan oksigen jangka pendek, kontinyu
atau selang seling serta konsentrasi oksigen yang
diberikan dari tingkat rendah sampai sedang. Aliran
oksigen yang diberikan sekitar 5-8 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen antara 40-60%.
13

Rebreathing Mask
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi
tinggi yaitu 60-80% dengan aliran 8-12 liter/menit.
Memiliki kantong yang terus mengembang, baik saat
inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi,
oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara
sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada
kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan
udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripadasimple face mask
Non-Rebreathing Mask
Non-rebreathing mask mengalirkan oksigen dengan
konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan
kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Prinsip alat ini
yaitu udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka
pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi,
dan ada 1 katup lagi yang fungsinya mencegah udara
kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi
(Suciati, 2010)
4. Penggunaan ventilator mekanik
5. Fisoterapi dada
14

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan
Meliputi : ada atau tidaknya gangguan pernafasan seperti
epistaksis, obstruksi nasal dan keadaan lain yang menyebabkan
gangguan pernafasan. Hal yang perlu di perhatikan dalam
pengkajian keluhan/gejala adalah keadaan infeksi kronis dari
hidung sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan nyeri pada
tenggorokan, kenaikan suhau tubuh (38,5ᴼ), sakit kepala, lemas,
sakit perut, muntah-muntah (pada anak-anak), faring berwarna
merah dan adanya edema.
1. Pola batuk dan produksi sputum
Tahap ini dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk
batuk kering, keras dan kuat dengan suara mendesing, berat dan
berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit
kanker. Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa
warna, kejernihan dan apakah bercampur darah terhadap sputum
yang di keluarkan ole klien.
2. Sakit Dada
Dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas, intensitas,
faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada
apabila posisis klien berubah, serta ada/tidaknya hubungan
antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit.
3.1.2 Pemeriksaan fisik : data fokus
1. Data Klinik, meliputi : pemeriksaan tanda-tada vital ( TD, N, Rr,
S)
2. Data pemeriksaan yang mungkin di temukan :
a. Mata
 Konjungtiva pucat (karena anemia)

14
15

 Konjungtiva sianosi (karenia hipoksemia)


 Konjungtiva terdapat pethecia (karena emboli lemak atau
endokarditis)
b. Kulit
 Sianosis perifer (vasokonstriksi dan menurunnya aliran
darah perifer)
 Sianosis secara umum (hipoksemia)
 Penurunan turgor (dehidrasi)
 Edema
 Edema periorbital
c. Jari dan Kuku
 Sianosis
 Clubbing finger
d. Mulut dan bibir
 Membran mukosa sianosis
 Benafas dengan mengerutkan mulut
e. Hidung
 Pernafasan dengan cuping hidung, deviasi sputum,
perforasi, dan kesimetrisan
f. Vena Leher
 Adanya distensi/bendungan
g. Dada
 Inspeksi
- Pemeriksaan mulai dad posterior sampai uang lainnya
- Posisi pasien harus duduk
- Observasi dada pada sisi kanan atau kiri serta depan
atau belakang
- Dada posterior amati adanya skar, lesi, dan massa serta
gangguan tulang belakang (kifosis, skoliosis, dan
lordosis)
- Cata jumlah irama, kedalaman, pernafasan dan
kesimetrisan pergerakan dada
16

- Observasi pernafasan seperti pernafasan hidung atau


pernafasan diagfragma serta penggunaan otot bantu
pernafasan
- Observasi durasi inspirasi dan ekspirasi. Ekspirasi yang
panjang menandakan adanya obstruksi jalan nafas
seperti pada pasien chronic airflow limitation (CAL)/
chronic obstructive pulmonary disease (COPD)
- Kaji konfigurasi dada
- Kelainan bentuk dada :
Barrel chest : akibat overinflation paru pada pasien
empisema
Funnel chest : misal pada pasien kecelakaan kerja yaitu
depresi bagian bawah sternum
Pigeon chest : akibat ketidaktepatan sternum yang
mengakibatkan peningkatan diameter AP
Kofiskoliosis : misal pada pasien osteoporosis dan
kelainan muskuloskletal
- Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan
pergerakan dinding dada mengindikasikan adanya
penyakir paru/pleura
- Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama
inspirasi yang mengindikasikan adanya obstruksi jalan
nafas.
 Palpasi
Untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan
kulit dan mengetahui tactil premitus (vibrasi)
 Perkusi
Mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di
sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diagfragma. Ada
2 suara perkusi yaitu :
- Suara perkusi normal
17

