Anda di halaman 1dari 11

JURNALISME BENCANA DAN RANGSANGAN

EMOSIONAL STUDI HUBUNGAN JURNALISME


BENCANA BANJIR SURAT KABAR SOLOPOS
DENGAN RANGSANGAN EMOSIONAL MAHASISWA
UNIVET BANTARA SUKOHARJO

Betty Gama
Program Studi Ilmu Komunikasi,
FISIP Universitas Veteran Bangun Nusantara
Jl. Letjen S. Humardani No. 1 Jombor Sukoharjo (Jateng)
Email: bettygama_62@yahoo.com

ABSTRACT

Disaster journalism is aimed as how the media tells the disaster itself. Based
on the data analysis toward the five (5) research variables, only the proximity
variable that doesn’t have relation to the university students emotional stimulus,
with the significance score of 0.864 > 0,005. Timeliness variable to the learners
emotional stimulus with the significance score of 0.026 < 0.005. Consequence
variable toward the leaners emotional stimulus with significance score of 0.000 <
0.005, human interest variable towards the learners emotional stimulus with
significance score of 0.000 < 0.005 and magnitude variable toward learners
emotional stimulus with significance score of 0.000 < 0.005. Testing data is using
correlation Tata Jenjang Spearmens (rs) / Spearmans Phase Order with 5 % of
trutworthiness. The sample of the research is the students at even semester of
Veteran Bangun Nusantara University of Sukoharjo at academic year of
2007/2008 covering 98 students. Sampling technique which use is Proposional
Simple Random Sampling.

Keywords: Journalistic, disaster.

PENDAHULUAN

Bagi media massa, bencana bisa menjadi peluang untuk dijadikan materi
informasi yang tidak pernah kering, terutama karena kandungan nilai beritanya yang
tinggi. Jurnalisme bencana dimaksudkan sebagai bagaimana media memberitakan
bencana. Dalam kata ”bagaimana memberitakan” terkandung dua dimensi yaitu
dimensi proses dan hasil. Dimensi proses mengacu pada proses produksi berita-berita
bencana sedangkan dimensi hasil mengacu pada berita-berita bencana yang dimuat
atau disiarkan media (Eriyanto, 2001). Bencana tsunami di Aceh 2004, gempa bumi di
Yogyakarta pada 27 Mei 2006, lumpur panas Lapindo di Sidoarjo yang belum
terselesaikan hingga sekarang dan masih banyak lagi bencana yang melanda di
berbagai daerah, dimana liputannya merupakan salah satu bentuk dari jurnalisme
bencana.
Liputan intensif, interaktif dan langsung tentang bencana banjir di akhir tahun
2007 (26-31 Desember 2007) di Surakarta, menunjukkan momentum di mana media

8
Gama, Jurnalisme Bencana dan Rangsangan Emosional 9

benar-benar menampakkan kekuatan agenda settingnya, sekaligus mempraktekkan


hal baru yaitu jurnalisme bencana. Hampir seluruh media baik lokal maupun
nasional berlomba-lomba memberitakan bencana banjir secara langsung dan
eksklusif. Fungsi media berperan secara aktif baik media cetak maupun media
elektronik. Media cetak seperti Solopos dengan liputan eksklusifnya menyajikan
bencana banjir dan tanah longsor setiap harinya, sementara media elektronik seperti
radio dan televisi dapat memberikan informasi hanya dalam hitungan detik. Hal yang
tak kalah pentingnya dalam jurnalisme bencana yang terjadi ini adalah keterlibatan
atau partisipasi masyarakat dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan
curah hujan dan banjir kepada media terutama media elektronik radio baik melalui
telepon maupun SMS.
Terkait dengan liputan bencana, media massa akan selalu memberikan liputan
yang terjadi bahkan yang terkini. Jika dicermati, liputan media lebih mengarah pada
pemberitaan traumatik dan dramatik. Yang muncul dalam media adalah isak tangis,
kesedihan, kekecewaan, jumlah korban dan kisah tragis lainnya dan semua itu
memberi kesan mencekam. Jurnalisme bencana bukan hanya menyajikan informasi
pada saat terjadi bencana tetapi juga informasi yang berkaitan dengan pemulihan
atau recovery di wilayah banjir.
Melalui media, masyarakat mengetahui berbagai peristiwa bencana. Bagi
masyarakat yang terkena korban bencana atau bukan, bencana merupakan peristiwa
historis yang sangat membekas, secara psikologis dan sosial. Bagi masyarakat korban
bencana, bekas psikologis ini sangat mendalam dan permanen, berupa trauma-
trauma tertentu. Bagi masyarakat yang bukan korban bencana, bekas psikologis ini
berupa empati, kepedulian, juga rasa takut. Dengan demikian media mampu
menghasilkan rangsangan-rangsangan tertentu pada diri individu seperti rasa takut,
sedih, gembira dan sebagainya sebagai akibat dari pesan media massa. Weiss dalam
Jalaluddin Rakhmat (2000) menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas
rangsangan emosional pesan media. Faktor-faktor itu, antara lain, suasana emosional
(mood), skema kognitif, suasana terpaan, predisposisi individual dan tingkat
identifikasi khalayak dengan tokoh dalam media massa. Kajian mengenai kaitan
antara jurnalisme bencana banjir terhadap rangsangan emosional masyarakat
amatlah dibutuhkan pada saat-saat sekarang mengingat akhir-akhir ini sering terjadi
bencana alam dan apalagi wilayah Indonesia sendiri juga rawan terhadap bencana
alam.
Populasi penelitian adalah mahasiswa Universitas Veteran Bangun Nusantara
(Univet Bantara) Sukoharjo. Dalam penelitian ini penulis akan mencoba untuk
mengetahui secara spesifik melalui pengamatan empirik tentang seberapa jauh
hubungan antara jurnalisme bencana banjir media surat kabar Solopos dengan
rangsangan emosional mahasiswa. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Seberapa jauh hubungan antara nilai berita timeliness jurnalisme bencana banjir
surat kabar Solopos dengan rangsangan emosional mahasiswa?
2. Seberapa jauh hubungan antara nilai berita proximity jurnalisme bencana banjir
surat kabar Solopos dengan rangsangan emosional mahasiswa?
3. Seberapa jauh hubungan antara nilai berita consequence jurnalisme bencana
banjir surat kabar Solopos dengan rangsangan emosional mahasiswa?
10 Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, Januari 2009: 8 - 18

4. Seberapa jauh hubungan antara nilai berita human interest jurnalisme bencana
banjir surat kabar Solopos dengan rangsangan emosional mahasiswa?
5. Seberapa jauh hubungan antara nilai berita magnitude jurnalisme bencana banjir
surat kabar Solopos dengan rangsangan emosional mahasiswa?

PEMBAHASAN

Hutchins Commission mengajukan 5 prasyarat sebagai syarat bagi pers yang


bertanggungjawab kepada masyarakat, yaitu:
1. Media harus menyajikan berita-berita peristiwa sehari-hari yang dapat dipercaya,
lengkap dan cerdas dalam konteks yang memberikannya makna. (Media harus
akurat; mereka tidak boleh berbohong, harus memisahkan antara fakta dan opini,
harus melaporkan dengan cara yang memberikan arti secara internasional, dan
harus lebih dalam dari sekedar menyajikan fakta-fakta dan harus melaporkan
kebenaran)
2. Media harus berfungsi sebagai forum untuk pertukaran komentar dan kritik.
(Media harus menjadi sarana umum; harus memuat gagasan-gagasan yang
bertentangan dengan gagasan-gagasan mereka sendiri, ”sebagai dasar pelaporan
yang objektif”, semua ”pandangan dan kepentingan yang penting” dalam
masyarakat harus diwakili; media harus mengidentifikasi sumber informasi
mereka karena hal ini ”perlu bagi sebuah masyarakat yang bebas”.
3. Media harus memproyeksikan gambaran yang benar-benar mewakili dari
kelompok-kelompok konstituen dalam masyarakat. (Ketika gambaran-gambaran
yang disajikan media gagal menyajikan suatu kelompok sosial dengan benar,
maka pendapat disesatkan; kebenaran tentang kelompok mana pun harus benar-
benar mewakili; ia harus mencakup nilai-nilai dari aspirasi-aspirasi kelompok,
tetapi ia tidak boleh mengecualikan kelemahan-kelemahan dan sifa-sifat buruk
kelompok)
4. Media harus menyajikan dan menjelaskan tujuan-tujuan dan nilai-nilai
masyarakat. (Media adalah instrumen pendidikan, mereka harus memikul suatu
tanggungjawab untuk menyatakan dan menjelaskan cita-cita yang diperjuangkan
oleh masyarakat).
5. Media harus menyediakan akses penuh terhadap informasi-informasi yang
tersembunyi pada suatu saat. (Ada kebutuhan untuk ”pendistribusian berita dan
opini secara luas”) (John C Merril, 1997)

Pandangan modern tentang nilai berita menurut Walter Lippmann dalam


Budyatna (2005:60-61) yaitu adanya unsur kejelasan (clarity) tentang kejadiannya,
ada unsur kejutannya (surprise), ada unsur kedekatannya (proximity) secara geografis
serta ada dampak (impact) dan konflik personalnya. Sedangkan Wilburt Schramm
membedakan jenis-jenis berita dalam dua kelompok, yaitu yang memberikan
kepuasan yang tertunda, dan yang memberikan kepuasan yang segera kepada
pembaca. Yang termasuk dalam kategori kepuasan segera yaitu berita kriminal dan
berita koropsi, berita kecelakaan dan bencana, olahraga dan rekreasi serta peristiwa-
peristiwa sosial. Sedang berita dengan kepuasan yang tertunda yaitu informasi
masalah kemasyarakatan, ekonomi, sosial, ilmiah, pendidikan, keadaan cuaca dan
kesehatan.
Gama, Jurnalisme Bencana dan Rangsangan Emosional 11

Kriteria tentang nilai berita sekarang sudah lebih disederhanakan dan


disistematikkan sehingga unsur-unsur berita yang sekarang dipakai adalah
aktualitas (timeliness), kedekatan (proximity), dampak (consequence), dan humat
interest. Selain itu masih ada unsur lain dalam berita yaitu magnitude. Peristiwa
yang memiliki magnitude akan bernilai sebagai berita untuk layak dimuat.
Magnitude dimasukkan ke dalam pengertian ketidaklaziman, misalnya karena
sangat pendek atau tinggi melampaui kelaziman.
Jurnalistik atau journalisme berasal dari perkataan journal, artinya catatan
harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat
kabar. Journal berasal dari perkataan Latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari.
MacDougall (1972) menyebutkan bahwa journalisme adalah kegiatan menghimpun
berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting di mana
pun dan kapan pun. Jurnalisme sangat diperlukan dalam suatu negara demokratis.
Mats Ekstrom (2004), profesor kajian media dan komunikasi di Universitas
Orebro, Swedia, mengatakan, jurnalisme adalah suatu model produksi pengetahuan
sekaligus praktik komunikasi yang berkaitan dengan kepentingan dan akseptabilitas
publik (public acceptance of knowledge claims). Sebagai institusi yang memproduksi
ilmu pengetahuan, jurnalisme dan para wartawan aktif dalam mereproduksi realitas,
serta bekerja demi memperkuat posisi pengetahuan sebagai bentuk pencerahan
pemikiran.(Jurnal Komunikasi, Vol.1 Nomor 2, April 2007:149).
Jurnalisme bencana dalam penelitian ini adalah bagaimana media
memberitakan bencana. Jurnalisme bencana adalah genre baru jurnalistik yang
sangat penting bagi media-media di Indonesia. Pertama, secara geologis maupun
sosiologis Indonesia adalah negeri rentan bencana. Kedua, media massa melalu (dan
pasti) akan memberitakan setiap peristiwa bencana yang terjadi, bahkan menjadi
headline ataupun mengisi waktu-waktu prime time. Ketiga, masyarakat
menggantungkan pengetahuannya tentang bencana kepada informasi yang disajikan
media massa. Keempat, bencana selalu diikuti ketidakpastian dan kesimpansiuran
informasi, yang seringkali menyesatkan, karena itu media massa menjadi tumpuan
utama untuk menyajikan informasi yang akurat. (Jurnal Komunikasi, Vol.1 Nomor 2,
April 2007:149).
Liputan bencana tsunami di Aceh 2004 dan gempa bumi di Yogyakarta 2006
menimbulkan kesan bahwa ke dua kota itu luluh lantak, seakan kehancuran akibat
gempa menimpa seluruh wilayah Aceh dan Yogyakarta. Dalam fase-fase demikian
media seringkali menyajikan informasi yang bersifat traumatik dan dramatisasi.
Yang muncul dalam pemberitaan adalah isak tangis, kesedihan, nestapa dan kisah-
kisah tragis lainnya. John Macmanus (1994) sosiolog media, memberikan kritik sinis,
bahwa media mengekspos berbagai peristiwa bencana secara sadar dan sistematis
mengikuti logika komersial (commodified). Intinya, media menanggung untung besar
dalam setiap bencana. Pertama, keuntungan dari meningkatnya oplah dan rating
secara tajam karena pemberitaan gempa yang dilakukan. Kedua, keuntungan
kredibilitas lembaga sebagai aktor sosial penting dalam pengumpulan dan
penyaluran bantuan bencana.. Bencana bukanlah bad news, melainkan good news,
kisah pedih yang menghibur dan melipatgandakan keuntungan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional
pesan media massa. Faktor-faktor itu, antara lain, suasana emosional (mood), skema
kognitif, suasana terpaan, predisposisi individual dan tingkat identifikasi khalayak
12 Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, Januari 2009: 8 - 18

dengan tokoh dalam media massa. Suasana emosional, menunjuk pada respon
individu ketika menonton film, membaca novel, dan sebagainya. Pada saat menonton
film sedih akan sangat mengharukan apabila individu mengalami kesedihan
sebelumnya.. Adegan lucu akan membuat individu tertawa terbahak-bahak setelah
sebelumnya individu mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka. Skema
kognitif, terbentuk karena induksi verbal atau petunjuk pendahuluan yang
menggerakkan kerangka interpretif. Suasana terpaan (setting of exposure, menunjuk
pada keadaan atau suasana dimana individu berada. Predisposisi individual, mengacu
pada karakteristik khas individu (Jalaluddin, 2000: 245).
Fungsi penting dari media massa adalah menginformasikan kepada masyarakat
tentang sesuatu isu. McComb dan Shaw berpendapat bahwa agenda media
mempunyai fungsi sebagai agenda setting. Artinya, isi (content) dari media yang
dianggap penting oleh media akan menentukan apa yang akan dipikirkan oleh publik
media tersebut. Dalam media cetak hal tersebut dapat dilakukan oleh media massa
misalnya dengan menempatkan suatu isu dengan memberikan porsi ruang yang
besar, ditempatkan dihalaman utama dan dilakukan serangkaian pemberitaan yang
terus menerus tentang isu sejenis. Dalam penelitiannya Cohen menyatakan bahwa
pers membuat publik memikirkan tentang sesuatu, bukan apa yang dipikirkan (what
to think about, not what to think). (www.ciadvertising.org).
Sementara itu Funkhouser berpendapat bahwa hubungan antara artikel berita
dengan opini publik tidaklah skedar sebagai pemuntahan kembali pendapat publik
apa yang ada dalam berita, tetapi lebih pada apa yang dirasakan oleh responden itu
penting. Sedangkan Takeshita mencatat bahwa media massa lebih mempunyai
pengaruh atas apa yang orang pikirkan tentang iklim pendapat daripada atas apa
yang mereka pikirkan tentang concern mereka sendiri (www.ciadvertising.org).
Putra (2006) dalam makalahnya Media dan Agenda-AgendaPemberdayaan
Pasca Bencana menganalisis dua hal yang menjadi penyebab media begitu besar
peran dan perhatiannya terhadap segala bentuk bencana. Pertama, bencana biasanya
biasanya menciptakan situasi yang tidak pasti (uncertainly). Dalam situasi seperti itu,
warga masyarakat akan memuncak rasa ingin tahunya. Mereka akan bertanya apa
yang akan terjadi. Oleh karena itu, mereka berusaha mencari tahu jawabannya.
Komunikasi terjadi karena orang ingin mengurangi ketidakpastian. Kedua, bencana
bagi media merupakan even besar yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Sebagai
satu even, bencana memiliki daya tarik yang luar biasa tanpa harus direkayasa.
Bencana sendiri sudah mengandung unsur dramatik bukan buatan. Dengan kata
lain, bencana memiliki nilai berita yang sangat tinggi bahkan mirip dengan sebuah
cerita fiksi lengkap dengan unsur-unsur pendukungnya, seperti alur dramatik,
problematika, solusi, dan aksi-reaaksi yang muncul dari berbagai karakter manusia

Hubungan Timeliness Jurnalisme Bencana Banjir dan Rangsangan


Emotional Mahasiswa

Berdasarkan data hasil penelitian ini diketahui bahwa timeliness jurnalisme


bencana banjir dan rangsangan emotional mahasiswa termasuk kategori tinggi. Hal
tersebut ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,026 < 0,05 atau ada hubunga antara
timeliness jurnalisme bencana banjir sura kabar Solopos dengan rangsangan
emotional mahasiswa
Tabel 1. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Timelines n = 98
Gama, Jurnalisme Bencana dan Rangsangan Emosional 13

No. Pernyataan Bobot f % Skor Total


1. Menurut saya, berita peristiwa 5 22 22,44 110
banjir yang melanda Solo raya 4 70 71,42 280
pada Desember 2007 3 5 5,10 15
merupakan berita actual yang 2 1 1,04 2
disajikan media Solopos 1 - - - 407
2. Berita banjir yang disajikan 5 17 17,34 85
media sangat ramai 4 53 54,08 212
dibicarakan dan 3 24 24,48 72
diperdebatkan orang 2 4 4,10 8
1 - - - 377
3. Ketika terjadi musibah banjir, 5 27 27,55 135
sloops lansung memberitakan 4 63 64,28 252
keesokan harinya 3 6 6,12 18
2 2 2,05 4
1 - - - 409
Jumlah 1.193
Sumber: Kuesioner No. 1-3

Hubungan Proximity Jurnalisme Bencana Banjir dan Rangsangan


Emotional Mahasiswa

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan hasil yang belum optimal


karena data tersebut menunjukkan adanya hubungan kecenderungan yang rendah
terlihat dari nilai signifikan 0,864 > 0,05 atau tidak ada hubungan antara proximity
jurnalisme bencana banjir Solopos dengan rangsangan emotional mahasiswa
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Rincian data hasil penelitian
terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Proximity n = 98

No. Pernyataan Bobot f % Skor Total


1. Bagi saya, berita banjir 5 30 30,61 150
menarik perhatian untuk 4 54 54,09 212
dibaca dan diketahui karena 3 12 12,24 36
lokasinya sangat dekat dengan 2 3 3,06 6
dilayah saya 1 - - - 404
2. Daerah-daerah yang dilanda 5 28 28,57 140
banjir merupakan daerah yang 4 45 45,91 180
saya ketahui dimana posisinya, 3 17 17,34 51
karena itu saya merasa perlu 2 8 8,18 16
untuk membaca di surat kabar 1 - - - 387
3. Sebagai sesama bangsa 5 52 53,06 260
Indonesia, saya merasa sedih 4 42 42,85 168
dengan terjadinya musibah kali 3 4 4,09 12
ini 2 - - -
1 - - - 440
4. Menurut saya, berita banjir 5 35 35,71 175
merupakan musibah yang 4 35 35,71 140
14 Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, Januari 2009: 8 - 18

No. Pernyataan Bobot f % Skor Total


datangnya dari Sang Pencipta, 3 9 9,18 27
karena itu kita harus 2 13 13,26 26
menerimanya dengan sabar 1 6 6,14 6 374
dan tabah
5. Sudah seharusnya Solopos 5 22 22,44 110
menyajikan berita banjir yang 4 54 55,10 216
terjadi di Solo Raya karena 3 15 15,30 45
lokasi Solopos dan lokasi 2 5 5,10 10
bencana banjir berada dalam 1 2 2,06 2 383
satu wilayah
Jumlah 1.988
Sumber: Kuesioner No. 4-8

Hubungan Concequence Jurnalistik Bencana Banjir dan Rangsangan


Emotional Mahasiswa

Hubungan antara nilai berita concequence jurnalisme bencana banjir dengan


rangsangan emotional mahasiswa Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
cenderung tinggi. Hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,000 < 0,05 atau ada hubungan
antara nilai berita concequence jurnalisme bencana banjir dengan rangsangan
emotional mahasiswa. Rincian data hasil penelitian terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Consequence n = 98

No. Pernyataan Bobot f % Skor Total


1. Menurut saya, dampak yang 5 48 48,97 240
ditimbulkan akibat banjir 4 44 44,89 176
sangat luas baik dari segi 3 3 3,07 9
ekonomi, sosial dan 2 3 3,07 6
sebagainya 1 - - - 431
2. Akibat banjir banyak warga 5 30 30,60 150
yang mengungsi ke tempat 4 60 61,22 240
lain dan mendirikan tenda- 3 7 7,14 21
tenda sementara 2 1 1,04 2
1 - - - 413
3. Banjir mengakibatkan 5 32 32,65 160
banyak pihak yang terlibat 4 59 60,20 236
untuk bersatu 3 7 7,15 21
menanggulangi musibah 2 - - -
tersebut 1 - - - 417
4. Banjir yang terjadi Desember 5 7 7,14 35
tahun lalu akibat dari 4 31 31,63 124
tindakan atau kebijakan, 3 28 28,57 84
terkait dengan dibukanya 2 25 25,51 50
pintu waduk Gajah Mugkur 1 7 7,15 7 300
Wonogiri
5. Banjir juga disebabkan 5 35 35,71 175
banyaknya saluran air yang 4 55 56,12 220
Gama, Jurnalisme Bencana dan Rangsangan Emosional 15

No. Pernyataan Bobot f % Skor Total


tersumbat karena kelalaian 3 6 6,12 18
warga 2 2 2,05 4
1 - - - 417
Jumlah 1.978
Sumber: Kuesioner No. 9-13

Hubungan Human Interest Jurnalisme Bencana Banjir dan Rangsangan


Emotional Mahasiswa

Dugaan adanya kecenderungan hubungan antara nilai berita human interest


jurnalisme bencana banjir terhadap rangsangan emosional mahasiswa Universitas
Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo cenderung tinggi. Hal tersebut ditunjukkan
dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 atau ada hubungan antara nilai berita human
interest jurnalisme bencana banjir dengan rangsangan emosional mahasiswa. Lebih
lanjut rincian data hasil penelitian terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Human Interset n = 98

No. Pernyataan Bobot f % Skor Total


1. Saya sedih melibat 5 30 30,61 150
banyaknya korban banjir 4 60 61,22 240
3 7 7,14 21
2 1 1,03 2
1 - - - 413
2. Para korban banjir harus 5 57 58,16 285
segera mendapat 4 38 38,77 152
pertolongan/bantuan dari 3 1 1,03 3
berbagai pihak 2 2 2,04 4
1 - - - 444
3. Menurut saya, jika korban 5 30 30,62 150
banjir tidak segera 4 48 48,97 192
mendapat pertolongan maka 3 16 16,32 48
akan menimbulkan 2 4 4,09 8
konflik/ketegangan yang 1 - - - 398
serius
4. Saya merasa simpati dengan 5 31 31,63 155
para korban banjir, dan 4 60 61,22 240
seandainya bisa, sayaingin 3 7 7,15 21
membantu mereka dengan 2 - - -
sekuat tenaga 1 - - - 416

5. Saya tidak menduga sama 5 23 23,46 115


sekali, banjir tahun lalu 4 41 41,83 164
menimbulkan banyak 3 28 28,57 84
korban (harta benda) 2 6 6,14 12
dibandingkan tahun-tahun 1 - - - 375
sebelumnya
Jumlah 2.046
16 Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, Januari 2009: 8 - 18

Sumber: Kuesioner No. 14-18

Hubungan Magnitude Jurnalisme Bencana Banjir dan Rangsangan


Emotional Mahasiswa

Terdapat kecenderungan hubungan antara nilai berita magnitude jurnalisme


bencana banjir dengan rangsangan emosinal mahasiswa. Diketahuinya
kecenderungan hubungan tersebut bersandar kepada hasil uji statistik yaitu dengan
nilai signifikansi 0,000 < 0,05 atau ada hubungan antara nilai berita magnitude
jurnalisme bencana banjir dengan rangsangan emosional mahasiswa. Lebih lanjut
rincian data hasil penelitian terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Magnitude n = 98

No. Pernyataan Bobot f % Skor Total


1. Banyak rumah penduduk 5 20 20,40 100
yang tenggelam akibat banjir 4 55 56,13 220
3 14 14,28 42
2 9 9,19 18
1 - - - 380
2. Banyak warga yang tiba-tiba 5 19 19,38 95
kehilangan harta benda yang 4 59 60,20 236
dimilikinya 3 16 16,32 48
2 4 4,10 8
1 - - - 387
3. Banjir secara merata 5 22 22,44 110
melanda Solo Raya (Solo. 4 43 43,88 172
Karanganyar, Sragen, 3 24 24,48 72
Boyolali, Klaten, Wonogiri). 2 8 8,16 16
Menurut saya, hal tersebut 1 1 1,04 1 371
sangat berbeda pada tahun-
tahun sebelumnya
Jumlah 1.138
Sumber: Kuesioner No. 19-21

KESIMPULAN

Nilai berita timeliness jurnalisme berita bencana surat kabar Solopos dalam
mempengaruhi rangsangan emosional mahasiswa Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo cenderung tinggi. Timeliness atau aktualitas berita yang
disajikan Solopos merupakan peristiwa yang benar-benar baru terjadi dan perlu
diketahui pembaca dan dengan adanya berita mengenai bencana banjir yang melanda
Solo Raya maka menimbulkan rangsangan-ransangan emosional pada diri
mahasiswa.
Nila berita proximity jurnalisme berita bencana surat kabar Solopos dalam
mempengaruhi rangsangan emosional mahasiswa Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo cenderung rendah. Hal ini lebih disebabkan karena faktor
kedekatan secara geografis dan psikologis. Secara geografis, meskipun kampus Univet
Bantara berada dalam wilayah Solo Raya tetapi sebagian mahasiswa bertempat
Gama, Jurnalisme Bencana dan Rangsangan Emosional 17

tinggal di luar wilayah dan bahkan mungkin tidak berada dalam lokasi banjir. Karena
itu nilai berita proximity kurang memberikan rangsangan emosional kepada
responden. Secara psikologis, lebih disebabkan karena tidak adanya hubungan
emosional antara wilayah banjir dengan sikap predisposisi individu mahasiswa
sehingga kurang memberikan perhatian yang intens.
Nila berita consequence jurnalisme berita bencana surat kabar Solopos dalam
mempengaruhi rangsangan emosional mahasiswa Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo cenderung tinggi. Hal ini disebabkan karena dampaknya yang
sangat luar biasa (misalnya: banyaknya korban, banyaknya kerugian, dan
sebagainya) sehingga menimbulkan rangsangan emosinal terhadap mahasiwa, seperti
sikap terkejut, heran, tidak terduga, dan sebagainya.
Nila berita human interest jurnalisme berita bencana surat kabar Solopos dalam
mempengaruhi rangsangan emosional mahasiswa Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo cenderung tinggi. Pemberitaan Solopos terkait dengan masalah
banjir sering menyajikan berita-berita yang menyentuh hati nurani pembaca sehingga
menimbulkan rangsangan emosional terhadap mahasiswa.
Nila berita magnitude jurnalisme berita bencana surat kabar Solopos dalam
mempengaruhi rangsangan emosional mahasiswa Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo cenderung tinggi. Bajir yang yang terjadi di akhir tahun 2007
memang sangat berbeda pada tahun-tahun sebelumnya sehingga peristiwa tersebut
merupakan peristiwa yang luar biasa dan karena ketidak laziman inilah
mempengaruhi emosional mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi T. 1977. Sistem Pers Pancasila 1966-1974. Yogyakarta: LKiS.


Anwar, Saifuddin, 1986. Reliabilitas Dan Validitas Interpretasi dan Komputasi.
Yogyakartra: Liberty

Budyatna, Muhammad,. 2005. Jurnalistik Teori & Praktik. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Deddy Iskandar Muda. 2003. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Eriyanto.2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS

Fisher, Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi. Soejono Trimo (penerj). Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Hajar, Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.
MacDougall, Curtis D. 1972. Interpretative Reporting. Macmillan Publishing Co., Inc.
New York
18 Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 3, No. 1, Januari 2009: 8 - 18

Masduki dan Bambang Muryanto, ”Jurnalisme Publik pada Media Penyiaran Publik”,
Jurnal Komunikasi. Volume 1, Nomor 2, April 2007. Progdi Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta

McQuail, Dennis. 1992. Media Performance. London: Sage Publications.

Merril, John C. 1997. Journalism Ethics-Philosophical Foundations for News Media.


St. Martin’s Press. New York

Nazaruddin, Muzayin, ”Jurnalisme Bencana: Sebuah Tinjauan Etis”, Jurnal


Komunikasi. Volume 1, Nomor 2, April 2007. Progdi Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia


Putra, I Gusti Ngurah. 2006. ”Media dan Agenda-Agenda Pemberdayaan Pasca
Bencana: Memaksimalkan Fungsi Watchdog”. Makalah. Disampaikan dalam
Seminar Media, Solidaritas Sosial, dan Proses Rekonstruksi Pasca Bencana
yang diselenggarakan Jurusan Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM dan Yayasan
SET di Ruang Seminar FISIPOL UGM, 09 Agustus 2006.

Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya


Slamet, Yulius. 2001. Teknik Pengambilan Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Surakarta.

Septiawan Santana K, 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarrta: Yayasan Obor


Indonesia
Yusuf, Iwan Awaluddin, ”Ada Kuis di Tengah Gempa: Membangun Epistemologi
Liputan Bencana di Media”, Jurnal Komunikasi. Volume 1, Nomor 1, Oktober
2006. Progdi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai