Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN TUTORIAL

KASUS SKENARIO A
“Susno” BLOK 14

Kelompok Tutorial 5

1. Mario Ade Saputra 70.2008.016


2. Rizky Amelia Susanti 70.2008.002
3. Wendy Ardiansyah 70.2008.038
4. Rizki Friska Hasanah 70.2008.022
5. Ivan Rayka 70.2008.037
6. Zuraidah Z 70.2008.042
7. R. A Reizkhi F 70.2008.041
8. Dhian R Muthmainnah. 70.2008.050
9. Mely Rahmadanti 70.2008.056
10. Indah Septiana 70.2008.054

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jalan Jenderal Ahmad Yani Talang Banten Kampus-B
13 Ulu Telp. 0711-7780788

PALEMBANG

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial
Kasus Skenario A” sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat dan salam selalu
tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan
dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. dr. Astri selaku tutor kelompok 2
4. Teman-teman seperjuangan
5. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi
kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Amin.

Palembang, september 2010

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman depan ………………………………………………………………… 0


Kata Pengantar …………………………………………………………………. 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………… 2
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 3
1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………………… 3
BAB II : Pembahasan
2.1 Data Tutorial ………………………………………………… 4
2.2 Skenario ……………………………………………………… 4
2.3 Seven Jump Steps ……………………………………………
I. Klarifikasi Istilah-Istilah ………………………………. 5
II. Identifikasi Masalah …………………………………… 6
III. Analisis Permasalahan dan Jawaban …………………. 8
IV. Hipotesis ……………………………………………….. 32
V. Kerangka konsep ............................................................... 33
VI. Learning Issue.................................................................. 34
VII. Sintesis............................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 62

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Sistem Urogenetalia adalah blok keempatbelas pada semester V dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A yang memaparkan
kasus A. Susno, 10 thn yang didiagnosis menderita Undenscensus Testiculorum dan
Phymosis akibat tidak sempurnanya proses embriologi genetelia masculine.
Disamping itu, Susno mempunyai riwayat menderita Mumps orchitis pada usia 5
tahun yang nantinya akan berdampak pada gengguan fungsi alat kelamin.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Laporan Tutorial 4
Skenario A

Tutor : dr. Astri Widyastuti


dr. Dwi Ris
Moderator : Ivan Rayka
Sekretaris Meja : Dhian R Muthmainnah
Sekretaris Papan : Zuraida
Waktu : Selasa, 28 September 2010
Kamis, 30 September 2010
Rule tutorial : 1. Ponsel dalam keadaan nonaktif atau diam
2. Tidak boleh membawa makanan dan minuman
3. Angkat tangan bila ingin mengajukan pendapat
4. Izin terlebih dahulu bila ingin keluar masuk ruangan

2.2 Skenario
Pada acara baksos oleh FK UMP di dusun Pagar Jati dimana dilakukan
pengobatan gratis dan khitan dijumpai Susno, 10 tahun. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan ukuran zakarnya hanya 2,5 cm dan kulupnya tidak dapat dibuka, ujung
zakarnya kemerahan dam masih ada sisa air kemih. Selain itu ditemukan kantong
kemaluan kiri tidak teraba adanya buah zakar, kantong kemaluan kanan buah zakar
teraba lunak serta mudah terdorong kearah lipat paha.
Dari keterangan orang tuanya diketahui bahwa sejak hamil 2 bulan nafsu
makan ibunya berkurang. Susno lahir kurang bulan dan ia tidak disusui lagi oleh
ibunya sejak umur 3 bulan. Pada usia 5 tahun ia pernah menderita gondongan dan
buah zakar kanannya bengkak.

5
Pada saat akan dikhitan, didapatkan kulupnya sulit dibuka sehingga dokter
harus menentukan cara apa untuk melakukan khitan untuk Susno. Apakah dilakukan
dengan teknik sircumsisi atau teknik dorsumsisi.

2.3 Seven Jump Step


2.3.1 Klarifikasi Istilah
1. khitan
dalam bahasa Arab adalah tindakan memotong kulit yang menutupi ujung alat
kelamin pria,
2. kulup
kelopak kulit yang meliputi ujung kemaluan laki-laki masculine.

3. Zakar / penis
Organ kovulasi dan ekskrsi kemih pada pria.

4. Kantong kemaluan
adalah kantong longgar yang tersusun atas kulit,fasia, dan otot polos yang
membungkus dan menopang testis diluar tubuh yang pada suhu optimum untuk
produksi spermatozoa.

5. gondongan
adalah infeksi virus yang mengenai kelenjar parotid (salah satu kelenjar ludah),
yang lokasinya dibawah dan didepan telinga, sehinggga menimbulkan
pembengkakan pada satu atau kedua2 kelenjar tersebut. 

6. Buah zakar
Salah satu dari pasangan kelenjar berbentuk telur yang secara normal berada di
dalam srotum dimana spermatozoa berkembang.

7. Ujung zakar
Gland penis,yaitu bagian ujung dari penis yang berbentuk kerucut.

8. Sirkumsisi
6
Pemotongan preputium / kulit depan dari penis

9. Dorsumsisi
teknik sirkumsisi dengan cara memotong preputium pada bagian dorsal pada jam
12 sejajar sumbu panjang penis ke arah proksimal, kemudian dilakukan pemotongan
sirkuler kekiri dan kekanan sejajar sulcus coronarius.

10. Air kemih


Cairan yang diekskresi oleh ginjal,disimpan di dalam kandung kemih dan
dikeluarkan melalui urethra.

11. Bengkak / edema


Pengumpulan cairan secara abnormal dalam ruang jaringan interseluler tubuh.

2.3.2 Identifikasi Masalah

1. Susno, 10 tahun, pada pemeriksaan alat kemaluaanya ditemukan ukuran zakarnya


2,5 cm, kulupnya tidak terbuka, ujung zakarnya kemerahan, dan masih ada sisa air
kemih.
2. Selain itu, ditemukan kantong kemaluan kiri tidak teraba adanya buah zakar,
kantong kemaluan kanan buah zakar teraba lunak serta mudah terdorong kea rah
lipat paha.
3. Riwayat penyakit diketahui sejak hamil 2 bulan nafsu makan ibunya berkurang,
lahir kurang bulan, BBLR dengan 1,75 kg. selain itu sejak umur 3 bulan Susno
tidak diberi ASI
4. Pemeriksaan Fisik :
Pada saat dikhitan, didapat kulupnya sulit terbuka sehingga dokter harus
menentukan cara apa untuk melakukan khitan. Teknik sirkumsisi atau dorsumsisi.

2.3.3 Analisis Masalah


1. a. Bagaimana embriologi dari genitalia masculine ?

7
jawab :

Menjelang akhir bulan ke-2, testis dan mesonefros dilekatkan pada dinding belakang perut
melalui mesenterium urogenital, dengan terjadinya degenerasi mesonefros pita pelekat
tersebut berguna sebagai mesenterium untuk gonad.Kearah kaudal, mesenterium ini menjadi
ligamentum genitalis kaudal. Sruktur lain yang berjalan dari kutub kaudal testis adalah
gubernakulum yaitu pemadatan mesenkim yang kaya matriks ekstraseluar.

Testis turun mencapai cincin inguinal interna pada bulan ketujuh, dan kemudian melewati
kanalis inguinalis pada bulan kedelapan dan memasuki skrotum saat kelahiran.
Selama proses penurunannya, testis diselubungi oleh perpanjangan peritoneum (prosessus
vaginalis) yang mengarah ke skrotum fetal. Testis turun ke bawah di belakang prosessus
vaginalis yang normalnya terobliterasi pada saat kelahiran membentuk pelapis testis paling
dalam (tunica vaginalis).
Faktor yang mengendalikan testis antara lain pertumbuhan keluar bagian ekstraabdomen
gubernakulum menimbulkan migrasi intrabdomen, pertambahan tekanan intrabdomen yang
disebabkan pertumbuhan organ mengakibatkan turunnya testis melalui canalis inguinalis dan
regresi bagian ekstraabdomen gubernakulum menyempurnakan pergerakan testis masuk ke
dalam skrotum. Proses ini dipengaruhi oleh hormon androgen dan MIS ( mullerian inhibiting
substances)

8
b. Bagaimana anatomi dan fisiologi genitalia masculine ?
jawab :

Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan


hormon pada pria. Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan
organ reproduksi luar.

Organ reproduksi dalam pria terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan kelenjar
asesoris. Organ reproduksi luar pria terdiri dari penis dan skrotum.

1. skrotum
adalah kantong longgar yang tersusun atas kulit,fasia, dan otot polos yang
membungkus dan menopang testis diluar tubuh yang pada suhu optimum untuk
9
produksi spermatozoa. Ada otot dartos yaitu suatu lapisan serat dalam fasia dasar
yang berkontraksi untuk membentuk kerutan pada kulit scrotal sebagai respon
terhadap udara dingin atau eksitasi seksual. Ada dua kantong scrotal, yang setiap
scrotal berisi satu testis tunggal yang dipisahkan oleh septum internal.
2. Testis
Adalah organ lunak berbentuk oval dengan panjang 4-5 cm dan diameter 2,5 cm.
fungsi untuk menghasilkan hormone testosterone dan sperma. Dibagian kelenjar
testis ada beberapa bagian yaitu :
a. Tunica Albuginea, yaitu kapsul yang membungkus testis yang merentang
kearah dalam yang terdiri dari sekitar 250 tubulus.
b. Tubulus Seminiferus, yaitu tempat berlangsungnya spermatogenesis yang
terlilit dalam lobules. Di dalamnya terdapat sel sertoli yang fungsinya adalah
member nutrisi pada spermatozoa yang sedang berkembang, pembentukan
hormone testosterone dan estrogen serta produksi hormone inhibin sehingga
FSH turun.
c. Duktus, yang membawa sperma matur dari testis kebagian ekterior tubuh.
d. Epididimis, yaitu tuba terlilit yang panjangnya mencapai 4-6 cm yang terletak
disepanjang sisi posterior testis. Epididimis sebagai tempat pematangan
sperma dan mampu mempertahankan sampai 6 minggu dan sperma mampu
melakukan fertilisasi.
e. Duktus deferen, adalah kelanjutan dari epididimis yang berupa tuba lurus yang
terletak dalam corda spermatic yang mengandung pembuluh darah dan
pembuluh limfatik, otot kremaster, dan jaringan ikat.

3. Duktus ejaculator, merupakan tempat pertemuan pembesaran (ampula) dibagian


kedua ujung duktus deferen dan duktus dari vesica seminalis.

10
4. Urethra
Yang merentang dari kandung kemih sampai ujung penis sebagai saluran sperma
dan urin
5. Kelenjar aksesoris
a. Sepasang vesikel seminalis, yang merupakan kantong terkonvusi yang
bermuara kedalam duktus ejaculator menghasilkan secret berupa cairan kental
dan basa yang kaya akan fruktosa, yang berfungsi untuk melindungi dan
memberi nutrisi sperma, meningkatkan pH ejakulat, dan mengandung
prostaglandin yang menyebabkan gerakan spermatozoa lebih cepat.
b. Kelenjar prostat, mengeluarkan cairan basa yang menyerupai susu yang
menetralisir asiditas vagina selama senggama. Kelenjar ini membesar saat
remaja dan mencapai optimal usia 20 thn. Pada banyak laki-laki ukurannya
bertambah besar sehingga saat berusia 70 thn, 2/3 laki-laki mengalami
pembesaran prostat yang mengganggu perkemihan.
c. Kelenjar bulbouretral, sepasang kelenjar kecil yang panjang dan besarnya
menyerupai kacang polong. Mensekresi cairan basa yang mengandung mucus
kedalam urethra penis untuk melumasi.
6. Penis
Adalah organ yang berfungsi untuk tempat keluarnya urin,semen, serta sebagai
organ kopulasi. Penis terdiri dari 3 bagian yaitu akar, badan, dan glans penis yang
banyak mengandung ujung2 saraf sensorik.

d. Berapa ukuran normal zakar pada usia 10 thn ?


