Anda di halaman 1dari 78

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

M DENGAN

DIAGNOSA MEDIS KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU ( KET )

DI RUANG OK RSUD JARAGA SASAMEH BUNTOK

OLEH:
KELOMPOK 1
NAMA NIM
RESKA VERA PUSPITA, S.Kep 113063J120058
DIAN PASPONUWU, S.Kep 113063J120018
ERWIN NOVRANDI, S.Kep 113063J120024
NOVELIA, S.Kep 113063J120049
SELVI ALVIONITA, S.Kep 113063J120062
TEGUH SAPUTRA, S.Kep 113063J120068
YUNIARTI, S.Kep 113063J120073
EKA WAHDAYATI, S.Kep 113063J120020
MARSAINA AMIANI, S.Kep 113063J120043
UMILIA, S.Kep 113063J120069

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
BANJARMASIN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Kehamilan Ektopik


Terganggu ( KET ) Di Ruang OK RSUD Jaraga Sasameh Buntok ini
telah di setujui pada tanggal Agustus 2020

Menyetujui,

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

Maria Silvana Dhawo, MPHEd Raden Hendri Gerhonoto, S.Kep.,Ners

KATA PENGANTAR

i
Segala puji dan syukur kelompok ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas segala kasih dan sayang-Nya maka kelompok dapat
menyelesaikan Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan diagnosa medis
Kehamilan Ektopik Terganggu Di Ruang OK RSUD Jaraga Sasameh Buntok.
Kelompok menyadari dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Gawat
Darurat dan Kritis berkat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,
untuk itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Warjiman, S.Kep.Ners.,MSN selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin.
2. Ibu Chrisnawati, BSN,MSN selaku Puket I Bidang Kurikulum Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin.
3. Sr.Margaretha,SPC,BSN,MSN selaku Kaprodi Sarjana Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin.
4. Ibu Dyah Trifianingsih M. Kep. selaku Koordinator Praktik Stase Gawat
Darurat dan Kritis yang memberikan arahan dalam praktik ini
5. Ibu Maria Silvana Dahwo, MPHEd. Selaku Perceptor Akademik yang
memberikan arahan dan semangat dalam praktik ini
6. Bapak Raden Hendri Gerhonoto, S.Kep.,Ners. selaku Perceptor Klinik
yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini.
7. Seluruh Dosen dan staff pengajar STIKES Suaka Insan Banjarmasin yang
telah meluangkan waktu membantu memberikan masukan dan arahan.
8. Keluarga yang tidak pernah berhenti memberikan semangat, motivasi dan doa
serta materi yang tak terhingga sampai makalah/praktik ini terselesaikan.
9. Seluruh teman-teman STIKES Suaka Insan yang memberikan dukungan dan
semangat serta motivasi.
Kelompok menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kelompok menerima kritik maupun saran yang
membangun dari semua pihak guna penyempurnaan asuhan keperawatan ini.
Semoga hasil dari penulisan asuahan keperawatan ini dapat membuahkan hasil

ii
yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan. Atas perhatiannya,
diucapkan terima kasih.

Buntok, … Agustus 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul.........................................................................................
Lembar Persetujuan................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Manfaat Penulisan ............................................................... 3
C. Batasan Masalah................................................................... 4
D. Tujuan .................................................................................. 5
E. Metode.................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologis .............................................................. 7
B. Pengertian ............................................................................ 10
C. Etiologi ................................................................................ 10
D. Epidemiologi ....................................................................... 12
E. Patofisiologi ......................................................................... 12
F. Colaborative Care Manegement .......................................... 13
G. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................. 16
BAB III STUDY KASUS
I. Pengkajian ........................................................................... 36
II. Analisa Data ........................................................................ 39
III. Diagnosa Keperawatan ........................................................ 41
IV. Perencanaan ......................................................................... 41
V. Implementasi ....................................................................... 47
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian .............................................................................. 52
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................... 54
C. Intervinsi Keperawatan .......................................................... 55

iv
D. Implementasi Keperawatan .................................................... 58
E. Evaluasi .................................................................................. 60
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan .......................................................................... 64
B. Saran..................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pemilihan alat kontrasepsi merupakan
proses fisiologis dan berkesinambungan. (Marmi, 2011:11). Dan tidak bisa di
pungkiri bahwa masa kehamilan, persalinan, masa nifas, bayi baru lahir hingga
penggunaan kontrasepsi, wanita akan mengalami berbagai masalah kesehatan.
Agar kehamilan, persalinan serta masa nifas seorang ibu berjalan normal, ibu
membutuhkan pelayanan kesehatan yang baik. Untuk peraturan pemerintahan
Nomor 61 Tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi menyatakan bahwa setiap
perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan untuk mencapai hidup
sehat dan mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta
mengurangi Angka Kematian Ibu.
Kehamilan ektopik (ectopic pregnancy) adalah suatu kehamilan dengan
pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi (hasil konsepsi) tidak menempel pada
dinding endometrium kavum uteri yang akhirnya akan berakhir dengan
kematian fetus. Kata ektopik sendiri berasal dari Bahasa Yunani “ectopos’
yang artinya di luar tempat.
Lebih dari 97.7% kehamilan ektopik berada di saluran telur (Tuba
Fallopi) dengan lokasi tuba yang paling sering menjadi lokasi kehamilan tuba
adalah ampulla (80%), isthmus (12%), fimbriae (5%), cornu (2%), dan
interstisial (2%). Selain di Tuba Fallopi, kehamilan ektopik juga dapat terjadi
di abdomen, ovarium, serviks uteri, maupun di intraligamen, namun sangat
jarang ditemui.
Pada kehamilan ektopik juga dapat terjadi kehamilan ektopik ganda
(heterotopik) di mana satu hasil konsepsi merupakan kehamilan ektopik
sementara hasil konsepsi lainnya berada di kavum uteri (kehamilan normal),
namun perlu diingat bahwa hal ini jarang terjadi.

1
Kehamilan ektopik dapat menjadi kondisi yang bisa mengancam jiwa
jika tidak ditatalaksana segera dan secara tepat karena pada dasarnya hasil
konsepsi tumbuh dan berkembang di tempat yang tidak seharusnya (di luar
kavum uteri) sehingga risiko ruptur tuba falopi sangat tinggi dan dapat
membuat perdarahan masif, infertilitas, bahkan kematian. Kehamilan ektopik
biasanya didiagnosis pada trimester pertama kehamilan, biasanya pada usia
kehamilan 6-10 minggu. Terdapat trias klasik dari kehamilan ektopik yakni
nyeri abdomen, amenorea, dan perdarahan pervaginam. Sayangnya hanya 50%
pasien memiliki ketiganya.kehamilan ektopik (ectopic pregnancy) di negara
maju adalah 1-2% dari seluruh kehamilan, sedangkan di Indonesia angka
kejadiannya sekitar 5-6 per 1000 kehamilan.Di negara maju, angka kejadian
kehamilan ektopik adalah 1-2% dari seluruh kehamilan. Angka kejadian di
negara berkembang insidensnya dipercaya lebih tinggi lagi, tetapi data yang
spesifik belum diketahui. Di Amerika Utara, kehamilan ektopik terjadi pada
19,7 kasus dari 1000 kehamilan, dan merupakan penyebab mortalitas utama
pada kehamilan trimester pertama.(V.P. Sepillan.2016).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sendiri masih sangat tinggi jika
di bandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Menurut Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015 jumlah AKI di
Indonesia sebanyak 305/100.000 KH (Direktorat Kesehatan Keluarga, 2016).
Kematian Ibu maternal paling banyak adalah sewaktu bersalin sebesar (49,5%),
kematian waktu hamil (26%) pada waktu nifas (24%) (Kementrian Kesehatan
RI, 2012). Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2015 di
Indonesia sebanyak 22,23/1000 KH (Direktorat Kesehatan Keluarga, 2016).
Kematian neonatal paling banyak asfiksia (51%), BBLR (42,9%), SC (18,9%),
prematur (33,3%), kelainan kongenital (2,8%) dan sepsi (12%). (Riskerdas,
2015).
Data sekunder dari Dinas kesehatan provinsi kal-teng tahun 2017,
cakupan AKI sebesar 112/100.000 KH, sedangkan AKB sebanyak 16,8/1000
KH. Cakupan K1 murni 11.573 orang (94,1 %) dari target 100 % cakupan K4
10.435 orang (84,8 %) dari target nasional 95 %. Untuk persalinan oleh tenaga

2
kesehatan sebanyak 10.724 orang (91,3%) dari target nasional 95%. Cakupan
kunjungan ibu nifas adalah 10.581 (90,1%). Untuk cakupan Neonatus
lengkapnya sebesar 10.635 (95,1 %) dari target 98% . Cakupan penanganan
komplikasi neonatal bayi 1.291 bayi (77%) sedangkan untuk Keluarga
Berencana baru sebesar 86,311 (89,5%) dan peserta KB aktif mencapai 96.385
(98,5%). Sedangkan untuk KB IUD ada 6.547 (6,8%), KB
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan di mana kantung gestasi berada
di luar kavum uteri, merupakan keadaan gawat darurat yang paling sering
mengancam hidup pada kehamilan awal. Berdasarkan data rekam medik RSUD
Jaraga sasameh Buntok selama tahun 2019 sampai dengan bulan juli 2020 total
ibu bersalin sebanyak 273 Orang terdapat 10 orang (3.7%) dengan kehamilan
ektopik. Dibandingkan dengan tahun 2018 total ibu melahirkan sebanyak 328
orang dengan kehamilan ektopik sebanyak 5 orang (1,5%) dari data tersebut
dapat disimpulkan pada tahun 2019 mengalami peningkatan 2.7 % kasus
kehamilan ektopik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun Asuhan
keperawatan Pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan
keluarga berencana secara continuty of care dengan menggunakan pendekatan
managemen keperawatan dan di dokumentasikan dengan pendekatan metode
SOAP.

B. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat di terapkan dalam
pelayanan asuhan keperawatan kepada ibu secara continuity of care pada ibu
hamil.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pasien dan keluarga
1) Agar dapat memahami dan mengerti tentang post op laparatomi
dengan indikasi kehamilan ektopik

3
2) Agar ibu mampu mengetahui lebih dini bagaimana tanda gejala
kehamilan ektopik
b. Bagi mahasiswa

Menambah pengalaman dan penegtahuan tentang Asuhan


keperawatan secara continuity of care pada kehamilansecara
berkesinambungan dengan pendekatan manejemenkebidanan.
c. Bagi pelayan kesehatan di Rumah Sakit jaraga Sasameh

Hasil studi kasus ini , dapat menjadi masukan bagi pelayanan di RS


agar dapat melakukan asuhan keperawatan klien dengan post op
laparatomi dengan indikasi kehamilan ektopi sesuai dengan SOP
yang sudah ditetapkan.
d. Bagi profesi kesehatan yang terkait
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan
pendalaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan post op laparatomi dengan indikasi kehamilan ektopik.
e. Bagi isntitusi pendidikan
Dapat memberikan masukan-masukan bagi institusi mengenai
karya tulis khususnya pada pasien dengan post op laparatomi
dengan indikasi kehamilan ektopik

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka


penulis merumuskan masalah yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan post op laparatomi dengan indikasi kehamilan ektopik di ruang
OK.

4
D. Tujuan

a. Tujuan Umum

Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa post op


laparatomidengan indikasi kehamilan ektopik di RSUD Jaraga Sasameh
Buntok
b. Tujuan Khusus
1) Mengakaji pasien dengan diagnosa post op laparatomidengan indikasi
kehamilan ektopik di RSUD Jaraga Sasameh Buntok
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien denganindikasi
kehamilan ektopik di RSUD Jaraga Sasameh Buntok
3) Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien denganindikasi
kehamilan ektopik di RSUD Jaraga Sasameh Buntok
4) Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien denganindikasi
kehamilan ektopik di RSUD Jaraga Sasameh Buntok
5) Mengevaluasi pasien denganindikasi kehamilan ektopik di RSUD
Jaraga Sasameh Buntok
6) Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien denganindikasi
kehamilan ektopik di RSUD Jaraga Sasameh Buntok

E. Metode

a. Wawancara

Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga
maupun tim kesehatan lain nya .
b. Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan kepada klien.


c. Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboraturium yang dapat menunjang


menegak kan diagnosa dan keperawatanselanjutnya.

5
d. Study kepustakaan
Dalam studi kepustakaan pengumpulan data dilakukan dengan cara
menggali sumber-sumber penegtahuan melalui beragai sumber buku dan
jurnal dengan maksimal terbitan serta dengan cara menelaah catatan-catatan
tentang kasus pasien yang terdapat dalam format dokumentasi yang
terangkum di ruangan.

6
BAB II
Tinjauan Pustaka

A. Anatomi Fisiologis
1. Anatomi Uterus

Gambar Genitalia Interna Wanita ( Berlianti 2013)


a) VAGINA
Vagina merupakan suatu bentukan tabung muculomembranous,
yang memanjang dari bagian servikal uterus sampai ke bagian
vestibulum, yaitu celah antara labia minora ke arah terbukanya
vagina dan urethra. Pangkal vagina bagian superior mengelilingi
bagian servikal dari uterus. Bagian dinding anterior dan posterior
dari vagina biasanya berdekatan sehinga tampak menempel,
kecuali di ujung akhir vagina bagian superior yang dipisahkan
oleh bagian servikal uterus.
b) UTERUS
Uterus merupakan organ muskular berongga, berdinding tebal,
dan berbentuk seperti buah pir. Uterus non gravid biasanya
terletak di daerah pelvis bagian bawah, di mana bagian badannya
terletak di atas kandung kemih, dan bagian servikalnya terletak

7
antara kandung kemih dan rektum. Posisi uterus dewasa biasanya
anteversion (relatif anterosuperior terhadap aksis vagina) dan
anteflexion (fleksi corpus uteri ke arah anterior secara relatif
terhadap cervix) sehingga organ ini terletak di atas kandung
kemih. Posisi uterus berubah sesuai penuh tidaknya vesica
urinaria dan rectum.
c) UTERINE TUBE (TUBA FALOPII, FALLOOPIAN TUBES,
TUBA UTERINA) Uterine tubes memanjang secara lateral dari
cornu uterus dan membuka ke dalam rongga peritoneal di dekat
ovarium. Uterine tubes berada dalam mesosalphinx pada tepi
bebas dari broad ligament. Tiap uterine tube dibedakan menjadi 4
bagian : infundibulum, ampulla, isthmus, dan bagian uterine. Pada
posisi ideal, tuba uterine di sebelah posterolateral dinding lateral
pelvis. Namun berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi, posisi
tuba uterine bervariasi dan asimetris antara sisi kiri dan kanan.
d) OVARIUM
Ovarium yang berbentuk seperti kacang almond biasanya berada
di dekat perlekatan antara broad ligament dengan dinding lateral
dari pelvis, dipisahkan dari kedua organ tersebut oleh peritoneal
folds, yaitu memisahkan mesovarium dengan bagian
posterosuperior dari broad ligament, dan memisahkan suspensory
ligament dari ovarium dengan dinding pelvis. Ovarium melekat
dengan uterus melalui ligamentum ovarium yang berjalan dalam
mesovarium. Ligamen ini merupakan sisa bagian superior ovarian
gubernaculum fetus serta menghubungkan bagian ujung proximal
(uterine) end ovarium ke sudult lateral uterus, di sebelah inferior
tempat masuknya. Karena ovarium berada dalam peritoneal cavity
dan permukaannya tidak ditutupi oleh peritoneum, maka oocyte
yang dikeluarkan saat ovulasi melewati peritoneal cavity namun
biasanya masih terperangkap dalam fimbriae tuba uterine dibawa
ke ampulla.

8
2. Fisiologi Uterus
Menurut Berlianti (2013) Manusia baru mulai terbentuk ketika
sebuah sel sperma dari sekian juta yang keluar waktu bersenggama
berhasil membuahi sel telur (ovum). Dari berjuta-juta sel sperma yang
masuk pada ujung atas vagina, hanya beberapa ribu saja yang
berhasilmenerobosmasukkedalamronggarahim.Darijumlah itu hanya
beberapa ratus yang mampu mencapai saluran telur melalui bagian
tanduk (cornu) rahim. Manusia baru sebenarnya mulai tersusun ketika
kromosom-kromosom dari sel sperma dan sel telur itu bergabung
menjadi satu. Dengan dikendalikan oleh gen, sel kemudian membelah
diri sampai terbentuk manusia baru, seperti yang telah diuraikan di
depan. Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan
berjuta-juta sel mani bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk
kesaluran telur, pembuhan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di
bagian yang menggelumbung dari tuba falopii. Di sekitar sel telur
banyak berkumpul sperma yang banyak mengeluarkan ragi untuk
melindungi zat-zat yang melindungi ovum, kemudian masuklah satu sel
mani dan bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini yang disebut
pembuahan.
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil
bergerak oleh rambut getar tuba menuju ruang rahim, kemudian
melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarangdiruang rahim,
peristwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi
diperlukan waktu kira-kira enam sampai tujuh hari. Untuk menyuplai
darah dan zat-zat makanan bagi mudigah dan janin, dipersiapkan uri
atau plasenta hasil dari nidasi ini adalah blastula. Jaringan
endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua. Blastula ini akan
masuk kedalam desidua. Bila nidasi telah terjadi dimulailah diferensiasi
sel-sel blastula.
Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus
luteum graviditatis dan trofoblas, uterus menjadai besar dan lembek;

9
endometrium dapat berubah pula menjadi desidua. Dapat ditemukan
pula perubahan-perubahan pada endometrium yang disebut fenomena
Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik,
hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk tak teratur. Sitoplasma sel dapat
berlubang-lubang atau berbusa, dan kadang-kadang ditemukan mitosis.
Perubahan tersebut hanya ditemukan pada sebagian kehamilan etopik.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan
kemudian dikeluarkan berkeping-keping, tetapi kadang-kadang
dilepaskan secara utuh. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan
ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh pelepasan
desidua yang degrenatif

B. Pengertian
Kehamilan ektopik merupakan masalah kesehatan pada wanita usia
reproduktif yang hasil konsepsinya berimplantasi di luar endometrium. 
(Ari Kurniawan, 2016)
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan dengan pertumbuhan sel
telur yang telah dibuahi dan tidak menempel pada dinding endometrium
kavum uteri. Bila kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran
(abortus) maka disebut dengan kehamilan ektopik terganggu (KET)
(TgkPuspaDewi. 2017).

C. Etiologi
Menurut Prawirohardjo (2014) faktor-faktor yang menyebabkan
kehamilan ektopik diantaranya :
1. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu. Kerusakan tersebut menghalangi sel telur yang
telah dibuahi untuk masuk ke rahim sehingga akhirnya menempel pada
tuba fallopi

10
2. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka
zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba,
kemudian terhenti dan tumbuh di saluran tuba.
3. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang
lebih panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik
lebih besar.
4. Faktor hormonal
Pil KB yang mengandung progesteron dapat mengakibatkan gerakan
tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan
terjadinya kehamilan ektopik.
5. Faktor Risiko
- Pilihan alat kontrasepsi yaitu penggunaan kontrasepsi jenis
spiral (intrauterine device IUD) bertujuan untuk mencegah
kehamilan. Namun, apabila kehamilan tetap terjadi, kemungkinan
besar kehamilan bersifat ektopik.
-   Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya. Wanita
yang mengalami kondisi ini memiliki risiko lebih tinggi untuk
kembali mengalaminya.
-   Mengidap infeksi atau inflamasi. Wanita yang pernah mengalami
inflamasi tuba fallopi atau penyakit radang panggul akibat penyakit
seksual menular, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
kehamilan ektopik.
-   Proses sterilisasi pada saat pengikatan tuba atau pembukaan ikatan
tuba yang kurang sempurna juga beresiko memicu kehamilan
ektopik.
-    Faktor merokok.

11
D. Epidemiologi
Kehamilan ektopik dapat menjadi kondisi yang bisa mengancam
jiwa jika tidak ditatalaksana segera dan secara tepat karena pada dasarnya
hasil konsepsi tumbuh dan berkembang di tempat yang tidak seharusnya
(di luar kavum uteri) sehingga risiko ruptur tuba falopi sangat tinggi dan
dapat membuat perdarahan masif, infertilitas, bahkan kematian. Kehamilan
ektopik biasanya didiagnosis pada trimester pertama kehamilan, biasanya
pada usia kehamilan 6-10 minggu. Terdapat trias klasik dari kehamilan
ektopik yakni nyeri abdomen, amenorea, dan perdarahan pervaginam.
Sayangnya hanya 50% pasien memiliki ketiganya.kehamilan ektopik
(ectopic pregnancy) di negara maju adalah 1-2% dari seluruh kehamilan,
sedangkan di Indonesia angka kejadiannya sekitar 5-6 per 1000
kehamilan.Di negara maju, angka kejadian kehamilan ektopik adalah 1-2%
dari seluruh kehamilan. Angka kejadian di negara berkembang insidensnya
dipercaya lebih tinggi lagi, tetapi data yang spesifik belum diketahui. Di
Amerika Utara, kehamilan ektopik terjadi pada 19,7 kasus dari 1000
kehamilan, dan merupakan penyebab mortalitas utama pada kehamilan
trimester pertama.(V.P. Sepillan.2016).
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan di mana kantung gestasi
berada di luar kavum uteri, merupakan keadaan gawat darurat yang paling
sering mengancam hidup pada kehamilan awal. Berdasarkan data rekam
medik RSUD Jaraga sasameh Buntok selama tahun 2019 sampai dengan
bulan juli 2020 total ibu bersalin sebanyak 273 Orang terdapat 10 orang
(3.7%) dengan kehamilan ektopik. Dibandingkan dengan tahun 2018 total
ibu melahirkan sebanyak 328 orang dengan kehamilan ektopik sebanyak 5
orang (1,5%) dari data tersebut dapat disimpulkan pada tahun 2019
mengalami peningkatan 2.7 % kasus kehamilan ektopik.

12
E. Patofisiologi
1. Narasi
Patofisiologi kehamilan ektopik (ectopic pregnancy) didasari oleh
adanya cacat pada proses fisiologis organ reproduksi sehingga hasil
konsepsi melakukan implantasi dan maturasi di luar uterus. Hal ini
paling sering terjadi karena sel telur yang sudah dibuahi dalam
perjalanannya menuju endometrium mengalami hambatan, sehingga
embrio sudah berkembang terlebih dulu sebelum mencapai kavum uteri
dan akibatnya akan tumbuh di luar kavum uteri. Hal lain yang juga
dapat menyebabkan kehamilan ektopik walaupun jarang terjadi adalah
terjadinya pertemuan antara ovum dan sperma di luar organ reproduksi,
sehingga hasil konsepsi akan berkembang di luar uterus.
Apabila kehamilan ektopik terjadi di tuba, pada proses awal
kehamilan dimana hasil konsepsi tidak bisa mencapai endometrium
untuk proses nidasi, ia dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudian akan
mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan normal. Karena tuba
bukan merupakan suatu media yang baik untuk pertumbuhan embrio,
maka pertumbuhan ini dapat mengalami beberapa kemungkinan, yaitu
hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi, abortus dalam lumen tuba,
ataupun terjadi ruptur dinding tuba (dr. Yeni Khairani, 2019)

13
2. Skema

F. Collaborative Care Management


1. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Hb, hematokrit.

Pemeriksaan Hb dan jumlah sel darah merah berguna dalam


menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila
ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pemeriksaan
hemoglobin dan hematokrit dapat dilakukan secara serial dengan
jarak 1 jam selama 3 kali berturut-turut. Bila ada penurunan
hemoglobin maka dapat mendukung diagnosis kehamilan ektopik
terganggu.

14

Sumber :TgkPuspaDewi. 2017


b. Pemeriksaan leukosit

Penghitungan leukosit secara berturut-turut menunjukkan adanya


perdarahan bila leukosit meningkat. Untuk membedakan kehamilan
ektopik dari infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit yang
melebihi 20.000.
c. Kadar HCG (human chorionic gonadotropin ‘β-hCG’)  menurun

Peningkatan kadar β-hCG yang berlangsung terus menerus


menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum
terangkat. Normal kadar β-hCG
d. Tes kehamilan
 Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan
kadar β-hCG positif.
 Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat
2 kali lipat setiap dua hari.
e. Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui
apakah dalam kavum douglasi ada darah. Jika ditemukan butiran
darah warna kecoklatan berarti positif dibrinasi yang menunjukkan
adanya hematoma retrouterina. Cara ini sangat berguna dalam
membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Teknik
kuldosintesis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
 Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.
 Vulva dan vagina dibersihkan dengan antispetik.
 Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan
cunam serviks dengan traksi kedepan sehingga forniks posterior
tampak.
 Suntikan jarum spinal no 18 ke cavum douglasi dan lakukan
penghisapan.
 Bila pada penghisapan keluar darah berwarna cokelat sampai
hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan kecil merupakan
tanda hematokel retrouterina.

15
f. Pemeriksaan Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila
ditemukan kantong gestasi di luar uterus
g. Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir
untuk kehamilan ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik
yang lain meragukan dan pemeriksaan laparoskopi lebih hemat biaya
dan masa penyembuhan nya lebih pendek.
h. Pemeriksaan USG :
 Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri.
 Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
 Adanya massa kompleks di rongga panggul
2. Medikasi

Menurut Catrina M. Bain (2015) ada pengobatan kehamilan ektopik


terganggu, diantaranya :
a. Methotrexate

Sebagian besar perjalanan klinis kehamilan ektopik bersifat


kronik dan dapat di diagnosis dengan pasti menggunakan
ultrasonografi dan pemeriksaan kadar β-hCG. Untuk menghindari
intervensi bedah, pasien dapat ditawarkan pengobatan ini bila kadar
β-hCG < 3000 dan tidak ada gejala ruptur. Bila kadar β-hCG tidak
turun, maka membutuhkan suntikan tambahan berupa methotrexate
dengan dosis 50mg/m2 di area permukaan tubuh melalui
intravena. Efek samping obat ini meliputi mual dan muntah. Sakit
perut juga muncul pada 3 hari atau 1 minggu setelahnya.

Pemberian actinomycin melalui I.V berhasil menterminasi


kehamilan ektopik pada pasien dengan kegagalan terapi
methotrexate sebelumnya.
3. Pembedahan
a. Salpingektomi

Tindakan pembedahan ini dapat dilakukan setelah penegakan


diagnosis. Sebelum pengangkatan tuba fallopi, perlu diperiksa

16
keadaan tuba lain nya karena apabila mengalami abnormal, maka
pendekatan bedah yang lebih konservatif perlu dilakukan
b. Salpingostomi

Merupakan pendekatan konservatif dari penanganan bedah


untuk kehamilan ektopik. Sebuah insisi dibuat di tepi antimesentrik
tuba, ektopik diangkat dan tuba dibiarkan menyembuh setelah
hemostatis diatasi.

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Assesment
a) Biodata

1) Nama : Nama harus jelas dan lengkap


2) Umur : Umur dicatat dalam tahun untuk mengetahui
adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun,
alat-alat reproduksi belum matang, mental,
psikisnya belum siap dan ditulis dalamtahun.
3) Agama : Untuk memberikan motivasi dorongan moril
sesuai dengan agama yangdianut.
4) Suku bangsa : Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras serta
pengaruh adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari.
5) Pendidikan : Perlu dinyatakan karena tingkat pendidikan
berpengaruh pada pengetahuan, sehingga
Perawat dapat memberikan konseling sesuai
denganpendidikannya.
6) Pekerjaan : Untuk mengetahui status ekonomi keluarga,
karena dapat mempengaruhi pemenuhan gizi
pasientersebut.
7) Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal serta

17
mempermudah pemantauan bila diperlukan
(Nursalam,2003).
b) Alasan datang atau keluhanutama
Keluhan-keluhan yang dirasakan ibu hamil dengan kehamilan
ektopiktergangumenurut Catrina M. bain, adalah pasien
mengalami nyeri perut bagian bawah, perdarahan pervaginam
berwarna coklat, Amenore, nyeri tekan abdomen, nyeri tekan
panggul, perubahan uterus.
c) Data riwayat maternitas
(1) Riwayat haid
Untuk mengetahui menarche, haid teratur atau tidak,
siklus, sifat darah, banyaknya, lama, disminorhoe atau
tidak
(2) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui setatus perkawinan klien dan lamanya
perkawinan
(3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
(a) Kehamilan : Untuk mengetahui
berapaumurkemahamilan ibu dan hasil
pemeriksaan kehamilan
(b) Persalinan : Spontan atau buatan lahir atermatau
prematur ada perdarahan atau tidak,
waktu persalinan ditolong oleh siapa,
dimana tempat melahirkan
(c) Nifas : Untuk mengetahui hasilakhirpersalinan
(abortus, lahir hidup, apakah dalam
kesehatan yang baik) apakah terdapat
komplikasi atau intervensi padamasa
nifas dan apakah ibu tersebut
mengetahui penyebabnya

18
(4) Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan sekarang menurut Winkjosastro
(2007) perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu resiko
tinggi atau tidak, meliputi:
(a) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Digunakan untuk mengetahui
umurkehamilan.
(b) Hari Perkiraan Lahir (HPL)
Untuk mengetahui
perkiraanlahir.
(c) Umur Kehamilan(UK)
Untuk mengetahui umur kehamilan.
(d) Keluhan-keluhan
Untuk mengetahui apakah ada keluhan-keluhan pada
trimester I, II, dan III
(e) Ante Natal Care(ANC)
Mengetahui riwayat ANC, teratur/tidak, tempat ANC, dan
saat kehamilan berapa
(f) ImunisasiTT
Perlu dikaji apakah klien pernah mendapatkan imunisasi
TT
(g) Penggunaan obat-obatan dan jamu ataurokok
Merokok, minum alkohol dan minum obat-obatan tanpa
indikasi perlu untuk diketahui.
(5) Riwayat keluargaberencana
Ibu pernah atau belum pernah menjadi akseptor KB, bila
pernah disebutkan alat kontrasepsi apa yang pernah
dipakai dan lamanya penggunaan, sehingga dapat
diketahui jarak kehamilannya
(6) Riwayatkesehatan
(a) Riwayat penyakitsekarang

19
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini
(b) Riwayat penyakitsistemik
Untuk mengetahui apakah pasien menderita penyakit
seperti jantung, ginjal, asma, hipatitis, DM, hipertensi dan
epilepsi atau penyakit lainnya
(c) Riwayat penyakitkeluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit menular dan atau penyakit menurun.
(d) Riwayat keturunankembar
Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam
keluarga
(7) Riwayat operasi
Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah
(8) Data kebiasaan sehari-hari
(a) Nutrisi
Dikaji untuk menanyakan ibu hamil apakah menjalani
diet khusus, bagaimana nafsu makannya, jumlah
makanan, minuman, atau cairan yang masuk. Pada ibu
hamil dengan kehamilan ektopik terganggu
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang
cukup, yaitu makan 3 kali sehari cukup dan
memperbanyak makan sayuran hijau
(b) Eliminasi
Hal ini dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAK dan
BAB yang meliputi frekuensi dan kosistensi

(c) Pola Aktivitas


Dikaji untuk mengetahui apakah ibu dapat istirahat atau
tidur sesuai kebutuhannya. Berapa jam ibu tidur dalam
sehari dan kesulitan selama ibu melakukan
istirahat.Kebutuhan tidur + 8 jam pada malam hari dan 1

20
jampada siang hari. Pola istirahat dan aktivitas ibu selama
masa kehamilan yang kurang dapat menyebabkan
kelelahan dan berdampak pada timbulnya anemia.

(d) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui berapa jam ibu tidur malam, dan
berapa jam ibu istirahat atau tidur siang (Saifuddin,
2002). Ibu hamil diharapkan istirahat yang cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan, tidur siang selama 1
– 2 jam dan tidur malam selama 8 jam

(e) Personal Hygiene


Untuk mengetahui berapa kali pasien mandi, gosok gigi,
keramas, ganti pakaian. Pada ibu hamil diharapkan mandi
2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali
seminggu, ganti pakaian 2 kali sehari dan ganti pembalut
setidaknya 2 kali sehari Polaseksual

(f) Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan


hubungan seksual dalam satu minggu.
(9) Datapsikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya, misal wanita mengalami banyak perubahan
emosi/ psikologis selama masa hamil, sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu Pada kasus ini
ibu mengatakan cemas dengan keadaan atau keadaan yang
dialaminya karena baru pertama kali operasi
(10) Kebiasaan sosialbudaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut
adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan
pasien khususnya pada masa hamil, misalnya pada
kebiasaan pantangan makanan.

