A. ANATOMI FISIOLOGI
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat
untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh. Ruang di tengah
tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoetik, yang membentuk berbagai sel
darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur
kalsium dan fosfat.
Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau lamelar. Tulang yang berbentuk
anyaman terlihat saat pertumbuhan cepat, seperti sewaktu perkembangan janin atau
sesudah terjadinya patah tulang, selanjutnya keadaan ini akan diganti oleh tulang yang
lebih dewasa yang berbentuk lamelar. Pada orang dewasa, tulang anyaman ditemukan
pada inserasiligamentum atau tendon. Tumor osteosarkoma terdiri dari ulang
anyaman.
Bagian-bagian khas dari sebuah tulang panjang. Diafisis atau batang, adalah
bagian engah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal
yang memiliki kekuatan besar. Metafisis adalah bagian tulang yang melebar didekat
ujung akhir batang. Daerah ini terutama disusun oleh ulang trabekular atau tulang
spongiosa yang mengandung sumsum merah. Sumsum merah juga terdapat di bagian
epifisis dan diafisis tulang. Pada anak-anak, sumsum merah mengisi sebagiabesa
bagian dalam dari tulang panjang, teapi kemudian diganti oleh sumsum kuning siring
dengan semakin dewasanya anak tersebut. Lempeng epifisis adalah daerah
pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini akan menghilang pada tulang
dewasa. Bagian epifisis yang letaknya dekat sendi ulang panjang bersatu dengan
metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang terhenti. Tulang adalah suau
jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel : Osteoblas, osteosit, dan osteoklas.
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan
untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
B. DEFINISI
Amputasi adalah: sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan
beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem saraf, sistem muskuloskeletal
dan system kardiovaskuler. Lebih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis
bagi pasien berupa penurunan citra- diri (Harnawatiaj, 2008).
C. ETIOLOGI
Penyebab amputasi adalah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit DM,
Gangren, cedera, dan tumor ganas. Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :
a. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
b. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
c. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
d. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
e. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
f. Deformitas organ.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)
2. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf
yangdekat dengan permukaan.
3. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia
varikosadengankeronitis.
4. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)
5. Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
6. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
7. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan.
E. PATOFISIOLOGI
Amputasi merupakan hasil dari atau diakibatkan oleh gangguan aliran darah
baik akut maupun kronik. Pada keaadaan akut organ sebagian atau keseluruhan
dipotong dan jaringan mati diangkat. Terkadang ada anjuran baru pada penyambung
kembali dari jari atau bagian tubuh yang kecil tetapi tidak bagian otot. Tubuhn
mungkin merasa sebuah amputasi parsial sebagai ancaman dan sepsis mungkin
berkembang pada beberapa kasus bagian tubuh yang dipindahkan dugunakan untuk
mencegah kematian klien. Klien yang mengalami situasi seperti ini memerlukan
konseling. Mereka mungkin tidak akan mau mengorbankan sebuah anggota tubuhnya,
meskipun tidak berfungsi lagi untuk lebih memastikan hidupnya. Pada proses
penyakit yang kronik sirkulasi terputus, aliran vena sedikit, protein bocor ke dalam
ruang interstisium dan edema berkembang, edema meningkatkan resikoinjuri dan
lebih jauh menurunkan sirkulasi, berkembangnya ulkus yang statis dan menjadi
tempat infeksi karena sirkulasi terputus dan penurunan proses imun sehingga bakteri
mudah berpoliferasi, adanya proses infeksi yang progresif lebih jauh akan
mengakibatkan sirkulasi terhambat dan kemungkinan besar menjadi gangren yang
mana merupakan hal yang mengharuskan amputasi.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
Pemeriksaan Radiologi
- Radiologi (ST- Scan)
- X-ray
- Kultur jaringan
- Biopsy
- Laboratorik
Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau
melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan
dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar
dan fungsi jantung.
- Pemeriksaan pasca amputasi.
G. MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
Identitas Klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
diagnosa medis, no register dan tanggal MRS.
Keluhan Utama
Biasanya px mengeluh sakit (nyeri) pada daerah luka post op apabila
digerakkan.
Riwayat Penyakit Dahulu.
Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang apa pernah
mengalami tindakan operasi apa tidak.
Riwayat Penyakit Sekarang.
Pada umumnya penderita mengeluh nyeri pada daerah luka operasi.
Riwayat Penyakit Keluarga.
Didalam anggota keluara tidak / ada yang pernah mengalami penyakit
fraktur / penyakit menular.
b. Pola – Pola Fungsi
Aktivitas/Istirahat
Gejala : Keterbatasan aktual atau antisipasi yang dimungkinkan oleh
kondisi/amputasi
Integritas ego
Tanda : ansietas, ketakutan, peka, marah, ketakutan, menarik diri,
keceriaan berdaya.
Gejala : masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situasi financial,
reaksi orang lain perasaan putus asa, tidak berdaya.
Seksualitas
Gejala : masalah tentang keintiman hubungan
Interaksi sosial
Gejala : masalah hubungan dengan penyakit atau kondisi.
c. Pengkajian Riwayat Kesehatan.
Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat
mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus,
penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji
riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.
d. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh
klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala
tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk
mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/
tindakan darurat.
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
SISTEM TUBUH KEGIATAN
Integumen : Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat
Kulit secara umum. hidrasi.
Lokasi amputasi Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut
atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan
progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi
terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan
venusreturn.
Sistem Cardiovaskuler : Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan
Cardiac reserve pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator
Pembuluh darah fungsi jantung.
Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian
terhadap elastisitas pembuluh darah.
Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai
adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.
Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.
Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.
Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.
Memonitor intake dan output cairan.
Sistem Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien.
Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik
dan sensorik daerah yang akan diamputasi.
Sistem Mukuloskeletal Mengkaji kemampuan otot kontralateral.
3. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
No. Analisa Data Diagnosa keperawatan NOC NIC
1. Ds: Nyeri (akut) Setelah dilakukan Mandiri
Pasien mengatakan berhubungan dengan asuhan keperawatan 1. Catat lokasi,
nyeri pada daerah cedera fisik/jaringan selama 3x24 jam frekwensi dan
luka. dan trauma saraf. pasien dapat intensitas nyeri (skala
Do: mentoleransi nyeri 0-10). Amati
- Wajah meringis dan nyeri berkurang. perubahan
- Nadi: 120x/mnt Dengan kriteria hasil: karakteristik nyeri,
- RR: 25x/mnt -Px. Tampak rileks misalnya kebas dan
TD: 170/90mmHg Nadi: 60-100x/mnt kesemutan.
RR:16-24x/mnt 2. Tinggikan bagian
TD:120/80mmHg yang sakit dengan
Skala nyeri berkurang meninggikan tempat
0-2. tidur atau bantal
guling sebagai
penyangga.
3. Tingkatkan
kenyamanan klien
(rubah posisi sesering
mungkin, dan beri
pijatan punggung).
Dorong penggunaan
teknik manajemen
stres (napas dalam,
visualisasi).
4. Berikan pijatan
lembut pada sisa
tungkai (puntung)
sesuai toleransi bila
balutan telah dilepas.
5. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
Post Operasi
No. Analisa Data Diagnosa keperawatan NOC NIC
1. Ds: Pasien Gangguan rasa Setelah 1. Evaluasi nyeri :
mengatakan nyeri nyaman: Nyeri dilakukanasuhan berasal dari sensasi
pada bagian tubuh berhubungan dengan keperawatan selama panthomlimb atau dari
yang diamputasi. insisi bedah sekunder 3x24 jam pasien dapat luka insisi. Bila terjadi
Do: terhadap amputasi. mentoleransi nyeri nyeri panthomlimb
- Wajah meringis dan nyeri berkurang. 2. Ajarkan klien
- nadi: 120x/mnt Dengan kriteria hasil: memberikan tekanan
- RR: 25x/mnt -Px. Tampak rileks lembut dengan
- TD: 170/90mmHg Nadi: 60-100x/mnt menempatkan puntung
RR:16-24x/mnt pada handuk dan
TD:120/80mmHg menarik handuk
Skala nyeri berkurang dengan berlahan.
0-2. 3. Ajarkan teknik
distraksi relaksasi
untuk menanggulangi
nyeri.
4. Beri analgesic
( kolaboratif )
2. Ds: - Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Pantau tanda vital,
Do: perubahan perfusi asuhan keperawatan palpasi nadi perifer,
- Terdapat sianosis jaringan perifer selama 1x24 jam perhatikan kekuatan
- Suhu Ekstremitas berhubungan dengan menunjukkan perfusi dan kesamaan.
dingin penurunan aliran jaringan yang baik 2. Lakukan pengkajian
- Denyut proksimal darah arteri/ vena dengan kriteria hasil: neurovascularperiodic
dan perifer distal - Sianosis (-) misalnya sensasi,
lemah - Suhu ekstermitas gerakan, nadi, warna
- N: 50x/mnt hangat kulit dan suhu.
- Warna kulit pucat - Denyut proksimal3. Inspeksi
dan perifer distal kuat balutan/drainase,
- N: 60-100x/mnt perhatikan jumlah dan
- Warna kulit karakteristik balutan.
normal. 4. Berikan tekanan
langsung pada sisi
perdarahan, bila
terjadi perdarahan
segera hubungi dokter.
5. Evaluasi tungkai
bawah yang tidak
dioperasi dari adanya
inflamasi
6. Kolaborasi
Berikan cairan
IV/darah sesuai order
Gunakan
kaoskakiantiembolitik
untuk kaki yang tidak
dioperasi.
Pantau pemeriksaan
laboratorium :
- Hb/Ht
- Pt/APTT.