Jawab :

No Umur (Th) Normal Micro (Ind) Micro (Barat)

1. 3– 4 4,6 – 6,4 2,3 3,3

2. 4– 5 4,8 - 6,6 2,3 3,5

3. 5– 6 5,1 – 6,9 2,3 3,8

4. 6– 7 5,2 - 7,0 2,5 3,9

5. 7- 8 5,2 – 7,2 2,5 3,7

6. 8- 9 5,3 – 7,3 2,5 3,8


11
7. 9 – 10 5,3 – 7,3 2,6 3,8

8. 10 – 11 5,3 – 7,5 2,6 3,7

9. Dewasa 12,2 – 15,4 9,3

e. Adakah hubungan antara zakar 2,5 cm dengan kulup tidak bisa dibuka, ujung
zakar kemerahan, dan ada sisa air kemih?
Jawab :
Tidak ada hubungan antara zakar 2,5 cm dengan kondisi tersebut. Tetapi, kulup yang
tidak terbuka,ujung zakar kemerahan dan ada sisa air kemih mempunyai hubungan.
Kulup yang tidak bisa terbuka pada usia 10 tahun merupakan suatu kelainan yang
disebut phymosis.phymosis adalah suatu keadaan dimana preputium penis yang tidak
dapat diretraksi ke proximal sampai ke korona glands. Pada preputium terdapat
kelenjar sebacea untuk memproduksi smegma sebagi pelumas permukaan preputium.
Kelenjar ini membentuk seperti lembah,disini banyak terdapat , keringat, debris,
kotoran, dll.
Bila phimosis menghambat kelancaran berkemih – seperti pada balloning – maka
sisa-sisa urin mudah terjebak pada bagian dalam preputium dan lembah tersebut.
Kandungan glukosa pada urine menjadi ladang subur bagi pertumbuhan bakteri.
Ujung zakar yang kemerahan merupakan akibat radang yang ditimbulkan oleh infeksi.

2. a. Apa penyebab kantong kemaluan kiri tidak teraba adanya buah zakar ?
jawab :

12
kantong kemaluan kiri tidak teraba adanya buah zakar diduga mengalami
Undenscensus testiculorum, disebut juga kriptorkismus adalah suatu keadaan dimana
setelah usia satu tahun, satu atau dua testis tidak berada didalam kantong skrotum,
tetapi berada di salah satu tempat sepanjang jalur penurunan testis yang normal.
Factor-faktor yang menyebabkan UDT diantaranya : gangguan hormonal, mekanik,
dan kelainan anatomi.
Pada kasus ini berhubungan dengan embriologi penurunan testis menuju skrotum.
Normalnya, Sekitar minggu ke-28 intrauterine, testis turun dari dinding posterior
abdomen menuju anulus inguinalis internus. Selanjutnya, Posisi testis saat turun
berada di posterior processus vaginalis (retroperitoneal) sekitar 4 minggu kemudian
(umur 32 minggu) testis masuk skrotum. Susno yang mengalami premature
menyebabkan proses penurunan testis belum mencapai scrotum sehingga Susno
menderita UDT.

b. Apa penyebab kantong kemaluan kanan buah zakar mudah terdorong kearah lipat
paha ?
Jawab :
Ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi. Pertama, persistent procc vaginalis
yang berhubungan dengan embriologi ketika terjadi penurunan testis menuju
skrotum. kantong peritoneum yang disebut processus vaginalis berkembang pada
masing-masing sisi ventral gubernakulum dan mengalami herniasi melalui dinding
abdomen bawah sepanjang jalur yang dibentuk oleh gubernakulum. Posisi testis
saat turun berada di posterior processus vaginalis (retroperitoneal) sekitar umur 32
minggu) testis masuk skrotum. Karena Susno lahir premature, menyebabkan
proses ini tidak sempurna. Sementara memiliki Procc vaginalis yang lebar
sehingga testis sangat mobile berupa buah zakar yang mudah terorong kearah lipat
paha. Kemungkinan yang kedua yaitu,akibat dari komplikasi orchitis yang
menyebabkan atrofi pada testis.

c. Adakah hubungan antara kantong kemaluan kiri tidak teraba zakar dengan
kantong kemaluan kanan yang mudah terdorong kearah lipat paha ?
Jawab :

13
Tidak ada hubunagan secara langsung. Namun, kedua kelainan tersebut merupakan
akibat dari lahir premature yang menyebabkan ketidaksempurnaan proses penurunan
testis.

3. a. Bagaimana hubungan antara status gizi ibu Susno selama hamil, Susno lahir
premature, BBLR, sejak 3 bulan tidak mendapat ASI dengan perkembangan genitalia
Susno ?
jawab :
- sejak hamil 2 bulan, ibu Susno mengalami penurunan nafsu makan sehingga
asupan gizi untuk janinnya otomatis berkurang. Akibatnya akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada kasus ini perkembangan genitalianya
terganggu.
- susno lahir premature / kurang bulan menyebabkan proses turunnya testis
mencapai scrotum belum sempurna (sekitar minggu ke 32) yang mengakibatkan
Susno menglami UDT/kriptorkismus.
- BBLR merupakan akibat dari asupan nutrisi yang kurang.
- susno tidak ASI sejak 3 bulan mengakibatkkan imunitas atau daya tahan tubuh
Susno lemah sehingga mudah terkena infeksi, diantaranya mups (parotitis) yang
berdampak komplikasi orchitis.

b. Apa itu gendongan dan adakah hubungan dengan buah zakar kanan yang
bengkak?
Jawab :
Mumps (gondongan) adalah infeksi virus yang terutama menyerang kelenjar parotis –
satu dari tiga pasang kelenjar liur. Kelenjar ini berada di bawah dan di depan telinga. Mumps
dapat melibatkan salah satu atau kedua kelenjar parotis.

Penyebab dari mumps adalah paramyxovirus. Virus ini ditemukan di air liur mulai sejak 6
hari sebelum timbulnya pembengkakan sampai dengan 9 hari setelah pembengkakan. Tingkat
penularan paling tinggi pada periode 48 jam sebelum mulai pembengkakan.
Virus ini mudah menyebar dari satu orang ke orang lain melalui air liur yang
terinfeksi. Masa inkubasinya 14 – 25 hari (masa inkubasi adalah suatu periode sejak
masuknya virus ke tubuh sampai awal timbulnya gejala klinis)

14
Virus ini dapat menyebar denagn cara lymphogen maupun hematogen ke daerah yang
banyak kelenjar seperti testis sehingga terjadi suatu peradangan yang disebut orchitis, 7 – 10
hari pasca parotitis. Virus ini mengakibatjkan bengkak dan nyeri pda testis.

c. Bagaimana dampak gondongan terhadap fertilitas ?


jawab :
salah satu komplikasi mumps adalah orchitis (peradangan testis) yang terjadi beberapa
hari setelah pipi mulai bengkak. Akibatnya testis bisa mengalami atrofi (mengecil)
secara permanen. Bila terjadi pada laki-laki yang sudah pubertas, peradangan ini bisa
menyebabkan kemandulan (infertilitas) di kemudian hari namun insidennya jarang.

4. a. Bagaimana cara pemeriksaan organ genetalia masculine ?


jawab :

Pemeriksaan Fisik

1. Penentuan lokasi testis

Beberapa posisi anak saat diperiksa : supine, squatting, sitting . Pemeriksaan testis harus


dilakukan dengan tangan hangat. Pada posisi duduk dengan tungkai dilipat atau keadaan
relaks pada posisi tidur. Kemudian testis diraba dari inguinal ke arah skrotum dengan
cara milking. Bisa juga dengan satu tangan di skrotum sedangkan tangan yang lain memeriksa
mulai dari daerah spina iliaka anterior superior  menyusuri inguinal sampai kantong skrotum.
15
Hal ini mencegah testis retraksi karena pada anak refleks muskulus kremaster cukup aktif
yang menyebabkan testis bergerak ke atas / retraktil sehingga menyulitkan penilaian.
Penentuan posisi anatomis testis sangat penting sebelum terapi karena berhubungan dengan
keberhasilan terapi. Testis retraksi tidak perlu terapi. Testis yang retraktil sudah turun saat
lahir, tetapi pada pemeriksaan tidak ditemukan di dalam skrotum kecuali anak relaks.

2. Penentuan apakah testis palpabel


1. Testis teraba

Bila testis palpable beberapa kemungkinan antara lain : (1) testis retraktil  (2) UDT  (3) Testis
ektopik  (4). Ascending Testis Syndroma .   Ascending Testis Syndroma ialah testis dalam
skrotum /retraktil, tetapi menjadi lebih tinggi karena pendeknya funikulus spermatikus.
Biasanya baru diketahui pada usia 8 -10 tahun. Bila testis teraba maka tentukan posisi,
ukuran, dan konsistensi. Bandingkan dengan testis kontralateralnya.
1. Bila impalpable testis

Kemungkinannya ialah : (1) intrakanalikuler, (2) intraabdominal,  (3) Atrofi testis , (4)
Agenesis. Kadang di dalam skrotum terasa massa seperti testis atrofi. Jaringan ini biasanya
gubernakulum atau epididimis dan vas deferens yang bisa bersamaan dengan testis
intraabdominal.  Impalpable testis biasanya disertai hernia inguinal. Pada bilateral impalpable
testis sering berkaitan dengan anomali lain seperti interseksual, prone belly syndrome

16
Tabel 3: Interpretasi beberapa petanda klinis yang menyertai UDT bilateral tidak teraba testis
Tanda Klinis Penyerta Kemungkinan Penyebab
Tanpa kelainan lain Simple UDT, anorchia, female pseudo-
hermaphroditsm
Mikro penis dengan atau tanpa hipospadia Gangguan sintesis androgen partial atau
Androgen insensitivity syndrome
Anosmia dan mikro penis Sindrom Kallmann
Gangguan intelektual atau dismorfik Sindrom tertentu
Mikro penis dan defek midline Defisiensi gonadotropin
Mikro penis dan hipoglikemi neonatal Multiple pituitary hormone deficiency
Perawakan tinggi (testis mungkin teraba di Sindrom Klinefelter
inguinal, kecil dan padat)

b. Apa saja kelainan pada kulup yang sulit dibuka ?


jawab :
Phimosis dan Paraphimosis
phimosis adalah keadaan di mana kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala
penis (glans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni.
Patofisiologi : Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi
alamiah antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan
berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul
didalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi
penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehingga
prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada usia 3 tahun, 90 %
prepusium sudah dapat diretraksi.

Paraphimosis adalah suatu keadaan di mana prepusium penis  yang diretraksi sampai


pada batas sulkus koronarius/di belakang sulkus koronarius tidak  dapat dikembalikan
pada keadaan semula sehingga menimbulkan jeratan penis di belakang sulkus
koronarius.

Menarik / retraksi preputium ini ke bagian proksimal biasanya dilakukan  pada saat
bersenggama atau masturbasi atau dapat juga sehabis pemasangan kateter. Jika preputium
tidak dapat dikembalikan dengan cepat  ke tempatnya maka dapat menimbulkan gangguan
aliran balik vena superfisial sedangkan aliran  arteri tetap berjalan normal. Akibat hal ini

17
maka akan terjadi edema gland penis dan dirasakan nyeri. Apabila dibiarkan maka bagian
penis di sebelah distal jeratan makin membengkak  sehingga bisa menimbulkan
nekrosis/kematian jaringan penis apabila dibiarkan .

c. Apa indikasi dan kontra indikasi dalam melakukan khitan ?


jawab :
indikasi khitan :
Medis
- phymosis / paraphymosis
- infeksi glans penis
- ada smegma
- kebersihan
Agama
- wajib hukumnya bagi laki laki
Sosial
kontraindikasi khitan
mutlak :

1. Hemofilia
2. Hipospadia dan Epispadia

3. Chorde

4. Webbed penis, yaitu adanya jaringan antara penis dan skrotum

relative :

1. Infeksi local pada penis dan sekitarnya


2. Diabetes melitus

d. Bagaimana cara melakukan teknik sirkumsisi ?


Jawab :

18
Yang dimaksudkan dengan sirkumsisi adalah membuang preputium penis, sehingga
glans penis selalu terbuka dan tidak ditutupi oleh preputium lagi. Setiap laki-laki Islam di
Indonesia melakukan sirkumsisi, sehingga sebagai dokter wajib dapat melakukan sirkumsisi
dengan benar. Pada orang bukan muslim-pun di Indonesia banyak melakukan sirkumsisi
karena adat-istiadat setempat atau atas indikasi medis.

Teknik sirkumsisi ada bermacam-macam.

