Lembaga Eksekutif C.F. Kuat dalam bukunya Kontribusi Politik Modern menerangakan bahwa dalam negara kesejahteraan, peanan eksekutif memegang peran penting. Sebagian besar anggota memiliki batasan yang sangat besar dan luas, dengan nilai: 139 a. Kekuasaan Eksekutif ( executive power ) b. Kekuasaan administrasi ( administratif power ) c. Kekuasaan legislatif ( legislatif power ) d. Kekuasaan militer ( military power ) e. Kekuasaan yudikatif ( judicial power ) f. Kekuasaan diplomatik ( diolomatic power ) Kekuasaan eksekutif pasca amandemen Pergeseran kekuasaan 1. Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif di pilih langsung oleh rakyat. Konsekuensinya, presidensi masa jabatan selama 5 tahun akan dipegang teguh, kecuali presiden melaku- kan pengadilan hukum yang bisa berakibat impeachment dilakukannya. 2. Kekuasaan legislatif dipegang oleh DPR, tetapi setiap RUU harus disetujui oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. 3. Jika Presiden menolak untuk mengesahkan RUU yang telah disetujui bersama, maka dalam waktu 30 hari RUU ini sah sebagai UU dan wajib diundangkan. 4. Kekuasaan presiden menerima dengan pengangkatan dan penerimaan duta dilakukan dengan persetujuan DPR. 5. Kekuasaan Presiden untuk memberi amnesti dan abolisi dengan memperihatinkan pertimbangan DPR. Faktor penyebab lemahnya lembaga kepresidenan a. Perubahan UUD 1945 tetap memberikan ketidakjelasan sistem yang terkait dengan hubungan antara eksekutif dan legislatif. b. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja eksekutif adalah karena presiden dan wakil presiden berasal dari partai yang berbeda dan presiden berasal dari partai yang suaranya minoritas di DPR. Problem mekanisme impeachment Pasal yang mengatur tentang impeachment dalam amandemen UUD 1945 Pasca amandemen belum memberikan jawaban definitif, jika presiden dinyatakan bersalah oleh Mahkamah Konstitusi tetapi DPR kemudian tidak meneruskan prosesnya ke MPR untuk disidang atau setelah diajukan oleh DPR ke MPR, MPR ternyata tidak memutuskan bersalah seperti putusan MK. Dengan kata lain, Pasal ini belum menjawab kemungkinan terjadinya perbedaan putusan hukum yang dibuat oleh MK dan putusan politik yang dibuat oleh DPR dan MPR. Memperkuat membatasi kekuasaan lembaga kepresidenan Langkah memperkuatnya : 1. Memberikan hak veto kepada presiden terhadap RUU yang diusulkan oleh DPR dan DPD. 2. Presiden perlu dibatasi kewenangannya dalam proses legislasi dengan mengeluarkan fungsi legislasi presiden karena kepadanya telah diberikan hak veto terhadap RUU yang diajukan DPR dan DPD. 3. Dalam penyelengaraan pemerintahan Negara, harus ada jaminan presiden dapat menjalankan pemeritahan dengan efektif dan stabil tetapi akuntabel. Langkah pencegahannya : 1. Pelanggaran artikel impeachment adalah kategori political crimes karena dihubungkan dengan jabatannya sebagai seorang presiden dan wakil presiden. 2. Untuk mendukung proses investigasi agar tidak tumpang tindih dengan interest politik yang berlebihan dan secara teknis yudisial berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip universal hukum acara, maka perlu ditunjuk jaksa penyidik independen sebagai penuntut dan menempatkan Ketua MK sebagai ketua sidang peradilan impeachment di MPR. 3. Penyerahan persidangan impeachment sepenuhnya kepada peradilan politik ketatanegaraan lebih memenuhi prinsip demokrasi karena keputusan berada di tangan DPR dan DPD yang merupakan representasi kolektif rakyat dalam pengambilan keputusan politik, dibandingkan menyerahkannya kepada MK yang hanya berjumlah 9 orang. 4. Pihak yang dinyatakan bersalah dan diberhentikan dari jabatannya kehilangan haknya memegang dan menikmati jabatan kenegaraan lainnya.