Betty Gama
Program Studi Ilmu Komunikasi,
FISIP Universitas Veteran Bangun Nusantara
Jl. Letjen S. Humardani No. 1 Jombor Sukoharjo (Jateng)
Email: bettygama_62@yahoo.com
ABSTRACT
Disaster journalism is aimed as how the media tells the disaster itself. Based
on the data analysis toward the five (5) research variables, only the proximity
variable that doesn’t have relation to the university students emotional stimulus,
with the significance score of 0.864 > 0,005. Timeliness variable to the learners
emotional stimulus with the significance score of 0.026 < 0.005. Consequence
variable toward the leaners emotional stimulus with significance score of 0.000 <
0.005, human interest variable towards the learners emotional stimulus with
significance score of 0.000 < 0.005 and magnitude variable toward learners
emotional stimulus with significance score of 0.000 < 0.005. Testing data is using
correlation Tata Jenjang Spearmens (rs) / Spearmans Phase Order with 5 % of
trutworthiness. The sample of the research is the students at even semester of
Veteran Bangun Nusantara University of Sukoharjo at academic year of
2007/2008 covering 98 students. Sampling technique which use is Proposional
Simple Random Sampling.
Keywords: Journalistic, disaster.
PENDAHULUAN
Bagi media massa, bencana bisa menjadi peluang untuk dijadikan materi
informasi yang tidak pernah kering, terutama karena kandungan nilai beritanya yang
tinggi. Jurnalisme bencana dimaksudkan sebagai bagaimana media memberitakan
bencana. Dalam kata ”bagaimana memberitakan” terkandung dua dimensi yaitu
dimensi proses dan hasil. Dimensi proses mengacu pada proses produksi berita-berita
bencana sedangkan dimensi hasil mengacu pada berita-berita bencana yang dimuat
atau disiarkan media (Eriyanto, 2001). Bencana tsunami di Aceh 2004, gempa bumi di
Yogyakarta pada 27 Mei 2006, lumpur panas Lapindo di Sidoarjo yang belum
terselesaikan hingga sekarang dan masih banyak lagi bencana yang melanda di
berbagai daerah, dimana liputannya merupakan salah satu bentuk dari jurnalisme
bencana.
Liputan intensif, interaktif dan langsung tentang bencana banjir di akhir tahun
2007 (26-31 Desember 2007) di Surakarta, menunjukkan momentum di mana media
8
Gama, Jurnalisme Bencana dan Rangsangan Emosional 9
4. Seberapa jauh hubungan antara nilai berita human interest jurnalisme bencana
banjir surat kabar Solopos dengan rangsangan emosional mahasiswa?
5. Seberapa jauh hubungan antara nilai berita magnitude jurnalisme bencana banjir
surat kabar Solopos dengan rangsangan emosional mahasiswa?
PEMBAHASAN
dengan tokoh dalam media massa. Suasana emosional, menunjuk pada respon
individu ketika menonton film, membaca novel, dan sebagainya. Pada saat menonton
film sedih akan sangat mengharukan apabila individu mengalami kesedihan
sebelumnya.. Adegan lucu akan membuat individu tertawa terbahak-bahak setelah
sebelumnya individu mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka. Skema
kognitif, terbentuk karena induksi verbal atau petunjuk pendahuluan yang
menggerakkan kerangka interpretif. Suasana terpaan (setting of exposure, menunjuk
pada keadaan atau suasana dimana individu berada. Predisposisi individual, mengacu
pada karakteristik khas individu (Jalaluddin, 2000: 245).
Fungsi penting dari media massa adalah menginformasikan kepada masyarakat
tentang sesuatu isu. McComb dan Shaw berpendapat bahwa agenda media
mempunyai fungsi sebagai agenda setting. Artinya, isi (content) dari media yang
dianggap penting oleh media akan menentukan apa yang akan dipikirkan oleh publik
media tersebut. Dalam media cetak hal tersebut dapat dilakukan oleh media massa
misalnya dengan menempatkan suatu isu dengan memberikan porsi ruang yang
besar, ditempatkan dihalaman utama dan dilakukan serangkaian pemberitaan yang
terus menerus tentang isu sejenis. Dalam penelitiannya Cohen menyatakan bahwa
pers membuat publik memikirkan tentang sesuatu, bukan apa yang dipikirkan (what
to think about, not what to think). (www.ciadvertising.org).
Sementara itu Funkhouser berpendapat bahwa hubungan antara artikel berita
dengan opini publik tidaklah skedar sebagai pemuntahan kembali pendapat publik
apa yang ada dalam berita, tetapi lebih pada apa yang dirasakan oleh responden itu
penting. Sedangkan Takeshita mencatat bahwa media massa lebih mempunyai
pengaruh atas apa yang orang pikirkan tentang iklim pendapat daripada atas apa
yang mereka pikirkan tentang concern mereka sendiri (www.ciadvertising.org).
Putra (2006) dalam makalahnya Media dan Agenda-AgendaPemberdayaan
Pasca Bencana menganalisis dua hal yang menjadi penyebab media begitu besar
peran dan perhatiannya terhadap segala bentuk bencana. Pertama, bencana biasanya
biasanya menciptakan situasi yang tidak pasti (uncertainly). Dalam situasi seperti itu,
warga masyarakat akan memuncak rasa ingin tahunya. Mereka akan bertanya apa
yang akan terjadi. Oleh karena itu, mereka berusaha mencari tahu jawabannya.
Komunikasi terjadi karena orang ingin mengurangi ketidakpastian. Kedua, bencana
bagi media merupakan even besar yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Sebagai
satu even, bencana memiliki daya tarik yang luar biasa tanpa harus direkayasa.
Bencana sendiri sudah mengandung unsur dramatik bukan buatan. Dengan kata
lain, bencana memiliki nilai berita yang sangat tinggi bahkan mirip dengan sebuah
cerita fiksi lengkap dengan unsur-unsur pendukungnya, seperti alur dramatik,
problematika, solusi, dan aksi-reaaksi yang muncul dari berbagai karakter manusia
KESIMPULAN
Nilai berita timeliness jurnalisme berita bencana surat kabar Solopos dalam
mempengaruhi rangsangan emosional mahasiswa Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo cenderung tinggi. Timeliness atau aktualitas berita yang
disajikan Solopos merupakan peristiwa yang benar-benar baru terjadi dan perlu
diketahui pembaca dan dengan adanya berita mengenai bencana banjir yang melanda
Solo Raya maka menimbulkan rangsangan-ransangan emosional pada diri
mahasiswa.
Nila berita proximity jurnalisme berita bencana surat kabar Solopos dalam
mempengaruhi rangsangan emosional mahasiswa Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo cenderung rendah. Hal ini lebih disebabkan karena faktor
kedekatan secara geografis dan psikologis. Secara geografis, meskipun kampus Univet
Bantara berada dalam wilayah Solo Raya tetapi sebagian mahasiswa bertempat
Gama, Jurnalisme Bencana dan Rangsangan Emosional 17
tinggal di luar wilayah dan bahkan mungkin tidak berada dalam lokasi banjir. Karena
itu nilai berita proximity kurang memberikan rangsangan emosional kepada
responden. Secara psikologis, lebih disebabkan karena tidak adanya hubungan
emosional antara wilayah banjir dengan sikap predisposisi individu mahasiswa
sehingga kurang memberikan perhatian yang intens.
Nila berita consequence jurnalisme berita bencana surat kabar Solopos dalam
mempengaruhi rangsangan emosional mahasiswa Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo cenderung tinggi. Hal ini disebabkan karena dampaknya yang
sangat luar biasa (misalnya: banyaknya korban, banyaknya kerugian, dan
sebagainya) sehingga menimbulkan rangsangan emosinal terhadap mahasiwa, seperti
sikap terkejut, heran, tidak terduga, dan sebagainya.
Nila berita human interest jurnalisme berita bencana surat kabar Solopos dalam
mempengaruhi rangsangan emosional mahasiswa Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo cenderung tinggi. Pemberitaan Solopos terkait dengan masalah
banjir sering menyajikan berita-berita yang menyentuh hati nurani pembaca sehingga
menimbulkan rangsangan emosional terhadap mahasiswa.
Nila berita magnitude jurnalisme berita bencana surat kabar Solopos dalam
mempengaruhi rangsangan emosional mahasiswa Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo cenderung tinggi. Bajir yang yang terjadi di akhir tahun 2007
memang sangat berbeda pada tahun-tahun sebelumnya sehingga peristiwa tersebut
merupakan peristiwa yang luar biasa dan karena ketidak laziman inilah
mempengaruhi emosional mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Masduki dan Bambang Muryanto, ”Jurnalisme Publik pada Media Penyiaran Publik”,
Jurnal Komunikasi. Volume 1, Nomor 2, April 2007. Progdi Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta