Anda di halaman 1dari 14

HALAMAN JUDUL

SEMINAR ANALISA JURNAL


“ClinicalPulmonaryInfectionScore (CPIS) as a ScreeningTool in
VentilatoryAssociated Pneumonia (VAP)”

Pembimbing: Ns. Siti Fadlilah, S. Kep., MSN

Disusun guna memenuhi penugasan pada stase Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis

Disusun oleh kelompok 5:


Riska Putri Meiyana 19160055
Arda Maya Susanti 19160058
Ni Ketut Nik Santi 19160099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu fungsi
pernafasan. Ventilasi mekanik membantu fungsi pernafasan yang bertekanan negatif
atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu
yang lama (Brunner dan Suddart, 2010). Ventilator mekanik merupakan salah satu
aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang kritis di
Intensive Care Unit (ICU).
Pasien yang dirawat di ICU berisiko tinggi terkena infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial yang dapat di timbulkan yaitu pneumonia. Kejadian pneumonia di ICU
terkait dengan penggunaan dan asuhan keperawatan ventilator mekanik yang tidak
tepat sehingga menimbulkan kolonisasi kuman di orofaring yang berisiko terjadinya
pneumonia terkait ventilator/Ventilator Associated Pneumonia (VAP).
Ventilator associated pneumonia (VAP) didefinisikan sebagai pneumonia yang
terjadi 48 jam atau lebih setelah ventilator mekanik diberikan. VAP merupakan bentuk
infeksi nosokomial yang paling sering ditemui di unit perawatan intensif (UPI),
khususnya pada pasien yang menggunakan ventilator mekanik, baik melalui pipa
endotrakeal maupun pipa trakeostomi (Wiryana, 2010). Kejadian VAP
memperpanjang lama perawatan pasien di ICU dan berhubungan erat dengan tingginya
angka morbiditas dan mortalitas pasien di ICU, dengan angka kematian mencapai 40-
50% dari total penderita.
Diagnosa VAP secara klinis ditegakkan berdasarkan adanya demam (> 38,3° C),
leukositosis (> 10.000 mm3 ), sekret trakea bernanah dan adanya infiltrat yang baru
atau menetap dari radiologi. Definisi tersebut mempunyai sensitivitas yang tinggi
namun spesifi sitasnya rendah (Joseph, Sistla, Dutta, Badhe dan Parija, 2010).
Diagnosa VAP dengan spesifi sitas yang tinggi dapat dilakukan dengan menghitung
Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS) yang mengkombinasikan data klinis,
laboratorium, perbandingan tekanan oksigen dengan fraksi oksigen (PaO2/FiO2) dan
foto toraks (Rahman, Huriani & Julita, 2011).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menganalisis dan memahami hasil dari jurnal
“ClinicalPulmonaryInfectionScore (CPIS) as a ScreeningTool in
VentilatoryAssociated Pneumonia (VAP)”.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu menganalisa judul, tujuan, nama peneliti, tempat dan
waktu penelitian.
b. Mahasiswa mampu menganalisa metode, populasi, sampel, dan teknik
sampling yang digunakan serta hasil penelitian.
c. Mahasiswa mampu menganalisa kelebihan dan kekurangan jurnal dengan
analisa SWOT dan PICO.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan korelasi jurnal dengan teori.
e. Mahasiswa mampu menjelaskan korelasi isi jurnal dengan penerapan
dilapangan.
f. Mahasiswa mampu mengetahui implikasi keperawatan.
BAB II
JURNAL YANG DIAMBIL

(Terlampir)
BAB III
PEMBAHASAN (ANALISIS)

A. Judul dan nama peneliti


Judul penelitian yaitu “Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS) as a Screening
Tool in Ventilatory Associated Pneumonia (VAP)” dan penelitian ini dilakukan
oleh Selma Basyigit dari Departement of Anesthesia and Reanimation, Voctional
Schoolof Health, Istanbul Bilgi University.
Analisis: penulisan judul jurnal sudah sesuai dengan kaidah penulisan judul yaitu
jumlah kata maksimal 12 kata dan judul mengandung unsur deklaratif yaitu
menyatakan temuan utama atau simpulan dari penelitian. Selain itu, judul jurnal
tersebut sudah mengidentifikasi variabel yang ada dalam penelitian tersebut.
Menurut Afiyanti, Rachmawati, & Milanti (2016), sebuah judul jurnal harus secara
gamblang menyatakan topik utama dan mengidentifikasi variabel yang diteliti dan
bagaimana hubungannya dengan bahasa yang lugas dan sesingkat mungkin. Namun
pada jurnal tersebut tidak dijelaskan keahlian dari peneliti sendiri. Hal ini
dikarenakan latar belakang penulis mempengaruhi tingkat kepercayaan dari
pembaca terkait hasil dan kesimpulan penelitian (Nieswiadomy & Bailey, 2018).
Selain itu, penulisan nama peneliti pada jurnal sudah sesuai dimana pada bagian
nama penulis tidak boleh ditambahkan gelar pendidikan namun diberikan pada
catatan khusus. Pada jurnal tersebut tidak diberikan catatan terkait gelar pendidikan
penulis sehingga dapat mengurangi tingkat kepercayaan pembaca.

B. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk meneliti kemanjuran dari Clinical Pulmonary
Infection Scoring System (CPIS) sebagai alat skrining untuk mendiagnosis sejak
awal VAP.
Analisis: tujuan penelitian tersebut sudah sesuai dengan judul, abstrak dan latar
belakang yang diungkapkan oleh peneliti. Hal tersebut sesuai dengan teori yaitu
pernyataan tujuan penelitian wajib dicantumkan pada bagian abstrak dan bagian
akhir dari latar belakang (Nieswiadomy & Bailey, 2018).

C. Metode penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian jurnal tersebut adalah kuantitatif
Analisis: pada jurnal tersebut tidak dijelaskan sama sekali jenis penelitian dan
desain penelitian apa yang digunakan sehingga tidak dapat disimpulkan apakah
jenis dan desain penelitian yang digunakan pada penelitian tersebut sesuai atau
tidak. Padahal jenis penelitian merupakan cara atau jalan yang ditempuh
sehubungan dengan penelitian yang dilakukan dan memiliki langkah-langkah
yang sistematis dan desain penelitian merupakan strategi yang dipilih oleh
peneliti untuk mengintegritasikan secara menyeluruh komponen riset dengan
cara logis dan sistematis untuk membahas dan menganalisis apa yang menjadi
fokus penelitian tersebut (Sugiyono, 2017).
2. Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel
Populasi pada penelitian tersebut sebanyak 372 pasien yang terpasang ventilator
selama 6 bulan terakhir di ruang intensif care unit (ICU) di Anesthesia and
Reanimation Clinic. Kemudian diambil 43 pasien sebagai sampel penelitian
dengan cara melakukan seleksi berdasarkan kriteria inklusi ekslusi. Adapun
teknik pengambilan sampel dalam penelitian tersebut tidak dijelaskan secara
pasti menggunakan teknik pengambilan sampel apa.
Analisis: pemilihan populasi pada penelitian tersebut sudah sesuai dimana
populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti yang memiliki
karakteristik yang sama (Nieswiadomy & Bailey, 2018). Selain itu, untuk
penentuan jumlah sampel juga sudah sesuai yaitu dengan memilah sampel
berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Pada penelitian tersebut juga telah
dijelaskan secara rinci apa saja kriteria inklusi ekslusi yang digunakan namun
teknik pengambilan sampel pada penelitian tersebut tidak dijelaskan secara
detail. Padahal teknik pengambilan sampel, kriteria inklusi ekslusi dan
instrumen merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian (Houser, 2018).
3. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian menggunakan CPIS dan dalam jurnal sudah dijelaskan
secara rinci isi dari CPIS beserta cara penilaian dan interpretasinya.
Analisis: Instrumen penelitian ini sudah sesuai dimana instrumen yang
digunakan merupakan alat yang sudah valid dimana CPIS sebagai suatu alat
dalam menegakkan diagnosis Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada
penderita dengan ventilator mekanik dan dalam jurnal tersebut telah dijelaskan
secara rinci mengenai isi dari CPIS beserta cara penilaian dan interpretasinya
tersebut, dalam jurnal ini sudah sesuai dengan maksud dari pengertian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat pengumpul data yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati peneliti tersebut
(Sugiyono, 2017).
4. Cara pengambilan data
Pada jurnal ini cara pengambilan data dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
Deklarasi Helsinki 2008 dalam periode 6 bulan, pada 43 subjek berusia antara
18 dan 97 tahun dengan usia rata-rata 68,42 ± 19,76 tahun, yang memenuhi
kriteria inklusi untuk penelitian ini yaitu pasien yang memiliki dukungan
ventilator mekanik selama lebih dari 48 jam dilibatkan dalam penelitian ini,
Pasien dengan infiltrasi pneumonik selama intubasi, pasien dengan diagnosis
sepsis, immunocompromised dengan penyakit virus, menerima kemoterapi dan
atau radioterapi dan pasien yang diintubasi untuk periode yang lebih pendek
dari 48 jam dikeluarkan dari penelitian.
Analisis: cara pengambilan sampel pada jurnal ini sudah sesuai, dimana dalam
penelitian ini memiliki kriteria inklusi dalam pengambilan data tersebut.
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
polutan target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017).

D. Hasil penelitian
Pada jurnal tersebut hasil penelitian dijabarkan dalam bentuk tabel dan diagram
batang (figur) dimana setiap tabel maupun figursudah terdapat penomoran dan
judul. Adapun hasil penelitian Basyigit (2017) adalah pada level basal CPIS
terdapat persamaan antara VAP dan bukan VAP dengan p-value > 0,05 dan
terdapat perbedaan yang signifikan pada 48 jam pertama pemasangan ventilator dan
5 hari pemasangan ventilator dengan p-value 0,01. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pengukuran CPIS dapat membantu dalam mendiagnosis sejak awal dan
penanganan pada VAP sebab hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan
yang signifikan antara pre diagnosis level CPIS pada VAP dan bukan VAP dengan
p-value<0,01.
Analisis: pembahasan serta analisis jurnal tersebut cukup mudah dipahami dan
sudah menjawab tujuan penelitian yang ditetapkan yaitu meneliti kemanjuran dari
CPIS sebagai alat skrining untuk mendiagnosis sejak awal VAP. Penyajian hasil
penelitian juga sudah sesuai teori dimana setiap figur dan tabel diberikan
penomoran dan judul serta mampu menjelaskan maksud dari figur atau tabel
tersebut tanpa melihat bagian jurnal. Pembahasan hasil penelitian sendiri mudah
dipahami dan mengikuti kaidah penulisan pembahasan yaitu pembahasan
mencakup komparasi antara penelitian sebelumnya dengan hasil penelitian yang
dilakukan berserta penjelasan apakah keduanya saling mendukung atau tidak dan
kemudian dilakukan analisis berupa interpretasi dan simpulan penelitian pada
bagian akhir pembahasan yang merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang
dituliskan di kalimat terakhir pada bagian pendahuluan (Afiyanti et al., 2016).

E. Korelasi antara isi jurnal dengan teori


VAP adalah pneumonia yang merupakan infeksi nosokomial yang terjadi
setelah 48 jam pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik, baik melalui pipa
endotrakeal maupun pipa trakeostomi. VAP menjadi perhatian utama di ICU karena
merupakan kejadian yang cukup sering dijumpai, sulit untuk di diagnosis secara
akurat dan memerlukan biaya pengobatan yang cukup besar. VAP memperpanjang
lama perawatan pasien di ICU dan berhubungan erat dengan tingginya angka
morbiditas dan mortalitas pasien di ICU, dengan angka kematian mencapai 40-50%
dari total penderita (Hartini, 2019).
Penggunaan ventilasi mekanik dilakukan intubasi sehingga memasukkan
ETT melalui mulut atau hidung sehingga dapat mengakibatkan adanya bahaya
antara saluran nafas bagian atas dan trakea, yaitu terbukanya saluran nafas bagian
atas dan tersedianya jalan masuk bakteri secara langsung. VAP mempunyai banyak
risiko, akan tetapi, banyak intervensi keperawatan yang dapat menurunkan insiden
VAP (Rahman, 2017).
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah VAP di antaranya cuci
tangan dan pemakaian sarung tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,
dekontaminasi oral, intervensi farmakologis oral, stress ulcer prophilaxis,
pengisapan sekret endotrakheal, perubahan posisi klien, posisi semi-fowler,
pengisapan sekret orofaring dan pemeliharaan sirkuit ventilator serta pemberian
obat antibiotik (Agustyn 2007 dalam Rahman, 2017).
CPIS didefinisikan sebagai suatu alat dalam menegakkan diagnosis
ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada penderita dengan ventilator
mekanik. Nilai atau score mulai dari 0 sampai 6 berdasarkan nilai pengukuran
suhu tubuh, leukosit, sekret trakea, fraksioksigen , foto thorak dan pemeriksaan
mikrobiologi dan komponen pada CPIS adalah suhu tubuh, leukosit darah, sekret
trakea, oksigenasi, dan foto torak (Agustyn 2007 dalam Rahman 2017).
Dalam jurnal menunjukkan bahwa pengukuran CPIS serial pada pasien
dengan ventilasi mekanik dapat digunakan untuk mengidentifikasi pneumonia yang
belum didefinisikan secara klinis. Dari penelitian lain juga menunjukkan bahwa
Terdapat penurunan skor CPIS dari hari I ke hari III pada pasien yang terpasang
ventilator mekanik yang dilakukan oleh Rahman (2017).
F. Korelasi antara isi jurnal dengan realitas klinis
Berdasarkan hasil pengamatan selama praktik di beberapa ruang intensif care
rumah sakit dapat disimpulkan bahwa rata-rata rumah sakit baik di wilayah
Yogyakarta maupun Jawa Tengah belum menerapkan CPIS sebagai alat skrining
VAP pada pasien yang terpasang ventilator. Rata-rata pasien yang terpasang
ventilator hanya dilakukan pemeriksaan leukocytecount, morphology serta kultur
mikrobiologi apabila mendapat advice dari dokter atau terjadi penurunan kondisi
pasien setelah dipasang ventilator. Selain itu, pasien yang terpasang ventilator
paling cepat dilakukan pemeriksaan tersebut setelah 1 minggu pemasangan dan
akan diulang kembali bila terjadi penurunan kondisi atau tiap 1 minggu sekali.
Pemeriksaan ulang sendiri hanya berfokus pada kultur mikrobiologi yaitu melihat
apakah bakteri di dalam tubuh sudah resisten terhadap antibiotik yang diberikan
atau belum. Sedangkan pengecekan suhu tubuh sendiri bukan merupakan indikasi
kemungkinan terjadinya VAP tetapi lebih kepada pemeriksaan tanda-tanda vital
rutin.

G. Analisis SWOT penerapan jurnal di klinik


1. Strength: kemungkinan apabila jurnal tersebut diterapkan maka angka
mortalitas dan morbiditas akibat VAP di rumah sakit terjadi penurunan. Selain
itu, komplikasi dari penggunaan ventilator berupa VAP pada pasien dapat
dicegah.
2. Weakness: kelemahan yang mungkin terjadi ketika jurnal tersebut diterapkan
adalah terkait biaya. Banyaknya komponen CPIS dan berulangnya skrining
tersebut dilakukan dapat berdampak pada pembengkakan biaya rumah sakit
yang harus ditanggung oleh pasien.
3. Opportunities: peluang jurnal tersebut diterapkan di rumah sakit cukup besar
karena rata-rata rumah sakit tidak membatasi atau menolak adanya
pengembangan ilmu pengetahuan.
4. Threats: ancaman yang mungkin terjadi bila jurnal tersebut diterapkan adalah
dari faktor internal rumah sakit. Suatu terapi, program ataupun tindakan yang
bertujuan untuk memfasilitasi kesembuhan pasien sebelum dapat diterapkan di
suatu rumah sakit harus melalui proses pengajuan SOP terlebih dahulu. Adapun
proses pengajuan sampai ditetapkan SOP baku tersebut membutuhkan waktu
yang tidak sebentar dan belum tentu diterima. Sedangkan untuk ancaman dari
faktor eksternal yang mungkin terjadi kemungkinan besar tidak ada.
H. Analisis PICO
1. Patient: Penelitian dilakukan pada pasien yang terpasang ventilator setelah 48
jam pemasangan.
2. Intervention: ClinicalPulmonaryInfectionScore (CPIS).
3. Comparison: positif VAP dan negatif VAP.
4. Outcome: CPIS mampu mendiagnosis sejak awal kejadian VAP pada
pasienyang terpasang ventilator.

I. Implikasi keperawatan
Rumah sakit khususnya ruang intensif care dapat menerapkan CPIS pada pasien
yang terpasang ventilator sebagai cara untuk mendiagnosis kejadian VAP sejak
awal sehingga dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.

J. Manfaat jurnal
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan jurnal tersebut dapat dijadikan referensi untuk menambah
pengetahuan mahasiswa terkait manfaat penerapan CPIS sebagai alat skrining
VAP di ruang intensif care.
2. Bagi institusi (rumah sakit)
Di harapkan jurnal tersebut dapat dijadikan acuan bagi rumah sakit apabila
ingin menerapkan Clinical Pulmonary Infection Score CPIS sebagai alat
skrining VAP diruang intensif care. Selain itu, di harapkan rumah sakit di
Indonesia mulai menerapkan CPIS tersebut sebagai alat skrining VAP.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada jurnal ini dapat disimpulkan bahwa
Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS) alat dalam menegakkan diagnosis
ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada penderita dengan ventilator
mekanik.

B. Saran
Diharapkan Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS) dimasukkan ke dalam
protap pengelolaan pasien yang menggunakan ventilasi mekanik dan penilaian
tindakan untuk mendiagnosis kejadian VAP sejak awal sehingga dapat menurunkan
angka mortalitas dan morbiditas.
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y., Rachmawati, I. N., & Milanti, A. (2016). Penulisan Artikel Ilmiah untuk
Bidang Keperawatan dan Kesehatan Persiapan Hingga Publikasi (1st ed.). Jakarta:
Rajawali Pres.
Basyigit, S. (2017). Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS) as a Screening Tool in
Ventilatory Associated Pneumonia (VAP). The Medical Bulletin of Sisli Etfal
Hospital, 51(2), 133–141.
Hartini, S. dkk. (2019). Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat. Semarang:
Cindekia Utama.
Houser, J. (2018). Nursing Research Reading, Using and Creating Evidence (4th ed.).
Burlington: Jones & Bartlett Learning.
Nieswiadomy, R. M., & Bailey, C. (2018). Foundations of Nursing Research (Seventh).
Boston: Pearson.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Jakarta:
Salemba Medika.
Rahman, Dally., dkk. (2017). Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Pada
Klien Dengan Ventilasi Mekanik Menggunakan Indikator Clinical Pulmonary
Infection Score (CPIS). Padang: UALMP.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai