A. PENDAHULUAN
Dari zaman dahulu sampai sekarang tentunya manusia tidak terlepas dari masalah–masalah atau pertanyaan-
pertanyaan tentang kehidupan yang mengganggu pikiran. Tentu saja untuk mengatasi hal tersebut manusia perlu
mencari jawaban yang bisa memecahkan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dalam hal ini
diperlukan logika atau nalar manusia yang membuat masalah-masalah tersebut terpecahkan yang mana disebut
dengan berfilsafat.
Mengingat dominasi penggunaan nalar manusia dalam berfilsafat, maka kebenaran yang dihasilkannya
didasarkan berfilsafat, maka kebenaran yang dihasilkannya didasarkan atas penilaian kemampuan maksimal
menurut nalar manusia. Namun, karena nalar manusia bersifat terbatas, maka kebenaran yang didapat pun
bersifat relatif.
Filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai
lapangan kehidupan manusia. Jawaban itu merupakan hasil pemikiran yang sistematis, integral, menyeluruh,
dan mendasar. Jawaban seperti itu juga digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang menyangkut berbagai
bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan.
Filsafat dapat dikatakan sebagai usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna (hakikat) dan
nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca indera manusia sekalipun. Bidang
filsafat sangatlah luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup
serta apa yang merupakan tujuan hidupnya.
Berdasarkan uraian singkat di atas, ada beberapa rumusan masalah yang dapat penulis paparkan di dalam
makalah ini yaitu sebagai berikut:
Jelaskan apa yang dimaksud dengan filsafat?
Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendidikan?
Jelaskan apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan?
Bagaimana Ruang Lingkup Bahasan Filsafat pendidikan?
2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk
mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda
untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya.
Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan
itu berubah, maka berubah pulalah corak pendidikannya agar si anak siap untuuk memasuki lapangan
penghidupan ini.
Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya dalam
membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada
generasi muda agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya
sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusiaanya. Dan pendidikan formal disekolah
hanyalah bagian kecil saja dari padanya, tetapi merupakan inti dan tidak bisa lepas kaitannya dengan proses
pendidikan secara keseluruhannya.
Pendidikan itu adalah suatu disiplin dari berbagai macam bagian komponen. Bagian-bagian ini telah
menjadi demikian bermacam ragam dan berspesialisasi, akan tetapi tidak selalu mengambil tempat yang sama
besarnya di dalam segala arah dan segi pada waktu yang sama. Metode pengajaran atau susunan kurikulum
umpamanya, telah mengalami perbaikan jauh lebih banyak di dalam beberapa periode sejarah pendidikan
daripada lain-lainnya. Barang kali sekarang ini, sebagaimana tidak pernah di masa-masa sebelumnya, para siswa
begitu tertarik dengan permasalahan-permasalahan yang secara terus menerus (kekal) bersangkutan dengan
filsafat.
Proses pendidikan adalah proses perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan dari
kepribadian manusia.
Pendidikan diartikan sebagai suatu proses usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan
kemanusiaan dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai dan dasar-dasar pandangan
hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-
tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakiki dan ciri-ciri kemanusiaannya. Dengan kata lain,
proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa
kemampuan dasar dan kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta dalam
hubungannya dengan alam sekitarnya agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Selain itu menurut Henderson (dalam Sadulloh, 2007;55), pendidikan merupakan suatu proses
pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan
fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan
masyarakat, merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang terbaik dan intelligent, untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan penertian pendidikan, bahwa, “Pendidikan pada hakekatnya
merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang
dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup”.
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan kegiatan mendidik,
mengajar, dan melatih di mana kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan
nilai-nilai, perasaan dan pengetahuan serta keterampilan.
Realita, yakni kenyataannya yang selanjutnya mengarah kepada kebenaran , akan muncul bila orang mampu
mengambil suatu konklusi bahwa pengetahuan yang diperoleh tersebut memang nyata.
Pengetahuan, yakni yang menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apakah pengetahuan, cara manusia
memperoleh dan menangkap pengetahuan tersebut, dan jenis-jenis pengetahuan.
Nilai, yang dipelajari oleh filsafat disebut asksiologi.
Selanjutnya menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;27), dalam pengembangan konsep-
konsep pendidikan dapat digunakan sebagai dasar hasil-hasil yang diperoleh dari cabang-cabang diatas. Lebih
penting lagi, dalam menyelenggarakan pendidikan perlu mengetahui bagaimana pandangan dunia terhadap
pendidikan yang diperlukan masyarakat pada masanya. Hal ini merupakan kajian metafisika. Begitu juga halnya
dengan keberdaan epistemologi, aksiologi dan logika dalam dunia pendidikan, tentunya memberi suatu
konstribusi yang besar.
Sebagaimana filsafat umum, filsafat pendidikan juga memiliki beberapa sumber; ada yang tampak jelas dan
tidak jelas.
Manusia (people). Manusia kebanyakan mengalami kesulitan-kesulitan dalam proses pendewasaan atau
kematangan.
Sekolah. Pengalaman seseorang, jenis sekolah, dan guru-guru di dalamnya merupakan sumber-sumber pokok
dari filsafat pendidikan.
Lingkungan (environment). Lingkungan sosial budaya tempat seseorang tinggal dan dibesarkan adalah sumber
yang lain dari filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan, sesuai dengan peranannya merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijakan
dan pelaksanaan pendidikan. Sedangkan filsafat, dengan cara kerjanya yang bersifat sistematis, universal dan
radikal, yang mengupas dan menganalisis sesuatu secara mendalam, ternyata sangat relevan dengan problema
matematika hidup dan kehidupan manusia dan mampu menjadi perekat kembali antara berbagai macam disiplin
ilmu yang berkembang saat ini. Sehingga filsafat pendidikan akan menemukan relevansinya dengan hidup dan
kehidupan masyarakat dan akan lebih mampu lagi meningkatkan fungsinya bagi kesejahteraan hidup manusia.
Dengan demikian, hubungan filsafat dan filsafat pendidikan menjadi begitu penting. Karena masalah pendidikan
merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses
perkembangan hidup dan kehidupan manusia. Dalam konteks ini, filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup
yang sangat luas, menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.
Dari uraian di atas, dapat diambil suatu konklusi bahwa filsafat adalah studi kritis tentang masalah-masalah
kehidupan yang dilakukan untuk mencari jalan keluar yang lebih baik bagaimana menangani masalah tersebut.
Dalam hal ini, filsafat bertujuan memberikan yang lebih dapat diterima tentang konsep-konsep hidup yang
meliputi suatu kehidupan yang ideal dan lebih mendasar.
Sedangkan filsafat dan pendidikan, keduanya merupakan semacam usaha yang sama. Berfilsafat ialah mencari
nilai-nilai ide (cita-cita) yang lebih baik, sedangkan pendidikan menyatakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
pribadi manusia. Pendidikan bertindak mencari arah yang terbaik, sedangkan filsafat dapat memberi latihan
yang pada dasarnya diberikan kepada anak. Hal ini bertujuan untuk membina manusia dalam membangun nilai-
nilai yang kritis dalam watak mereka. Dengan jalan ini, mereka mempunyai cita-cita hidup yang tinggi dengan
berubahnya filsafat yang tertanam dalam diri mereka. Dengan demikian, filsafat pendidikan adalah mencari
kesatuan pandangan untuk memecahkan berbagai problem dalam lapangan pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan filsafat dan filsafat pendidikan
menjadi begitu penting dimana proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup
dan kehidupan manusia yang dilakukan untuk mencari jalan keluar yang lebih baik bagaimana menangani suatu
masalah.
C. PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang
berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Filsafat berusaha merenungkan dan membuat garis besar dari
masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang pelik dari pengalaman umat manusia dengan kata lain filsafat
sampai kepada sinopsis tentang pokok-pokok yang ditelaahnya. Setelah itu pendidikan merupakan kegiatan
mendidik, mengajar, dan melatih di mana kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk
mentransformasikan nilai-nilai, perasaan dan pengetahuan serta keterampilan.
Filsafat pendidikan merupakan ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan kaidah-
kaidah norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam
hidup dan kehidupannya. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana
pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan
mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah
bangsa dan negaranya. Dan yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang
berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang
berhubungan dengan bagaimana melaksanakan pandidikan yang baik dan bagaimana tujuan pandidikan itu
dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media Group, Jogjakarta, 2007.
Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006.
Prasetya, Filsafat Pendidikan, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1997.
Sadulloh, Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Alfa Beta, 2007.
Suhartono, Suparlan, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2009.
TUGAS 2
LANDASAN FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN
A.PENDAHULUAN
B.PEMBAHASAN
1.Landasan Filsafat
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang
berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah bependidikan itu ? Mengapa pendidikan itu
diperlukan ? Apa yang seharusnya menjadi tujuanya, dan sebagainya. Landasan filosofis adalah landasan yang
berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa Yunani, philien
berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan. Cinta berartihasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau
yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi
filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati (Soetriono dan Rita Hanafi,
2007: 20).
Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan citra
tentang manusia dan mayarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu. Rumusan tentang harkat
dan martabat manusia beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan dan cara-cara penyelenggaraaan
pendidikan, dan dari sisi lain pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia.
Filsafat pendidikan merupakan jawaban secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokok sekitar
pendidikan, seperti apa mengapa, kemana, dan bagaimana, dan sebagainya dari pendidikan itu.Kejelasan
berbagai hal itu sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam
pendidikan. Hal itu sangat penting karena hasil pendidikan itu akan segera tampak, sehingga setiap keputusan
dan tindakan itu harus diyakinkan kebenaran dan ketepatanya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat
adalah kebenaran ilmu yang sifatnya relative. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang biasa diamati
hanya sebagian kecil saja. Diibaratkan mengamati gunung es, kita hanya mampu melihat yang diatas
permukaaan laut saja.
Sementara itu filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada
melalui pikiran dan renungan yang kritis.Dalam garis besarnya ada empat cabang filsafat yaitu metafisika,
epistimologi, logika, dan etika, dengan kandungan materi masing-masing sebagai berikut :
1)Metafisika ialah filsafat yang meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat di alam ini. Dalam
kaitanya dengan manusia, ada dua pandangan yaitu :
(1)Manusia pada hakekatnyanya adalah spiritual. Yang ada adalah jiwa atau roh,yang lain adalah semu.
Pendidikan berkewajiban membebaskan jiwa dari ikatan semu. Pendidikan adalah untuk mengaktualisasi diri.
Pandangan ini dianut oleh kaum Idealis,Scholastik,dan beberapa Realis.
2)Epistemologi ialah filsafat yang membahas tentang pengetahuan dan kebenaran, Ada lima sumber
pengetahuan yaitu :
(1)Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedi
(2)Common sense,yang ada pada adat dan tradisi.
(3)Intuisi yang berkaitan dengan perasaan.
(4)Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengalaman.
(5)Pengalaman yan terkontrol untuk mendapatkan pengetahuan secara ilmiah.
Dalam filsafat terdapat empat teori kebenaran yaitu :
(1)Koheren yaitu,sesuatu akan benar bila konsisten dengan kebenaran umum
(2)Koresponden, sesuatu akan benar bila ia tepat dengan fakta yang dijelaskan.
(3)Pragmatisme,sesuatu dipandang benar bila konsekuensinya ber manfaat bagi kehidupan.
(4)Skeptivisme,kebenaran dicari secara ilmiah dan tidak ada kebenaran yang lengkap
3)Logika ialah filsafat yang membahas tentang cara manusia berpikir dengan benar. Dengan memahami filsafat
logika di harapkan manusia bisa berpikir dengan mengemukakan pendapatnya secara tepat dan benar.
4)Etika ialah filsafat yang menguraikan tentang perilaku manusia mengenai nilai dan norma masyarakat serta
ajaran agama menjadi pokok pemikiran dalam filsafat ini. Filsafat etika sangat besar mempengaruhi pendidikan
sebab tujuan pendidikan untuk mengembangkan perilaku manusia, anatara lain afeksi peserta didik. (Made
Pidarta, 1997: 77-78).
Kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat diatas, akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan, karena
prinsip-prinsip dan kebenaran– kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang
pendidikan. Peranan filsafat dalam pendidikan tersebut berkaiatan dengan hasil kajian antara lain tentang :
(1)Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makluk didunia ini, seperti yang disimpulkan sebagai zoo
politicon,homo sapiens,animal educandum dan sebagainya.
(2)Masyarakat dan kebudayaanya.
(3)Keterbatasan manusia sebagai makluk hidup yang banyak menghadapi tantangan.
(4)Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan.
Perlu digarisbawahi di sini adalah tidak dikacaukannya antara bentuk dan hakekat. Segala ketentuan prasarana
dan sarana sekolah pada hakekatnya adalah bentuk yang diharapkan mewadahi hakekat proses pembudayaan
subjek didik. Oleh karena itu maka gerakan ini hanya berhenti pada “penerbitan” prasarana dan sarana
sedangkan transaksi personal antara subjek didik dan pendidik, antara subjek didik yang satu dengan subjek
didik yang lain dan antara warga sekolah dengan masyarakat di luarnya masih belum dilandasinya, maka tentu
saja proses pembudayaan tidak terjadi. Seperti telah diisyaratkan dimuka, pemberian bobot yang berlebihan
kepada kedaulatan subjek didikakan melahirkan anarki, sedangkan pemberian bobot yang berlebihan kepada
otoritas pendidik akan melahirkan penjajahan dan penjinakan. Kedua orientasi yang ekstrim itu tidak akan
menghasilkan pembudayaan manusia.