Resonan ( sonor ) : dihasilkan pada jaringan paru


normal, umumnya bergaung
dan bernada rendah
Dullness : dihasilkan diatas jantung atau paru
Tympany : dihasilkan diatas perut yang berisi udara
- Suara perkusi abnormal
Hipersonan : lebih rendah dari resonan seperti paru
abnormal yang berisi udara
Flatnes : nada lebih tinggi dari dullness seperti perkusi
pada paha, bagian jariang lainnya
 Auskultasi
- Suara nafas normal
Bronchial/ tubular sound seperti suara dalam pipa,
keras, nyaring dan hembusan lembut
Bronkovesikuler sebagai gabungan antara suara nafas
bronchial dan vesikuler
Vesikuler terdengar lembut, halus, seperti hembusan
angin sepoi-sepoi
- Jenis suara tambahan
Wheezing : suara nyaring, musical, terus menerus
akibat jalan nafas yang menyempit
Ronchi : suara mengorok karena ada sekresi kental dan
peningkatan produksi sputum
Pleural friction rub : suara kasar, berciut, dan seperti
gesekan akibat inflamasi dalam
pleura, nyeri saat bernafas

3.1.3 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
Selain pemeriksaan laboratorium Hb, Leukosit, dll yang
dilakukan secara rutin, juga di lakukan pemeriksan sputum guna
melihat kuman dengan cara mikroskopis.
18

b. Pemeriksaan Diagnostik
1). Rotgen dada. Penilaian yang dapat dilakukan misalnya
untuk melihat lesi paru pada penyakit tuberkolosis,
mendeteksi adanya tumor, benda asing, pembengkakkan
paru, penyakit jantung dan untuk melihat struktur yang
abnormal.
2). Fluoroskopi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
mekanisme kardiopulmonum, misalnya kerja jantung,
diagfragma dan kontraksi paru
3). Bronkografi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat
secara visual bronchus sampai dengan cabang bronchus
4). Angiografi. Pemeriksaan ini untuk membantu menegakkan
diagnostik tentang keadaan paru, emboli, aneurisma,
emfisema, kelainan kongenital, dan lain-lain
5). Endoskopi. Pemeriksaan ini untuk melakukan diagnostik
dengan cara mengambil sekret untuk pemeriksaan
6). Radio Isotop. Pemeriksaan ini untuk menilai lobus paru,
melihat adanya emboli paru
7). Mediastinoskopi. Merupakan endoskopi mediastinum untuk
melihat penyebaran tumor.

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN


a.  Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan:
1)   Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis
kistik atau influenza.
2)    Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif
3)    Sumbatan jalan nafas karena benda asing
b.  Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan:
1)    Lemahnya otot pernafasan
2)    Penurunan ekspansi paru
19

c.  Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan:


1)    Perubahan suplai oksigen
2)    Adanya penumpukan cairan dalam paru
3)    Edema paru

3.      PERENCANAAN KEPERAWATAN


Diagnosa yang diangkat:
a.  Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan sputum
ditandai dengan batuk produktif
b Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi tubuh ditandai dengan
bradipnea
c.  Gangguan pertukaran gas b/d berkurangnya keefektifan
permukaan paru
20

NO TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


DX KRITERIA
HASIL
1 Setelah dilakukan 1. Auskultasi dada untuk 1.   Pernafasan rochi,
tindakan karakter bunyi nafas wheezing
keperawatan dan adanya secret. menunjukkan
selama … x 24 2.  Berikan air minum tertahannya secret
jam diharapkan hangat obstruksi jalan
bersihan jalan 3. Beri posisi yang nafas
napas efektif nyaman seperti posisi 2.  Membantu
sesuai dengan semi fowler mengencerkan
kriteria: 4.Sarankan keluarga agar secret
1. Menunjukkan tidak memakaikan 3. Memudahkan pasien
jalan nafas pakaian ketat kepada untuk bernafas
bersih pasien 4.  Pakaian yang ketat
2. Suara nafas 5.  Kolaborasi menyulitkan pasien
normal tanpa penggunaan nebulizer untuk bernafas
suara 5.Kelembapan
tambahan mempermudah
3. Tidak ada pengeluaran dan
penggunaan mencegah
otot bantu pembentukan
nafas mucus tebal pada
4. Mampu bronkus dan
melakukan membantu
perbaikan pernafasan
bersihan jalan
nafas

2 Setelah dilakukan 1.  Kaji frekuensi 1.  Mengetahui


21

tindakan pernafasan pasien. frekuensi


keperawatan 2.  Tinggikan kepala dan pernafasan paasien
selama….X24 bantu mengubah 2.  Duduk tinggi
jam diharapkan posisi. memungkinkan
pola napas efektif 3.  Ajarkan teknik ekpansi paru dan
dengan kriteria : bernafas dan relaksasi memudahkan
1. Menunjukkka yang benar pernafasan
n pola nafas 4.  Kolaborasikan dalam 3.   dapat memberikan
efektif dengan pemberian obat pengetahuan pada
frekuensi pasien tentang
nafas 16-20 teknik bernafas
kali/menit dan 4.   Pengobatan
irama teratur mempercepat
2. Mampu penyembuhan dan
menunjukkan memperbaiki pola
perilaku nafas
peningkatan
fungsi paru

    
3 Setelah dilakukan 1.  Auskultasi dada untuk 1. Weezing atau
tindakan karakter bunyi nafas mengiindikasi
keperawatan dan adanya secret. akumulasi
selama ….X 24 2.  Beri posisi yang sekret/ketidakmamp
jam diharapkan nyaman seperti posisi uan membersihkan
pertukaran gas semi fowler jalan napas 
dapat 3.  Anjurkan untuk sehingga otot
dipertahankan bedrest, batasi dan aksesori digunakan
dengan kriteria : bantu aktivitas sesuai dan kerja
1. Menunjukkan kebutuhan pernapasan
perbaikan 4.  Ajarkan teknik meningkat.
ventilasi dan bernafas dan  2. Memudahkan pasien
oksigenasi relaksasi yang benar. untuk bernafas
22

jaringan 5.    Kolaborasikan terapi 3. Mengurangi


2. Tidak ada oksigen konsumsi oksigen
sianosis pada periode
respirasi.
          4. Dapat memberikan
pengetahuan pada
pasien tentang
teknik bernafas
5. Memaksimalkan
sediaan oksigen
khususnya ventilasi
menurun

4.      IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Impementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana tindakan keperawatan
a.  Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri
dan bukan merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan
b.  Delegatif: tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh
petugas kesehatan yang berwenang
c.  Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana
didasarkan atas keputusan bersama.

5.      EVALUASI KEPERAWATAN


a.  Dx 1: menunjukkkan adanya kemampuan dalam
1)  Menunjukkan jalan nafas paten
2)  Tidak ada suara nafas tambahan
3)  Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas

b. Dx 2:
  1)  Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
nafas yang normal
23

2)  Tidak ada sianosis


c.  Dx 3:
    1)   Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
    2)   Tidak ada gejala distres pernafasan

BAB IV
TINJAUAN KASUS
24

3.1 Pengkajian Keperawatan


Nama Mahasiswa : Dindo Galih Rakasiwi
Nim : 2019.NS.A.07.043
Ruang Praktek : Ruang ICVCU
Tanggal Praktek : 14-07 Oktober 2019
Tanggal Dan Jam Pengkajian : 16 Oktober 2019 jam 19.00 WIB
3.1.1 Identitas Klien
Nama: : Tn. N
Umur: : 74 Tahun (05-05-1945)
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama: : Kristen Protestan
Pekerjaan: : Petani
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Desa Pahaisah
Tgl MRS : 15 Oktober 2019
Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure (CHF)
Riwayat Kesehatan/Perawatan
3.1.1.1 Keluahan Utama
Pasien mengatakan “Sesak nafas”
3.1.1.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 15 Oktober 2019 pukul 17:27 wib pasien dibawa ke IGD
RSUD dr. Doris Sylvanus dengan keluhan sesak napas dan nyeri dada,
setelah beraktivitas lalu oleh keluarga pasien memutuskan untuk
membawa pasien ke RSUD dr. Doris Sylvanus. Sesampainya di ruang
IGD pasien mendapatkan terapi infus NaCl 0,9% 20 tpm yang terpasang di
tangan sebelah kanan dan injeksi furosemide 2x24 mg , injeksi Ranitidine
2x50 mg dan diberikan terapi oksigen 2 liter/menit. Kemudia pasien di
bawa ke Ruangan ICVCU untuk penanganan lebih lanjut.
3.1.1.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
24
25

Pasien mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya sebanyak


4 kali dan melakukan rawat jalan di Rumah Sakit Betang Pambelum dan
pasien tidak memiliki riwayat operasi.
3.1.1.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga seperti
stroke dan diabetes meilitus.
Secara spesifik hubungan anggota keluarga Tn. N dapat dilihat pada
Genogram 3 (tiga) generasi di bawah ini.
Genogram Keluarga 3 Generasi

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien (Tn.N)
: Tinggal serumah
: Meninggal

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum
26

Pasien tampak terpasang infus SP NTG 0,25 dengan kecepatan 3,82 cc/jam di
tangan sebelah kanan. Pasien tampak lemah, tingkat kesadaran compos mentis E=
4, membuka mata spontan, V= 5, komunikasi verbal baik, M= 6, mengikuti
perintah.
3.1.3.2 Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah tenang, bentuk badan
kurus (ectomorph), suasana hati gelisah, berbicara lancer/ kooperatif, fungsi
kognitif orientasi waktu pasien dapat membedakan antara pagi, siang, malam,
orientasi orang pasien dapat mengenali keluarga maupun petugas kesehatan,
orientasi tempat pasien mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit. Insight
baik, mekanisme pertahanan diri adaptif.
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 96/60 mmHg, Nadi
79 x/menit, pernapasan 24/menit dan suhu 36,70C.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, nyeri dada, type pernafasan dada, irama pernafasan
teratur, suara nafas tambahan ronchi basah ada dan pernapasan 24x/menit. Pasien
mengeluh sesak napas.
Masalah keperawatan Pola napas tidak efektif
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Pasien tidak merasa pusing, nyeri dada, pasien tidak ada merasa kepala
sakit dan tidak ada pembengkakan pada ekstrimitas. Pasien tidak mengalami
clubing finger ataupun kram pada kaki dan pasien nampak terlihat pucat, capillary
refill < 2 detik, tidak terdapat oedema, ictus cordis tidak terlihat, tidak terjadi
peningkatan vena jugularis dan suara jantung normal.
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E: 4 (dengan spontan membuka mata), V: 6 (orientasi baik),
M 6 (bergerak sesuai perintah) dan total Nilai GCS: 15 (Compos Menthis),
kesadaran Tn. N compos menthis, pupil Tn. N isokor tidak ada kelainan, reflex
cahaya kanan dan kiri positif.
Uji Syaraf Kranial :
27

Penilaian fungsi saraf kranial: syaraf kranial I (olfaktoris): pada


pemeriksaan ini menggunakan minyak kayu putih dan teh, pasien mampu
membedakan kedua bau tersebut. Syaraf kranial II (optikus): pasien mampu
melihat orang-orang disekitarnya dengan baik. Syaraf Kranial III
(okulomotorius): pasien mampu membuka mata dan menutup mata. Syaraf
kranial IV (trochlear): pasien mampu menggerakaan bola mata dengan baik.
Syaraf kranial V (trigeminus): pasien dapat mengunyah dengan baik. Syaraf VI
(abdusen): pasien dapat menggerakan bola matanya kesamping, kanan, dan kiri.
Syaraf kranial VII (fasialis): pasien mampu menggerutkan dahi dan mengangkat
alis secara simetris. Syaraf kranial VIII (vestibulokokhlearis): pasien mampu
mendengarkan kata-kata yang kita bicarakan dengan jelas. Syaraf kranial IX
(glosofaringeus):pasien mampu membedakan rasa pahit, manis, asam dan asin.
Syaraf kranial X (vagus): refleks menelan baik. Syaraf kranial XI (assesorius):
pasien mampu menggerakan lehernya dengan baik, pasien mampu menoleh kekiri
dan ke kanan. Syaraf kranial XII (hipoglosus): pasien mampu menggerakkan
lidahnya dengan baik.
3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Pada pemeriksaan sistem eliminasi urin (bladder) ditemukan hasil yaitu,
produksi urine dengan output urine ± x5/hari, sekitar 1200 cc warna urine kuning
kemerahan pekat dan bau khas (amoniak).
Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Pada pemeriksaan eliminasi alvi (bowel) ditemukan hasil yaitu, bibir kering,
gigi tidak lengkap dan tidak terdapat caries, reflek mengunyah baik, tidak ada
peradangan dan kemerahan pada gusi, tidak ada peradangan dan lesi pada lidah,
mukosa bibir kering, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak terdapat benjolan
pada rektum, tidak terdapat hemoroid, BAB 2x/hari dengan warna kuning dan
konsistensi feses lunak.
Tidak ada masalah keperawatan

3.1.3.9 Tulang - Otot - Integumen (Bone)


28

Pada pemeriksaan tulang, otot, dan integumen (bone) ditemukan hasil


yaitu, kemampuan pergerakan sendi ektrimitas kanan bebas, kemampuan sendi
ektrimitas kiri terbatas, tidak ada parises, tidak ada nyeri dan bengkak, hemiparase
kiri, ukuran otot simetris, uji kekuatan otot ektrimitas atas 5 4 ektrimitas bawah
5 4 tidak terdapat deformitas tulang, peradangan, perlukaan dan patah tulang.
Tulang belakang normal.
3.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergi pasien tidak pernah mengalami alergi obat,alergi kosmetik
dan alergi makanan. Suhu kulit Tn.N hangat , warna kulit normal tidak ada
kelainan, turgor kulit halus tidak kasar maupun kemerahan tidak ada peradangan,
jaringan parut tidak ada, tekstur rambut lurus, dibubusi rambut merata, bentuk
kuku simetris tidak ada kelainan tidak ada masalah keperawatan.
3.1.3.11 Sistem Penginderaan
1) Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan Tn.N baik, gerakan bola mata normal, skera
normal/putih, konjungtiva merah muda, kornea bening, tidak ada keluhan dan
nyeri yang di rasakan klien, pasien juga tidak menggunakan alat bantu atau
kacamata.
2) Hidung/Penciuman
Fungsi penciuman pasien baik, hidung simetris tidak ada peradangan
maupun kelainanan yang di alami pasien.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
3.1.1.13 Sistem Reproduksi
Tidak Di Kaji
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat berkumpul dengan
keluarganya.

3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme


29

Tinggi badan 155 cm, berat badan sebelum sakit 45 kg, berat badan saat
sakit 41 kg. Diet rendah garam, nasi lembek , kesukaran menelan. Saat
pengkajian, pasien mampu menghabiskan 1/2 porsi makanan, pasien tampak
kurus.

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari
Porsi 1 porsi 1/2 piring makan
Nafsu makan Baik Kurang
Jenis Makanan Nasi, lauk, sayur, buah Nasi, lauk, sayur
Jenis Minuman Air putih Air putih, teh
Jumlah minuman/cc/24 jam 1800 cc/24 jam 1800 cc/24 jam
Pagi, siang,
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam
malam
Tidak nafsu
Keluhan/masalah Tidak ada
makan
Tabel 2.1 Pola Makan Sehari-hari Tn. N di ruang ICVCU
Masalah keperawatan Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-8 jam
sedangkan pada siang hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidur 6-7 jam dan siang hari
1-2 jam Masalah keperawatan: tidak ada masalah
3.1.4.4 Kognitif
Pasien mengatakan “saya mengerti dengan penyakit yang saya alami
sehingga tidak bisa beraktivitas seperti biasanya”
Masalah: Tidak ada masalah
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambaran diri: pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri: pasien
ingin cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri: pasien seorang
ayah dari anak-anaknya dan seorang kakek dari cucu-cucunya harga diri: pasien
sangat di perhatikan oleh keluarga, Peran: pasien adalah sebagai ayah dan kakek
dari cucunya.
Masalah Keperawatan: tidak ada
30

3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari


Saat sakit pasien hanya bisa berbaring ditempat tidur.
Masalah Keperawatn: Tidak ada masalah
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengatakan bila ada masalah pasien bercerita kepada anak-
anaknya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Pasien mengatakan selama dirawat di ruang nusa indah tidak ada tindakan
medis yang bertentangan dengan keyakinan yang dianut.
Masalah Keperawatan: tidak ada
3.1.5 Sosial-Spritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan jelas.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu bahasa Dayak dan indonesia.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Baik, ditandai dengan perhatian yang diberikan oleh keluarga saat Tn.N di rawat di
Ruang ICVCU terlihat keluarga selalu menjenguk dan menjaga pasien.
1) Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter.
2) Orang berarti/terdekat
Orang yang paling dekat dengan Tn.N adalah anak menantu dan cucu-cunya.
3) Kebiasaan menggunakan waktu luang
Pasien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama keluarga dan
beristirahat di rumah.

3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang lainnya)


31

Pemeriksaan Laboratorium 16 Oktober 2019


Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
Glukosa (S) 122 <200 mg/Dl
WBC 12.57x10^3/Ul 4.00-10.00
RBC 4.55x 10^6/uL 3.50-5.50
HGB 13.8.g/dL 11.0-16.0
PLT 146 x10^3/Ul 150-400
HCT 40.2% 37-48%
Ureum 114 mg/dl 21-53
Creatinin 2.12 mg/dl 0,7-1,5
Tabel 2.2 Data Penunjang Tn.N
Pemeriksaan Radiologi :
 Kardiomegali (LVH, LAE) dengan pelebaran aorta asendens dan olongatio
aorta + edema paru CHF/HHD

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


Nama Obat Dosis Rute Indikasi
Inj. 2x20 mg Intra Vena Untuk mengatasi
32

Furosemide penumpumpukan cairan.


Untuk menangani penyakit
Ranitidine 2x50 gr Intra Vena yang berkaitan dengan
peningkatan asam pada lambung
Untuk mengencerkan darah dan
mencegah terjadinya
CPG 75 mg Oral pembekuan darah sehingga
mengurangi resiko terkena
serangan jantung dan stroke
Untuk mengencerkan darah dan
Aspilet 80 mg Oral
mencegah penggumpalan darah
Untuk membantu mengobati
Betaone 25 mg Oral penyakit tekanan darah tinggi
(hipertensi)
Nitrokat 2x25 mg Oral
Infus NaCl Untuk mengatasi kekurangan
20 tpm
0,9% cairan dalam tubuh

Palangka Raya, 16 Oktober 2019


Mahasiswa,

(Dindo Galih Rakasiwi)

ANALISA DATA
33

Data Subyektif dan Data Kemungkinan Masalah


Obyektif Penyebab
DS : Pasien Mengatakan “ Anemia Pola nafas tidak
sesak nafas” efektif
DO :
 Terpasang oksigen O2 dan nutrisi
nasal kanul 3
liter/menit suplai dan kebutuhan
 Posisi berbaring head O2 kejantung tidak
up 30 derajat adekuat
 Pasien tampak lemah
 Konjungtiva anemis suplai O2 ke miokard

 Hasil tanda-tanda
vital:
Tekanan darah 96/60 ketidakefektifan pola

mmHg, Nadi 79 nafas


x/menit, pernapasan
24/menit dan suhu
36,70C.
DS : Pasien mengataka “ Nafsu makan berkurang Gangguan nutrisi
kurang nafsu makan” kurang dari
DO : kebutuhan tubuh.
 Pasien tampak lemah Intake asupan makan
 Pasien hanya makan ½ menurun
porsi
 BB sebelum sakit 45 Kesukaran menelan
kg
 BB saat sakit 41 kg

PRIORITAS MASALAH
34

1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan pola nafas.


2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu
makan berkurang, kesukaran menelan
35

Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Tn. N
Ruang Rawat : ICVCU
Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital. 1. Mengetahui keadaan umum pasien.
efektif berhubungan keperawatan selama 3x24 2. Atur posisi pasien dengan 2. Membantu agar pasien lebih mudah
dengan hambatan pola jam tidak terjadi tidak terjadi senyaman mungkin. dalam bernafas.
nafas. hambatan pola nafas dengan 3. Berikan oksigen tambahan 3. Membantu menambah suplai oksigen
kriteria hasil : sesuai indikasi dan kebutuhan. keotak dan jantung.
1. Pasien sudah tidak 4. Jelaskan pada pasien dan 4. Membantu mengurangi kecemasan yang
merasakan sesak lagi. keluarga tentang keadaan dialami keluarga terkait kondisi pasien
2. Pasien sudah tidak lagi pasien. saat ini.
menggunakan alat bantu 5. Kolaborasi dengan tim medis 5. Menangani pasien secara komprehensif
nafas. lainnya dalam pemberian dan terapi yang tepat untuk di berikan
3. Tanda-tanda vital dalam oksigen dan terapi sesuai sesuai indikasi dan kebutuhan.
batas normal : indikasi.
1) Tekanan darah : 120-
140/60-90 mmHg.
36

2) Nadi : 60-100 x/menit


3) Pernapasan : 16-24
x/menit.
4) Suhu : 36,5-37,5 ˚C.

2. Gangguan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau persentase jumlah 1. Memantau perkembangan dan
kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3x24 makanan yang di konsumsi tiap penyimpangan dari sasaran yang di
tubuh berhubungan jam diharapkan kesimbangan kali makan. harapkan.
dengan nafsu makan nutrisi dapat terpenuhi 2. Berikan perawatan mulut dan 2. Bau yang tidak menyenangkan dapat
berkurang, kesukaran dengan kriteria hasil : pertahankan kesegaran ruangan. mempengaruhi nafsu makan.
menelan 1. Pasien tidak tampak 3. Anjurkan pasien untuk 3. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi.
lemah. mengonsumsi makanan lunak 4. Makanan lunak dapat mengurangi
2. Pasien dapat tinggi kalori. sensasi saat menelan.
menghabiskan makanan 4. Berikan makanan lunak dengan 5. Memenuhi gizi dalam hal nutrisi pasien.
nya 1 porsi. porsi sedikit tapi sering.
3. Berat badan kembali 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
normal. dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi selama sakit

Implementasi Keperawatan
37

Hari
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan

Rabu, 16 Dx 1 1. Mengobservasi tanda-tanda vital. S : Pasien Mengatakan : “nafas saya masih


Oktober 2. Mengatur posisi pasien dengan senyaman terasa sesak ”
2019 mungkin. O:
3. Memberikan oksigen tambahan sesuai  Pasien tampak lemah
indikasi dan kebutuhan.  Hasil tanda-tanda vital:
4. Menjelaskan pada pasien dan keluarga  Tekanan darah 96/60 mmHg, Nadi
tentang keadaan pasien. 79 x/menit, pernapasan 24/menit dan
5. Berkolaborasi dengan tim medis lainnya suhu 36,70C Pasien terbaring di
dalam pemberian oksigen dan terapi tempat tidur.
sesuai indikasi.  Terpasang O2 nasal kanul 2
liter/menit
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5

Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD


Tanggal Keperawatan
38

Jam
Rabu, 16 Dx 2 1. Memantau persentase jumlah makanan S : Pasien Mengatakan : “ nafsu makan saya
Oktober yang di konsumsi tiap kali makan. berkurang”
2019 2. Memberikan perawatan mulut dan O :
pertahankan kesegaran ruangan.  Pasien tampak lemah
3. Menganjurkan pasien untuk mengonsumsi  Pasien hanya makan ½ porsi
makanan lunak tinggi kalori.  BB sebelum sakit 45 kg
4. Memberikan makanan lunak dengan porsi  BB saat sakit 41 kg
sedikit tapi sering. A : Masalah belum teratasi
5. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit

Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD


39

Tanggal
Keperawatan

kamis, 17 Dx 1 1. Mengobservasi tanda-tanda vital. S : Pasien Mengatakan : “nafas saya sudah