21
d) DataObyektif
a) PemeriksaanUmum
(1) Keadaan umum : Untuk mengetahui
keadaanumumapakah baik, sedang,
jelek, tingkat kesadaran pasien apakah
composmentis, apatis, somnolen,
delirium, semi korna dan koma
(Prihardjo,2007).
(2) Kesadaran :Composmentis
(3) Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor
resikohipertensi dan hipotensi.
Batas normalnya 120/ 80 mmHg
(4) Suhu 3: Untuk mengetahui suhu tubuh
3
klien,memungkinkan febris/
infeksi dengan menggunakan skala
derajat celcius. Suhu badan wanita
hamil batas normalnya adalah 35,6
– 37,6 o C
(5) Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien
yang dihitung dalam menit . Batas
normalnya 69-100 x/ menit
(6) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi
pernafasan pasien yang dihitung
dalam 1 menit, batas normalnya 18
– 24 x/menit
(7) Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan ibu
(8) Berat badan : Untuk mengetahui berat badan
ibumalnutrisi/ tidak. Malnutrisi
dapat mempengaruhi keadaan gizi
janindalam uterus, peningkatan BB
pada trimester I adalah 1 kg, pada

22
trimester II adalah 2 kg dan pada
trimester III adalah 6 kg.

b) PemeriksaanHead to toe
(1) Kepala
(a) Rambut : Meliputi warna mudah rontok atau tidakdan
kebersihannya.
(b) Muka : Keadaan muka pucat atau
tidakadakahkelainan, adakah oedema. Pada ibu
hamil dengan kehamilan ektopik terganggu
muka tampak pucat
(c) Mata : Untuk mengetahui apakahkonjungtivawarna
merah muda dan sklera warna putih. Pada
wanita dengan kehamilan ektopik tergangu
konjungtiva pucat
(d) Hidung : Bagaimana kebersihannya, adapolipatau tidak.
(e) Telinga : Bagaimana kebersihannya, adaserumenatau
tidak.
(f) Mulut : Ada stomatitis atau tidak, keadaangigi,gusi
berdarah atau tidak.
(2) Leher : Adalah pembesaran kelenjar
thyroid, adabenjolan atau
tidak, adakah pembesaran
kelenjar limfe.
(3) Dada dan axilla : Untuk mengetahui keadaan
payudara,simetris atau tidak,
ada benjolan atau tidak, ada
nyeri atau tidak dan
kolostrum/ ASI sudah keluar

23
atau belum.
(4) Abdomen : Apakah ada luka bekas
operasi, adabenjolan atau
tidak, ada nyeri atau tidak.
(5) Ekstremitas atas dan bawah : Ada cacat atau tidak
oedema atau tidak
terdapat varices atau tidak
(6) Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis)
(a) Inspeksi
Ukuran uterus dikaji dengan memperkirakan melalui
observasi. Perawat dapat mengobservasi gerakan janin
dan perubahan kulit pada abdomen
(b) Palpasi
Cara pemeriksaan yang umum digunakan adalah cara
Leopold yang dibagi dalam 4 tahap. Sesuai dengan
kasus kehamilan ektopik terganggu, pemeriksaan
Leopold meliputi pemeriksaan Leopold I, yaitu untuk
meraba tinggi fundus uterus. Pada palpasi akan teraba
massa lunak dan lentur di sisi posterior atau lateral
terhadap uterus. Massa tersebut akan teraba keras jika
terisi darah
(c) Auskultasi
Dengarkan bunyi jantung janin pada daerah punggung
janin dengan stetoskop monoaural (Laenec) atau
Doppler. Dengan stetoskop Laenec bunyi jantung
janin terdengar pada kehamilan 18-20 minggu,
sedangkan dengan Doppler terdengar pada kehamilan
12 minggu. Perawat harus menghitung denyutan
jantung janin per menit, dan harus mendapatkan nilai
antara 110-160.
(d) Pemeriksaan dalam

24
Pada kehamilan muda sekitar usia 12 minggu,
pembesaran rahim belum atau sulit diraba dari luar
sehingga perlu dilakukan pemeriksaaan dalam.
Evaluasi dilakukan melalui pembesaran rahim, tanda
hamil muda, tanda Piskacek, tanda Hegar
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

Diagnosa 1 : Nyeri Akut


a. Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International
for the study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan
intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya dapat
diantisipasi atau dipredksi, dengan durasi kurang dari 3 bulan.
b. batasan karakteristik :
 Perubahan selera makan
 Perubahan pada parameter fisiologis
 Diaforesis
 Perilaku distraksi
 Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri
untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya
 Perilaku ekspresif
 Ekspresi wajah nyeri
 Sikap tubuh melindungi
 Putus asa
 Fokus menyempit
 Sikap melindungi area nyeri
 Perilaku protektif
 Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas
 Dilatasi pupil
 Fokus pada diri sendiri

25
 Keluhan tentang intesitas menggunakan standar skala nyeri
 Keluhan tentang karakeristik nyeri dengan menggunakan
standar instrumen nyeri
c. Faktor yang berhubungan :
 Agens cedera biologis
 Agens cedera fisik
 Agens cedera kimiawi

Diagnosa 2 : Ansietas
a. Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respon itonom (sumber yang sering kali tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan
yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman
b. Batasan karakteristik :
 Perilaku
- Penurunan produktiviitas
- Melihat sepintas
- Gerakan ekstra
- Tampak waspada
- Gelisah
- insomnia
 Afektif
- Kesedihan yang mendalam
- Distress
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Putus asa
- Sangat khawatir
 Fisiologis

26
- Wajah tegang
- Tremor tangan
- Peningkatan keringat
- Peningkatan ketegangan
 Simpatis
- Gangguan pola pernapasan
- Anoreksia
- Peningkatan refleks
- Eksitasi kardiovaskular
- Diare
- Mulut kering
- Palpitasi jantung
 Parasimpatis
- Nyeri abdomen
- Perubahan pola tidur
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan denyut nadi
- Diare
- Pusing
- Keletihan
- Mual
 Kognitif
- Gangguan perhatian
- Gangguan konsentrasi
- Bloking pikiran
- Konfusi
- Lupa
- Melamun
- Cenderung menyalahkan orang lain
c. faktor yang berhubungan :
 Konflik tentang tujuan hidup

27
 Hubungan interpersonal
 Penularan interpersonal
 Stressor
 Penyalahgunaan zat
 Ancaman kematian
 Ancaman pada status terkini
 Kebutuhan yang tidak terpenuhi
 Konflik nilai

Diagnosa 3 : defisien volume cairan


a. Definisi : penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau
intrasesular. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja
tanpa perubahan kadar natrium.
b. Batasan karakteristik :
 Perubahan status mental
 Penurunan turgor kulit
 Penurunan tekanan darah
 Penurunan tekanan nadi
 Penurunan turgor lidah
 Penurunan haluaran urine
 Penurunan pengisian vena
 Membran mukosa kering
 Kulit kering peningkatan suhu tubuh
 Peningkatan frekuensi nadi
 Peningkatan hematokrit
 Peningkatan konsentrasi urine
 Penurunan berat badan tiba-tiba
 Haus
 Kelemahan
c. Faktor yang berhubungan :

28
 Hambatan mengakses cairan
 Asupan cairan kurang
 Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan

3. Perencanaan

Diagnosa 1: Nyeri akut


a. Tujuan dan Kriteria Hasil :

Tujuan :
- Tingkat kenyamanan: tingkat persepsi positif terhadap
kemudahan fisik psikologis
- Pengendalian nyeri: tindakan individu untuk mengendaikan
nyeri
- Tingkat nyeri: keparahan nyeri yang dapat diamati atau
dilaporkan

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 6 jam nyeri


akut pasien teratasi dengan kriteria hasil:
- Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut (1-5: tidak pernah, jarang, kadang-
kadang, sering, selalu)
- Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan, tidak
ada): ekspresi nyeri pada wajah, gelisah atau ketegangan otot,
durasi episode nyeri, merintih dan menangis, gelisah.
- Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif
untuk mencapai kenyamanan
- Mempertahankan nyeri pada ….atau kurang (dengan skala 0-
10)
- Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
b. Intervensi keperawatan dan rasional:

Pengkajian

29
- Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama
untuk mengumpulkan informasi pengkajian.
- Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.

Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana nyeri dirasakan


dan mengetahui tingkat nyeri Pasien
- Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan
lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien

Rasional : Kebudayaan dan nilai-nilai Agama mempengaruhi


secara individu mengatasi nyeri dan tingkat kenyamanan
yang mereka rasakan

Manajemen nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya

Rasional : Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan


tubuh untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya
tentang adanya gangguan di tubuh. Mekanisme nyeri adalah
sebagai berikut rangsangan diterima oleh reseptor nyeri, di
ubah dalam bentuk impuls yang di hantarkan ke pusat nyeri
di korteks otak. Setelah di proses dipusat nyeri, impuls di
kembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri. Dan
mengetahui jenis rangsangan nyeri yang dirasakan.
- Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya
pada mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif.

Rasional : isyarat non Verbal yg diberikan pasien merupakan


komunikasi antara pasien kepada petugas.

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


- Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus
yang harus diminum, frekuensi, frekuensi pemberian,
kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat,

30
kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut dan
nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri
membandel.

Rasional : Adanya Instruksi yang benar pada obat pasien


memungkinkan pasien untuk mengkonsumsi obat secara
benar, dan meningkatkan pengetahuan pasien tentang terapi
yang di berikan.
- Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat
jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai.

Rasional : Dengan adanya informasi dari pasien kepada


petugas memungkinkan petugas untuk mengevaluasi tindakan
keperawatan yang di berikan.
- Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang
ditawarkan.

Rasional : dengan adanya informasi maka pasien dapat


melakukan manajemen nyeri secara mandiri.
- Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau
oploid (resiko ketergantungan atau overdosis).

Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan


manajemen nyeri secara mandiri yaitu dengan teknik
Distraksi dan Relaksasi, tanpa harus menggunakan terapi
Farmakologi.
- Manajemen nyeri:
- Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur

Rasional : Dengan mengetahui Karakteristik nyeri yang


dirasakan akan memungkinkan terbentuknya mekanisme
koping positif pasien terhadap nyeri yang dirasakan.

31
- Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi,
distraksi, terapi)

Rasional : Relaksasi distraksi akan mengalihkan perhatian


klien terhadap sesuatu (menonton TV, membaca, dll).

Aktivitas kolaboratif
- Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang
terjadwal (missal, setiap 4 jam selama 36 jam)

Rasional : Opiad dapat memberikan efek analgesik kuat


terhadap nyeri yang sedang dirasakan.

Diagnosa 2 : Ansietas
a. Tujuan dan Kriteria Hasil :

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam tingkat ansietas


menurun atau hilang, koping atau mengatasi stres baik, dan
pengendalian diri terhadap ansietas terlihat.

Kriteria Hasil :
- Ansietas berkurang (tingkat ringan-sedang, selalu
menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas dan
koping)
- Pengendalian diri terhadap ansietas, yang dibuktikan oleh
indikator sebagai berikut (1-5: tidak pernah, jarang, kadang-
kadang, sering, selalu): merencanakan strategi koping untuk
situasi penuh tekanan, mempertahankan performa peran,
memantau distorsi persepsi sensori, memantau manifestasi
perilaku ansietas, menggunakan teknik relaksasi untuk
meredakan ansietas
b. Intervensi keperawatan dan rasional :

Pengkajian
- Kaji dan dokumentasi tingkat ansietas pasien termasuk reaksi

32
fisik, setiap 6 jam sekali

Rasional : Perubahan tanda-tanda vital, reaksi Fisik dapat


digunakan sebagai indikator terjadinya ansietas pada klien
- Kaji untuk faktor budaya yang menjadi penyebab ansietas

Rasional : Fakor Budaya merupakan faktor Internal yang


mempengaruhi nilai dalam mempersepsikan Ansietas.
- Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak
berhasil menurunkan anisetas di masa lalu

Rasional : Mempersiapkan klien menghadapi segala


kemungkinan, krisi perkembangan dan /atau situasional, dan
memungkinkan pasien untuk melakukan Teknik tersebut saat
dirasakan Kecemasan.

Aktivitas Kolaboratif
- Berikan obat penurun ansietas jika perlu

Rasional : Agen farmakologi dapat digunakan sebagai salah


satu pilihan untuk meredakan kecemasan pada klien.

Aktivitas Lain
- Pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan
tenang, dan berikan ketenangan serta rasa nyaman

Rasional : Memberikan dukungan emosi untuk menenangkan


klien dan menciptakan penerimaan serta bantuan dukungan
selama masa ansietas.
- Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara
verbal pikiran dan perasaan

Rasional : Dengan mengungkapkan secara verbal akan


memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengekspresikan perasaan yang sedang dirasakan.
- Sediakan pengalihan melalui televisi, radio, mainan, serta
terapi okupasi untuk menurunkan ansietas dan memperluas

33
fokus.

Rasional : Teknik pengalihan membantu pasien untuk


mengalihkan perhatian sehingga dapat mengendalikan
perasaan yang dirasakan pasien.
- Coba teknik imajinasi bimbingan dan relaksasi progresif

Rasional : dapat meredakan kecemasan pada klien yang


mengalami distress akut
- Berikan penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan
aktivtas sehari-hari

Rasional : Membantu klien untuk beradaptasi dengan


persepsi stressor, perubahan atau ancaman yang menghambar
pemenuhan tuntutan dan peran hidup.
- Yakinkan kembali pasien melalui sentuhan dan sifat empatik
secara verbal- dan nonverbal bergantian

Rasional :
- Dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi,
serta izinkan pasien untuk menangis.

Rasional : Dengan mengekspresikan kemarahan dapat


memberikan kesempatan pada klien untuk melepaskan beban
dan memahami perasaannya sendiri.

Penurunan Ansietas:
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

Rasional : Memberikan kepercayaan dari klien


- Nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku
pasien

Rasional : Dengan mendengarkan dan dukungan akan


membina hubungan saling percaya dan terbuka dari klien
- Berikan pijatan punggung/leher jika perlu

Rasional : Membuat klien merasa dekat dan memberikan rasa

34
nyaman .

Diagnosa 3 : Defisien Volume cairan


a. Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan : Fluid Balance, Hydration, Nutrisional Status : Foo and


Fluid

Kriteria hasil : setelah dilakukan perawatan 1x8 jam defisien


volume caira dapat teratasi dengan kriteria hasil :
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elisitas turgor baik, tidak
ada rasa haus yang berlebihan
b. Intervensi keperawatan dan rasional
- Pertahankan catata intake dan output yang akurat

R/ sebagai bahan untuk mengukur balance cairan


- Monitor status hidrasi

R/ mengukur pasien dehidrasi atau tidak


- Monitor hasil Lab yang sesuai dengan retensi cairan

R/ mengukur status elektrolit dan balance cairan pasien


- Monitor vital sign setiap 15 menit-1 jam

R/ meminimalkan resiko defisien cairan


- Kolaborasi pemberian cairan IV

R/ agar pasien tidak dehidrasi


- Berikan cairan oral

R/ agar pasien tidak dehidrasi


- Atur kemungkinan tranfusi

R/ meminimalisis resiko syok


- Pasang kateter bila perlu

35
R/ mempermudah eliminasi urine
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan. Dalam dokumentasi dikenal 2 cara yaitu secara sumatif
dan formatif. Biasanya evaluasi menggunakan acuan SOAP atau
SOAPIER sebagai tolak ukur pencapaian implementasi. Perawat
mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai :
a. Berhasil : perilaku klien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan pada tujuan.
b. Tercapai sebagian : pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak
sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan
perilaku yang diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.

36
BAB III
STUDY KASUS

I. Pengkajian
FORMAT ASKEP PERIOPERATIF

IDENTITAS
Nama (inisial) : Ny. M
No. RM : 02.29.xx
Usia : 33 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Soekarno Hatta
Diagnosa medis : Kehamilan Ektopik Terganggu
Tindakan operasi : Laparatomi

1.PRE OPERASI
1. Persiapan operasi
1. Informed consent : ada
2. Sedia darah : Tidak
3. Jenis darah :-
4. Jumlah :-
5. Skeren : Tidak
6. Baju operasi : ya
7. Lokasi operasi : Abdomen
8. Riwayat alergi :-

37
9. Saturasi O2 pre operasi : 99 %
10. Kesulitan bernafas : Tidak ada
11. Bleeding : 1 x pergantian softex, ± 10-15 ml

2. Data
DS :
Pasien mengatakan Nyeri perut bagian bawah dari kemaren sore
sampai malam, bahu terasa berat, dan pasien mengatakan gugup
karena ini adalah operasi pertamanya. pasien mengatakan skala
Nyeri paling sakit 10/10 pada malam hari tanggal 4 Agustus 2020,
saat pengkajian tanggal 05 Agustus 2020, Skala nyeri 7/10
DO :
TD : 153/79 mmHg, HR : 150x/m, SPO2 : 98 %
Pasien datang ke ruang Ponek pada pukul 21.00, pasien
mengeluhkan nyeri perut bagian bawah seperti ingin menstruasi
sejak seminggu terakhir, sebelum ke rumah sakit pasien sudah
datang ke klinik bidan dan saat dilakukan pemeriksaan pasien
diberitahu mengalami abortus, pasien G4P3A0 hamil ± 5-6 minggu
dengan suspek abortus iminens, terdapat nyeri tekan di abdomen
bagian bawah dan panggul, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan
kram, keluar dari semenjak kemaren sore pukul 15.00 WIB
sebanyak ± 10-15 ml (1x ganti softex), darah berwarna kecoklatan
dan konsistensi darah yang keluar menggumpal-gumpal. Pasien
dirawat inap di ruang Meranti dan pagi pukul 09.00 dokter spesialis
Kandungan Visite dan melakukan USG terhadap pasien dan
menyatakan pasien mengalami Kehamilan Ektopik Terganggu dan
di jadwalkan operasi laparatomi pukul 11.00 WIB
Kesadaran: Compos Metis
TD :153/79mmHg
RR : 22x/ menit

38
HR : 150x/ menit
Pemeriksaan penunjang:USG menunjukan adanya kantung gestasi
di luar rahim, Pemeriksaan Lab darah Rutin, PP test, HbsAg test,
dan Rapid test

2.INTRA OPERASI
DS :pasien mengatakan siap untuk dilakukan anastesi spinal,
pasien minta diselimuti karena merasa dingin, pasien
mengatakan kapan bisa minum karena merasa haus
DO :pasien kooperatif saat dilakukan anastesi, pasien mulai
merasakan kebas di bagian kaki, pasien merasa kedinginan
Antibiotik profilaksis : tidak ada
Efek anastesi : -
Sianosis :-
Suara nafas ngorok :-
Posisi saat pembedahan : supine
Suhu tubuh pasien : 36,5oC
Keadaan luka sayat operasi : lebar luka ± 10 cm
lama pembedahan :1,5 jam
Perdarahan total : 1000 cc
Urine :100 cc
Terpasang alat infasif : IV line dan chateter urin
Pemantauan intra operative
Vital 11.25 11.40 11.55 12.10 12.25 12.40 12.55
sign
TD 153/79 130/80 120/85 120/80 120/88 120/88 123/85
HR 150 115 110 100 100 100 100
SpO2 99 99 99 99 99 99 99

3.POST OPERASI

39
DS : pasien mengatakan sudah lega telah selesai dilaksanakan
operasi, pasien mengatakan merasa haus, pasien bertanya
kapan boleh minum
DO : pasien terlihat tenang, pasien sadae sepenuhnya, pasien
masih merasa kedinginan dan minta diselimuti selimut
tebal
Saturasi oksigen post operasi : 99%
Penggunaan oksigen : Nasal Kanule 2 L/menit
Monitor tetesan infus : RL 20 tpm
Posisi pasien : Supine
Spesimen : tidak ada
II. Analisa data
1. Pre op
DATA PENYEBAB MASALAH
Data Subyektif Agen cedera biologis Nyeri
 Klien mengatakan
merasakan nyeri di
perut bagian bawah
 Klien mengatakan
masih nyeri dimulai
sejak kemaren sore
pukul 4
 Klien mengatakan
keluar darah
berwarna merah
kecoklatan dengan
konsistensi
bergumpal-gumpal
Data Objektif
P : Nyeri pada
abdomen bawah

40
Q : Seperti kram dan
di tusuk-tusuk
R : bagian bawah
perut
S : 7 (1-10)
T : terus menerus
 TD : 153/79 mmHg
 S : 36,5 oC
 RR : 22x/m
 HR : 150x/ menit
DS: pasien merasa Stressor Ansietas
cemas karena mau
operasi karena belum
pernah menjalani
operasi sebelumnya
DO: Pasien tampak
gelisah

2. Intra Op
DATA PENYEBAB MASALAH
DS: - Faktor resiko: Risiko aspirasi
DO:- 1. Durasi puasa pre operasi
kurang
2. Penurunan kesadaran
DS : Faktor resiko proses Risiko perdarahan
DO: - pembedahan
DO: Faktor resiko : Risiko infeksi
DS: Prosedur invansif

3. Post Op

41
DATA PENYEBAB MASALAH
 DS:  Faktor resiko:  Risiko Defisiensi
volume cairan
 Klien mengatakan  Kehilangan cairan aktif
merasa haus

 DO:

 Total perdarahan
intra operative
±1000cc

III. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Ansietas berhubungan dengan stressor
3. Risiko aspirasi
Faktor resiko:
a. Durasi puasa pre operasi kurang
b. Penurunan kesadaran

4. Risiko perdarahan
Faktor resiko:
Proses pembedahan
5. Risiko infeksi
Faktor resiko :
Prosedur invansif

6. RisikoDefisiensi volume cairan


Faktor resiko:
Kehilangan cairan aktif

IV. Perencanaan
a. Pre Operative

42
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

No Tujuan dan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
1 Tujuan : 1. Catat keluhan nyeri, 1. Nyeri tidak selalu ada
lokasi, lamanya, tapi bila ada harus
Setelah diberikan
intensitas dan dibandingkan dengan
askep selama 1x15
kerakteristik nyeri gejala nyeri pasien
jam diharapkan
2. Kaji ulang factor sebelumnya dimana
pasien dapat
yang dapat membantu
mentoleransi
meningkatkanatau diagnose etiologi
nyerinya
menurunkan nyeri perdarahan dan
Dengan kriteria:
3. Diskusikan dan terjadinya kompilkasi
1. Pasien ajarkan tindakan 2. Membantu dalam
melaporkan alternative membuat diagnose dan
nyeri berkurang penghilang rasa kebutuhan terapi
secara verbal nyeri tanpa 3. Dapat mengurangi
2. Pasien tampak menggunakan obat nyeri yang dirasakan
rileks dan 4. Kolaborasi pasien
tenang pemberian obat
analgesik
3. Pasien dapat
mempraktekan
teknik napas
dalam

2. Ansietas berhubungan dengan stressor


No Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria hasil
1 Tujuan: setelah a. Kaji tanda-tanda vital a. Perubahan tanda vital
diberikan asuhan dan kondisi yang dapat digunakan sebagai
keperawatan selama menunjukkan indicator terjadinya
1x15 menit peningkatan ansietas pada pasien

43
diharapkan ansietas kecemasan pasien b. Teknik nafas dalam dan
berkurang dengan b. Ajarkan tehnik nafas relaksasi dapat
kriteria hasil: dalam dan relaksasi digunakan untuk
a. Pasien mampu dan pengendalian meredakan kecemasan
mengidentifikasi perasaan negative atas pada pasien yang
dan segala hal yang mengalami ansietas
mengungkapkan dirasakan pasien c. Memberikan dukungan
gejala cemas c. Berikan dukungan emosi untuk
b. Mengidentifikasi, emosi selama pasien menenangkan pasien dan
mengungkapkan mengalami ansietas menciptakan penerimaan
dan menunjukkan d. Berikan informasi serta bantuan dukungan
tehnik untuk tentang prosedur selama ansietas
mengontrol pembedahan kepada d. Agar pasien mampu
cemas pasien memahami tentang
c. Vital sign dalam e. Kolaborasi dalam prosedur pembedahan
batas normal pemberiaan obat jenis e. Agen farmakologi dapat
d. Postur tubuh, anti depresan apabila digunakan sebagai salah
ekspresi wajah, pasien benar-benar satu pilihan untuk
bahasa tubuh dan tidak mampu meredakan kecemasan
tingkat aktivitas menegndalikan pada pasien
menunjukkan dirinya.
berkurangnya
cemas

b. intra operatif
1. Risiko aspirasi
Faktor resiko:
a. Durasi puasa operasi yang kurang
b. Penurunan kesadaran

No Tujuan dan Intervensi Rasional

44
Kriteria hasil
1 NOC: 1. Monitor tingkat 1. Perubahan tanda vital
 Respiratory kesadaran, reflek dan Spo2 menunjukkan
Status : batuk dan bahwa pasien mengalami
Ventilation kemampuan masalah pada saluran
menelan pernapasan
 Aspiration
2. Untuk mengetahui
control 2. Monitor status paru
apakah ada gangguan
Setelah diberikan 3. Pelihara jalan nafas pada pernapasan pada
asuhan keperawatan pasien
4. Lakukan suction jika
selama kegiatan 3. Agar menegatahui
diperlukan
operasi (1,5 jam) apakah jalan napas
bersihan jalan napas pasien paten
tetap efektif dengan 4. Agar pasien mendapat
kriteria hasil: bebasan jalan napas
1. Tidak ada suara
napas tambahan
2. Tidak ada
sianosis
3. Respiratory
status:
ventilation,
airway patency

2. Risiko perdarahan
Faktor resiko:

a. Proses pembedahan
b. Jumlah perdarahan ± 1000 cc

No Tujuan dan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil

45
1 NOC : 1. Monitor TTV 1. Perawat perlu terus

 Status 2. Monitor tanda- mengobaservasi vital

sirkulasi tanda dehidrasi sign untuk


3. Monitor jumlah memastikan tidak
 Status
perdarahan terjadi syok
koagulasi
4. Jaga kepatenan 2. Untuk memonitor
Setelah
akses IV keadaan tugor kulit,
dilakukan
5. Berikan cairan CRT, nadi, rasa
tindakan
isotonik yang haus, membran
keperawatan
diresepkan mukosa, penurunan
selama operasi
(misalnya cairan urine output jika
klien tidak
normal saline atau pasien dehidrasi
mengalami
ringer lactated) 3. Jumlah darah yang
risiko
untuk rehidrasi keluar >500cc dapat
perdarahan
ekstra-seluler menjadi tanda
dengan criteria
dengan tetesan terjadinya
hasil:
aliran yang tepat perdarahan
1. TTV
6. Lakukan
dalam
autotransfusi/
batas
tranfusi darah jika
normal.
diperlukan
2. Tidak
ada
tanda-
tanda
perdaraha
n

3. Risiko infeksi
Faktor resiko:
a. Prosedur invansif

46
No Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria hasil
1 Setelah diberikan 1. Cuci tangan 6 langkah 1. Salah satu cara untuk
asuhan keperawatan sebelum dan sesudah mencegah terjadinya
selama kegiatan tindakan infeksi
operasi (1,5 jam) 2. Monitor tanda dan 2. Untuk mengathui apakah
infeksi dapat gejala infeksi pada ada tanda-tanda infeksi
dikontrol dengan luka pada luka
kriteria hasil 3. Monitor WBC 3. Peningkatan WBC
1. Tidak ada tanda- 4. Lakukan perawatan menunjukkan ada
tanda infeksi. luka dengan tehnik mengalami infeksi
2. Vital sign dalam aseptic 4. Untuk mencegah infeksi
batas normal 5. Kolaborasi dengan pada luka
3. Tidak ada dokter dalam 5. Untuk menentukan
peningkatan pemberiaan antibiotik terapi.
WBC

c. Post operatif
1. Risiko Defisiensi Volume Cairan b.d faktor risiko kehilangan
cairan aktif
No Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria hasil
1 Setelah diberikan 1. Monitor intake dan 1. Melihat keseimbangan
asuhan keperawatan output caira masuk dan keluar
selama di ruang RR 2. Monitor status hidrasi 2. Untuk mengathui apakah
(15 menit) defisien 3. Monitor TTV ada tanda-tanda
volume cairan dapat 4. Kolaborasi pemberian dehidrasi
dikontrol dengan cairan IV 3. Perubahan tanda-tanda
kriteria hasil vital dapat menunjukan
1. Mempertahankan gejala terjadi dehidrasi
urine output 4. Penggantian cairan.

47
sesuai dengan
usia dan BB.
2. Vital sign dalam
batas normal
3. Tidak ada tanda
dehidrasi

48
V. Implementasi
N Dx Jam Implementasi Paraf Evaluasi
o keperawatan
1. Dx: Nyeri 11.00 a. Mengkaji S : Pasien
berhubungan WIB tanda-tanda mengatakan nyeri
dengan agen vital dan di perut bagian
cedera biologis kondisi yang bawah dan bahu
dan Dx: menunjukkan terasa sakit tapi
Ansietas peningkatan sedikit berkurang
berhubungan kecemasan saat napas dalam
dengan stressor pasien O:
b. Mengkaji  Pasien
karakteristik nampak
nyeri yang lebih rileks
dirasakan
 Pasien
pasien
kooperatif
c. Memberikan
dalam
posisi yang
memprakte
nyaman bagi
kan napas
pasien
dalam
d. Mengajarkan
teknik relaksasi  Nyeri
dan distraksi berkurang
e. Memberikan menjadi
dukungan skala 5/10
emosi selama
 P : abortus
pasien
tuba
mengalami
ansietas  Q : seperti

49
f. Memberikan kram dan
informasi ditusuk-
tentang tusuk
prosedur
 R : diperut
pembedahan
bagian
kepada pasien
bawah dan
g. Berkolaborasi
pinggul
dalam
pemberian obat:  S : Skala
drip keterolac 5/10
30 mg dalam
 T : terus
RL
menerus

 Premed
diberikan
ondancentro
n 4 mg dan
ketorolac
30mg
melalui IV
sebelum
operasi

A : Masalah
teratasi sebagian
P : lanjutkan
intervensi
2 Risiko aspirasi 11.25 1. memonitor S: -
Faktor risiko : WIB tingkat O:

50
penurunan kesadaran, a. Pasien tidak ada
kesadaran reflek batuk dan muntah
kemampuan b. Saturasi oksigen
menelan pasien baik
c. Jalan napas
2. memonitor
pasien paten
suara napas,
d. Status paru
ritme
pasien baik
pernapasan,
e. TTV
frekuensi napas,
TD: 120/80 mm
ada reflek
Hg
muntah
RR: 22x/menit
3. Pelihara jalan HR: 110x/menit
nafas dengan Spo2: 99%
memberikan Suhu: 36.5OC
bantalan A: masalah aspirasi
dikepala dan tidak terjadi
memberikan P: hentikan
oksigen melalui intervensi
nasal kanul

3 resiko 11. 25 1. memonitor TTV S:-


perdarahan WIB 2. memonitor O:
faktor reiko : tanda-tanda  Jumlah
proses dehidrasi perdarahan
pembedahan 3. memonitor sebanyak ±
jumlah 1000cc
perdarahan
 Urine ouput
4. menjaga

51
kepatenan akses 100 cc
IV
 CRT < 3 detik
5. melakukan fluid
challenge 3,5  SpO2 99%
plabot infus RL
 Turgor kulit
satu jalur
masih baik

 Mukosa Pasien
lembab

 Intake cairan
via IV line 3,5
plabot diguyur

A: masalah
perdarahan terjadi
P: Hentikan
Intervensi

4 Resiko infeksi 11. 25 1. Mencuci tangan S:-


berhubungan 6 langkah O:
dengan faktor sebelum dan A : Masalah infeksi
risiko prosedur sesudah tidak terjadi
invasif tindakan P : lanjutkan
2. Melakukan intervensi di ruang
perawatan luka meranti
dengan teknik
aseptik
3. Kolaborasi
dengan dokter

52
dalam
pemberiaan
antibiotik
5 Risiko 13.05 1. memonitor S: klien
Defisiensi Wib intake dan mengatakan
Volume Cairan output merasa haus
b.d faktor risiko 2. mengecek O:
kehilangan turgor kulit dan ▪ Suhu = 36,5oC
cairan aktif mukosa ▪ TD : 123/85
3. memonitorTTV mmHg
4. melakukan
▪ HR :
pemberian
100x/menit
cairan IV
▪ RR :
22x/menit
▪ SpO2 : 99%
▪ Klientidakked
inginan
▪ Mukosa
lembab
▪ Turgor kulit
baik
▪ Intake selama
operasi ±
1750 cc (3,5
plabot RL)
▪ Output urine :
100 cc
▪ Output

53
perdarahan
1000cc
A: Masalah
defisiensi
volume cairan
teratasi
sebagian
P: Lanjutkan
intervensi di
ruang Meranti

BAB IV
PEMBAHASAN

54
Dalam bab ini, penulis membahas kesenjangan antara asuhan
keperawatan secara teoritis dengan asuhan keperawatan pada Ny.M dengan
diagnosa medis kehamilan ektopik terganggu di ruang OK RSUD Jaraga
Sasameh Buntok. Pengkajian ini dilakukan pada hari, tanggal Rabu, 5
Agustus 2020.

A. PENGKAJIAN

Fokus pengkajian yang dilakukan pada tanggal 5 Agustus 2020 dengan cara
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik. Pengkajian kasus ini, penulis
menggunakan format pengkajian keperawatan kegawatdaruatan kritis di ruang
OK.

Hasil pengkajian di dapatkan pada Ny. M yaitu pre operasi informed consent
ada, Sedia darah tidak, mengenakan baju operasi, lokasi operasi pada bagian
abdomen, Riwayat alergi tidak ada, saturasi O2 pre operasi 99 %, tidak ada
kesulitan bernafas, Bleeding 1 x pergantian softex, ± 10-15 ml. DS Pasien
mengatakan Nyeri perut bagian bawah dari kemaren sore sampai malam, bahu
terasa berat, dan pasien mengatakan gugup karena ini adalah operasi pertamanya.
pasien mengatakan skala Nyeri paling sakit 10/10 pada malam hari tanggal 4
Agustus 2020, saat pengkajian tanggal 05 Agustus 2020, Skala nyeri 7/10. DO
TD : 153/79 mmHg, HR : 150x/m, SPO 2 : 98 %, Pasien datang ke ruang Ponek
pada pukul 21.00, pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah seperti ingin
menstruasi sejak seminggu terakhir, sebelum ke rumah sakit pasien sudah datang
ke klinik bidan dan saat dilakukan pemeriksaan pasien diberitahu mengalami
abortus, pasien G4P3A0 hamil ± 5-6 minggu dengan suspek abortus iminens,
terdapat nyeri tekan di abdomen bagian bawah dan panggul, nyeri terasa seperti
ditusuk-tusuk dan kram, keluar dari semenjak kemaren sore pukul 15.00 WIB
sebanyak ± 10-15 ml (1x ganti softex), darah berwarna kecoklatan dan konsistensi
darah yang keluar menggumpal-gumpal. pasien dirawat inap di ruang Meranti dan

55
pagi pukul 09.00 dokter spesialis Kandung Visite dan melakukan USG terhadap
pasien dan menyatakan pasien mengalami Kehamilan Ektopik Terganggu dan di
jadwalkan operasi laparatomi pukul 11.00 WIB, kesadaran compos Mentis,
TD:153/79mmHg, RR: 22x/ menit, HR: 150x/ menit, pemeriksaan penunjang USG
menunjukan adanya kantung gestasi di luar rahim, pemeriksaan Lab darah rutin,
PP test, HbsAg test, dan rapid test

Intra operasi DS pasien mengatakan siap untuk dilakukan anastesi spinal,


pasien minta diselimuti karena merasa dingin, pasien mengatakan kapan bisa
minum karena merasa haus. DO pasien kooperatif saat dilakukan anastesi, pasien
mulai merasakan kebas di bagian kaki, pasien merasa kedinginan antibiotik
profilaksis tidak ada, efek anastesi tidak ada, sianosis tidak ada, suara nafas ngorok
tidak ada, posisi saat pembedahan supine, suhu tubuh pasien 36,5 oC , keadaan luka
sayat operasi lebar luka ± 10 cm, pembedahan berjalan selama 1,5 jam,
perdarahan total 1000 cc, urine 100 cc, terpasang alat infasif yaitu IV line dan
chateter urin

Post operasi DS pasien mengatakan sudah lega telah selesai dilaksanakan


operasi, pasien mengatakan merasa haus, pasien bertanya kapan boleh minum.DO
pasien terlihat tenang, pasien sadae sepenuhnya, pasien masih merasa kedinginan
dan minta diselimuti selimut tebal. saturasi oksigen post operasi 100%,
penggunaan oksigen Nasal Kanule 2 L/menit, monitor tetesan infus RL 20 tpm,
posisi pasien supine, Spesimen tidak ada.

Keluhan yang dirasakan ibu hamil dengan kehamilan ektopik tergangu menurut
(Catrina M. Bain, 2015) adalah pasien mengalami nyeri perut bagian bawah, perdarahan
pervaginam berwarna coklat, amenore, nyeri tekan abdomen, nyeri tekan panggul,
perubahan uterus.

Penulis berpendapat teori sejalan dengan kasus pada Ny. M yaitu di mana
manifestasi klinis secara teori ditemukan juga pada Ny. M. Penatalaksanaan medis

56
yang dilakukan pada kasus Ny. M sesuai dengan teoritis dimana dilakukan
tindakan operasi laparatomi atas indikasi kehamilan ektopik terganggu (KET)

Faktor pendukung yang penulis rasakan adanya kerja sama yang baik antara
penulis dengan keluarga pasien, pasien, dokter, perawat dan farmasi. Faktor
penghambat menurut penulis yaitu pasien merasa gugup karena baru pertama kali
pasien menjalani operasi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. M adalah sebagai berikut:
Pre operasi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Ansietas berhubungan dengan stressor
Intra operasi:
1. Risiko aspirasi
Faktor resiko:
Durasi puasa pre operasi kurang
Penurunan kesadaran

2. Risiko perdarahan
Faktor resiko:
Proses pembedahan
3. Resiko Infeksi
Faktor Resiko:
Prosedur invasif
Post operasi :
a. Risiko Defisiensi volume cairan
Faktor resiko:
Kehilangan cairan aktif

57
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien kehamilan ektopik
terganggu menurut (Tgk Puspa Dewi, 2017) adalah sebagai berikut
1. Defisien volume cairan
2. Nyeri akut
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan periper
4. Ansietas
5. Kurang pengetahuan
Menurut analisa penulis ada persamaan antara diganosa keperawatan teori
dan kasus Ny. M, namun diagnosa yang muncul pada Ny. M ada lima yaitu pada
pre operasi nyeri akut dan ansietas. Pada intra operasi yaitu resiko aspirasi, resiko
perdarahan dan resiko infeksi, sedangkan pada post operasi ada satu diagnosa
keperawatan resiko defisien cairan sedangkan pada teori ada lima juga diagnosa
keperawatan.
Penetapan diagnosa keperawatan prioritas menurut kebutuhan dasar
keperawatan. Setelah prioritas masalah ditetapkan maka selanjutnya adalah
merumuskan tujuan. Rasionalisasi penetapan tujuan dan kriteria hasil yang penulis
tetapkan adalah tujuan sesuai dengan teori. Diharapkan hasil yang di inginkan
tercapai dan juga tindakan yang akan dilakukan tidak menyimpang dari masalah
keperawatan yang ada, sehingga tindakan menjadi efektif, efisien dan langsung
tertuju pada pemecahan masalah.
Faktor pendukung adalah kerja sama yang baik antara penulis dengan
keluarga pasien, pasien, dokter, perawat lainnya dan farmasi serta pengalam
penulis memberikan asuhan keperawatan pada pasien asma bronkiale sehingga
mempermudah dalam mebuat diagnosa keperawatan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dalam pembuatan rencana tindakan keperawatan penulis membuat rencana
asuhan keperawatan di sesuaikan dengan yang ada pada teori berdasarkan

58
kondisi pasien atau kebutuhan utama pasien adapun intervensi yang direncanakan
yaitu sebagai berikut.

Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Intervensi:
a. Catat keluhan nyeri, lokasi, lamanya, intensitas dan karakteristik nyeri
b. Kaji ulang factor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
c. Diskusikan dan ajarkan tindakan alternatif penghilan grasa nyeri tanpa
menggunakan obat
d. Kolaborasi pemberian obat analgetik
2. Ansietas berhubungan dengan stressor
a. Intervensi:
b. Kaji tanda-tanda vital dan kondisi yang menunjukkan peningkatan
kecemasan pasien
c. Ajarkan tehnik nafas dalam dan relaksasi dan pengendalian perasaan
negative atas segala hal yang dirasakan pasien
d. Berikan dukungan emosi selama pasien mengalami ansietas
e. Berikan informasi tentang prosedur pembedahan kepada pasien
f. Kolaborasi dalam pemberiaan obat jenis anti depresan apabila pasien
benar-benar tidak mampu mengendalikan dirinya.
Intra operasi
1. Risiko aspirasi
Faktor resiko:
Durasi puasa pre operasi kurang
Penurunan kesadaran
Intervensi:

a. Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelan


b. Monitor status paru

59
c. Pelihara jalan nafas
d. Lakukan suction jika diperlukan
2. Risiko perdarahan
Faktor resiko:
Proses pembedahan
Intervensi:
a. Monitor TTV
b. Monitor tanda-tanda dehidrasi
c. Monitor jumlah perdarahan
d. Jaga kepatenan akses IV
e. Berikan cairan isotonik yang diresepkan (misalnya cairan normal saline
atau ringer lactated) untuk rehidrasi ekstra-seluler dengan tetesan aliran
yang tepat
f. Lakukan autotransfusi/ tranfusi darah jika diperlukan
3. Resiko Infeksi

Faktor resiko:

Prosedur invasive

Intervensi:
a. Cuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah tindakan
b. Monitor tanda dan gejala infeksi pada luka
c. Monitor WBC
d. Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptic
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberiaan antibiotik
Post operasi
1. Risiko Defisiensi volume cairan
Faktor resiko:
Kehilangan cairan aktif
Intervensi:

60
a. Monitor intake dan output
b. Monitor status hidrasi
c. Monitor TTV
d. Kolaborasi pemberian cairan IV

Penelitian (Michael, et all, 2017) dengan judul The Efficacy of lavender


aromatherapy in Reducing Preoperative Anxiety in ambulatory Surgery Patients
Undergoing Procedures in General Otolaryngology menunjukkan hasil setelah
diberikan aromaterapi lavender kecemasan menurun rata-rata 1,07 sedangkan
menggunakan obat kecemasan menurun rata rata 0,01. jadi penulis menarik
kesimpulan untuk mengurangi ansietas pasien pre operasi bisa dengan
menggunakan aromaterapi lavender.
Penulis menyusun intervensi yang diberikan pada Ny. M sudah disesuaikan
dengan teori, dan disesuaikan juga dengan kondisi pasien pada saat itu, namun
untuk pemberiaan aroma terapi lavender tidak dapat dilakukan karena pada saat
itu pasien di ruang transit OK sebelum masuk kamar operasi hanya kurang lebih
15 menit.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Pada tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan


keadaan pasien dan rencana keperawatan yang telah disusun. Semua tindakan di
dokumentasikan dalam catatan. Semua tindakan keperawatan dapat dilakukan
karena pasien dan keluarga sangat kooperatif. Implementasi yang diberikan pada
Ny. M sebagai berikut:
Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis dan Ansietas
berhubungan dengan stressor
Implementasi:
a. Mengkaji tanda-tanda vital dan kondisi yang menunjukkan peningkatan
kecemasan pasien

61
b. Mengkaji karakteristik nyeri yang dirasakan pasien
c. Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien
d. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi
e. Memberikan dukungan emosi selama pasien mengalami ansietas
f. Memberikan informasi tentang prosedur pembedahan kepada pasien
g. Berkolaborasi dalam pemberian obat: drip keterolac 30 mg dalam RL
Intra operasi
1. Risiko aspirasi
Faktor resiko:
Durasi puasa pre operasi kurang
Penurunan kesadaran
Implementasi:

a. Memonitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelan


b. Memonitor suara napas, ritme pernapasan, frekuensi napas, ada reflek
muntah
c. Pelihara jalan nafas dengan memberikan bantalan dikepala dan
memberikan oksigen melalui nasal kanul
2. Risiko perdarahan
Faktor resiko:
Proses pembedahan
Implementasi:
a. Memonitor TTV
b. Memonitor tanda-tanda dehidrasi
c. Memonitor jumlah perdarahan
d. Menjaga kepatenan akses IV
e. Melakukan fluid challenge 3,5 plabot infus RL satu jalur
3. Resiko Infeksi
Faktor Resiko:

62
Prosedur invasive
Implementasi:
a. Mencuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah tindakan
b. Melakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberiaan antibiotik
Post operasi
1. Risiko Defisiensi volume cairan
Faktor resiko:
Kehilangan cairan aktif
Implementasi:
a. Memonitor intake dan output
b. Mengecek turgor kulit dan mukosa
c. Memonitor ttv
d. Melakukan pemberian cairan iv

Implementasi keperawatan pre operasi pada diagnosa keperawatan nyeri


akut dan ansietas implementasi dilakukan secara bersamaan untuk diagnosa
tersebut karena keterbatas waktu pada ruang tunggu sebelum masuk ke ruang
oeprasi.

E. EVALUASI

Setelah diberikan asuhan keperawatan dilakukan evaluasi pada tanggal Rabu


5 Agustus 2020 di dapat pada pasien Ny. M yaitu sebagai berikut:
Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis dan Ansietas
berhubungan dengan stressor
S : Pasien mengatakan nyeri di perut bagian bawah dan bahu terasa sakit tapi
sedikit berkurang saat napas dalam

63
O : Pasien nampak lebih rileks, pasien kooperatif dalam mempraktekan napas
dalam, Nyeri berkurang menjadi skala 5/10, P: abortus tuba Q: seperti kram
dan ditusuk-tusuk R: diperut bagian bawah dan pinggul S: Skala 5/10 T: terus
menerus, premed diberikan ondancentron 4 mg dan ketorolac 30mg melalui
IV sebelum operasi,
A: Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Intra operasi
1. Risiko aspirasi
Faktor resiko:
Durasi puasa pre operasi kurang
Penurunan kesadaran
S: -
O: Pasien tidak ada muntah, saturasi oksigen pasien baik, jalan napas pasien
paten, status paru pasien baik, TD: 120/80 mmHg, RR: 22x/menit, HR:
110x/menit, Spo2: 99%, Suhu: 36.5OC,
A: masalah aspirasi tidak terjadi
P: hentikan intervensi
2. Risiko perdarahan
Faktor resiko:
Proses pembedahan
S:-
O: Jumlah perdarahan sebanyak ± 1000cc, urine ouput 100 cc, CRT < 2
detik, SpO2 99%, turgor kulit masih baik, mukosa pasien lembab, intake
cairan via IV line 3,5 plabot diguyur
A: masalah perdarahan terjadi
P: Hentikan Intervensi
3. Resiko Infeksi
Faktor Resiko:

64
Prosedur invasive
Implementasi:
S:-
O:
A : Masalah infeksi tidak terjadi
P : lanjutkan intervensi di ruang meranti
Post operasi
1. Risiko Defisiensi volume cairan
Faktor resiko:
Kehilangan cairan aktif
Implementasi:
S: klien mengatakan merasa haus
O: Suhu = 36,5oC, TD : 123/85 mmHg, HR : 100x/menit, RR : 22x/menit,
SpO2 : 99%, klien tidak kedinginan, mukosa lembab, turgor kulit baik,
intake selama operasi ± 1750 cc (3,5 plabot RL), output urine: 100 cc,
output perdarahan 1000 cc
A: masalah defisiensi volume cairan teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi di ruang Meranti
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi
dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan objektif
yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai
sepenuhnya, sebagian, atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang
perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali. Tujuan tahap
evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai,
meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan
keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang teah di tetapkan
lebih dahulu (NANDA-I, 2018-2020).

65
Menurut analisa penulis setelah diberikan asuhan keperawatan perawat
melakukan evaluasi dan menurut penulis tujuan asuhan keperawatan sudah teratasi
sebagian pada diagnosa keperawatan nyeri akut dan anisetas hal tersebut dengan
ditunjang data subjektif dan objektif dari pasien. Pada diagnosa keperawatan intra
operasi resiko aspirasi dan resiko infeksi tidak terjadi sedangkan pada diagnosa
reiko perdarahan terjadi perdarahan selama intra operasi, pada diagnosa
keperwatan post operasi resiko defisien volume cairan tidak terjadi.

66
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien perioperatif di ruang OK
meliputi pada saat pre operasi, intra operasi dan post operasi. Pengkajian
dilakukan pada Ny. M dengan tindakan laparatomi indikasi KET pada tanggal
5 Agustus 2020
2. Pengkajian yang telah dilakukan terhadap Ny. M diperoleh beberapa diagnosa
keperawatan yang sesuai dari data yang telah di dapat dari pengkajian yaitu:
Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Ansietas berhubungan dengan stressor
Intra operasi
a. Risiko aspirasi
Faktor resiko:
Durasi puasa pre operasi kurang
Penurunan kesadaran

b. Risiko perdarahan
Faktor resiko:
Proses pembedahan
c. Resiko Infeksi
Faktor Resiko:
Prosedur invasif
Post operasi
a. Risiko Defisiensi volume cairan

67
Faktor resiko:
Kehilangan cairan aktif
3. Penulis melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai dengan
tindakan yang telah dilakukan dan di catat di status pasien maupun laporan
asuhan keperawatan ini.
4. Pada saat melakukan asuhan keperawatan terdapat beberapa faktor pendukung
diantaranya, untuk faktor pendukung yang penulis rasakan adanya kerja sama
yang baik antara penulis dengan keluarga pasien, pasien, dokter, perawat dan
farmasi.

B. SARAN
1. Bagi pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga diharapkan untuk dapat menambah pengetahuannya dan
mengetahui tentang KET serta rajin memeriksakan kesehatan nya ke layanan
kesehatan terdekat.
2. Bagi perawat
Perawat diharapka mampu memberikan asuhan keperawatan secara
profesional agar dapat memberikan perawatan yang bermutu dan berkualitas.
Semoga laporan asuhan keperawatan ini dapat membantu para perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan terutama pada pasien dengan KET di ruang
operasi
3. Bagi pihak rumah sakit
Mempertahankan pelayanan yang selama ini sudah di jalankan dan nantinya
semoga hasil laporan ini bisa membantu pihak rumah sakit untuk
mengevaluasi apa saja yang berkaitan dengan KET.
4. Bagi pihak institusi
Hendaknya menyediakan buku-buku penunjang dan literatur yang terbaru
agar dapat menjadi sebuah acuan dalam melakukan asuhan keperawatan
anak.

68
5. Bagi mahasiswa
Mahasisw di harapkan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan keterampilan
dan mampu lebih mengembangkan kasus ini dan mahasiswa mampu
mengaplikasikannya dalam asuhan keperawatan khusunya dengan KET.
6. Bagi profesi-profesi terkait
a. Dokter
Diharapkan agar mampu mengoptimalkan program terapi pengobatan
bahan dalam melaksanakan tindakan kolaborasi dengan profesi lainnya
yang terkait dan melakukan pendekatan yang baik terhadap pasien.
b. Laboratory technician
Mengetahui pemeriksaan laboratorium pada pasien KET dan diharapkan
dapat mengetahui lebih dalam lagi adanya penyimpangan nilai normal
yang memberikan gambaran tingkat keparahan penyakit.
c. Dietition
Di harapkan dapat mengatur diet yang sesuai dengan jumlah, jenis, nutrisi
dan jadwal pemberiaan yang sesuai dengan pedoman diet pasien KET.
d. Pharmacist
Dapat membantu dalam penyediaan obat yang diperlukan dalam terapi
KET dalam membantu pengobatan.

69
70
DAFTAR PUSTAKA

Bain, Catrina. 2015. Ilustrasi Ginekologiedisi ke-6. Singapura; Elsevier

Dewi, PuspaTgk. 2017. KehamilanEktopikTerganggu :Sebuahtinjauankasus.

UniversitasSyiah Kuala Banda Aceh

Dr. Yelsi Khairani. Kehamilan ektopik. Diakses tanggal 03 Juni 2020 dari

alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/kehamilan-

ektopik/patofisiologi

Hanantiwah, 2017. KehamilanEktopik. Diaksestanggal 09 juni 2020

darihttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-hanantiwah-

7496-2-babii.pdf

Kurniawan, Ari. 2016. JurnalKehamilanEktopik di Abdomen. Diaksestanggal 09

Juni 2020

darihttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/828

Mochtar, Rustam. 2013. Sinopsis Obstetrik Fisiologi Dan Patologi Edisi 2.

Jakarta; EGC

NANDA-I. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta ; EGC

NIC. 2018. Nursing Intervention Classification edisi Ketujuh Bahasa Indonesia;

Elsevier

NOC. 2018. Nursing Outcome Clasification pengukuran outcome kesehatan Edisi

ke enam Bahasa Indonesia; Elsevier


Prawirohardjo. Sarwono. 2014. Ilmu kePerawatan. Jakarta; PT. Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Berlianti. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Ny. D Dengan Masalah Utama Nyeri

Akut Post Salpingektomi Ovarium Dektra Hari Ke 1 Atas Indikasi

Kehamilan Ektopik Di Ruangan Bougenville RSUD . dr. R.

Goetengtaroenadibrata Purbalingga. Universitas Muhhamadyah

Purwokerto. Diakses pada tanggal 09 Agustus 2020 dari

http://repository.ump.ac.id/2269/3/BERLIANTI%20BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai