PRAKTIKUM
FENOMENA DASAR MESIN
Oleh:
1. Muhamad Yedi Septiadi 2114172001
2. Satrio Septiawan 2114172002
3. Dimas Fathur Rahman 2114172004
4. Asep Suherman 2114172005
5. Gilvan Ahmad Maulana Azhar 2114172006
6. Cahya Media Permana 2111121074
2(P1−P2 )
V 2=
√ [ ( )]
ρ 1−
D2
D1
4
2(P1−P2 )
(7)
√ [ ( )]
Qv =Q2=A 2 (8)
4
D2
ρ 1−
D1
(9)
Dimana P1=ρg h1 dan P2=ρg h2
Nilai debit yang didapatkan dari persamaan 8 adalah nilai debit aliran yang
terukur oleh venturimeter dimana kerugian head aliran pada saluran venturi tidak
diperhitungkan. Nilai debit sebenarnya (QAV) dapat dicari dengan cara
mengalikan debit hasil perhitungan persamaan 8 (QV) dengan koefisien debit
venturimeter (CDV).
QAV = CDV . QV (10)
Pada praktikum kali ini, nilai koefisien debit venturimeter tidak diketahui, namun
nilai debit sebenarnya dapat dilihat dari penunjukan nilai di rotameter. Sehingga,
dengan membagi nilai debit venturi dengan nilai debit sebenarnya (atau debit
rotameter, Qrot), nilai koefisien debit dapat dihitung.
b. Orificemeter
Orificemeter adalah alat ukur debit yang bekerja dengan cara menghambat
aliran fluida menggunakan membran berlubang. Perbedaan tekanan pada sisi
hulu dan hilir setelah melewati membran dapat digunakan untuk menghitung
besarnya kecepatan atau debit aliran dengan menggunakan persamaan 11 dan 12,
dimana harga p1 dan p2 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 9. Harga
h1 dan h2 masing-masing adalah tinggi kolom air pada manometer.
2(P1−P2 )
V 2=
√ [ ( )]
ρ 1−
D2
D1
4
(11)
2(P1−P 2)
Qo =Q2= A2
√ [ ( )]
ρ 1−
D2
D1
4 (12)
Atau dengan kata lain, jika debit sebenarnya dan pengurangan tekanan
bagian hulu dan hilir orificemeter terukur, maka nilai koefisien debit orificemeter
dapat dihitung. Nilai koefisien debit ini dipengaruhi oleh nilai debit aliran yang
diukur, sehingga perlu dilakukan perhitungan pada beberapa variasi nilai debit
aliran.
1.5 Peralatan
1. Tangki berisi air
2. Pompa air
3. 2 buah katup
4. Tabung eksperimen
5. Rotameter
6. Saklar
7. Kolom air (manometer)
1.6 Prosedur Percobaan
1. Pastikan tangki penampung air terisi kira-kira 2/3 tinggi tangka.
2. Hubungkan kabel listrik ke sumber daya.
3. Atur saklar MCB pada posisi on.
4. Pastikan tombol saklar darurat (tombol panik) tidak dalam kondisi aktif.
5. Atur seluruh katup pada kondisi terbuka penuh.
6. Tekan tombol on-off untuk mengontrol operasional pompa air.
7. Atur debit aliran pada tabung eksperimen dengan mengkondisikan katup 1
dan 2 secara bergantian (konsultasikan detail operasional dengan pembimbing
praktikum)
8. Catat debit sebenarnya sesuai nilai yang ditunjukkan oleh rotameter.
9. Catat ketinggian kolom air saluran dengan pembesaran penampang tiba-tiba,
saluran venturi, orificemeter, union socket, dan elbow 90o.
10. Ulangi percobaan dengan nilai debit yang berbeda (konsultasikan nilai debit
dengan pembimbing praktikum).
KL KL KL KL
QRot Union
No Sudden Contr Venturi Ch Elbow 90
Socket
[Lps]
16,9449795 2,49463231
1 465 49,03061224 4,98926463
9 5
88,6061975 10,7955018
2 684 106,0897959 0
5 7
235,864711 28,4104614
3 906 93,06530612 0
8 8
74,1816948
4 1134 145,8 579,46752 0
4
1235,68645 139,113158
5 1362 420,644898 0
2 1
1.10 Kesimpulan
1. Pada venturimeter, semakin besar Qrot maka nilai CDV semakin kecil. Dapat
dilihat pada table perhitungan.
2. Begitu juga pada orificemeter, semakin besar Qrot maka nilai CDO semakin
kecil. Dapat dilihat pada table perhitungan.
3. Nilai koefisien kerugian head minor terhadap variasi nilai debit aliran.
a. Semakin besar Qrot makan KL pada SC semakin besar
b. Semakin besar Qrot makan KL pada Saluran Venturi semakin besar
c. Semakin besar Qrot makan KL pada union socket semakin kecil
d. Semakin besar Qrot makan KL pada elbow 90o semakin besar.
2( p1− p 2)
Qv=A 2
p 1=ρxgxh 1
√ ρ¿¿
¿
Kg
p 1=10 3 x 981 x 18
cm
Kg
p 1=176.400
cms 2
p 2=ρxgxh 2
Kg
p 2=10 3 x 981 x 12
cm
Kg
p 2=117.600
cm s 2
2( p1− p 2)
Qv=A 2
√ ρ¿¿
¿
Kg
√
2(176.400−117.600)
cm 2
Qv=1.252 ¿Qv=174.9 s
Kg
10 ¿¿
cm
Qrot = 2 Gpm = 465 Lps
Qav=Qrot . Qv
l
Qav=465 .174 .9 s 2
s
l
Qav=0.37
s
Qav
Cdv=
Qv
l
0.37
s
Cdv=
174.9 s2
l
Cdv=0.0021
s3
b. Koefisien debit Orificemeter
2( p 1− p 2)
Qo= A 2
√ρ ¿¿
¿
p 1=ρxgxh 1
Kg
p 1=10 x 981 x 16
cm3
Kg
p 1=156.800
cms 2
p 2=ρxgxh 2
Kg
p 2=10 3 x 981 x 11
cm
Kg
p 2=107.800
cm s2
Kg
√
2(156.800−107.800)
2( p 1− p 2) cm
Qo= A 2
√ ρ ¿¿
¿Qo=1.552
10
Kg
cm
¿¿
2
¿Qo=459.1 s
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5
Qrot
Qrot
(LPS)
(LPS) KL KL
Venturi
SC
Koefisien Head Minor Terhadap
Terhadap Debit
Debit Aliran
Aliran
Elbow
Union Socket
90 3.
3.
1362
1362 3.
1134
1134 3.
906
906 3.
684 3.
465 3.
3.
139.11
4.99
2.49 10.8
0 28.41
0
74.18
0 0 3.
1 2 33 44 55 3.
Qrot
Qrot(LPS)
(LPS) KLKLElbow
US 3.
3.
Apakah nilai koefisien debit dan koefisien kerugian head minor berubah seiring
adanya variasi debit aliran?
Ya, dikarenakan penambahan debit akan meningkatkan kecepatan aliran
sehingga menghasilkan koefisien yang berbeda – beda disetiap
peningkatannya.
F= π 2 t 2 I
( K . L)2
Dimana : F= biaya maksimum
E= modulus elastisitas
I = momen inersia
K = kolom panjang efektif
L = panjang
Untuk beban tekuk kritis dapat dihitung menggunakan rumus Euler :
Pcr= π2 E I
L2
Ideal Pinned, Ia mempertahankan bentuknya dibelokan setelah penerapan
beban kritis dalam sebagian besaran aplikasi, beban kritis biasanya dianggap
sebagai beban maks yang berkelanjutan dengan kolom secara teoritis. Setiap
modus buckling mungkin terjadi tetapi kolom biasanya akan membelokan
ke mode pertama kolom A akan tertekuk sewaktu P beban mencapai tingkat
kritis, disebut beban kritis, Pcr.
D. InstalasiAlat
Sketsa peralatan dapat dilihat pada Gambar Selongsong (2) dapat dijepitkan
pada kaki (1) dan dapat diatur posisinya di sepanjang kaki. Posisi selongsong
disesuaikan dengan panjang batang uji (7). Batang pembebanan (5) ditumpu
engsel di sebelah kiri. Ujung kanan batang ini ditumpu oleh pemberat (13)
melalui tali (14) dan katrol. Besar pemberat (13)ini dapatdiatur sedemikian
rupa sehingga dapat mengimbangi beratbatang dan semua berat yang bekerja
pada batang ini. Alatukur gaya (10) sudah dikalibrasi sedemikian rupasehingga
menunjukkan nilai gaya yang sebenarnya bekerja pada sumbu batang uji.
E. Peralatan
Komponen atau alat yang digunakan pada alat uji tekuk yaitu diantaranta :
1. Kaki
2. Selongsong
3. Pegas
4. SelongsongPengatur
5. BatangPembeban
6. Tumpuan
7. Batang Uji
9. Water pass
11. RodaTangan
12. Pemberat
13. Tali
F Prosedur Percobaan
Pengumpulan Data
Percobaan atau pengujian tekukan ini diperoleh berbagai
macam data, berikut data yang diperoleh antara lain.
a. Batang pertama
Panjang batang = 650 mm
Pemberat = 150 gr
b. Batang kedua
Panjang batang = 500 mm
Pemberat = 300 gr
c. E batang uji = 206 GPa
d. Tebal batang uji = 3 mm
Lebar batang uji = 23,25 mm
20 1
30 1.2
40 1
50 1.2
60 0.95
70 1.4
80 1
90 1.4
100 1.3
110 1.1
120 1.3
Rata-Rata 1.15
20 0.3
30 0.4
40 0.4
50 0.4
60 1.5
70 1.6
80 1.7
90 1.8
100 2.4
110 3
120 3.4
Rata-Rata 1.43
20 1.6
30 2.3
40 2.8
50 -
60 -
70 -
80 -
90 -
100 -
110 -
120
Rata-Rata 1.70
Tabel Error! No text of specified style in document..4 Data Hasil Percobaan Tekukan
L = 650 mm dengan pemberat 150 gr, lebar 23,25 mm, dan tebal 3 mm
Jenis Tumpuan Engsel-Engsel Jepit-Jepit Jepit-Engsel
Pkr (beban ) kg - - 1.15
L = 500 mm dengan pemberat 300 gr, lebar 23,25 mm, dan tebal 3 mm
Jenis Tumpuan Engsel-Engsel Jepit-Jepit Jepit-Engsel
Pkr (beban ) kg 1.70 - 1.43
Keterangan :
Pengujian dengan jenis tumpuan engsel-engsel, jepit-jepit untuk
batang 650 dan jenis tumpuan jepit-jepit untuk batang 500 mm tidak
dilakukan karena waktu percobaan yang terbatas
Penampang kolom yang digunakan pada saat percobaan tekuk adalah empat
persegi panjang. Oleh karenanya rumus momen inersia penampang adalah
b . h3
I=
12
Dimana nilai b = 3 mm dan h = 23,25 kemudian jika dimasukan pada persamaan
diatas, diperoleh besar momen inersia penampang sebesar
b . h3
I=
12
3 mm .(23,25 mm)3
I=
12
I =3142,0 mm4
Sedangkan modulus elastisitas bahan dari kolom yang digunakan sebesar
kN
E=206
mm 2
Pada batang pertama yang sepanjang, L = 650 mm dengan pemberat 150 gr,
diperoleh beban kritis masing-masing tumpuan adalah
a. Tumpuan Jepit-Engsel
EI
Pkr =2,05. π 2 .
L2
kN
206 2
. 3142,0 mm4
2 mm
Pkr =2,05 . π .
( 650 mm )2
Pkr =30,98 kN
Pkr =3,98 kg
Sedangkan pada batang kedua yang sepanjang, L = 500 mm dengan pemberat 150
gr, diperoleh beban kritis masing-masing tumpuan adalah
a. Tumpuan Jepit - Engsel
EI
Pkr =2,05. π 2 .
L2
kN
206 2
. 3142,0 mm4
2 mm
Pkr =2,05 . π .
( 500 mm )2
Pkr =52,4 kN
Pkr =5,4 kg
b. Tumpuan engsel-engsel
EI
Pkr =π 2 .
L2
kN
206 2
.3142,0 mm 4
2 mm
Pkr =π .
(500 mm )2
Pkr =25,6 kN
Pkr =2,6 kg
Data hasil perhitungan Euler diatas kemudian disajikan dalam bentuk tabel
dibawah ini. Berikut adalah hasil penggambaran menggunakan grafik batang.
Gambar Error! No text of specified style in document..1 Grafik Data Perbandingan Beban Kritis
Teoritis dan Percobaan
Perbandingan Beban Kritis Teoritis dan Percobaan
6
4
Beban Kritis Teoritis (Kg)
Beban Kritis Percobaan (Kg)
3
0
1 2 3
Δx
Regangan=
A
649,04 mm−650 mm
Regangan=
650 mm x 23,25 mm
Regangan=¿ - 6,35 x 10-5
Gambar Error! No text of specified style in document..2 Diagram Data Tegangan Kritis
terhadap Regangan batang 650 mm pemberat 150 gr
2
Teagnagan N/mm
1.5
0.5
0
6.35E-05 0.00E+00
Regangan
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
8.18E-05 0.00E+00
Regangan
Δx
Regangan=
A
499,28 mm−500 mm
Regangan=
500 mm x 23,25 mm
Regangan=¿ - 6,19 x 10-5
Gambar Error! No text of specified style in document..4 Diagram Data Tegangan Kritis
terhadap Regangan batang 500 mm pemberat 150 gr
2
Teagnagan N/mm
1.5
0.5
0
6.19E-05 0.00E+00
Regangan
Pada grafik yang sama menunjukan nilai beban kritis yang diperoleh
dari hasil pengujian tekuk dan perbandingan nilai beban kritisi dengan hasil
teoritis. Tampak bahwa data hasil pengujian tekuk lebih kecil dibandingkan
data hasil perhitungan. Hal tersebut dapat terjadi akibat beberapa hal, seperti :
a. Ketidak-homogen-an penampang kolom, baik lebar dan tinggi penampang
yang telah diukur memiliki cacat berupa ketidak-homogen-an disetiap titik
sepanjang kolom tersebut.
b. Penyusunan rangkaian kolom yang kurang tepat, pemasangan kolom pada
tumpuan dan set-up alat ukur menjadi salah satu kunci kecermatan dalam
pengambilan data pengujian.
c. Kecermatan pada pengukuran, baik alat ukur maupun pengukur (praktikan)
dalam mengukur data besaran yang diambil.
Berdasarkan hasil perhitungan panjang akhir batang pengujian untuk metode
jepit – engsel dan engsel-engsel. Berdasarkan pengurangan panjang batang
pada metode jepit-engsel untuk batang 650mm dan 500mm secara berurutan
adalah 0.96 mm dan 0.95. Sedangkan untuk metode engsel-engsel
pengurangan panjang yang terjadi adalah 0.72 mm. Terlihat bahwa
pengurangan panjang batang pada metode jepit-engsel lebih tinggi
dibandingkan dengan metode engsel-engsel. Hal ini terjadi dikarenakan
persamaan Euler untuk setiap metode berbeda apabila diasumsikan nilai beban
kritsi sama.