Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muthia Muharani

NIM : 20190610031
Kelas : A

RESUME HUKUM TATA NEGARA


Lembaga Eksekutif
C.F. Kuat dalam bukunya Kontribusi Politik Modern menerangakan bahwa dalam negara
kesejahteraan, peanan eksekutif memegang peran penting. Sebagian besar anggota memiliki
batasan yang sangat besar dan luas, dengan nilai: 139
a. Kekuasaan Eksekutif ( executive power )
b. Kekuasaan administrasi ( administratif power )
c. Kekuasaan legislatif ( legislatif power )
d. Kekuasaan militer ( military power )
e. Kekuasaan yudikatif ( judicial power )
f. Kekuasaan diplomatik ( diolomatic power )
Kekuasaan eksekutif pasca amandemen
 Pergeseran kekuasaan
1. Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif di pilih langsung oleh rakyat.
Konsekuensinya, presidensi masa jabatan selama 5 tahun akan dipegang teguh, kecuali
presiden melaku- kan pengadilan hukum yang bisa berakibat impeachment dilakukannya.
2. Kekuasaan legislatif dipegang oleh DPR, tetapi setiap RUU harus disetujui oleh DPR dan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
3. Jika Presiden menolak untuk mengesahkan RUU yang telah disetujui bersama, maka dalam
waktu 30 hari RUU ini sah sebagai UU dan wajib diundangkan.
4. Kekuasaan presiden menerima dengan pengangkatan dan penerimaan duta dilakukan
dengan persetujuan DPR.
5. Kekuasaan Presiden untuk memberi amnesti dan abolisi dengan memperihatinkan
pertimbangan DPR.
 Faktor penyebab lemahnya lembaga kepresidenan
a. Perubahan UUD 1945 tetap memberikan ketidakjelasan sistem yang terkait dengan
hubungan antara eksekutif dan legislatif.
b. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja eksekutif adalah karena presiden dan wakil
presiden berasal dari partai yang berbeda dan presiden berasal dari partai yang suaranya
minoritas di DPR.
 Problem mekanisme impeachment
Pasal yang mengatur tentang impeachment dalam amandemen UUD 1945 Pasca amandemen
belum memberikan jawaban definitif, jika presiden dinyatakan bersalah oleh Mahkamah
Konstitusi tetapi DPR kemudian tidak meneruskan prosesnya ke MPR untuk disidang atau
setelah diajukan oleh DPR ke MPR, MPR ternyata tidak memutuskan bersalah seperti
putusan MK. Dengan kata lain, Pasal ini belum menjawab kemungkinan terjadinya perbedaan
putusan hukum yang dibuat oleh MK dan putusan politik yang dibuat oleh DPR dan MPR.
 Memperkuat membatasi kekuasaan lembaga kepresidenan
Langkah memperkuatnya :
1. Memberikan hak veto kepada presiden terhadap RUU yang diusulkan oleh DPR dan
DPD.
2. Presiden perlu dibatasi kewenangannya dalam proses legislasi dengan mengeluarkan
fungsi legislasi presiden karena kepadanya telah diberikan hak veto terhadap RUU
yang diajukan DPR dan DPD.
3. Dalam penyelengaraan pemerintahan Negara, harus ada jaminan presiden dapat
menjalankan pemeritahan dengan efektif dan stabil tetapi akuntabel.
Langkah pencegahannya :
1. Pelanggaran artikel impeachment adalah kategori political crimes karena dihubungkan
dengan jabatannya sebagai seorang presiden dan wakil presiden.
2. Untuk mendukung proses investigasi agar tidak tumpang tindih dengan interest politik
yang berlebihan dan secara teknis yudisial berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip
universal hukum acara, maka perlu ditunjuk jaksa penyidik independen sebagai
penuntut dan menempatkan Ketua MK sebagai ketua sidang peradilan impeachment
di MPR.
3. Penyerahan persidangan impeachment sepenuhnya kepada peradilan politik
ketatanegaraan lebih memenuhi prinsip demokrasi karena keputusan berada di tangan
DPR dan DPD yang merupakan representasi kolektif rakyat dalam pengambilan
keputusan politik, dibandingkan menyerahkannya kepada MK yang hanya berjumlah
9 orang.
4. Pihak yang dinyatakan bersalah dan diberhentikan dari jabatannya kehilangan haknya
memegang dan menikmati jabatan kenegaraan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai