Rizal Lapkas KK
Rizal Lapkas KK
Rizal Lapkas KK
PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Pitiriasis Versikolor (PV) adalah infeksi kulit superfisial kronik,
disebabkan oleh ragi genus Malassezia, umumnya tidak memberikan gejala
subyektif, ditandai oleh area depigmentasi atau diskolorasi berskuama halus,
tersebar diskret atau konfluen, dan terutama terdapat pada badan bagian atas.1-4
1.2 Sinonim
Sering disebut panu/panau, tinea versicolor, Jarang disebut
dermatomycoses furfuracea, tinea flava, liver spots, chromophytosis.1
1.3 Epidemiologi
Pitiriasis Versikolor (PV) merupakan penyakit universal, terutama
ditemukan di daerah tropis.1,3,5 Tidak terdapat perbedaan berdasarkan jenis
kelamin, tetapi terdapat perbedaan kerentanan berdasarkan usia, yakni lebih
banyak ditemukan pada remaja dan dewasa muda, jarang pada anak dan orang
tua.1,3,5 Prevalensi tinea versikolor di Amerika Serikat diperkirakan 2% -8%
dari populasi.5 Di Indonesia, kelainan ini merupakan penyakit yang terbanyak
ditemukan di antara berbagai penyakit kulit akibat jamur.1
1
menyebabkan ragi ini banyak berkolonisasi pada area yang kaya sekresi
kelenjar sebasea. Beberapa studi terpisah menunjukkan bahwa M. globose
banyak berhubungan dengan PV, tetapi studi lain menunjukkan bahwa M.
sympodialis dan M. furfur yang predominan pada PV.1,3,5
Malassezia spp. Yang semula berbentuk ragi saprofit akan berubah
menjadi bentuk miselia yang menyebabkan kelainan kulit PV. 1,4,5 Kondisi atau
factor predisposisi yang diduga dapat menyebabkan perubahan tersebut berupa
suhu, kelembaban lingkungan yang tinggi, dan tegangan CO 2 tinggi
permukaan kulit akibat oklusi, factor genetik, hyperhidrosis, kondisi
imunosupresif, dan malnutrisi.1-5
Beberapa mekanisme dianggap merupakan penyebab perubahan warna
pada lesi kulit, yakni Malassezia sp. memproduksi asam dikarboksilat (a.i.
asam azeleat) yang mengganggu pembentukan pigmen melanin, dan
memproduksi metabolit (pityriacitrin) yang mempunyai kemampuan absorbsi
sinar ultraviolet sehingga menyebabkan lesi hipopigmentasi.1-3 Mekanisme
terjadinya lesi hiperpigmentasi belum jelas, tetapi satu studi menunjukkan
pada pemeriksaan mikroskop elektron didapati ukuran melanosom yang lebih
besar dari normal. Lapisan keratin yang lebih tebal juga dijumpai pada lesi
hiperpigmentasi.1,3
2
penggunaan salap yang mengandung asam salisilat, tetrasiklin. Hasil negatif
palsu dapat terjadi pada orang yang rajin mandi.1
Pemeriksaan mikologis langsung sediaan kerokan kulit akan
menunjukkan kumpulan hifa pendek dan sel ragi bulat, kadang oval.
Gambaran demikian menyebabkan sebutan serupa ‘spaghetti and meatballs’ 1-
5
atau ‘bananas and grapes’.1 Sediaan diambil dengan kerokan ringan kulit
menggunakan skalpel atau dengan merekatkan selotip. Pemeriksaan dengan
menggunakan larutan KOH 20% dan dapat ditambahkan sedikit tinta biru-
hitam untuk memperjelas gambaran elemen jamur.1,3,5
1.7 Diagnosis
Dugaan diagnosis PV jika ditemukan gambaran klinis adanya lesi di
daerah predileksi berupa makula berbatas tegas berwarna putih, kemerahan,
sampai dengan hitam, yang berskuama halus.1,3,4 Pemeriksaan dengan lampu
Wood untuk melihat fluoresensi kuning keemasan akan membantu diagnosis
klinis. Konfirmasi diagnosis dengan didapatkannya hasil positif pada
pemeriksaan mikologis.1,2,3,5
3
akan kemungkinan reaksi iritasi. Pengolesan dianjurkan di seluruh badan
selain kepala dan genitalia. Ketokonazol 2% bentuk sampo juga dapat
digunakan serupa dengan sampo selenium sulfide. Alternatif lain adalah
solusio natrium hiposulfit 20%, solusio propilen glikol 50%. Untuk lesi
terbatas, berbagai krim derivat azol misalnya mikonazol, klotrimazol,
isokonazol, ekonazol dapat digunakan; demikian pula krim tolsiklat, tolnaflat,
siklopiroksolamin, dan haloprogin. Obat topikal sebaiknya diteruskan 2
minggu setelah hasil pemeriksaan dengan lampu Wood dan pemeriksaan
mikologis langsung kerokan kulit negatif.1,2,3,5
Obat sistemik dipertimbangkan pada lesi luas, kambuhan, dan gagal
dengan terapi topikal, antara lain dengan ketokonazol 200mg/hari selama 5-10
hari atau itrakonazol 200mg/hari selama 5-7 hari.1,2,3,5
Pengobatan rumatan (maintenance) dipertimbangkan untuk
menghindari kambuhan pada pasien yang sulit menghindari faktor
predisposisi; antara lain dengan sampo selenium sulfide secara periodis atau
dengan obat sistemik ketokonazol 400mg sekali setiap bulan atau 200mg
sehari selama 3 hari tiap bulan.1,2
1.10 Prognosis
Prognosis baik jika pengobatan dilakukan secara tekun dan
konsisten, serta faktor predisposisi dapat dihindari. Lesi hipopigmentasi
dapat bertahan sampai beberapa bulan setelah jamur negatif, hal ini perlu
dijelaskan pada pasien.1
4
BAB II
LAPORAN KASUS
2. Umur : 63 tahun
4. Alamat : Skyline
5. Pekerjaan :-
6. Pendidikan :-
8. Status : Menikah
9. Suku : Serui
2.2 Anamnesis
5
c. Riwayat penyakit dahulu
Memiliki riwayat alergi makanan dan suhu dingin
Tidak ada alergi obat
Tidak ada riwayat DM
Tidak ada riwayat hipertensi
d. Riwayat pengobatan
Pasien sudah berobat ke puskesmas sebelumnya
e. Riwayat penyakit keluarga
Disangkal
b. Thoraks
a. Paru Inspeksi : Pergerakan dada simetris, tidak terdapat
kelainan pada dinding dada,retraksi (-/-).
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Tidak dilakukan
6
b. Jantung Inspeksi : Tidak dilakukan
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Tidak dilakukan
c. Abdomen Inspeksi : Datar,
Auskultasi : Tidak dilakukan
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
d. Ekstremitas : Akral hangat
e. Genitalia Sex : Perempuan, tidak dilakukan evaluasi.
f. Vegetatif Makan : Normal, makan cukup, nafsu makan baik
Minum : Normal, dalam jumlah yang cukup
BAK : Normal
BAB : Normal
2. Status dermatologis
Lokasi : Daerah lengan bilateral, punggung, dan wajah
Efloresensi : Makula, hipopigmentasi, skuama halus
Ukuran : Lentikuler- numular
Susunan : Sirsinar/anular
Bentuk Lesi : Teratur
Distribusi : Regional
FOTO KLINIS
7
Gambar 2.1
Daerah Lengan
Gambar 2.2
Daerah Punggung
8
Pitiriasis versikolor
2.5 Resume
Sejak 1 bulan timbul bercak kecil berwarna putih di lengan bawah
sebesar biji jagung, dan semakin lama bercak bertambah banyak hingga ke
punggung dan wajah. Pasien mengaku sering berkeringat, pasien merasakan
gatal jika berkeringat. Namun gatal tidak sampai mengganggu aktivitas
sehari-hari. Pasien mandi 2 kali dalam sehari. Pasien tidak suka
menggunakan pakaian berlapis-lapis dan tidak menyerap keringat. Pasien
rutin mengganti baju. Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas
normal.
Pada status dermatologis didapatkan pada daerah lengan, punggung
dan wajah terdapat makula hipopigmentasi ukuran lentikuler dan numular
dengan skuama halus.
2.8 Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa (umum)
a. Menyarankan kepada pasien agar menghindari faktor pencetus terjadinya
pitiriasis versikolor.
9
b. Pasien dinasehatkan supaya tidak berada di lingkungan yang panas dan
lembab dan rajin mengganti pakaian dan handuk mandi.
2. Medikamentosa
a. Sistemik : Itraconazol 2 x 100mg selama 5-7 hari
b. Topikal : Lucio selenium sulfide 2,5% dioles setiap hari 15-30 menit
kemudian dibilas. Seminggu 2 kali
2.9 Prognosis
Prognosis pada pasien ini adalah:
Ad Vitam : ad bonam
Ad fungtionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pitiriasis Versikolor (PV) adalah infeksi kulit superfisial kronik,
disebabkan oleh ragi genus Malassezia dan merupakan penyakit universal,
penyakit ini ditemukan di seluruh dunia (kosmopolit), terutama di daerah
tropis yang beriklim panas dan lembap.
Pitiriasis versikolor pada umumya tidak memberikan keluhan pada
penderita atau sering disebut asimtomatis. Penderita lebih sering merasakan
gatal-gatal ringan tetapi biasanya penderita berobat karena alasan kosmetik
yang disebabkan oleh bercak hipo/ hiperpigmentasi. Predileksi PV terutama
terdapat pada badan bagian atas, leher, dan perut, ekstremitas sisi proksimal.
Kadang ditemukan pada wajah dan skalp; dapat juga ditemukan pada aksila,
lipat paha, dan genitalia.
Diagnosis ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa
makula berbatas tegas, dapat hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dan kadang
eritematosa, terdiri atas berbagai ukuran, dan berskuama halus (pitriasiformis).
Umumnya tidak disertai gejala subyektif, hanya berupa keluhan kosmetis,
meskipun kadang ada pruritus ringan. Serta bisa dengan pemeriksaan
penunjang dengan lampu Wood atau pemeriksaan mikologis langsung sediaan
kerokan kulit.
Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan
topikal sangat efektif. Obat sistemik dipertimbangkan pada lesi luas,
kambuhan, dan gagal dengan terapi topikal,
Prognosis baik jika pengobatan dilakukan secara tekun dan konsisten,
serta faktor predisposisi dapat dihindari. Lesi hipopigmentasi dapat bertahan
sampai beberapa bulan setelah jamur negatif, hal ini perlu dijelaskan pada
pasien
12
DAFTAR PUSTAKA
2. James, D.W., Berger, G.T., & Elston, M.D. 2006. Andrews’ Diseases Of
The Skin Clinical Dermatology 10th edition. Elsevier. (P: 313)
3. Tan, S.T., & Reginata, G., 2015. Uji Provokasi Skuama pada Pitiriasis
Versikolor. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanagara. Jakarta, Indonesia. Vol. 42 no.6.
(P : 471-473)
4. Soleha, T.U. 2016. Pitiriasis Versicolor Ditinjau Dari Aspek Klinis Dan
Mikrobiologis. Bagian Mikrobiologi dan Parasitologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung. Lampung Vol 1 no 2. ( P : 432-434)
5. Goldsmith, L. A., Katz, S. I., Gilchrest, B. A., Paller, A. S., Level, D., Wolff, K.
2008. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine 8th edition. Volume
1. McGraw-Hill Professional. (P: 2307-2310)
13