Oktober 2. Mengatur posisi pasien dengan senyaman tidak terasa sesak ”
2019 mungkin. O:
3. Memberikan oksigen tambahan sesuai  Hasil tanda-tanda vital:
indikasi dan kebutuhan.  Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi
4. Menjelaskan pada pasien dan keluarga 80 x/menit, pernapasan 22/menit dan
tentang keadaan pasien. suhu 36,70C Pasien terbaring di
5. Berkolaborasi dengan tim medis lainnya tempat tidur.
dalam pemberian oksigen dan terapi  Terpasang O2 nasal kanul 2
sesuai indikasi. liter/menit
A : Masalah Teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,5

Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD


Tanggal Keperawatan
Jam
kamis, 17 Dx 2 1. Memantau persentase jumlah makanan S : Pasien Mengatakan : “ nafsu makan saya
Oktober sedikit bertambah ”
40

2019 yang di konsumsi tiap kali makan. O:


2. Memberikan perawatan mulut dan  Pasien hanya makan 1 porsi
pertahankan kesegaran ruangan.  BB sebelum sakit 45 kg
3. Menganjurkan pasien untuk mengonsumsi  BB saat sakit 42 kg
makanan lunak tinggi kalori. A : Masalah belum teratasi
4. Memberikan makanan lunak dengan porsi P : Lanjutkan intervensi 1,3,4,5
sedikit tapi sering.
5. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit
41

BAB 5
SIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Kebutuhan oksigenisasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan
aktivitas sebagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan
sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc setiap menit.
Oksigen memegang peranan penting dalam proses tubuh secara fungsional.
Tidak adanya oksigen dapat menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian.
Menurut teori beberapa hasil pengkajian dan observasi pada klien dengan
Kebutuhan Oksigenasi ditemukan data-data gejala, yaitu data subjektif, Pusing,
sesak nafas , kulit pucat, batuk berdahak, demam, nafsu makan menurun
Pada kasus Tn. N didapatkan data yaitu klien mengeluh sesak napas dan
tidak nafsu makan.
Dari data hasil pengkajian antara kasus dan teori pada Tn. N ditemukan
kesamaan yaitu klien mengeluh sesak napas dan tidak nafsu makan.
Diagnosa keperawatan yang diangkat ada  2 diagnosa yaitu pola napas tidak
efektif dan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada tahap perencanaan dibuat prioritas  masalah keperawatan tindakan,
tujuan dan waktu secara spesifik sesuai dengan waktu yang diberikan. Pada kasus
yang menjadi priorotas utama adalah pola napas tidak efektif priorotas kedua
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada diagnosa satu dan dua semua
rencana tindakan keperawatan sudah dilakukan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan  klien.
Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. N dikelola sesuai
rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya dengan mandiri serta dengan
berkolaborasi bersama tim medis dan mengikut sertakan keluarga pasien.
Pada tahap evaluasi dari kedua diagnosa belum teratasi sebagian , hal ini
karena faktor pendukung dari klien, keluarga klien, dan perawat ruangan

41
42

5.2 Saran
5.2.1 Untuk diri sendiri
Diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah diberikan dengan
efektif dan efisien untuk melakukan asuhan keperawatan. Mahasiswa/i juga
diharapkan secara aktif  untuk membaca dan meningkatkan keterampilan
seta menguasai kasus  yang diambil untuk mendapatkan hasil asuhan
keperawatan yang komprehensif.
5.2.2 Untuk perawat ruangan
Diharapkan perawat dapat memberikan informasi secara langsung kepada
klien dan keluarga tentang tanda dan gejala, serta tindakan keperawatan
pada klien dengan kebutuhan oksigenasi. Perawat juga diharapkan dapat
bekerja sama dengan keluarga dalam memonitor perkembangan klien.
Perawat juga diharapkan agar dapat lebih melengkapi format pengkajian dan
pendokumentasian keperawatan.
43

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Azis A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 2.


Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9.
Jakarta : EGC
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: ECG.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Data dan Informasi Kesehatan: Penyakit
Tidak Menular. http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-
publikasi-pusdatin-buletin.html [Diakses pada 6 Oktober 2017].
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2.
Jakarta: EGC.
Suciati, N L. 2010. Oxygen Therapy. Karangasem: Nursing Community PPNI
Karangasem.
Tarwoto dan Wartonah. 2003. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai