BENCANA
MATA KULIAH MANAJEMEN BENCANA
DISUSUN
OLEH:
PROGRAM STUDI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA K3
BATAM 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat
dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari
makalah ini adalah ” Perundang-undangan bencana”. Makalah ini di susun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keselamatan kerja.
1
penyusun. Penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.
Penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan penyusun,
maka kritik dan saran yang membangun senantiasa penyusun mengharapkan semoga makalah
inidapat berguna bagi penyusun pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.
Penyusun
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
BAB II PEMBAHASAN
2
2.4 Korban Bencana ............................................................................................................... 8
2.5 Hakeka Penanggulangan Bencana ................................................................................... 8
2.6 Asas Penanggulangan Bencana........................................................................................ 8
2.7 Tujuan Penanggulangan Bencana .................................................................................... 9
2.8 Prinsip Penanggulangan Bencana .................................................................................... 9
2.9 Petahapan Penanggulangan Bencana .............................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Dalam Undang- udang nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pcristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oieh
faktor alam dan/atau faktor nonalam ulah tangan manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta
dampak psikologis.
4
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi. dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok
atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
Penyelengaraan Pendangulangan bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tangap darurat, dan rehabilitasi.
2.2 Potensi bencana.
1. Bencana banjir
Banjir baik yang berupa genangan atau banjir bandang bersipat merusak, aliran
arus air yang tidak terlalu dalam tetapi cepat dan bergolak (turbulent) dapat
menghanyutkan manusia, hewan dan tumbuhan.
2. Bencana tanah longsor
Gerakan tanah atau tanah longsor yang mampu merusak lingkungannya baik
akibat gerakan tanah dibawahnya atau karena penimbunan akibat longsor tersebut.
3. Bencana letusan gunung api.
4. Bencana Gempa Bumi
5. Adalah getaran partikel batuan atau goncangan pada kulit bumi yang disebabkan
oleh pelepasan energi secara tiba-tiba akibat aktivitas tektonik (gempa bumi
tektonik) dan rekahan akibat naiknya fluida (magma, gas uap dll) dari dalam
bumi menuju kepermukaan, disekitar gunung api, getaran tersebut menyebabkan
kerusakan dan runtuhnya struktur bangunan yang menimbulkan keruntuhan,
disamping itu pula dampak lain yang ditimbulkan adalah kebakaran, kecelakaan
industri dan transfortasi, banjir akibat runtuhnya bendungan dan tanggul.
6. Bencana Tsunami
Gelombang air laut yang membawa material baik berupa sisa-sisa bangunan,
tumbuhan dan material lainnya menghempas segala sesuatu yang berdiri didatran
pantai dengan kekuatan dahsyat. Bangunan-bangunan yang mempunyai dimensi
lebar dinding sejajar dengan garis pantai atau tegak lurus dengan arah datangnya
5
gelombang akan mendapat tekanan yang paling kuat sehingga akan mengalami
kerusakan yang paling parah.
7. Bencana Kebakaran
Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam berupa cuaca yang kering
serta faktor manusia baik yang disengaja maupun tidak, sedangkan kerusakan
yang ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan, korban jiwa dan harta benda
dampak samping yang diakibatkan kebakaran adalah asap yang dapat
mempengaruhi kesehatan serta gangguan aktifitas penerbangan.
8. Bencana Kekeringan
Kekeringan akan berdampak bagi kesehatan manusia, tanaman serta hewan baik
secara langsung maupun tidak langsung dampak dari bencana kekeringan ini
seringkali secara gradual/lambat, sehingga apabila tidak dipantau secara terus
menerus akan mengakibatkan bencana berupa hilangnya bahan pangan akibat
tanaman pangan ternak mati, petani kehilangan mata pencaharian, sehingga
berdampak urbanisasi.
9. Bencana Angin Siklon Tropis
Tekanan dan hisapan serta tenaga angin meniup selama beberapa jam dapat
mengakibatkan kerusakan pada bangunan dan sarana umum kebanyakan angin
topan disertai hujan deras yang dapat menimbulkan bencana lain seperti tanah
longsor dan banjir.
10. Bencana Wabah Penyakit
Wabah penyakit menular berdampak kepada masyarakat yang sangat luas
11. Bencana Kegagalan Teknologi
Pada skala besar dapat mengancam kestabilan ekologi secara global, ledakan
instalasi dapat menyebabkan korban jiwa, luka-luka dan kerusakan infrastruktur,
kebakaran, pencemaran udara, sumber air minum, tanaman, pertanian serta
terganggunya kestabilan ekologi secara global.
2.3 Kriteria Bencana.
1. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Nasional.
a. Bencana yang terjadi menyebabkan mekanisme sistem pemerintahan di daerah
tersebut, baik dalam kawasan satu provinsi atau lebih tidak berfungsi.
b. Infrastruktur di kawasan daerah yang terkena bencana mengalami rusak berat
dan tidak berfungsi.
6
c. Korban manusia baik yang meninggal maupun luka, serta kerusakan bangunan
dan rumah tempat tinggal sangat banyak sehingga menyebabkan unsur-unsur
BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota tidak mampu mengatasi akibat
bencana tersebut.
d. Hasil data korban dan kerusakan daerah yang sangat banyak, selanjutnya
Presiden menetapkan Bencana Nasional.
2. Kriteria Bencana alam pada Skala Tingkat Provinsi.
a. Bencana alam yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya mekanisme sistem
pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana.
b. Infrastruktur hanya sebagian kecil yang tidak berfungsi.
c. Korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul, unsur-unsur BPBD
Provinsi masih mampu mengatasi.
d. Unsur-unsur BPBD Provinsi masih mampu mengatasi terhadap korban
manusia dan kerusakan daerah yang timbul.
7
1. Penanggulangan bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Penanggulangan bencana adalah kewajiban bersama antara Pemerintah dan
masyarakat yang didasarkan pada partisipasi, dukungan dan prakarsa masyarakat
serta Pemerintah Daerah.
3. Penanggulangan bencana dititik beratkan pada tahap sebelum terjadinya bencana
yang meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan dan kesiapsiagaan untuk
memperkecil, mengurangi dan memperlunak dampak yang ditimbulkan oleh
bencana.
4. Penanggulangan bencana adalah bagian dari kegiatan pembangunan yang bertujuan
untuk mengurangi penderitaan masyarakat dan meningkatkan kehidupan dan
penghidupan masyarakat secara lahir batin.
2.6 Asas Penanggulangan Bencana.
1. Kemanusiaan
Memberikan perlindungan dan penghormatan hak-hak azasi manusia, harkat dan
martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.
2. Keadilan
Setiap materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana harus
mecerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.
3. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
Penanggulangan bencana tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan latar
belakang antara lain, agama, suku, golongan, gender atau status sosial.
4. Keseimbangan
Keselarasan dan Keserasian. Dalam penanggulangan bencana harus
mencerminkan keseimbangan kehidupan sosial dan lingkungan, keselarasan tata
kehidupan dan lingkungan serta mencerminkan keserasian lingkungan dan
kehidupan sosial masyarakat.
5. Ketertiban dan kepastian hukum
Penanggulangan bencana harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat
melalui jaminan adanya kepastian hukum.
6. Kebersamaan
Penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas dan tanggung jawab
bersama antara pemerintah dan masyarakat yang dilakukan secara gotong royong.
7. Kelestarian lingkungan hidup
8
Materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan
kelestarian lingkungan untuk generasi sekarang dan untuk generasi yang akan
datang demi untuk kepentingan bangsa dan negara.
8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Penanggulangan bencana harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
secara optimal sehingga mempermudah dan mempercepat proses penanggulangan
bencana baik pada tahap pencegahan, pada saat terjadi bencana maupun pada tahap
pasca bencana.
2.7 Tujuan Penanggulangan Bencana
1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.
2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi dan menyeluruh.
4. Menghargai budaya lokal.
5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.
6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan kedemawanan.
7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
2.8 Prinsip-prinsip Penanggulangan Bencana.
1. Cepat dan tepat
Dalam penanggulangan harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan
tuntunan keadaan.
2. Prioritas
Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan
diutamakan pada kegiatan penyelamatan manusia.
3. Koordinasikan dan keterpaduan
Penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling
mendukung. Sedangkan keterpaduan adalah penanggulangan bencana dilakukan
oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan
saling mendukung.
4. Berdaya guna dan berhasil guna
Yang dimaksud dengan berdaya guna adalah dalam mengatasi kesulitan
masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga dan biaya yang
9
berlebihan. Sedangkan berhasil guna adalah kegiatan penanggulangan bencana
harus berhasil guna dalam mengatasi kesulitan masyarakat.
5. Transparansi dan akuntabilitas
Yang dimaksud dengan transparansi pada penanggulangan bencana dilakukan
secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan, sedangkan akuntabilitas berarti
dapat dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum.
6. Kemandiriaan
Bahwa penanggulangan bencana utamanya harus dilakukan oleh masyarakat
didaerah rawan bencana secara swadaya.
7. Nondiskriminasi
Bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang
berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras dan aliran politik apapun.
8. Nonproletisi
Dalam penanggulangan bencana dilarang menyebarkan agama atau kenyakinan
terutama pada saat pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.
2.9 Pentahapan Penanggulangan Bencana.
1. Pra Bencana.
a. Dalam situasi tidak terjadi bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana meliputi :
1) Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana.
2) Pemahaman kerentanan masyarakat.
3) Analisa kemungkinan dampak bencana.
4) Pilihan tindakan pengurangan resiko bencana.
5) Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana.
6) Alokasi tugas, kewewenangan dan sumber daya yang tersedia.
7) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan dengan :
BNPB untuk tingkat nasional, BPBD untuk tingkat Provinsi, BPBD untuk
tingkat Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya untuk jangka waktu 5 tahun.
8) Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala setiap 2 tahun
sekali atau sewaktu waktu bila terjadi bencana.
9) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dilakukan berdasarkan
pedoman yang ditetapakan oleh kepala BNPB.
10
Pengurangan resiko bencana dilakukan untuk mengurangi ancaman dan
kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghadapai
bencana melalui kegiatan :
1) Pengenalan dan pemantauan resiko bencana.
2) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana.
3) Pengembangan budaya sadar bencana.
4) Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana.
5) Penerapan upaya fisik dan non fisik dan pengaturan penanggulangan
bencana.
6) Untuk melakukan upaya pengurangan resiko bencana dilakukan
penyusunan rencana aksi pengurangan resiko baik secara nasional maupun
daerah.
Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman dan kerentanan pihak
yang terancam bencana dengan melakukan kegiatan meliputi :
1) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya/ancaman
bencana.
2) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang
secara tiba-tiba berpotensi menjadi sumber bencana.
3) Pemantauan penggunaan tehnologi.
4) Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.
5) Penguatan ketahanan sosial masyarakat.
Pemaduan dalam Perencanaan Pembangunan. Dilakukan oleh pemerintah
atau pemerintah daerah melalui koordinasi,integrasi dan sinkronisasi dengan
cara mencantumkan unsur-unsur rencana penanggulangan bencana kedalam
rencana pembangunan pusat dan daerah.
Persyaratan Analisis Resiko Bencana. Setiap kegiatan pembangunan yang
mempunyai resiko tinggi yang dapat menimbulkan bencana dilengkapi analisis
resiko bencana sebagai bagian dari usaha penanggulangan bencana sesuai
kewenangannya, dan ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) yang ditunjukkan dalam dokumen yang disyahkan oleh pejabat
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, selanjutnya BNPB
melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaannya.
Pelaksanaan dan penegakan tata ruang. Dilakukan untuk mengurangi
resiko bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang penataan
11
ruang, standard keselamatan dan penerapan sanksi terhadap pelanggar dimana
pemerintah secara berkala melaksanakan pemantauan & evaluasi.
Pendidikan dan Pelatihan serta Persyaratan Standard Teknis Penanggulangan
Bencana. Dilaksanakan dan ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
2. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.
a. Kesiap siagaan
Kesiap siagaan dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana dilakukan
melalui :
1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan darurat bencana.
2) Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistim peringatan dini.
3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar.
4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan geladi tentang mekanisme
tanggap darurat.
5) Penyiapan lokasi evakuasi.
6) Penyusunan data akurat, informasi dan pemutahiran prosedur tetap tanggap
darurat bencana.
7) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang dan peralatan untuk pemenuhan
pemulihan prasarana dan sarana.
b. Peringatan Dini
Dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam rangka
mengurangi resiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap
darurat dan dilakukan melalui :
1) Pengamatan gejala bencana.
2) Analisis hasil pengamatan gejala bencana.
3) Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang.
4) Penyebar luasan informasi tentang peringatan bencana.
5) Pengambilan tindakan oleh masyarakat.
c. Mitigasi
Dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi masyarakat yang berada pada
kawasan rawan bencana, yang dilakukan melalui :
1) Pelaksanaan tata ruang yang berdasarkan analisis resiko bencana.
2) Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur dan tata bangunan.
12
3) Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan baik secara
konvensional maupun modern.
3. Tanggap Darurat.
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan dan sumber daya
dilakukan untuk mengidentifikasi :
1) Cakupan lokasi bencana.
2) Jumlah korban.
3) kerusakan prasarana dan sarana.
4) Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan.
5) Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana. Keadaan darurat bencana
dilaksanakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan tingkatan
bencana untuk tingkat nasional ditetapkan oleh Presiden, tingkat Provinsi oleh
Gubernur dan tingkat Kabupaten/Kota oleh Bupati/Wali kota. Pada saat status
keadaan darurat bencana ditetapkan BNPB dan BPBD memiliki kemudahan
akses dibidang :
1) Pengerahan sumber daya manusia.
2) Pengerahan peralatan.
3) Pengerahan logistik.
4) Imigrasi, cukai dan karantina.
5) Perijinan.
6) Pengadaan barang dan jasa.
7) Pengelolaan dan pertanggung jawaban uang / barang.
8) Penyelamatan.
9) Komando untuk memerintahkan instansi/lembaga.
c. Penyelamatan dan Evakuasi Korban. Pada tahap ini dilakukan dengan
memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat bencana yang terjadi
pada suatu daerah melalui upaya :
1) Pencarian dan penyelamatan korban
2) pertolongan darurat.
3) Evakuasi korban dan pemakaman korban yang meninggal dunia.
4) Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Dalam tahap ini pemerintah harus
menyediakan kebutuhan dasar meliputi
13
a) Kebutuhan air bersih dan sanitasi.
b) Pangan.
c) Sandang.
d) Pelayanan kesehatan.
e) Pelayanan Psikososial.
f) Penampungan dan tempat hunian.
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan. Dilakukan dengan memberikan
prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan dan psikososial. Adapun yang termasuk
kelompok rentan terdiri atas :
a) Bayi, balita dan anak-anak.
b) Ibu yang sedang mengandung dan menyusui.
c) penyandang cacat.
d) Lanjut usia.
6) Pemulihan prasarana dan sarana vital. Pemulihan prasarana dan sarana vital
bertujuan berfungsinya prasarana dan sarana vital dengan segera, agar
kehidupan masyarakat tetap berlangsung, dilakukan dengan
memperbaiki/menggantikan kerusakan akibat bencana.
4. Pasca Bencana
Dalam penanganan penanggulangan bencana ditahap pasca bencana dilakukan
kegiatan rehabilitas dan rekonstruksi.
a. Rehabilitasi
1) Perbaikan lingkungan daerah bencana.
2) Perbaikan prasarana dan sarana umum.
3) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
4) Pemulihan sosial psycologis.
5) Pelayanan kesehatan.
6) Rekonsiliasi dan resolusi konflik.
7) Pemulihan sosial ekonomi budaya.
8) Pemulihan keamanan dan ketertiban.
9) Pemulihan fungsi pemerintah.
10) Pemulihan fungsi pelayanan publik.
11) Ketentuan lain mengenai rehabilitasi diatur dengan peraturan pemerintah.
b. Rekonstruksi.
14
Dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik meliputi :
1) Pembangunan kembali sarana dan prasarana.
2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.
3) Membangkitkan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.
4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih
baik dan tahan bencana.
5) Partisipasi dan peran serta lembaga organisasi kemasyarakatan, dunia usaha
dan masyarakat.
6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.
7) Peningkatan fungsi pelayanan publik.
8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
9) Ketentuan lain mengenai rekonstruksi diatur dengan peraturan pemerintah.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pcristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oieh
faktor alam dan/atau faktor nonalam ulah tangan manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta
dampak psikologis.
Beberapa potensi bencana yang perlu diwaspadai antara lain bencana banjir,
bencana tanah longsor, bencana letusan gunung api, bencana Gempa Bumi, Bencana
Tsunami, Bencana Kebakaran, Bencana Kekeringan. Kekeringan, Bencana Angin
Siklon Tropis, Bencana Wabah Penyakit dan Bencana Kegagalan Teknologi.
3.2 Saran
Meskipun makalah tentang Perundang- undangan Bencana ini masih belum
sempurna, maka disarankan kepada pembaca kiranya dapat mempelajari dan
mengetahui prinsip dasar penanggulangan bencana. Dengan demikian dapat turut serta
dalam pengendalian dini bencana yang akan terjadi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Oktober 2013).
2013).
Oktober 2013).
Sulistya. Nur. 2010. BNPB dan Konsep Bencana. http://www.google.co.id/. (05 Oktober
2013).
17