1. Teknik guoletine, memotong preputium setelah dijepit dengan klem. Bahayanya dapat
memotong glans penis karena pemotongan tanpa membuka glans

2. Diseksi preputium / sleeve

3. Melalui dorsumsisi atau dorsal slit

4. Memakai alat seperti cincin, plastibel atau gomco

e. Bagaimna cara melakukan teknik dorsumsisi ?


jawab :
Teknik Dorsumsisi adalah dengan cara memotong preputium pada bagian dorsal pada
jam 12 sejajar sumbu panjang penis ke arah proksimal, kemudian dilakukan
pemotongan sirkuler kekiri dan kekanan sejajar sulcus coronarius.

Keuntungan :

1. Kelebihan kulit mukosa bisa diatur


2. Resiko menyayat/memotong penis lebih kecil

3. Mudah mengatur panjang pendek pemotongan mukopsa

4. Tidak melukai glan dan frenulum

5. Pendarahan bisa cepat diatasi

6. Baik untuk penderita fimosis/paraphimosis.

7. Baik untuk pemula.(tehnik yang paling aman)

19
Kerugian :

1. Pendarahan relative lebih banyak.


2. Teknik sulit dan lebih rumit

3. Insisi sering tidak rata, tidak simetris.

4. Waktu lebih lama.

Indikasi medis sirkumsisi antara lain :

 Phimosis atau paraphimosis


 Infeksi glans penis (balanitis) rekurens

 Adanya smegma

 Kondiloma akuminata

Kontraindikasi

Sirkumsisi tidak boleh dilakukan pada :

 Hipospadia, karena kulit preputium akan dipergunakan dalam membuat


uretra
 Epispadia

 Chorde

 Webbed penis, yaitu adanya jaringan antara penis dan skrotum

Bila menemui penderita dengan kelainan seperti tersebut diatas, konsulkan


kepada ahli bedah. Tentu saja bila ada infeksi pada kulit penis dan sekitarnya
lebih baik disembuhkan dulu, dan bila keadaan umum kurang baik harus
diperbaiki.

f. Teknik apa yang paling tepat untuk kesus ini ?


jawab :

20
dorsumsisi karena sesuai indikasi. Disamping itu, dorsumsi dinilai lebih aman dan
lebih mudah untuk dilakukan.

5. Diagnosis Banding
Jawab :
- Undenscensus Testiculorum / kriptorkismus
- Testis ektopik
- Retraktil testis / pseudokriptorkismus
- Anorkismus

6. Pemeriksaan penunjang
Jawab :
- Untuk membedakan kelainan UDT atau anorkismus, dilakukuan pemeriksaan
hormonal antara lain hormone testosterone, kemudian dilakukan uji dengan
pemberian hormone hCG (hormone chorionic Gonadotropin).
Jika setelah dilakukan pemeriksaan,kadar testis meningkat 10x lebih tinggi daripada
semula menunjukkan testis memang ada.
- USG
Merupakan modalitas pertama dalam menegakkan kriptorkismus.Alasan  :

a.  Sekitar 72% kriptorkismus terletak intrakanalikuler sehingga aksesibilitas USG


cukup baik
.         Non invasif
c.         Mudah didapat
d.         Praktis/mudah dijadwalkan
e.         Murah
USG hanya efektif untuk mendeteksi testis di kanalis inguinalis ke superfisial, dan tidak
dapat mendeteksi testis di intraabdominal 8 Di luar negeri keberhasilannya cukup tinggi
(60-65%), sementara FKUI hanya 5,9%3. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman operator.

- CT Scan
Merupakan modalitas kedua setelah USG. CT Scan dapat mendeteksi testis
intraabdominal. Akurasi CT Scan sama baiknya dengan USG pada testis letak

21
inguinal. Sedang testis letak intraabdominal CT Scan lebih unggul ( CT Scan 96% vs
USG 91%). 
-

7. Diagnosis klinis
Jawab :
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosisnya adalah
Undescensus Testiculorum dan Phymosis

8. Epidemiologi
Jawab :
- UDT
Besar insidensi UDT berbeda pada tiap-tiap umur. Bayi baru lahir (3 – 6%), satu
bulan (1,8%), 3 bulan (1,5%), Satu tahun (0,5 – 0,8%). Bayi lahir cukup bulan 3%
diantaranya kriptorkismus, sedang lahir kurang bulan sekitar 33% . Pada berat badan
bayi lahir (BBL) dibawah 2000 gram insidensi UDT 7,7% BBL 2000-2500 (2,5%),
dan BBL diatas 2500 (1,41%) Insidensi kriptorkismus unilateral lebih tinggi
dibanding kriptorkismus bilateral. Sedang insidensi sisi kiri lebih besar (kiri 52,1%
vs kanan 47,9%). Di Inggris, insidensinya meningkat lebih dari 50% pada kurun
waktu 1965 – 1985. di FKUI – RSUPCM kurun waktu 1987 – 1993 terdapat 82 anak
kriptorkismus, sedang di FKUSU – RSUP. Adam Malik Medan kurun waktu 1994 –
1999 terdapat 15 kasus.
- Phymosis

Secara fisiologis 10% laki-laki akan memiliki phimosissampai pada usia 3 tahun, dan
persentase anak-anakyang lebih besar hanya akan memiliki sebagianpreputium yang
dpt ditarik kembali. Dan hanya 1-5% laki-laki saja yang akan menderita fimosis
sampai pada usia 16 tahun

9. Etiologi
- UDT
Penyebab  pasti kriptorkismus belum jelas. Beberapa hal  yang berhubungan adalah

22
A. Abnormalitas gubernakulum testis
Penurunan testis dipandu oleh gubernakulum. Massa gubernakulum yang besar akan
mendilatasi jalan testis, kontraksi, involusi, dan traksi serta fiksasi pada skrotum akan
menempatkan testis dalam kantong skrotum. Ketika tesis telah berada di kantong
skrotum gubernakulum akan diresorbsi (Backhouse, 1966) Bila struktur ini tidak
terbentuk atau terbentuk abnormal akan menyebabkan maldesensus testis.
B. Defek intrinsik testis
Maldesensus dapat disebabkan disgenesis gonadal dimana kelainan ini membuat
testis tidak sensitif terhadap hormon gonadotropin. Teori ini merupakan penjelasan
terbaik pada kasus kriptorkismus unilateral. Juga untuk menerangkan mengapa pada
pasien dengan kriptorkismus bilateral menjadi steril ketika diberikan terapi definitif
pada umur yang optimum. Banyak kasus kriptorkismus yang secara histologis normal
saat lahir, tetapi testisnya menjadi atrofi / disgenesis pada akhir usia 1 tahun dan
jumlah sel germinalnya sangat berkurang pada akhir usia 2 tahun.
C.Defisiensi stimulasi hormonal / endokrin
Hormon gonadotropin maternal yang inadequat menyebabkan desensus inkomplet.
Hal ini memperjelas kasus kriptorkismus bilateral pada bayi prematur ketika
perkembangan gonadotropin maternal tetap dalam kadar rendah sampai 2 minggu
terakhir kehamilan. Tetapi teori ini sulit diterapkan pada kriptorkismus unilateral. 
Tingginya kriptorkismus pada prematur diduga terjadi karena tidak adequatnya HCG
menstimulasi pelepasan testosteron masa fetus akibat dari imaturnya sel Leydig dan
imaturnya aksis hipothalamus-hipofisis-testis. Dilaporkan suatu percobaan
menunjukkan desensus testis tidak terjadi pada mamalia yang hipofisenya telah
diangkat .
Rasfer et al (1986) memperlihatkan penurunan testis dimediasi oleh androgen yang
diatur lebih tinggi oleh gonadotropin pituitary. Proses ini memicu kadar
dihidrotestotsteron yang cukup tinggi, dengan hasil testis mempunyai akses yang
bebas ke skrotum . Toppari & Kaleva menyebut defek dari aksis hipotalamus-
pituitary-gonadal akan mempengaruhi turunnya testis. Hormon utama yang mengatur
testis adalah LH dan FSH yang doproduksi oleh sel basofilik di pituitary anterior
yang diatur oleh LHRH. FSH akan mempengaruhi mempengaruhi sel sertoli, epitel
tubulus seminiferus. Kadar FSH naik pada kelainan testis

23
- Phymosis

•Kongenital
•Kebersihan yang buruk
•Peradangan kronik glans penis dan kulit preputium
•Penarikan berlebihan kulit preputium Sehingga menyebabkan pembentukkan
jaringan ikat(fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang membuka.

24
10. Pathogenesis
jawab :
SUSNO (10 thn )

Pengaruh krng nutrisi pada janin

Tdk disusui sjk 3 bln Kel. Congenital


BBLR 1,7 kg prematur kulup tdk dpt dibuka

Imunitas <<
Testis blm
sempurna
Preputium tidak bisa
factor resiko diretraksi
Mudah infeksi
Undenscensus Persistent
Testiculorum procc .vaginalis Kel sebacea
smegma,bnyk
Mumps dg kotoran,debris,dll.
komplikasi orchitis Keadaan yg ssh
Testis kanan
mdh terdorong dibersihkan,
ke arh inguinal Buah zakar kanan
bengkak
Infeksi yang dapt
menyebabkan
balanopostitis

Produksi hormone androgen (testosterone)


Phymosis

Terganggunya diferensiasi
genetalia externa maskulina

Mikropenis

25
11. Tatalaksana

Jawab :
Tujuan dari penanganan UDT adalah :
1. Meningkatkan vertilitas
2. Mencegah torsio testis

3. Mengurangi resiko cidera khususnya bila testis terletak di tuberkulum pubik

4. Mengkoreksi kelainan lain yang menyertai, seperti hernia

5. Mencegah / deteksi awal dari keganasan testis

6. Membentuk body image

Terapi  non Bedah


Berupa terapi hormonal. Terapi ini dipilih untuk UDT bilateral palpabel inguinal. Tidak
diberikan pada UDT unilateral letak tinggi atau intraabdomen. Efek terapi berupa
peningkatan rugositas skrotum, ukuran testis, vas deferens, memperbaiki suplay darah, dan
diduga meningkatkan ukuran dan panjang vasa funikulus spermatikus, serta menimbulkan
efek kontraksi otot polos gubernakulum untuk membantu turunnya testis. Dianjurkan
sebelum anak usia 2 tahun , sebaiknya bulan 10 – 24. Di FKUI terapi setelah usia 9 bulan
karena hampir tidak dapat lagi terjadi penurunan spontan.
Hormon yang diberikan :
a.  HCG
Hormon ini akan merangsang sel Leydig menproduksi testosteron. Dosis : Menurut Mosier
(1984) : 1000 – 4000 IU, 3 kali seminggu selama 3 minggu. Garagorri (1982) : 500 -1500 IU,
intramuskuler, 9 kali selang sehari. Ahli lain memberikan 3300 IU, 3 kali selang sehari untuk
UDT unilateral dan 500 IU  20 kali dengan  3 kali seminggu. Injeksi HCH tidak boleh
diberikan tiap hari untuk mencegah desensitisasi sel Leydig terhadap HCG yang akan
menyebabkan steroidogenic refractoriness.
Hindari dosis tinggi karena menyebabkan efek refrakter testis terhadap HCG, udem
interstisial testis, gangguan tubulus dan efek toksis testis. Kadar testosteron diperiksa pre dan
post unjeksi, bila belum ada respon dapat diulang 6 bulan berikutnya. Kontraindikasi HCG
ialah  UDT dengan hernia, pasca operasi hernia, orchydopexy, dan testis ektopik.  Miller (16)
memberikan HCG pada pasien sekaligus untuk membedakan antara UDT dan testis retraktil.

26
Hasilnya 20% UDT dapat diturunkan sampai posisi normal, dan 58% retraktil testis dapat
normal.

b.  LHRH
Dosis 3 x 400 ug intranasal, selama 4 minggu. Akan menurunkan testis secara komplet
sebesar 30 – 64 %.

c. HCG kombinasi LHRH

Dosis : LHRH 3 x 400 ug, intranasal, 4 minggu . Dilanjutkan HCG intramuskuler 5 kali
pemberian selang sehari. Usia kurang 2 tahun : 5 x 250 ug,  3 -5 tahun : 5 x 500 ug, di atas 5
tahun : 5 x 1000 ug.
Respon terapi : penurunan testis 86,4%, dengan follow up 2 tahun kemudian keberhasilannya
bertahan 70,6%.
Evaluasi terapi.
Berdasar waktu : akhir injeksi, 1 bulan, 3 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Berdasar
posisi : respon komplet bila testis berada di skrotum, sedang respon inkomplet bila testis
posisi inguinal rendah  Efek samping bersifat reversibel. Ujud kelainan berupa bertambah
ukuran testis, pembesaran penis, ereksi, meningkatnya rugositas skrotum, tumbuhnya rambut
pubis hiperpigmentasi dan gangguan emosi
Terapi Bedah
Tujuan pembedahan adalah memobilisasi testis, adequatnya suplay vasa spermatika , fiksasi
testis yang adequat ke skrotum, dan operasi kelainan  yang menyertainya seperti hernia.
Indikasi pembedahan  :
1. Terapi hormonal gagal
2. Terjadi hernia yang potensial menimbulkan komplikasi

3. Dicurigai torsio testis

4. Lokasi intraabdominal atau di atas kanalis inguinalis.

5. Testis ektopik

12. Komplikasi
27
Jawab :
- UDT

Praoperasi
1. Hernia Inguinalis

Sekitar 90% penderita UDT mengalami hernia inguinalis lateralis ipsilateral yang disebabkan
oleh kegagalan penutupnan processus vaginalis. . Hernia repair dikerjakan saat orchydopexy .
Hernia inguinal  yang menyertai UDT segera dioperasi untuk mencegah komplikasi

2. Torsio Testis
Kejadian torsio meningkat pada UDT, diduga dipengaruhi oleh dimensi testis yang
bertambah sesuai volume testis. Juga dipengaruhi abnormalitas jaringan penyangga testis
sehingga testis lebih mobil

3.Trauma testis 

Testis yang terletak di superfisial tuberkulum pubik sering terkena trauma

4. Keganasan
Insiden tumor testis pada populasi normal 1 : 100.000, dan pada UDT 1 : 2550. Testis yang
mengalami UDT pada dekade 3-4 menpunyai kemungkinan keganasan 35-48 kali lebih
besar . UDT intraabdominal 6 kali lebihbesar terjadi keganasan dibanding letak
intrakanalikuler. Jenis neoplasma pada umumnya ialah seminoma. Jenis ini jarang muncul
sebelum usia 10 tahun. Karena alasan ini maka ada pendapat yang mengatakan UDT usia
diatas 10 tahun lebih baik dilakukan orchydectomy dibandingkan orchydopexy(4). Menurut
Gilbert & Hamilton sekitar 0,2 – 0,4 % testis ektopik menjadi ganas. Sedang testis dystopik
angka keganasannya 8-15%. Campbell menyebut 0,23% untuk ektopik testis dan 11% untuk
dystopik testis. Sementara UDT intrabdominal keganasan 5% dan inguinal 1,2%.
5.Infertilitas
Penyebabnya ialah gangguan antara germ cell . Infertilitas UDT bilateral 90%, sedang UDT
unilateral 50% (2). Lipschultz, 1976 menunjukkan adanya spermatogenesis yang abnormal
post orchydopexy pada laki-laki umur 21-35 tahun UDT unilateral. Dan menduga bahwa ada
abnormalitas bilateral testis pada  UDT unilateral
6.Psikologis

28
Timbul perasaan rendah diri fisik atau seksual akibat body image yang muncul. Biasanya
terjadi saat menginjak usia remaja (adoloscence) orang tua biasanya mencemaskan akan
fertilitas anaknya.

Pasca Operasi

1. Infeksi

Sangat jarang bila tindakan a/antiseptik baik, diseksi yang smooth dan gentle akan 
meminimalkan terjadinya hematom

2. Atropi Testis

Karena funikulolisis tak adequat, traksi testis berlebihan, atau torsio funikulus spermatikus
saat tranposisi testis ke skrotum

- Phymosis

•Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.


•Penarikan preputium secara paksa dapat berakibat kontriksidengan rasa nyeri dan
pembengkakan glans penis yang disebutparafimosis.
•Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut ballonitis.
•Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian menimbulkan
kerusakan pada ginjal.
•Fimosis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker
penis

13. Prognosis
Jawab :
- UDT

29
Menurut Docimo 10 kesuksesan operasi UDT letak distal anulus inguinalis internus
sebesar 92%, letak inguinal (89%), orchidopexy teknik mikrovaskuler (84%),
orchidopexy abdominal standar (81%) staged Fowler-Stephens orchidopexy (77%),
Fowler-Stephens orchidopexy   standar (67%)
UDT biasanya turun spontan tanpa intervensi pada tahun pertama kehidupan. Resiko
terjadinya keganasan lebih tinggi di banding testis normal. Fertilitas pada UDT
bilateral: 50% punya anak, sedang UDT unilateral 80%.

- Phymosis

•Quo at Vitam :at Bonam

•Quo at Functionam: at Bonam

14. Promotif dan preventif


Jawab :
- Memberikan penyuluhan kepada para orang tua mengenai pertumbuhan dan
perkembangan alat kelamin sang anak
- Memberi pendidikan kepada orang tua akan pentingnya nutrisi pada masa kehamilan
karena akan berampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin.

15. Level of competency


Jawab :
- UDT
3A : mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan lab
sederhana atua x ray). Dokter dapat memutuskan dan member terapi pendahuluan,
serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan gawat darurat)

- Phymosis
2 : mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
tambahan yang diminta oleh doter (misalnya : pemeriksaan lab sederhana atua x-ray).

30
Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu
menindaklanjuti sesudahnya.

16. Pandangan Islam


Jawab :
Dalam agama Islam, khitan merupakan salah satu media pensucian diri dan bukti
ketundukan kita kepada ajaran agama. Dalam hadist Rasulullah s.a.w.
bersabda:"Kesucian (fitrah) itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan,
mencabut bulu ketiak, memendekkan kumis dan memotong kuku" (H.R. Bukhari
Muslim).
Hukum khitan untuk lelaki:

Adapun dalil-dalil yang dijadikan landasan para ulama yang mengatakan


khitab wajib adalah sbb.:

1. Dari Abu Hurairah Rasulullah s.a.w. bersabda bahwa nabi Ibrahim


melaksanakan khitan ketika berumur 80 tahun, beliau khitan dengan menggunakan
kapak. (H.R. Bukhari). Nabi Ibrahim melaksanakannya ketika diperintahkan untuk
khitan padahal beliau sudah berumur 80 tahun. Ini menunjukkan betapa kuatnya
perintah khitan.

2. Kulit yang di depan alat kelamin terkena najis ketika kencing, kalau tidak
dikhitan maka sama dengan orang yang menyentuh najis di badannya sehingga
sholatnya tidak sah. Sholat adalah ibadah wajib, segala sesuatu yang menjadi
prasyarat sholat hukumnya wajib.

3. Hadist riwayat Abu Dawud dan Ahmad, Rasulullah s.a.w. berkata kepada
Kulaib: "Buanglah rambut kekafiran dan berkhitanlah". Perintah Rasulullah s.a.w.
menunjukkan kewajiban.

2.3.3 Hipotesis
Susno, ♂, 10 tahun, mengalami phymosis dan undescensus testiculorum sinistra yang
disebabkan oleh anomali congenital (penurunan testis belum sempurna pada masa
janin) dan infeksi.

31
2.3.4 Kerangka Konsep
jawab :
SUSNO (10 thn )

Pengaruh krng nutrisi pada janin

32
Tdk disusui sjk 3 bln Kel. Congenital
BBLR 1,7 kg prematur kulup tdk dpt dibuka

Imunitas <<
Testis blm
sempurna
Preputium tidak bisa
factor resiko diretraksi
Mudah infeksi
Undenscensus Persistent
Testiculorum procc .vaginalis Kel sebacea
smegma,bnyk
Mumps dg kotoran,debris,dll.
komplikasi orchitis Keadaan yg ssh
Testis kanan
mdh terdorong dibersihkan,
ke arh inguinal Buah zakar kanan
bengkak
Infeksi yang dapt
menyebabkan
balanopostitis

Produksi hormone androgen (testosterone)

Phymosis

Terganggunya diferensiasi
genetalia externa maskulina

Mikropenis

2.3.5 Learning Issue


Pokok What I Know What I Don’t Know What I Have to How I Will
Bahasan (Learning Issue) Prove Learn
UDT Susno,10 thn 1. UDT Susno, ♂, 10 Text Book,
Phymosis ketika akan 2. Phymosis tahun, mengalami jurnal, Pakar
melakukan khitan, 3. Mumps orchitis phymosis dan Lain
ditemukan testis 4. Teknik Sirkumsis dan undescensus (internet)
33
kiri tidak dorsumsisi testiculorum
teraba,testis kanan 5. Tatalaksana sinistra yang
mudah terdorong 6. Embriologi genetalia disebabkan oleh
kea rah maskulina anomali congenital
inguinal,ujung 7. Anatomi genetalia (penurunan testis
zakar kanan maskulina belum sempurna
kemeraha,disertai 8. Fisiologi genetalia pada masa janin)
kulup yang tidak maskulina dan infeksi.
dapat terbuka. 9. Level of competency
Riwayat 5 thn lalu 10. Pandangan Islam
menderita mumps
dengan komplikasi
orchitis

2.3.6 Sintesis

Embriologi
Ketika mesonepros mengalami degenerasi, suatu ligamen yang disebutgubernakulum akan
turun pada masing-masing sisi abdomen dari pole bawah gonal melintas oblik pada dinding
abdomen (yang kelak menjadi kanalis inguinalis) dan melekat pada labioscrotal
swelling ( yang kelak menjadi skrotum atau labia majora). Kemudian kantong peritoneum
yang disebut processus vaginalisberkembang pada masing-masing sisi ventral gubernakulum
dan mengalami herniasi melalui dinding abdomen bawah sepanjang jalur yang dibentuk oleh
34
gubernakulum. Masing-masing processua vaginalis  membawa perluasan dari lapisan
pembentuk dinding abdomen, bersama-sama membentuk funikulus spermatikus. Lubang
yang ditembus oleh processus vaginalis pada fascia transversalis menjadi anulus inguinalis
internus, sedang lubang pada aponeurosis m. obliquus abdominis externus membentuk anulus
inguinalis eksternus.
Sekitar minggu ke-28 intrauterine, testis turun dari dinding posterior abdomen menuju anulus
inguinalis internus. Perubahan ini terjadi akibat pembesaran ukuran pelvis dan pemanjangan
ukuran tubuh, karena gubernakulum  tumbuh tidak sesuai proporsinya, mengakibatkan testis
berubah posisi, jadi penurunannya adalah proporsi relatif terhadap pertumbuhan dinding
abdomen. Peranan gubernakulum pada awalnya adalah membentuk jalan untuk processus
vaginalis selama pembentukan kanalis inguinalis, kemudian gubernakulum juga sebagai
jangkar/ pengikat testis ke skrotum. Massa gubernakulum yang besar akan mendilatasi jalan
testis, kontraksi, involusi, dan traksi serta fiksasi pada skrotum akan menempatkan testis
dalam kantong skrotum. Ketika tesis telah berada di kantong skrotum gubernakulum akan
diresorbbsi (Backhouse, 1966) Umumnya dipercaya bahwa gubenakulum tidak menarik testis
ke skrotum. Perjalanan testis melalui kanalis inguinalis dibantu oleh peningkatan tekanan
intra abdomen akibat dari pertumbuhan viscera abdomen.
Mekanisme yang berperan dalam proses turunnya testis belum sepenuhnya dimengerti,
dibuktikan untuk turunnya testis ke skrotum memerlukan aksi androgen yang
memerlukan aksis hipotolamus-hipofise-testis yang normal. Mekanisme aksi androgen untuk
merangsang turunnya testis tidak diketahui, tetapi diduga organ sasaran androgen
kemungkinan gubernakulum, suatu pita fibromuskuler yang membentang dari pole bawah
testis ke bagian bawah dinding skrotum yang pada minggu-minggu terakhir intrauterin akan
berkontraksi dan menarik testis ke skrotum. Posisi testis saat turun berada di posterior
processus vaginalis (retroperitoneal) sekitar 4 minggu kemudian (umur 32 minggu) testis
masuk skrotum. Ketika turun, testis membawa serta duktus deferens dan vasanya sehingga
ketika testis turun, mereka terbungkus oleh perluasan dinding abdomen. Perluasan fascia
transversalis membentuk fascia spermatica interna, m. obliqus abdominal membentuk fascia
kremaster dan musculus kremaster dan apponeurosis m. obliqus abdomenus eksternal
membentuk fascia spermatica externus di dalam skrotum. Masuknya testis di skrotum di ikuti
dengan kontraksi kanalis inguinalis yang menyelubungi funikulus spermatikus. Selama
periode perinatal processus vaginalis mengalami obliterasi, mengisolasi suatu tunica vaginalis
yang membentuk suatu kantong yang menutupi testis.

35
Pada umumnya testis turun  pada skrotum secara sempurna pada akhir tahun pertama.
Kegagalan testis turun tetapi masih pada jalur normalnya disebut UDT. Testis dapat berada
sepanjang jalur penurunan.  ( Gb IA )  Kadang setelah melewati canalis inguinalis testis
menyimpang dari jalur yang seharusnya, dan menempati lokasi abnormal. Hal ini
disebut testis ektopik. Testis bisa terletak di interstitial (superfisial dari m. obliquus
abdominis externus) di paha sisi medial, dorsal penis atau kontralateralnya. Diduga
disebabkan oleh bagian gubernakulum yang melewati lokasi abnormal, dan testis kemudian
mengikutinya.

Kriptorkismus berasal dari kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan orchis(latin)


yang berarti testis. Nama lain dari kriptorkismus adalah undescended testis,tetapi harus
dijelaskan lanjut apakah yang di maksud kriptorkismus murni, testis ektopik, atau
pseudokriptorkismus. Kriptorkismus murni adalah suatu keadaan dimana setelah usia satu
tahun, satu atau dua testis tidak berada didalam kantong skrotum, tetapi berada di salah satu
tempat sepanjang jalur penurunan testis yang normal. Sedang bila diluar jalur normal
disebut testis ektopik, dan yang terletak di jalur normal tetapi tidak didalam skrotum dan
dapat didorong masuk ke skrotum serta naik lagi bila dilepaskan
disebut pseudokritorkismus atau testis retraktil

36
Anatomi dan fisiologi

Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan


hormon pada pria. Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan
organ reproduksi luar.

Organ reproduksi dalam pria terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan kelenjar
asesoris. Organ reproduksi luar pria terdiri dari penis dan skrotum.

7. skrotum

37
adalah kantong longgar yang tersusun atas kulit,fasia, dan otot polos yang
membungkus dan menopang testis diluar tubuh yang pada suhu optimum untuk
produksi spermatozoa. Ada otot dartos yaitu suatu lapisan serat dalam fasia dasar
yang berkontraksi untuk membentuk kerutan pada kulit scrotal sebagai respon
terhadap udara dingin atau eksitasi seksual. Ada dua kantong scrotal, yang setiap
scrotal berisi satu testis tunggal yang dipisahkan oleh septum internal.
8. Testis
Adalah organ lunak berbentuk oval dengan panjang 4-5 cm dan diameter 2,5 cm.
fungsi untuk menghasilkan hormone testosterone dan sperma. Dibagian kelenjar
testis ada beberapa bagian yaitu :
f. Tunica Albuginea, yaitu kapsul yang membungkus testis yang merentang
kearah dalam yang terdiri dari sekitar 250 tubulus.
g. Tubulus Seminiferus, yaitu tempat berlangsungnya spermatogenesis yang
terlilit dalam lobules. Di dalamnya terdapat sel sertoli yang fungsinya adalah
member nutrisi pada spermatozoa yang sedang berkembang, pembentukan
hormone testosterone dan estrogen serta produksi hormone inhibin sehingga
FSH turun.
h. Duktus, yang membawa sperma matur dari testis kebagian ekterior tubuh.
i. Epididimis, yaitu tuba terlilit yang panjangnya mencapai 4-6 cm yang terletak
disepanjang sisi posterior testis. Epididimis sebagai tempat pematangan
sperma dan mampu mempertahankan sampai 6 minggu dan sperma mampu
melakukan fertilisasi.
j. Duktus deferen, adalah kelanjutan dari epididimis yang berupa tuba lurus yang
terletak dalam corda spermatic yang mengandung pembuluh darah dan
pembuluh limfatik, otot kremaster, dan jaringan ikat.

38
9. Duktus ejaculator, merupakan tempat pertemuan pembesaran (ampula) dibagian
kedua ujung duktus deferen dan duktus dari vesica seminalis.
10. Urethra
Yang merentang dari kandung kemih sampai ujung penis sebagai saluran sperma
dan urin
11. Kelenjar aksesoris
e. Sepasang vesikel seminalis, yang merupakan kantong terkonvusi yang
bermuara kedalam duktus ejaculator menghasilkan secret berupa cairan kental
an basa yang kaya akan fruktosa, yang berfungsi untuk melindungi dan
member nutrisi sperma, meningkatkan pH ejakulat, dan mengandung
prostaglandin yang menyebabkan gerakan spermatozoa lebih cepat.
f. Kelenjar prostat, mengeluarkan cairan basa yang menyerupai susu yang
menetralisir asiditas vagina selama senggama. Kelenjar ini membesar saat
remaja dan mencapai optimal usia 20 thn. Pada banyak laki-laki ukurannya
bertambah besar sehingga saat berusia 70 thn, 2/3 laki-laki mengalami
pembesaran prostat yang mengganggu perkemihan.
g. Kelenjar bulbouretral, sepasang kelenjar kecil ayng panjang dan besarnya
menyerupai kacang polong. Mensekresi cairan basa yang mengandung mucus
kedalam urethra penis untuk melumasi.
12. Penis
Adalah organ yang berfungsi untuk tempat keluarnya urin,semen, serta sebagai
organ kopulasi. Penis terdiri dari 3 bagian yaitu akar, badan, dan glans penis yang
banyak mengandung ujung2 saraf sensorik.

Undescencus Testiculorum atau Undescencus Testis atau Undescended Testicle


atau Sanglir

Ketika skrotum anak tidak dijumpai testis, orang tuanya akan dihantui kebimbangan tentang
kelelakian anaknya. Dokter akan berpikir sekitar kanker testis, dan yang paling penting lagi
anak akan malu dan cemas dalam pergaulan. Pemahaman masalah kriptorkismus secara
holistik akan membimbing dokter , orang tua dan anak dalam menyikapi kelainan yang

39
ada. Dokter akan memberikan pelayanan yang optimal ditengah kontroversi penanganan yang
masih berlangsung. Orang tua akan memahami kondisi anak dan kemungkinan yang dapat
terjadi di kelak hari, sehingga anak akan mendapat penerimaan kondisi kelainan oleh
lingkungan pergaulannya, sehingga psikologi anak tidak terganggu, juga mendapat
penanganan medis yang adekuat. Dalam menangani kriptorkismus, dokter tidak hanya
memperbaiki anatomi saja, tetapi juga memperhatikan faktor psikologis / emosional baik
pada anak maupun orang tuanya.
Embriologi
Ketika mesonepros mengalami degenerasi, suatu ligamen yang disebutgubernakulum akan
turun pada masing-masing sisi abdomen dari pole bawah gonal melintas oblik pada dinding
abdomen (yang kelak menjadi kanalis inguinalis) dan melekat pada labioscrotal
swelling ( yang kelak menjadi skrotum atau labia majora). Kemudian kantong peritoneum
yang disebut processus vaginalisberkembang pada masing-masing sisi ventral gubernakulum
dan mengalami herniasi melalui dinding abdomen bawah sepanjang jalur yang dibentuk oleh
gubernakulum. Masing-masing processua vaginalis  membawa perluasan dari lapisan
pembentuk dinding abdomen, bersama-sama membentuk funikulus spermatikus. Lubang
yang ditembus oleh processus vaginalis pada fascia transversalis menjadi anulus inguinalis
internus, sedang lubang pada aponeurosis m. obliquus abdominis externus membentuk anulus
inguinalis eksternus.
Sekitar minggu ke-28 intrauterine, testis turun dari dinding posterior abdomen menuju anulus
inguinalis internus. Perubahan ini terjadi akibat pembesaran ukuran pelvis dan pemanjangan
ukuran tubuh, karena gubernakulum  tumbuh tidak sesuai proporsinya, mengakibatkan testis
berubah posisi, jadi penurunannya adalah proporsi relatif terhadap pertumbuhan dinding
abdomen. Peranan gubernakulum pada awalnya adalah membentuk jalan untuk processus
vaginalis selama pembentukan kanalis inguinalis, kemudian gubernakulum juga sebagai
jangkar/ pengikat testis ke skrotum. Massa gubernakulum yang besar akan mendilatasi jalan
testis, kontraksi, involusi, dan traksi serta fiksasi pada skrotum akan menempatkan testis
dalam kantong skrotum. Ketika tesis telah berada di kantong skrotum gubernakulum akan
diresorbbsi (Backhouse, 1966) Umumnya dipercaya bahwa gubenakulum tidak menarik testis
ke skrotum. Perjalanan testis melalui kanalis inguinalis dibantu oleh peningkatan tekanan
intra abdomen akibat dari pertumbuhan viscera abdomen.
Mekanisme yang berperan dalam proses turunnya testis belum sepenuhnya dimengerti,
dibuktikan untuk turunnya testis ke skrotum memerlukan aksi androgen yang

40
memerlukan aksis hipotolamus-hipofise-testis yang normal. Mekanisme aksi androgen untuk
merangsang turunnya testis tidak diketahui, tetapi diduga organ sasaran androgen
kemungkinan gubernakulum, suatu pita fibromuskuler yang membentang dari pole bawah
testis ke bagian bawah dinding skrotum yang pada minggu-minggu terakhir intrauterin akan
berkontraksi dan menarik testis ke skrotum. Posisi testis saat turun berada di posterior
processus vaginalis (retroperitoneal) sekitar 4 minggu kemudian (umur 32 minggu) testis
masuk skrotum. Ketika turun, testis membawa serta duktus deferens dan vasanya sehingga
ketika testis turun, mereka terbungkus oleh perluasan dinding abdomen. Perluasan fascia
transversalis membentuk fascia spermatica interna, m. obliqus abdominal membentuk fascia
kremaster dan musculus kremaster dan apponeurosis m. obliqus abdomenus eksternal
membentuk fascia spermatica externus di dalam skrotum. Masuknya testis di skrotum di ikuti
dengan kontraksi kanalis inguinalis yang menyelubungi funikulus spermatikus. Selama
periode perinatal processus vaginalis mengalami obliterasi, mengisolasi suatu tunica vaginalis
yang membentuk suatu kantong yang menutupi testis.
Pada umumnya testis turun  pada skrotum secara sempurna pada akhir tahun pertama.
Kegagalan testis turun tetapi masih pada jalur normalnya disebut UDT. Testis dapat berada
sepanjang jalur penurunan.  ( Gb IA )  Kadang setelah melewati canalis inguinalis testis
menyimpang dari jalur yang seharusnya, dan menempati lokasi abnormal. Hal ini
disebut testis ektopik. Testis bisa terletak di interstitial (superfisial dari m. obliquus
abdominis externus) di paha sisi medial, dorsal penis atau kontralateralnya. Diduga
disebabkan oleh bagian gubernakulum yang melewati lokasi abnormal, dan testis kemudian
mengikutinya
Kriptorkismus berasal dari kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan orchis(latin)
yang berarti testis. Nama lain dari kriptorkismus adalah undescended testis,tetapi harus
dijelaskan lanjut apakah yang di maksud kriptorkismus murni, testis ektopik, atau
pseudokriptorkismus. Kriptorkismus murni adalah suatu keadaan dimana setelah usia satu
tahun, satu atau dua testis tidak berada didalam kantong skrotum, tetapi berada di salah satu
tempat sepanjang jalur penurunan testis yang normal. Sedang bila diluar jalur normal
disebut testis ektopik, dan yang terletak di jalur normal tetapi tidak didalam skrotum dan
dapat didorong masuk ke skrotum serta naik lagi bila dilepaskan
disebut pseudokritorkismus atau testis retraktil
Epidemiologi

41
Besar insidensi UDT berbeda pada tiap-tiap umur. Bayi baru lahir (3 – 6%), satu bulan
(1,8%), 3 bulan (1,5%), Satu tahun (0,5 – 0,8%). Bayi lahir cukup bulan 3% diantaranya
kriptorkismus, sedang lahir kurang bulan sekitar 33% . Pada berat badan bayi lahir (BBL)
dibawah 2000 gram insidensi UDT 7,7% BBL 2000-2500 (2,5%), dan BBL diatas 2500
(1,41%) Insidensi kriptorkismus unilateral lebih tinggi dibanding kriptorkismus bilateral.
Sedang insidensi sisi kiri lebih besar (kiri 52,1% vs kanan 47,9%). Di Inggris, insidensinya
meningkat lebih dari 50% pada kurun waktu 1965 – 1985. di FKUI – RSUPCM kurun waktu
1987 – 1993 terdapat 82 anak kriptorkismus, sedang di FKUSU – RSUP. Adam Malik Medan
kurun waktu 1994 – 1999 terdapat 15 kasus.
Etiologi
Penyebab  pasti kriptorkismus belum jelas. Beberapa hal  yang berhubungan adalah
A. Abnormalitas gubernakulum testis
Penurunan testis dipandu oleh gubernakulum. Massa gubernakulum yang besar akan
mendilatasi jalan testis, kontraksi, involusi, dan traksi serta fiksasi pada skrotum akan
menempatkan testis dalam kantong skrotum. Ketika tesis telah berada di kantong skrotum
gubernakulum akan diresorbsi (Backhouse, 1966) Bila struktur ini tidak terbentuk atau
terbentuk abnormal akan menyebabkan maldesensus testis.
B. Defek intrinsik testis
Maldesensus dapat disebabkan disgenesis gonadal dimana kelainan ini membuat testis tidak
sensitif terhadap hormon gonadotropin. Teori ini merupakan penjelasan terbaik pada kasus
kriptorkismus unilateral. Juga untuk menerangkan mengapa pada pasien dengan
kriptorkismus bilateral menjadi steril ketika diberikan terapi definitif pada umur yang
optimum. Banyak kasus kriptorkismus yang secara histologis normal saat lahir, tetapi
testisnya menjadi atrofi / disgenesis pada akhir usia 1 tahun dan jumlah sel germinalnya
sangat berkurang pada akhir usia 2 tahun.
C.Defisiensi stimulasi hormonal / endokrin
Hormon gonadotropin maternal yang inadequat menyebabkan desensus inkomplet. Hal ini
memperjelas kasus kriptorkismus bilateral pada bayi prematur ketika perkembangan
gonadotropin maternal tetap dalam kadar rendah sampai 2 minggu terakhir kehamilan. Tetapi
teori ini sulit diterapkan pada kriptorkismus unilateral.  Tingginya kriptorkismus pada
prematur diduga terjadi karena tidak adequatnya HCG menstimulasi pelepasan testosteron
masa fetus akibat dari imaturnya sel Leydig dan imaturnya aksis hipothalamus-hipofisis-

42
testis. Dilaporkan suatu percobaan menunjukkan desensus testis tidak terjadi pada mamalia
yang hipofisenya telah diangkat .
Rasfer et al (1986) memperlihatkan penurunan testis dimediasi oleh androgen yang diatur
lebih tinggi oleh gonadotropin pituitary. Proses ini memicu kadar dihidrotestotsteron yang
cukup tinggi, dengan hasil testis mempunyai akses yang bebas ke skrotum . Toppari &
Kaleva menyebut defek dari aksis hipotalamus-pituitary-gonadal akan mempengaruhi
turunnya testis. Hormon utama yang mengatur testis adalah LH dan FSH yang doproduksi
oleh sel basofilik di pituitary anterior yang diatur oleh LHRH. FSH akan mempengaruhi
mempengaruhi sel sertoli, epitel tubulus seminiferus. Kadar FSH naik pada kelainan testis
Kriptorkismus yang disertai defisiensi gonadotropin dan adrenal hipoplasia kongenital
mungkin berhubungan dengan sifat herediter. Corbus dan O’Connor, Perreh dan O’Rourke
melaporkan beberapa generasi kriptorkismus dalam satu keluarga2. Juga ada penelitian yang
menunjukkan tak aktifnya hormon Insulin Like Factor 3 ( Insl3) sangat mempengaruhi
desensus testis . Insl3 diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi gubernakulum. Faktor lain
yang diduga berperan ialah berkurangnya stimulating substances yang diproduksi oleh nervus
genitofemoralis
Faktor  Resiko
Karena penyebab pasti kriptorkismus tidak jelas, maka kita hanya dapat mendeteksi faktor
resikonya. Antara lain :
1. BBLR (kurang 2500 mg)
2. Ibu yang terpapar estrogen selama trimester pertama
3. Kelahiran ganda (kembar 2, kembar 3)
4. Lahir prematur (umur kehamilan kurang 37 minggu)
5. Berat janin yang dibawah umur kehamilan.
6. Mempunyai ayah atau saudara dengan riwayat UDT
PATOGENESIS
Skrotum adalah regulator suhu yang efektif untuk testis, dimana suhu dipertahankan sekitat 1
derajat Celsius (1,8 derajat Fahrenheit) lebih dingin dibanding core body temperature. Sel
spermatogenesis sangat sensitif terhadap temperatur badan. Mininberg, Rodger dan Bedford
(1982) mempelajari ultrastruktur kriptorkismus dan mendapatkan perubahan pada kurun satu
tahun kehidupan. Pada umur 4 tahun didapatkan deposit kolagen masif. Kesimpulan mereka
adalah testis harus di skrotum pada umur 1 tahun

43
Penelitian biopsi testis kriptorkismus menunjukkan bukti yang mengagetkan dimana epitel
germinativum dalam testis tetap dalam ukuran normal untuk 2 tahun pertama kehidupan.
Sementara umur 4 tahun terdapat penurunan spermatogonia sekitar 75 % sehingga menjadi
subfertil / infertil
Setelah umur 6 tahun tampak perubahan nyata. Diameter tubulus seminiferus mengecil,
jumlah spermatogonia menurun, dan tampak nyata fibrosis di antara tubulus testis. Pada
kriptorkismus pascapubertas mungkin testis berukuran normal, tetapi ada defisiensi yang
nyata pada komponen spermatogenik sehingga pasien menjadi infertil . Untungnya sel leydig
tidak dipengaruhi oleh suhu tubuh dan biasanya ditemukan dalam jumlah normal pada
kriptorkismus. Sehingga impotensi karena faktor endokrin jarang terjadi pada kriptorkismus 
Penelitian dengan biopsi jaringan testis yang mengalami kriptorkismus menunjukkan tidak
terjadi abnormalitas kromosom. Maldescensus dan degenerasi maligna tidak dapat
disebabkan karena defek genetik pada testis yang mengalami UDT
Klasifikasi
Kriptorkismus dapat diklasifikasikan berdasar etiopatogenesis dan lokasi. Berdasar
etiopatogenesis kriptorkismus dapat dibagi menjadi :
Mekanik/anatomik : perlekatan, kelainan kanalis inguinalis
1. Endokrin/hormonal: kelainan aksis hipotalamus-hipofise-testis
2. Disgenesis   : kelainan interseks multipel

3. Herediter/genetik

Berdasarkan lokasi :
1. Skrotum tinggi (supraskrotal) : 40%
2. Intrakanalikuli (inguinal)   : 20 %

3. Intraabdominal (abdomen)         : 10 %

4. Terobstruksi                   : 30%

Ada juga yang membagi lokasi sebagai berikut : (1) intraabdominal  (2) Inguinal (3)
Preskrotal   (4) Skrotal  (5). Retraktil
Major , 1974  membagi kriptorkismus (dalam pengertian umum) membagi menjadi
1. Retensio Testis (dystopy of testicle) à Diklasifikasikan sesuai tempatnya
1. a.  Abdominal testicle (retensi abdominal)

44
1. Canalicular testicle ( retensio canalicularis superior et inferior ): testis
benar-benar tak teraba

2. Inguinal testicle ( retensio inguinalis) : testis teraba di depan anulus


inguinalis eksternus

3. Testis reflexus (superfisial inguinal ectopy): bentuk paling umum.


Testis sebenarnya tidak melenceng dari alur normal. Gubernakulum
memandu testis menuju bagian bawah skrotum. Testis hanya bertempat
di anterior aponeurosis muskulus obliquus abdominis eksternus dan
sesungguhnya ini bukan suatu testis ektopik

2.  The True Ectopic Testis


Di sini testis melewati canalis inguinalis tetapi kemudian menempati daerah perineum,
suprapubic dorsal pangkal penis, bawah kulit pangkal femur sisi medial.
3.  The Floating Testicle
Pada anak-anak kontraksi muskulus kremaster dapat mengangkat testis dari posisis normal
menuju kanalis inguinalis. Refleks ini dipicu oleh rangsang dingin atau sentuhan. Jangan
keliru menganggap posisi ini dengan retensi testis. Tipe ini dibagi menjadi :
a.  The Slidding Testicle ( Uper retractile type)
Testis dapat teraba dengan baikdari midskrotum ke atas sampai di depan aponeurosis
muskulus obliquus abdominis eksternus di atas anulus inguinalis eksternus.
b.  The Pendulant testicle (Lower Retractile Type)
Testis bergerak bolak-balik antar bagian terbawah skrotum dan anulus inguinalis eksternus.
Diagnosis
Anamnesis
Diagnosis UDT dapat dibuat oleh orangtua anak atau dokter pemeriksa pertama. Umumnya
diawali orangtua membawa anak ke dokter dengan keluhan skrotum anaknya kecil. Dan bila
disertai dengan hernia inguinalis akan dijumpai pembengkakan atau nyeri berulang pada
skrotum.  Anamnesis ditanyakan :
1. Pernahkah testis diperiksa, diraba sebelumnya di skrotum.
2. Ada tidaknya kelainan kongenital yang lain, seperti hipospadia, interseks,       prunne
belly syndroma, dan kelainan endokrin lain

3. Ada tidaknya riwayat UDT dalam keluarga

45
Tanda kardinal UDT ialah tidak adanya satu atau dua testis dalam skrotum. Pasien dapat
mengeluh nyeri testis karena trauma, misal testis terletak di atas simpisis ossis pubis. Pada
dewasa keluhan UDT sering dihubungkan dengan infertilitas
Pemeriksaan Fisik
1. 1. Penentuan lokasi testis

Beberapa posisi anak saat diperiksa : supine, squatting, sitting . Pemeriksaan testis harus


dilakukan dengan tangan hangat. Pada posisi duduk dengan tungkai dilipat atau keadaan
relaks pada posisi tidur. Kemudian testis diraba dari inguinal ke arah skrotum dengan
cara milking. Bisa juga dengan satu tangan di skrotum sedangkan tangan yang lain memeriksa
mulai dari daerah spina iliaka anterior superior  menyusuri inguinal sampai kantong skrotum.
Hal ini mencegah testis retraksi karena pada anak refleks muskulus kremaster cukup aktif
yang menyebabkan testis bergerak ke atas / retraktil sehingga menyulitkan penilaian.
Penentuan posisi anatomis testis sangat penting sebelum terapi karena berhubungan dengan
keberhasilan terapi. Testis retraksi tidak perlu terapi. Testis yang retraktil sudah turun saat
lahir, tetapi pada pemeriksaan tidak ditemukan di dalam skrotum kecuali anak relaks.

2. Penentuan apakah testis palpabel


1. Testis teraba

Bila testis palpable beberapa kemungkinan antara lain : (1) testis retraktil  (2) UDT  (3) Testis
ektopik  (4). Ascending Testis Syndroma .   Ascending Testis Syndroma ialah testis dalam
skrotum /retraktil, tetapi menjadi lebih tinggi karena pendeknya funikulus spermatikus.
Biasanya baru diketahui pada usia 8 -10 tahun. Bila testis teraba maka tentukan posisi,
ukuran, dan konsistensi. Bandingkan dengan testis kontralateralnya.
1. Bila impalpable testis

Kemungkinannya ialah : (1) intrakanalikuler, (2) intraabdominal,  (3) Atrofi testis , (4)
Agenesis. Kadang di dalam skrotum terasa massa seperti testis atrofi. Jaringan ini biasanya
gubernakulum atau epididimis dan vas deferens yang bisa bersamaan dengan testis
intraabdominal.  Impalpable testis biasanya disertai hernia inguinal. Pada bilateral impalpable
testis sering berkaitan dengan anomali lain seperti interseksual, prone belly syndrome
Berikut bagan kemungkinan  abnormalitas testis :
46
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan bila testis impalpable atau meragukan beberapa modalitas penunjang diperlukan.
1. Ultrasonografi (USG)
2. Merupakan modalitas pertama dalam menegakkan kriptorkismus. Alasan  :

a.  Sekitar 72% kriptorkismus terletak intrakanalikuler sehingga aksesibilitas USG cukup baik
b.         Non invasif
c.         Mudah didapat
d.         Praktis/mudah dijadwalkan
e.         Murah
Pada USG testis prepubertas mempunyai gambaran ekhogenitas derajat ringan sampai
sedang, dan testis dewasa ekhogenitas derajat sedang.
USG hanya efektif untuk mendeteksi testis di kanalis inguinalis ke superfisial, dan tidak
dapat mendeteksi testis di intraabdominal 8 Di luar negeri keberhasilannya cukup tinggi (60-
65%), sementara FKUI hanya 5,9%3. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman operator.
1. CT Scan

Merupakan modalitas kedua setelah USG. CT Scan dapat mendeteksi testis intraabdominal.
Akurasi CT Scan sama baiknya dengan USG pada testis letak inguinal. Sedang testis letak
intraabdominal CT Scan lebih unggul ( CT Scan 96% vs USG 91%). False positif / negatif
biasanya akibat pembesaran limfonodi. Dapat dibedakan dengan testis karena adanya lemak
di sekeliling limfonodi.
1. MRI

Dapat mendeteksi degenerasi maligna pada kriptorkismus. Kelemahannya loop usus dan
limfonodi dapat menyerupai kriptorkismus
1. Angiografi

Akurat tetapi invasif sehingga tidak disukai. Venografi Gadolium dengan MRI lebih akurat
dibanding MRI tunggal
Penanganan
Tujuan dari penanganan UDT adalah :
1. Meningkatkan vertilitas
2. Mencegah torsio testis

47
3. Mengurangi resiko cidera khususnya bila testis terletak di tuberkulum pubik

4. Mengkoreksi kelainan lain yang menyertai, seperti hernia

5. Mencegah / deteksi awal dari keganasan testis

6. Membentuk body image

Terapi  non Bedah


Berupa terapi hormonal. Terapi ini dipilih untuk UDT bilateral palpabel inguinal. Tidak
diberikan pada UDT unilateral letak tinggi atau intraabdomen. Efek terapi berupa
peningkatan rugositas skrotum, ukuran testis, vas deferens, memperbaiki suplay darah, dan
diduga meningkatkan ukuran dan panjang vasa funikulus spermatikus, serta menimbulkan
efek kontraksi otot polos gubernakulum untuk membantu turunnya testis. Dianjurkan
sebelum anak usia 2 tahun , sebaiknya bulan 10 – 24. Di FKUI terapi setelah usia 9 bulan
karena hampir tidak dapat lagi terjadi penurunan spontan.
Hormon yang diberikan :
a.  HCG
Hormon ini akan merangsang sel Leydig menproduksi testosteron. Dosis : Menurut Mosier
(1984) : 1000 – 4000 IU, 3 kali seminggu selama 3 minggu. Garagorri (1982) : 500 -1500 IU,
intramuskuler, 9 kali selang sehari. Ahli lain memberikan 3300 IU, 3 kali selang sehari untuk
UDT unilateral dan 500 IU  20 kali dengan  3 kali seminggu. Injeksi HCH tidak boleh
diberikan tiap hari untuk mencegah desensitisasi sel Leydig terhadap HCG yang akan
menyebabkan steroidogenic refractoriness.
Hindari dosis tinggi karena menyebabkan efek refrakter testis terhadap HCG, udem
interstisial testis, gangguan tubulus dan efek toksis testis. Kadar testosteron diperiksa pre dan
post unjeksi, bila belum ada respon dapat diulang 6 bulan berikutnya. Kontraindikasi HCG
ialah  UDT dengan hernia, pasca operasi hernia, orchydopexy, dan testis ektopik.  Miller (16)
memberikan HCG pada pasien sekaligus untuk membedakan antara UDT dan testis retraktil.
Hasilnya 20% UDT dapat diturunkan sampai posisi normal, dan 58% retraktil testis dapat
normal.
b.  LHRH
Dosis 3 x 400 ug intranasal, selama 4 minggu. Akan menurunkan testis secara komplet
sebesar 30 – 64 %.

48
c. HCG kombinasi LHRH

Dosis : LHRH 3 x 400 ug, intranasal, 4 minggu . Dilanjutkan HCG intramuskuler 5 kali
pemberian selang sehari. Usia kurang 2 tahun : 5 x 250 ug,  3 -5 tahun : 5 x 500 ug, di atas 5
tahun : 5 x 1000 ug.
Respon terapi : penurunan testis 86,4%, dengan follow up 2 tahun kemudian keberhasilannya
bertahan 70,6%.
Evaluasi terapi.
Berdasar waktu : akhir injeksi, 1 bulan, 3 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Berdasar
posisi : respon komplet bila testis berada di skrotum, sedang respon inkomplet bila testis
posisi inguinal rendah  Efek samping bersifat reversibel. Ujud kelainan berupa bertambah
ukuran testis, pembesaran penis, ereksi, meningkatnya rugositas skrotum, tumbuhnya rambut
pubis hiperpigmentasi dan gangguan emosi
Terapi Bedah
Tujuan pembedahan adalah memobilisasi testis, adequatnya suplay vasa spermatika , fiksasi
testis yang adequat ke skrotum, dan operasi kelainan  yang menyertainya seperti hernia.
Indikasi pembedahan  :
1. Terapi hormonal gagal
2. Terjadi hernia yang potensial menimbulkan komplikasi

3. Dicurigai torsio testis

4. Lokasi intraabdominal atau di atas kanalis inguinalis.

5. Testis ektopik

Tahapan :satu tahap atau 2 tahap tergantung vasa spermatika apakah panjang atau pendek.
Tekinik operasi pada UDT  :
1. Orchydopexy Standar

Prinsip dari orchidopexy meliputi 3 tahap


1. Funikulolisis
Adalah pelepasan funikulus spermatikus dari musculus kremester dan memungkinkan dapat
memperpanjang ukurannya. Vasa testicularis di bebaskan sejauh mungkin ke retroperitoneal
dan dimobilisasi lebih ke medial yang akan meluruskan dan memperpanjang vasa. Terdapat
kesulitan ketika memobilisasi vasa diatas vasa iliaca komunis
49
Beberapa metode yang digunakan untuk menurunkan testis ke skrotum antara lain
Ombredonne, Bevas, Torek, Cobot – Nesbit, Longord, Gersung, Denis Browne. George
Major menolak metode Mauclain (menurunkan testis ke kontralateral), juga tidak setuju UDT
bilateral dikerjakan sekaligus dalam satu tahap oleh karena ancaman infeksi dari kesulitan
fiksasi pada septum skrotum
Funikulolisis dikerjakan melalui insisi inguinal tinggi dan testis diturunkan dengan bantuan
tarikan tali (benang) transcrotal ke paha  Bila pasien UDT disertai hernia inguinalis, kantung
hernia kanan dibebaskan dari ligasi seproximal mungkin, kantong vaginalis propria pada
testis dan epidedimis dipertahankan, karena serosa yang membungkus testis itu penting bagi
spermatogenesis.
Teknik funikulolisis menurut Beran (1903) memotong vasa testis bila vasa tersebut sangat
pendek dan diharapkan vaskularisasi yang adequat dari vasa vas defferens. Tetapi teknik ini
kurang bagus dengan alasan maturasi normal memerlukan suplay vaskuler yang optimal.
Teknik operasi orchydopexy standar
Akses : Menurut Ombredonne lebih menguntungkan dengan insisi inguinal tinggi yang
memungkinkan mobilisasi vaskuler retroperitoneal dan menempatkan testis pada skrotum.
Funikulolisis  :
-         setelah diseksi aponeurosis m. obliqus abdominis eksternus dan membebaskan anulus
inguinal eksternus dengan hati-hati untuk menghindari udema testis
-         pisahkan (split) dinding  kanalis sesuai arah seratnya sampai dengan anulus inguinalis
eksternus
-         bebaskan funikulus spermatikus dan testis beserta tunikanya dari fascia dan muskulus
kremaster
-         Pada kasus UDT dengan hernia, pemisahan tunika vaginalis funikulus spermatikus
secara hati-hati dengan menghindari cedera vasa dan ductus deferens, dimana hal ini akan
memperpanjang rentang funikulus
-         sisihkan m. Oliqus Abdominis Internus dan m. Transversus Abdominis dengan
retraktor ke kraniomedial
-         diseksi funikulus spermatikus ke kranial sampai dengan lateral dari vasa epigastrika
inferior
-       bila belum cukup  panjang untuk memungkinkan testis ke skrotum tanpa tegang, vasa
epigastrika inferior dipotong, sehingga funikulus spermatikus dapat digeser lebih ke medial. 
Bila hal ini belum dapat panjang berarti funikulus spermatikusnya memang pendek

50
-       sering kantong hernia kongenital atau prosesus vaginalis persisten menghambat
mobilisasi funikulus, maka lepaskan kantong secara hati-hati dan ligasi tinggi. Bila
peritoneum terbuka jahit secara atraumatik
-       pembebasan diatas akan lebih mudah bila gubernakulum dipotong lebih dulu kemudian
dilanjut dengan pembebasan testis
-       mobilisasi lanjut ke arah retroperitoneal dilakukan dengan memotong m. obliqus
abdominis internus dan m. transversus abdominis ke arah kranio lateral atau melepaskan
ligamentum inguinalis
-       kemudian vasa spermatika interna dapat dibebaskan secara retroperitoneal ke kranial
sampai melewati vasa iliaka
-       setinggi promontorium vasa akan menyilang ureter. Hati-hati dalam membebaskannya
2. Pemindahan testis ke dalam skrotum (transposisi)
Bagian skrotum yang akan ditempati testis telah kosong dan menjadi lebih kecil dibanding
ukuran normal. Regangkan dinding skrotum dengan diseksi jari-jari sehingga menciptakan
suatu ruangan. Traksi ditempatkan pada gubernakulum Testis yang telah bebas dan funikulus
spermatikusnya cukup panjang, ditempatkan pada skrotum, bukan ditarik ke skrotum.
3. fiksasi testis dalam skrotum
Adalah hal prinsip bahwa testis berada di skrotum bukan karena tarikan dan testis tetap
berada di habitat barunya, sehingga menjadi kurang tepat bila keberadaan testis di skrotum itu
karena tarikan dan fiksasi testis.
Fiksasi testis tetap diperlukan.
- Untuk mengikatnya tembuskan benang pada stumb ligamentum hunteri pada pole bawah
testis dengan benang nonabsorpable dan meninggalkan ujung benang yang panjang
-   perlebar skrotum dengan 2 jari, dengan bantuan jarum reverdin yang ditembuskan dari
kulit skrotum sisi luar dan mengambil ujung benang panjang tadi dan  keluarkan lagi jarum .
-   Fiksasi kedua ujung benang pada sisi medial paha
-   Teknik lain yang sering di pakai adalah tehnik ombredanne yang menempatkan testis pada
skrotum kontralateral dan mengikatnya pada septum scroti.
1. Stephen Flower Orchidopexy

Merupakan modifikasi orchidopexy standar. Ketika arteri testikulariss tak cukup panjang
mencapai skrotum, arteri testikularis diligasi. Jadi testis hanya mengandalkan arteri vas
deferens.
1. Orchydopexy bertahap
51
1. Bedah : Testis dibungkus dengan lembaran silastic dan difiksasi ke pubis pada
tahap I.  Setelah 6-8 bulan dilakukan tahap II berupa eksplorasi dan
memasukkan testis ke skrotum

2. Laparoskopi : Menjepit arteri testikularis  dengan laparoskopi dikerjakan  pada


tahap I intuk UDT tipe abdomen. Setelah 6-8 bulan dikerjakan Stephen Flower
Orchydopexy.

1. Autotransplantasi

Pembuluh darah testis dilakukan anastomosis pada vasa epigastrika inferior dengan teknik
mikrovaskuler.
1. Protesis Testis

Pemasangan implant testis silastik untuk knyamanan, kosmetik, dan psikis.


Komplikasi
Praoperasi
1. Hernia Inguinalis

Sekitar 90% penderita UDT mengalami hernia inguinalis lateralis ipsilateral yang disebabkan
oleh kegagalan penutupnan processus vaginalis. . Hernia repair dikerjakan saat orchydopexy .
Hernia inguinal  yang menyertai UDT segera dioperasi untuk mencegah komplikasi
2. Torsio Testis
Kejadian torsio meningkat pada UDT, diduga dipengaruhi oleh dimensi testis yang
bertambah sesuai volume testis. Juga dipengaruhi abnormalitas jaringan penyangga testis
sehingga testis lebih mobil
1. Trauma testis T

Testis yang terletak di superfisial tuberkulum pubik sering terkena trauma


4. Keganasan
Insiden tumor testis pada populasi normal 1 : 100.000, dan pada UDT 1 : 2550. Testis yang
mengalami UDT pada dekade 3-4 menpunyai kemungkinan keganasan 35-48 kali lebih
besar . UDT intraabdominal 6 kali lebih besar terjadi keganasan dibanding letak
intrakanalikuler. Jenis neoplasma pada umumnya ialah seminoma. Jenis ini jarang muncul
sebelum usia 10 tahun. Karena alasan ini maka ada pendapat yang mengatakan UDT usia

52
diatas 10 tahun lebih baik dilakukan orchydectomy dibandingkan orchydopexy(4). Menurut
Gilbert & Hamilton sekitar 0,2 – 0,4 % testis ektopik menjadi ganas. Sedang testis dystopik
angka keganasannya 8-15%. Campbell menyebut 0,23% untuk ektopik testis dan 11% untuk
dystopik testis. Sementara UDT intrabdominal keganasan 5% dan inguinal 1,2%.
Infertilitas
Penyebabnya ialah gangguan antara germ cell . Infertilitas UDT bilateral 90%, sedang UDT
unilateral 50% (2). Lipschultz, 1976 menunjukkan adanya spermatogenesis yang abnormal
post orchydopexy pada laki-laki umur 21-35 tahun UDT unilateral. Dan menduga bahwa ada
abnormalitas bilateral testis pada  UDT unilateral
Psikologis
Timbul perasaan rendah diri fisik atau seksual akibat body image yang muncul. Biasanya
terjadi saat menginjak usia remaja (adoloscence) orang tua biasanya mencemaskan akan
fertilitas anaknya.
Pasca Operasi
1. 1. Infeksi

Sangat jarang bila tindakan a/antiseptik baik, diseksi yang smooth dan gentle akan 
meminimalkan terjadinya hematom
1. 2. Atropi Testis

Karena funikulolisis tak adequat, traksi testis berlebihan, atau torsio funikulus spermatikus
saat tranposisi testis ke skrotum
PROGNOSIS
Menurut Docimo 10 kesuksesan operasi UDT letak distal anulus inguinalis internus sebesar
92%, letak inguinal (89%), orchidopexy teknik mikrovaskuler (84%), orchidopexy abdominal
standar (81%) staged Fowler-Stephens orchidopexy (77%), Fowler-Stephens orchidopexy  
standar (67%)
UDT biasanya turun spontan tanpa intervensi pada tahun pertama kehidupan. Resiko
terjadinya keganasan lebih tinggi di banding testis normal. Fertilitas pada UDT bilateral: 50%
punya anak, sedang UDT unilateral 80%.

Phymosis
53
Phymosis (fimosis) adalah suatu kelainan dimana prepusiumpenis yang tidak dapat di retraksi
(ditarik) ke proksimal sampaike korona glandis. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi
barulahir karena terdapat adhesi alamiah antara prepusium denganglans penis

Etiologi
•Kongenital
•Kebersihan yang buruk
•Peradangan kronik glans penis dan kulit preputium
•Penarikan berlebihan kulit preputium
Sehingga menyebabkan pembentukkan jaringan ikat(fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang
membuka

epidemiologi
Secara fisiologis 10% laki-laki akan memiliki phimosissampai pada usia 3 tahun, dan
persentase anak-anakyang lebih besar hanya akan memiliki sebagianpreputium yang dpt
ditarik kembali.
Dan hanya 1-5% laki-laki saja yang akan menderita
fimosis sampai pada usia 16 tahu

manifestasi klinis

54
•Sulit kencing
•Pancaran urine mengecil
•Menggelumbungnya ujung prepusium penis pada saat
miksi
•Menimbulkan retensi urine
•Kadangkala pasien dibawa berobat oleh orang tuanyakarena ada benjolan lunak di ujung penis
yang taklain adalah korpus smegma

Derajat phimosis

Komplikasi

•Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.


•Penarikan preputium secara paksa dapat berakibat kontriksidengan rasa nyeri dan
pembengkakan glans penis yang disebutparafimosis.
•Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut ballonitis.
•Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian menimbulkan
kerusakan pada ginjal.
•Fimosis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker penis

55
Prognosis
Dubia ad bonam

Kesimpulan
Phymosis (fimosis) adalah suatu kelainan dimana prepusium penisyang tidak dapat di
retraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke koronaglandis.
Mekanisme terjadinya Fimosis adalah akibat kongenital atau bisa
juga terjadi akibat infeksi yang meninggalkan jaringan parut.
Pada penderita fimosis biasanya dilakukan sirkumsisi terutama
apabila telah terjadi ketidaknyamanan, penyumbatan dan komplikasi.
Kebanyakan penderita fimosis berprognosis baik apabila segera
ditangani dengan tepat dan cepa

TEKNIK KONVENSIONAL (DORSUMSISI)


Teknik Dorsumsisi adalah teknik sirkumsisi dengan cara memotong preputium pada bagian
dorsal pada jam 12 sejajar sumbu panjang penis ke arah proksimal, kemudian dilakukan
pemotongan sirkuler kekiri dan kekanan sejajar sulcus coronarius.
Keuntungan
 Kelebihan kulit mukosa bisa diatur
 Resiko menyayat/memotong penis lebih kecil

 Mudah mengatur panjang pendek pemotongan mukopsa

 Tidak melukai glan dan frenulum

 Pendarahan bisa cepat diatasi

 Baik untuk penderita fimosis/paraphimosis.

 Baik untuk pemula.(tehnik yang paling aman)


Kerugian :
 Pendarahan relative lebih banyak.
 Teknik sulit dan lebih rumit
 Insisi sering tidak rata, tidak simetris.
 Waktu lebih lama.
56

Urutan / Tahapan Tehnik


1. Tandai batas insisi dengan menjepit kulit prepusium dengan klem/pinset.
2. Prepusium dijepit klem pada jam 11, 1 dan jam 6 ditarik ke distal. 

3. Preputium dijepit dengan klem bengkok dan frenulum dijepit dengan kocher

4. Preputium diinsisi pada jam 12 diantara jepitan klem dengan menggunakan gunting
kearah sulcus coronarius, sisakan mukosa kulit secukupnya dari bagian distal sulcus
pasang tali Kendali

5. Pindahkan klem (dari jam 1 dan 11 ) ke ujung distal sayatan (jam 12 dan 12’)
Insisi meingkar kekiri dan kekanan dengan arah serong menuju frenulum di distal
penis (pada frenulum insisi dibuat agak meruncing (huruf V), buat tali kendali )

6. Buat tali kendali pada jam 3 dan 9

7. Gunting dan rapikan kelebihan mukosa

8. Rawat perdarahan yang terjadi


 

HEMOSTASIS

 Perawatan perdarahan di lakukan dengan mencari sumber perdarahan dengan


menghapus daerah luka dengan menggunakan kasa, bila di dapatkan sumber
perdarahan segera di jepit dengan klem/pean arteri kecil. Tarik klem, ligasi dengan
mengikat jaringan sumber perdarahan dengan catgut. Potong ikatan sependek
mungkin. Cari seluruh sumber perdarahan lain dan lakukan hal yang serupa.
 Jika anda mempergunakan flashcutter, cukup menyentuh pendarahan dengan probe
bipolar, seketika langsung terhenti.
 WOUND SUTURE
 Jahitan Frenulum
Frenulum biasanya dijahit dengan matras horizontal atau boleh dengan matras 8
(cross) ataupun matras horizontal. Setelah dijahit sisakan benang untuk digunakan
sebagai kendali.· 
 

57
Jahitan Dorsal
Jahitan pada dorsal penis mengunakan jahitan simpul. Sisakan benang untuk dibuat
tali kendali. (Gambar 18 Simpul pada jam 12)· 

Jahitan bagian kulit mukosa yang lain


Dengan menggunakan kendali untuk mengarahkan posisi penis jahit sekeliling luka
dengan jahitan simpul (jam 12). Jahitan simpul bisa dilakukan pada jam 3 dan 9 atau
jam 2,4, 8 dan 10. Tidak diianjurkan Mengikatnya terlalu erat. Tidak dianjurkan
menggunakan jahitan jelujur (Continuous Suture). Bila telah dijahit semua maka lihat
apakah ada bagian yang renggang yang memerlukan jahitan.

WOUND CARE
Setelah selesai di jahit olesi tepi luka dengan betadine, bila perlu beri dan olesi
dengan salep antibiotik.

Perawatan luka bisa dilakukan dengan metode tertutup atau terbuka.

Metode terbuka (Open Care )


Perawatan ini bisa dilakukan bila ada jaminan penderita mampu menjaga
kebersihan luka. Setelah diolesi betadine dan salep antibiotika biarkan secara
terbuka (dianjurkan urologi).
Metode tertutup (Close Care)
Setelah diberi betadine dan salep antibiotika, berikan sufratule secara melingkar.
Tutup denga kasa steril, ujung kain kasa dipilin sebagai tempat fiksasi supra pubic
dengan menggunakan plester (Balutan Suspensorium) atau biarkan berbentuk
cincin (Balutan Ring).
POST OPERATION CARE
Medikamentosa
Analgetika : Antalgin 500mg PO 3dd1
Asam Mefenamat 500mg PO 3dd1
Antibiotika : Amoksisilin 500mg PO 3dd1
Eritromisin 500mg 3dd1
Roboransia : Vitamin B Complex
Vitamin C

58
Edukasi
Luka dalam 3 hari jangan kena air.
Hati hati dengan perdarahan post circumsisi, bila ada segera kontrol
Perbanyak istirahat
Bila selesai kencing hapus sisa air kencing dengan tisue atau kasa
Perbanyak dengan makan dan minum yang bergizi terutama yang banyak
mengandung protein, tidak ada larangan makan.
Setelah 3-5 hari post circumsisi buka perban di rumah segera kontrol.

Daftar Pustaka

 Purnomo, Basuki B., Dasar-Dasar Urologi, edisi kedua, Fakultas Kedokteran


Universitas Brawijaya, Malang, 2003 : 10 – 11, 149-150
²Sjamsuhidajat R,dan Jong W.D. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta: EGC. 2004 :
800
³Santucci, Richard A. Phimoss, Adult Circumcision, and Buried Penis, di
http://emedicine.medscape.com/article/442617-treatment . Diunduh 29 Mei 2010.
4Ghory, Hina Z. Phimosis and Paraphimosis, di
http://emedicine.medscape.com/article/777539-overview/. Diunduh 29 Mei 2010.
5S, Chantu Jr. Phimosis, dih ttp:/ /e n.wik ipedi a. org /wiki/ phim osi s? wa sRe direc te d=true/
. Diunduh 29 Mei 201
Kaplan, GW, Complications of Circumcision, Urologic Clinics of North America, vol 10, No 3, page
543-549, Aug 1983
Anonim.2001. Circumsisi, phimosis dan khitan perempuan [Serial online]
http://google.com/2006/04/circumsisi-phimosis-dan-khitan.html (29 september 2010)

Mackellar A. Appropriate management of the undescended testis. Journal of paediatrics, obstettrics


and gynaecology 1985; 10(1):23-8.

Pediatric Data Base. Cryptorchidism. Available from :


http://www.icondata.com/health/pedbase/files/cryptorc.html.

Parker RM. Cryptorchidism. Peds Uro Logic. Available from:


http://www.pedsurologic.com/pamphlets/cryptorchidism/undescen dedTestes.html.

The Division of Urology, Children's Hospital, Boston. Undescended testes in children. Digital


Urology Journal. Available from : http://www.duj.com/testis.html.

Griffith HW. Testes, undescended (cryptorchidism). The complete guide to pediatric symptoms,


illness & medicalitions [cited the Putnam Berkley Group. Inc.; electronic rights by Medical Data

59
Exchange]. Available from:
http://www.thriveonline.com/health/library/pedillsymp/pedillsymp411.html.

Kids Health Org. The facts on undescended testicles. Available from:


http://kidshealth.org/parent/healthy/crypro.html.

Braunstein GD. Cryptorchidism. Dalam : Greenspan FS, Strewler GJ, penyunting. Basic & Clinical
endocrinology. Edisi ke-5. London: Prentice-Hall, 1997. h.419-20.

http://en.wikipedia.org/wiki/Mumps diunduh 29 september 2010


http://www.ebi.ac.uk/2can/genomes/viruses/Mumps_virus.html diunduh 29 september 2010
http://virology-online.com/viruses/MUMPS.htm diunduh 20 september 2010

60

Anda mungkin juga menyukai