DISUSUN OLEH :
1. ENDAH PUJI LESTARI (162150001)
2. PUTRI WIRA ANZANI (162150015)
3. DESI LUTHFIYANTI ULFAH (162150016)
4. NUGRAHENI TRI SUSANTI (162150022)
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Filsafat Sejarah Sains” ini dengan lancar tanpa suatu halangan apapun, dan sesuai
waktu yang telah di tentukan. Kami ucapkan banyak terimakasih kepada bapak H.
Arif Maftukhin, M.Pd, selaku pembimbing yang telah membimbing kami dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Dan Sejarah
Sains. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, juga para pembaca sekalian
untuk menambah ilmu pengetahuan. Kami sadar akan banyaknya kekurangan dalam
penulisan makalah ini, karena itu apa bila banyak kesalahan dalam penulisan
makalah, kami ucapkan maaf sebesar-besarnya. Semoga teman-teman pembaca mau
memberikan kritik dan saran atas makalah kami ini. Sekian dari kami.
Wassalamu’alaikum Wr.wb
Purworejo
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Bab III.Penutup.................................................................................................32
A. Kesimpulan.....................................................................................32
B. Referensi.........................................................................................32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Sejarah sains adalah studi tentang sejarah perkembangan sains dan
pengetahuan ilmiah, termasuk ilmu alam dan ilmu sosial. (sejarah seni dan
humaniora disebut sebagai sejarah filologi) Dari abad ke-18 sampai akhir abad ke-
20, sejarah sains, khususnya ilmu fisika dan biologi, sering disajikan dalam narasi
progresif yang mana teori yang benar menggantikan keyakinan yang salah.
Interpretasi sejarah yang lebih baru, seperti dari Thomas Kuhn, menggambarkan
sejarah sains dalam istilah yang lebih bernuansa, seperti paradigma-paradigma yang
saling bersaing atau sistem konseptual dalam matriks yang lebih luas yang
mencakup tema intelektual, budaya, ekonomi dan politik di luar sains.
Dari pertama ilmu sains di temukan hingga saat ini, ilmu sains telah
berkembang pesat. Hal ini di sebabkan karena semakin majunya ilmu pengetahuan
dan teknologi di dunia. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang sejarah
sains, dimana di dalamnya adalah proses perkembangan sains hingga saat ini.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah sains berkembang?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat sejarah sains
2. Agar pembaca mengerti dan dapat memahami tentang perkembangan sejarah
sains.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah perkembangan sains tidaklah didominasi oleh sebuah bangsa saja, akan
tetapi masing-masing peradaban sebuah bangsa memiliki andil yang cukup penting
dalam perkembangan sains yang saat ini dapat kita nikmati. Di antaranya adalah
sains yang bermula dari hasil dari pemikiran bangsa Yunani yang berusaha untuk
membebaskan dirinya dari jeratan pemikiran mistis, bangsa Mesir yang berusaha
untuk membuat bangunan dengan presisi yang tinggi, peradaban Islam yang didasari
atas ajaran agamanya bahwa dengan melakukan penelitian dan pengembangan sains
dan teknologi untuk mengenal Tuhannya dan untuk mengemban kalifah di bumi.
1. Yunani
Apakah dasar unsur dari Bumi yang kita tempati? Mungkin kita akan
menjawab “atom” karena terdapat buku yang menjelaskan hal tersebut, akan
3
tetapi bagaimana dengan bangsa yang sama sekali tidak mengetahui hal tersebut?
Demikianlah yang dialami oleh bangsa Yunani kuno pada tahun 500 tahun
sebelum Masehi. Mereka berusaha untuk membebaskan diri dari asumsi
penjelasan mitologi mengenai fenomena alam, seperti gempa bumi yang
dipercaya disebabkan karena makhluk bernama minotaur sejenis manusia yang
berkepala banteng. Makhluk ini terdapat di penjara labirin Pulau Crete sebelah
selatan Yunani.
Akademi Plato: sekolah tempat para ilmuwan dan filsuf Yunani Kuno
mendiskusikan ide-ide yang dimilikinya.
4
Sejarah cikal bakal sains kelak terlahir dari nalar orang-orang Yunani tersebut,
seperti halnya salah seorang filsuf yang bernama Plato dalam sekolahnya ia
mengajarkan bahwa seluruh benda yang terdapat di Bumi sebenarnya berasal dari
dunia ide dalam pikiran kita yang sama sekali tidak berubah. Sebagai contoh,
Plato mengatakan bahwa ide konsep tentang apel (seperti warna merah, rasanya
yang manis, bentuknya yang bulat) didahului oleh pengalaman seseorang untuk
merasakan seperti manisnya rasa apel, dan pengalaman dalam melihat bahwa
buah apel memiliki warna merah dan berbentuk bulat (Will & Durant, 1965) .
Bahkan kelak pada saat Yunani dijajah oleh bangsa Romawi kuno,
Archimedes seorang filsuf dan ilmuwan di Pulau Crete memanfaatkan ilmu fisika
dan matematika pada saat itu sehingga sangat sulit bagi pasukan Romawi untuk
menaklukan pulau tersebut, karena pulau tersebut pada dinding lautnya memiliki
5
sebuah katrol yang mampu mengangkat dan melumpuhkan kapal-kapal pasukan
Romawi yang sangat besar.
Tak lama kemudian banyak perang saudara yang terjadi pada bangsa Yunani
mengakibatkan situasi sosial-politik-ekonomi yang tidak mendukung bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Terlebih dengan takluknya mereka pada invasi
bangsa Romawi, kelak bangsa Romawi tidak lagi begitu memperdulikan
perkembangan sains dasar, sehingga sains hanya berkembang pada lingkup
aplikasi dalam kehidupan sehari-hari saja. Selain itu kekaisaran Romawi hanya
fokus dalam melakukan pengembangan peralatan militer yang berguna dalam
membantu menginvasi dan memperluas wilayah Romawi.
2. Mesir
Mesir merupakan salah satu bangsa yang sangat memperhatikan
perkembangan sainsnya. Bagaimana tidak, awal mulanya seorang
matematikawan untuk melakukan pengukuran tinggi bangunan Piramida
memerlukan matematika untuk dapat mengonstruksi bangunan sedemikian rupa.
Salah satu kota terbesar pada saat itu yang menjadi pusat para ilmuwan untuk
berkumpul dan bertukar pikiran adalah kota Alexandria. Pada awalnya kota ini
terpengaruh oleh perkembangan sains yang dikembangkan oleh bangsa Yunani
karena saat diinvasi Romawi, Yunani mengirimkan beberapa ilmuwannya untuk
mempelajari kondisi pada wilayah kota tersebut.
6
Astronomi dan Kosmologi Mesir.
Adapun tema sentral yang menjadi ciri pembahasan oleh ilmuwan Mesir kuno
saat itu adalah konsep pemahaman sistem tata surya dan gravitasi bumi. Namun,
mereka lebih fokus pada sistem tata surya. Pada saat itu sebagian besar filsuf dan
ilmuwan memiliki pemahaman bahwa Bumi yang merupakan tempat berpijak
adalah pusat dari sistem tata surya. Hal ini didasari oleh pengamatan dari
kehidupan sehari-hari bahwa matahari yang mengelilingi bumi (geosentris),
bukan bumi yang mengelilingi matahari. Akan tetapi, dengan paham itu masih
ada beberapa fenomena yang tidak dapat dijelaskan seperti pada fenomena
gerhana matahari dan gerhana bulan, serta beberapa fenomena terlihat seperti
perubahan musim yang terjadi di beberapa belahan Bumi. Hal ini menjadi sangat
penting dalam penentuan waktu dalam setahun, bulan, bahkan hari.
7
terjadinya konflik dengan penganut agama Kristen. Sehingga perpustakaan
Alexandria yang menyimpan warisan ilmu pengetahuan dari Yunani kuno pada
saat itu menjadi obyek kemarahan masyarakat. Mereka beranggapan bahwa ilmu
apapun yang terdapat di Alexandria merupakan sesuatu hal yang berbahaya
untuk dipelajari, sehingga pada saat itu seluruh lembaran papyrus yang
menyimpan berbagai ilmu pengetahuan dari Yunani kuno dibakar di lokasi
halaman perpustakaan Alexandria. Demikianlah perkembangan ilmu
pengetahuan menjadi berhenti sejak kejadian tersebut.
3. Arab-Islam
Bangsa Arab pada awal mulanya merupakan bangsa yang memiliki kebiasaan
hidup secara berpindah-pindah tempat atau nomaden. Hal ini disebabkan karena
letak jazirah Arab sendiri merupakan tanah yang tandus sehingga bangsa ini
berpindah-pindah untuk mencari sumber mata air yang berguna sebagai sumber
kehidupan bagi kafilah atau sukunya dan bagi ternak yang dimilikinya. Bangsa
ini hidup dengan cara menjadi kafilah-kafilah atau kelompok-kelompok kecil.
Kafilah-kafilah tersebut sangat suka berperang dengan kafilah lainnya dan sangat
mudah untuk dipicu oleh konflik, sehingga tak jarang konflik tersebut
memunculkan pertumpahan darah antarkafilah.
8
Ilustrasi kegiatan ilmiah di House of Wisdom.
9
besar-besaran terhadap ilmu pengetahuan dan pengembangan dalam teknologi itu
sendiri.
10
Sayangnya, perkembangan ilmu pengetahuan di Kekhalifahan Islam tidaklah
bertahan begitu lama. Hal ini disebabkan karena serangan bangsa Mongol pada
saat itu yang memporak-porandakan kekhalifahan, hingga buku-buku hasil dari
penelitian yang terdapat di House of Wisdom dibakar habis dan para ilmuwan
pada saat itu dibunuh. Tragedi tersebut membuat perkembangan ilmu
pengetahuan di kekhalifahan Arab yang berpusat di Baghdad terhenti (Nasr,
2001).
Selain itu, banyak terjadi pemberontakan di wilayah-wilayah kecil membuat
kekhalifahan menjadi terpecah-pecah menjadi bentuk negara kota, dengan
demikian perkembangan ilmu pengetahuan menjadi sangat lamban. Namun, sisa
kekhalifahan di Cordoba yang saat ini terletak di Spanyol Selatan menghasilkan
interaksi dengan bangsa Eropa. Interaksi dengan peradaban Cordoba membuat
bangsa Eropa tertarik dengan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh peradaban
Islam pada saat itu.
4. Bangsa Barat
Pada awalnya wilayah Cordoba merupakan wilayah milik kerajaan Kristen
Romawi di Eropa. Seiring dengan perluasan wilayah kekhalifahan Islam, wilayah
Cordoba berhasil dikuasai oleh kekhalifahan Islam sehingga saat itu masyarakat
Cordoba mulai berinteraksi dengan budaya dan teknologi yang sedang
berkembang (Will & Durant, 1965).
11
Inkuisisi dan Copernicus: Awal masa kegelapan Eropa.
12
induksi melalui pengumpulan berupa fakta-fakta secara partikular menuju suatu
kesimpulan umum. Negeri Prancis secara khusus lebih cenderung
mengembangkan metode ilmiah rasional analitis yang menekankan pada
kemampuan nalar seperti metode deduksi yaitu dengan melalui pernyataan umum
menuju ke fakta-fakta partikular yang mendukung pernyataan tersebut.
5. Indonesia
Bagaimana dengan Indonesia? Masyarakat Indonesia pernah mengalami
persinggungan dengan bangsa asing yang sangat banyak. Bermula dari tibanya
bangsa Belanda dengan Cornelious de Houtman yang menginjakkan kaki di
pelabuhan Sunda Kelapa kemudian diikuti oleh bangsa Eropa lainnya.
Persinggungan dengan bangsa asing yang sangat lama membuat Indonesia
terpengaruh sangat banyak dalam ranah budaya. Pada awal mulanya bangsa asing
berdatangan ke Indonesia bertujuan untuk berdagang rempah-rempah yang
memiliki nilai jual yang tinggi di Eropa. Namun seiring berjalannya waktu,
bangsa Eropa tersebut memiliki niat untuk menguasai kepulauan Indonesia
dengan cara mulai dari memonopoli hingga tanam paksa.
13
Masa pendudukan kolonial Belanda di Indonesia.
14
meliputi Papua, Maluku dan Nusa Tenggara Timur yang memiliki fauna khas
seperti halnya yang terdapat di Australia), wilayah tengah yang dipisahkan oleh
garis Wallace (meliputi pulau Komodo dan sekitarnya yang merupakan fauna
khas di Indonesia yang tidak terdapat di wilayah lainnya), serta yang ketiga
adalah wilayah yang paling barat, termasuk pulau Jawa, Sumatra dan
Kalimantan. Wallace membuat suatu kesimpulan bahwa dahulunya pulau
tersebut adalah satu, yaitu pulau Jawa dan Sumatra menjadi bagian wilayah Asia
sedangkan Papua dahulunya merupakan bagian dari Australia.
Dan yang perlu diketahui nih, bahwa bapak Wallace ini merupakan salah satu
anggota Royal Society kerajaan Inggris, suatu komunitas yang bergerak dalam
bidang penelitian ilmiah. Bapak Wallace merupakan salah satu kolega Charles
Darwin. Rumornya Charles Darwin dalam autobiografinya mengatakan bahwa
jurnal penelitian yang diperoleh oleh Wallace dalam penelitiannya di kepulauan
Indonesia menjadi salah satu fondasi bagi teori evolusi Darwin. Menurut
teorinya, perbedaan spesies di wilayah seperti fauna Australis seperti di
Indonesia bagian timur berbeda dengan Australia disebabkan karena terjadi
isolasi dari spesies tersebut.
Indonesia merupakan negara yang memiliki ragam budaya, agama, bahasa,
dan budaya. Hal ini sangat jauh berbeda apabila dibandingkan dengan negara
lainnya yang cenderung memiliki budaya yang seragam. Bapak bangsa kita, Ir.
Soekarno, pembangun bangsa yang lain membangun suatu negara yang
berlandaskan atas kesamaan nasib atas bangsa yang sama-sama pernah dijajah
oleh bangsa lain.
15
Sebagai manusia yang memiliki kesadaran akan eksistensi dan sejarahnya di
dunia, selayaknya pada kemerdekaan yang ke-71 ini bangsa Indonesia mampu
mendefinisikan dirinya sendiri dan tidak lagi didefinisikan oleh bangsa lain
sebagai bangsa yang kurang mengenal teknologi. Dengan demikian potensi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berbasis toleransi atas keragaman budaya,
bahasa dan agama menjadi sains yang mampu menjadi suatu model miniatur
sains yang kelak mampu untuk merangkul berbagai suku, budaya, bahasa yang
terdapat di dunia.
Sains atau ilmu pengetahuan merupakan sebuah ilmu yang telah berkembang
sejak jaman dahulu. Perkembangan sains tersebut tentunya dapat terjadi akibat
peran para penemu di jaman dahulu dan dikenal hingga saat ini. Para penemu
tersebut menjadi pelaku sains terkemuka di eranya dan menjadi pahlawan para
penemu hingga saat ini. Dengan penemuan tersebut, para peneliti sains saat ini
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut hingga melahirkan penemuan
terbaru.
Sejarah akan sains tersebut mampu melahirkan falsafah baru sehingga timbul
pengertian dan pemahaman terbaru akan sains yang berkembang. Alasan inilah yang
membuat kita harus mengetahui sejarah akan sains di masa lalu sehingga dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan hingga saat ini. Kita dapat menyimak dari 8
sejarah sains di bawah ini sebagai sumber pengetahuan akan sains yang terus
dikembangkan hingga saat ini.
16
Inilah 8 Sejarah Sains yang Kini Terus Dikembangkan
1. Sejarah Thales
2. Phythagoras
17
berhasil mengembangkan teori akan bilangan dan pembentukan bilangan yang
masih dimanfaatkan hingga saat ini.
3. Socrates
Socrates menjadi filsuf asal Athena yang dikenal sebagai pribadi yang jujur
dan berani. Sosok yang melahirkan metode kebidanan ini menjadi inspirasi
banyak kalangan di dunia kebidaan. Dengan pengetahuan yang dilahirkan oleh
Socrates, proses melahirkan dapat dilakukan dengan cara-cara yang benar.
4. Democritus
18
5. Plato
Plato merupakan sosok murid Socrates dan seorang guru dari Aristoteles.
Plato menjadi sosok yang mengungkit masalah sebuah hal menjadi hal yang
baru.
6. Aristoteles
Sejarah sains lain lahir dari tangan Aristoteles. Peran Aristoteles sangat
penting di dunia sains. Ia mampu berkontribusi di dunia politik, fisika, ilmu
kedokteran, etika dan ilmu alam. Peran penting dalam dunia sains seorang
Aristoteles terlihat dari penemuannya yag mampu mengklarifikasi spesies
dengan cara yang sistematis.
19
7. Al Farabi
8. Al Khawarizmi
20
C. Filsafat Pengetahuan Sains
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial
maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Pada perkembangannya, ilmu
terbagi dalam beberapa disiplin, yang membutuhkan pendekatan, sifat, objek, tujuan
dan ukuran yang berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya.
Pembahasan filsafat ilmu sangat penting karena akan mendorong manusia untuk
lebih kreatif dan inovatif. Filsafat ilmu memberikan spirit bagi perkembangan dan
kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-nilai moral yang terkandung pada setiap ilmu
baik pada tataran ontologis, epistemologis maupun aksiologi.
Menyadari pentingnya peran dari filsafat ilmu dalam konteks pengetahuan sains
maka makalah ini menyebutkan beberapa hal tentang bagaiaman proses fenomena
tersebut terjadi, bagaimana hukum atau teori yang telah dikemukakan oleh para
ilmuwan, dan apakah hakikat dari ilmu sains itu (ontologi, epistimologi dan
aksiologi sains), bagaimana cara sains menyelesaikan masalah, dan manfaat sains
dalam kehidupan manusia.
1. Ontologi Sains
a. Pengertian Ontologi
Menurut bahasa,
Ontology berasal dari bahasa Yunani yaitu : On/Ontos = ada, dan Logos =
ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
Menurut istilah,
Ontology adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak (Bakhtiar, 2004)
21
Menurut Suriasumantri (1985)
Ontology membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita
ingin tahu, atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentaang
“ada”.
Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan :
1) Apakah obyek ilmu yang akan ditelaah
2) Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
3) Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membutuhkan
pengetahuan.
b. Ontologi Sains/Ilmu
Ilmu atau science secara harfiah berasal dari kata Latin scire yang berarti
mengetahui. Karena itu, science dapat diartikan “situasi” atau fakta
mengetahui, sepadan dengan pengetahuan (knowledge), yang merupakan
lawan dari intuisi atau kepercayaan. Selanjutnya, kata science mengalami
perkembangan dan perubahan makna menjadi “pengetahuan yang sistematis
yang berasal dari observasi, kajian, dan percobaan-percobaan yang dilakukan
untuk mengetahui sifat dasar atau prinsip dari apa yang dikaji. Dengan
demikian, sains yang berarti “pengetahuan” berubah menjadi “pengetahuan
yang sistematis yang berasal dari observasi indrawi.” Perkembangan
berikutnya, lingkup sains hanya terbatas pada dunia fisik, sejalan dengan
definisi lain tentang sains sebagai “pengetahuan yang sistematis tentang alam
dan dunia fisik”.
22
merupakan produk eksperimen yang bersifat empiris. Eksperimen dapat
dilakukan, baik terhadap benda-benda mati (anorganik) maupun makhluk
hidup sejauh hasil eksperimen dapat diobservasi secara indrawi. Eksperimen
pun dapat dilakukan terhadap manusia, seperti yang dilakukan Waston dan
penganut aliran behaviorisme klasik lainnya.
c. Struktur Sains
Dalam garis besar sains dibagi menjadi dua : yaitu sains kealaman dan
sains sosial, yang menjelaskan struktur sains dalam bentuk nama-nama ilmu.
1) Sains Kealaman
Astronomi
Fisika : mekanika, bunyi, cahaya, dan optic, fisika, nuklir
Kimia : kimia organik, kimia teknik
Ilmu bumi : paleontology, ekologi, geofisika, geokimia, mineralogy,
geografi
Ilmu hayat : biofisika, botani, zoology
2) Sains Sosial
Sosiologi : sosiologi komunikasi, sosiologi politik, sosiologi
pendidikan
Antropologi : antropologi budaya, antropologi ekonomi, antropologi
politik
Ekonomi : ekonomi makro, ekonomi lingkungan, ekonomi pedesaan
Politik : politik dalam negeri, politik hukum, politik internasional
23
Hukum : hukum pidana, hukum tata usaha negara, hukum adat
Filsafat : logika, etika, estetika
Bahasa : sastra
Agama : Islam, Kristen, Confucius
Sejarah : sejarah Indonesia, sejarah dunia
2. Epistemologi Sains
a. Pengertian Epistemologi
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat
dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme
artinya pengetahuan, sedangkan logos lazim dipakai untuk menunjukkan
adanya pengetahuan sistematik. Dengan demikian epistemologi dapat
diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan.
Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan
dengan hakekat dan lingkungan pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan
dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai
pengetahuan yang dimiliki. (Dwi Hamlyn, History of Epstemology, dalam
Amsal Bakhtiar. 2004 : 148).
Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk
mendapatkan pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan
seperti: bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu
pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan
agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa?
Kriterianya apa saja? (Idris, Epistemologi / Filsafat pengetahuan. 2010).
Dalam Kamus Webster disebutkan bahwa epistemologi merupakan “Teori
ilmu pengetahuan (science) yang melakukan investigasi mengenai asal-usul,
dasar, metode, dan batas-batas ilmu pengetahuan Mengapa sesuatu disebut
ilmu? Apa saja lintas batas ilmu pengetahuan? Dan, bagaimana prosedur
untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat ilmiah? Pertanyaan-pertanyaan
24
itu agaknya yang dapat dijawab dari pengertian epistemologi yang sudah
disebutkan. Filsafat, tulis Suriasumantri, tertarik pada cara, proses, dan
prosedur ilmiah di samping membahas tentang manusia dan pertanyaan-
pertanyaan di seputar ada, tentang hidup dan eksistensi manusia.
b. Epistemologi Sains
Epistemologi Sain adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan.
Epistemologi Sains merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas
tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan,
metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran
pengetahuan. Disinilah dasar-dasar pengetahuan maupun teori pengetahuan
yang diperoleh manusia menjadi bahan pijakan. Konsep-konsep ilmu
pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini beserta aspek-aspek praktis
yang ditimbulkannya dapat dilacak akarnya pada struktur pengetahuan yang
membentuknya.
25
pengetahuan kita betapa pun rumitnya dapat dilacak kembali sampai
kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama, yang dapat
diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa
yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu
bukanlah pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan
mengenai hal-hal yang factual.
2) Rasionalisme
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada
akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan
pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi
pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan
terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika
kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau
menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam
pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
3) Fenomenalisme
Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian
tentang pengalaman. Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya
sendiri merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam
bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan
penalaran. Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang
barang sesuatu seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang
sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang
gejala (Phenomenon).
Bagi Kant para penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa
semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman-meskipun benar hanya
untuk sebagian. Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karena akal
26
memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta
pengalaman
4) Intusionisme
27
5) Dialektis
Yaitu tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode
penuturan serta analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang
terkandung dalam pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari dialektika
berarti kecakapan untuk melekukan perdebatan. Dalam teori pengetahuan ini
merupakan bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu pikiran tetapi
pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertolak paling kurang dua kutub.
6) Metode Ilmiah
Metode Ilmiah mengatakan untuk memperoleh pengetahuan yang benar
dilakukan langkah berikut: logico-hypothetico-verificartif. Maksudnya,
mula-mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis kemudian
lakukan pembuktian hipotesis itu secara empiris. Metode Ilmiah secara
teknis dan rinci dijelaskan dalam satu bidang ilmu yang disebut Metode
Riset. Metode Riset menghasilkan model-model penelitian. Model-model
penelitian inilah yang menjadi instansi terakhir dan memang operasional
dalam membuat aturan (untuk mengatur manusia dan alam) tadi. Hasil-hasil
penelitian itulah yang sekarang serupa tumpukan pengetahuan sain dalam
berbagai bidang.
3. Aksiologi Sains
a. Aksiologi
Secara etimologis, Aksiologi berasal dari dari bahasa Yunani, axios,
yang berarti nilai, dan logos, yang berarti teori. Terdapat banyak
pendapat tentang pengertian aksiologi. Menurut Jujun S. Suriasumantri
aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari ilmu
pengetahuan yang diperoleh.
28
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi adalah kegunaan
ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai
khususnya etika.
29
Ahmad Tafsir dalam bukunya berpendapat bahwa aksiologi ilmu
sekurang-kurangnya memiliki tiga garapan yaitu; 1) Ilmu sebagai alat
eksplanasi, 2) Ilmu sebagai alat memprediksi, 3) Ilmu sebagai alat
pengontrol.
30
Kemudian jika ilmu berpusat pada aku (egosentris) maka kehancuran
akan lebih besar kembali kepada diri orang tersebut. itulah sebenarnya
hakikat aksiologi sains. Maka ilmu diciptakan oleh Allah SWT semata-
mata bukanlah untuk saling menghancurkan, tetapi saling menjaga dan
memelihara, seperti tercermin dalam sifat-sifat Allah yang Maha
Rahman, Rahim, Fatah, Alim dan seterusnya agar segenap ciptaannya
dapat memiliki hidup dan kehidupan yang penuh berkah. Kebaikan akan
abadi dan tetap dikenang sebagai suatu kebaikan walaupun jasad sudah
dikandung tanah.
1. Mengetahui dan memahami sumber yang hak dari ilmu itu sendiri
beserta sifat-sifatnya.
2. Mengetahui dan memahami konsep diri dan eksistensi keberadaan
kita sebagai makhluk ciptaan-Nya.
3. Mengetahui dan memahami awal/bermulanya suatu kehidupan dan
berakhirnya tiap-tiap makhluk memiliki masanya/waktunya sendiri.
Dan tiap suatu perbuatan memiliki konsekuensinya masing-masing.
31
berbanding lurus yakni semakin banyak kemaslahatan tercipta, semakin
manfaat ilmu tersebut.
32
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi adalah merupakan cabang-cabang dan
dasar-dasar utama daripada Filsafat Ilmu, oleh karena itu maka setiap berbicara
tentang Filsafat Ilmu pastilah salah satunya membicarakan Ontologi, Epistemologi
dan Aksiologi. Demikian juga, setiap jenis pengetahuan selalu mempunyai ciri-ciri
yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa
(aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Kalau kita ingin membicarakan
epistemologi ilmu, maka hal ini harus dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi ilmu.
Ketiga landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu terkait dengan epistemologi
ilmu, epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Secara jelas,
tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan
aksiologi. Dalam membahas dimensi kajian filsafat ilmu didasarkan model berpikir
sistemik, sehingga harus senantiasa dikaitkan.
B. REFERENSI
1. http://e-journal.metrouniv.ac.id
2. Buku Prof. I.R. Poedjawijatna, Judul : Pembimbing Kearah Alam Filsafat
(1983)
3. Buku Dr. Zaprulkhan, S.Sos.I., M.S.I., Judul : filsafat Ilmu Sebuah Analisis
Kontemporer (2016)
4. Buku Dr. Akhyar Yusuf Lubis, Judul : Filsafat Ilmu Klasik Hingga
Kontemporer (2016)
33