Anda di halaman 1dari 37

PERANCANGAN COLD STORAGE UNTUK PENYIMPANAN

UDANG VENAME KAPASITAS DAILY 300 KG

DOSEN PENGAMPU : SUNANTO, S.T., M.ENG.

Oleh.

RIZKA RAHMAH HABIBAH NIM 1702076

NADIA OKTAVIA NIM 1702073

IKE WIDYANA FASHA NIM 1702067

JURUSAN TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA


POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU
2019
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya, penyusun dapat menyelesaikan laporan Perancangan Sistem Refrigerasi..
Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu
’Alaihi Wasallam, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan semua pengikutnya
yang setia hingga akhir zaman.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perancangan
Sistem Refrigerasi di semester 5. Dalam penyusunan laporan ini, penyusun tidak
terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
segala hormat dan kerendahan hati, penyusun mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman, nikmat sehat dan ilmu
yang bermanfaat.
2. Keluarga tercinta, terutama kepada orang tua yang selalu memberikan
do’a, semangat serta dukungan moriil dan materiil.
3. Bapak Sunanto, S.T., M.Eng. selaku dosen pengampu mata kuliah
Perancangan Sistem Refrigerasi.
4. Teman kelas TP 3C 2020.
Dalam penyusunan laporan ini dimungkinkan ada kesalahan. Oleh karena
itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan laporan ini dan penyusunan laporan di kemudian hari.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Indramayu, 15 Februari 2020

Penyusun

ii
1 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Perancangan ................................................................................. 2
1.4 Manfaat Perancangan ............................................................................... 2
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
BAB II DASAR TEORI ...................................................................................... 16
2.1 Pengertian Cold Storage (Anonim, 2015) .............................................. 16
2.2 Jenis-Jenis Cold Storage (Anonim, 2015) .............................................. 17
2.3 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap ........................................................... 17
2.4 Perhitungan Beban pada Sistem Refrigerasi .......................................... 22
BAB III DATA RANCANGAN ........................................................................ 29
3.1 Kondisi Cold Storage ............................................................................. 29
3.2 Data-Data Rancangan ............................................................................. 29
3.3 Pengambilan Data................................................................................... 30
BAB IV PERHITUNGAN .................................................................................. 19
4.1 Perhitungan Data Perancangan ............................................................... 19
BAB V KARAKTERISTIK SISTEM ............................................................... 25
5.1 Perancangan Sistem ................................................................................ 25
BAB VI PEMILIHAN BAHAN ......................................................................... 27
6.1 Pemilihan Evaporator Untuk Cold Storage ............................................ 27
6.2 Pemilihan Kondenser Cold Storage ....................................................... 29
6.3 Pemilihan Kompresor Cold Storage ....................................................... 31
BAB VII PENUTUP ............................................................................................ 27
7.1 Simpulan ................................................................................................. 27
7.2 Saran ....................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang
memiliki potensi perikanan yang cukup besar, salah satunya udang vanamei
yang banyak dibudidayakan di daerah Desa Tambak, Kecamatan Indramayu,
Kabupaten Indramayu.Udang jenis ini biasanya dipanen dalam waktu 3-4
bulan sekali.Udang termasuk komoditi yang tidak tahan lama dan mudah
rusak jika ditempatkan di ruang terbuka. Penyebab utama kerusakan jenis
udang ini di antaranya adalah aktifitas mikroorganisme dan bakteri yang ada
pada udang, dimana pada suhu kamar bakteri dan mikroorgnisme
berkembang biak dengan sangat cepat. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya
petani menggunakan cara tradisional dengan pendinginan es balok agar
kondisi udang tetap segar. Namun cara ini kurang efektif, karena lama
kelamaan es balok akan mencair.
Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan teknologi di bidang
industri mengalami kemajuan yang pesat, salah satunya adalah teknologi di
bidang refrigerasi dan tata udara.Perkembangan teknologi di bidang ini
memberikan banyak keuntungan bagi kebutuhan manusia, seperti dalam hal
penyimpanan dan pendistribusian bahan makanan, sehingga bahan makanan
yang disimpan dengan sistem refrigerasi tersebut dapat terjaga kualitas dan
kesegarannya sampai beberapa minggu atau bulan hingga saat diperlukan
untuk didistribusikan kepada konsumen.
Oleh karena itu, untuk mengatasi cara tradisional yang kurang efektif pada
proses penyimpanan udang, maka perlu dirancang sebuah mesin
penyimpanan udang tersebut. Dalam hal ini, kmi mengambil judul
“PERANCANGAN COLD STORAGE UNTUK PENYIMPANAN
UDANG KAPASITAS DAILY 300 KG”.” yang dapat digunakan untuk
membekukan udang vanamei hasil panen para petani tambak agar kualitas
dan mutu udang vanamei setalah panen sampai ke tempat penjualan udang
dalam keadaan segar, sehingga dapat menaikkan harga jual udang vanamei.

1
1.2 Rumusan Masalah
Tujuan dari Perancangan Sistem Refrigerasi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menghitung beban pendinginan pada Cold Storage?
2. Berapa nilai COP, efisiensi, dan daya listrik pada Cold Storage?

1.3 Tujuan Perancangan


1. Mengetahui jumlah beban pendinginan pada Cold Storage.
2. Mengetahui nilai COP, efisiensi, dan konsumsi daya listrik pada Cold
Storage.

1.4 Manfaat Perancangan


Manfaat dengan adanya perancangan Cold Storage ini adalah memberikan
informasi tentang:
1. Menambah wawasan dan pengalaman dalam Perancangan Sistem
Refrigerasi.
2. Sebagai tambahan informasi dan referensi bagi mahasiswa tentang
Perancangan Sistem Refrigerasi pada Cold Storage.

1.5 Batasan Masalah


Berdasarkan uraian di atas maka perancangan ini dibatasi :
1. Rancang bangun ini tidak menghitung biaya material yang dibutuhkan.
2. Dalam tahap pengambilan data beban pendinginan produk yang
dikondisikan adalah udang vannamei.

2
2 BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Cold Storage (Anonim, 2015)


Cold storage adalah suatu fasilitas yang sering digunakan dalam
penyimpanan bahan – bahan hasil pertanian, perikanan, dan industry. Dengan
mendinginkan suhu sautu bahan atau product, maka aktifitas enzim atau
mikroba yang berada di dalamnya akan berkurang. Sehingga kerusakan
ataupenurunan mutu dapat dihambat. Mengingat besarnya peranan system
refrigerasi dalam industry penyimpanan bahan makanan.

Bangunan cold storage adalah sebuah struktur yang digunakan untuk


menyimpan berbagai macam bahan agar tidak mengalami pembusukan,
hingga pad awaktunya akan dikirim kepada yang akan menggunakannya,
yang mana pencegahan terjadiya kerusakan, menggunakan proses
pendinginan atau penurunan suhu. Cold storagedapat digambarkan sebagai
struktur atau bangunan besar yang memiliki fungsi seperti lemari pendingin.
Bangunan dengan temperature yang rendah ini tentunya baru bisa digunakan
dengan baik jika ruangan tertutup dengan sangat rapat.

Dalam pengertian tidak ada sirkulasi udara (udara yang keluar masuk), dan
menggunakan peralatan pendingin (refrigerator), yang mengeluarkan udara
dingin dan menjaga suhu tetap rendah.

Gambar 1 Cold Storage

16
( sumber https://www.google.com)

2.2 Jenis-Jenis Cold Storage (Anonim, 2015)


Cold storageadalah ruangan pendingin dengan dinding panel
polyurethane teabl 7-10 cm dilapisi bahan plat setebal 1 mm yang dirancang
khusus untuk mempertahankan suhu dingin atau beku. Adapun macam-macam
ruang pendingin sebagai berikut:
1. Chilled Room / Cool Room
Chilled room dan freezer room baiasanya digunakan untuk meyimpan
produk sesuai dengan kondisi suhu tertentu. Chilled room memiliki
kondisi suhu temperature rendah antara 1 0C - 0C Ruangan pada chilled
ini digunakan untuk menyimpan bahan makanan yang fresh seperti
sayur,-sayuran, buah-buahan, dan bahan makanan lainnya yang daya
tahannya hingga bisa tidah lebih dari 60 hari.
2. Blast Freezer
Blast freezer digunakan untuk mendinginkan bahan baku secara cepat
untuk makanan beku atau olahan. Untuk blast freezer ini pencapaian
suhu pada umumnya ditargetkan pada temperature - 200C - - 350C.
3. Blast Chiller
Blast chiller digunakan untuk mendinginkan bahan baku secara cepat
setelah memasak selesai. Target pencapaian temperature pada
umumnya adalah 10C - 40C.
4. Freezer Room / Cold Storage
Freezer room memiliki kondisi suhu pada temperature -150C - -200C
bisaanyan digunkan untuk menyimpan daging-daging, susu, keju dsb.
Yang membutuhkan temperature beku.
2.3 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap
Pada dasarnya system pendinginan udang (Cold Storage / Air Blaze
Freezer) ini memiliki prinsip kerja yang sama dengan kulkas (freezer) yang
ada pada rumah . hanya saja kapasitasnya yang jauh lebih besar dari kulkas
ini yang mengakibatkan cold storagememiliki mekanisme mesin yang
kompleks dan cukup rumit. Cold Storage /ABF ini terdiri dari sebuah tempat

17
penyimpanan udang yang besar yang di dinginkan oleh sebuah unit mesin
pendingin. Adapun unit mesin pendingin yang digunakan pada cold storage /
ABF ini adalah jenis system refigerasi kompresi uap, dimana sebagai media
pendinginnya masih menggunakan refrigerant R22 (HCFC 22).
Dinamakan system refrigerasi kompresi uap karena pada unit
pendingin ini menggunakan kompresor yang memompa uap refrigerant dari
sisi tekanan rendah hingga menjadi uap tekanan tinggi. Sehingga pada system
refrigerasi kompresi uap ini terdapat dua kondisi tekanan berbeda yaitu sisi
tekanan rendan dan sisi tekanan tinggi. Pada sisitekanan rendah inilah yang
digunakan untuk proses pendinginan karena temperaturnya juga rendah
hingga menyerap panas dari lingkungan sekitarnya. (Siagian, 2017)
Sistem yang terjadi pada system refrigerasi kompresi uap merupakan
system tertutup, adapun siklus yang terjadi terlihat pada Gambar 2.1 dibawah
ini.

Gambar 2 Siklus sistem refrigerasi kompresi uap


(sumber.http//google.com)

18
Pada diagram Ph, siklus refrigerasi kompresi uap digambarkan sebagai
berikut :

Gambar 3 Siklus sistem refrigerasi pada diagram Ph

( sumber.http//google.com )

Penjelasan proses dari gambar siklus refrigerasi diatas, sebagai berikut:

1. Proses 1 – 2 ( kompresi ), merupakan proses kompresi uap


refrigeran dari keadaan awal tekanan dan temperature rendah yang
dikompresi secara reversibel dan isentropik sehingga
mengakibatkan tekanan dan temperature menjadi lebih tinggi dari
pada temperature lingkungan.
2. Proses 2 – 3 ( kondensasi), proses ini terjadi di kondensor dimana
uap refrigerant dengan tekanan dan temperature tinggi tersebut
kemudian masuk kekondensor untuk melepas panas ke lingkungan
hingga berubah fasa menjadi refrigeran cair bertekanan tinggi.
3. Proses 3 – 4 ( ekspansi ), refrigerant cair yang masih bertekanan
tinggi masuk ke ekspansi untukditurunkan tekanannya sehingga
temperaturnya pun turun (lebih rendah dari temperature
lingkungan) dan sebagianrefrigeran cair tersebut berubah fasa
menjadi uap.
4. Proses 4 – 1 ( evaporasi ), proses ini terjadi di evaporator yang
merupakan proses terjadinya penguapan refrigerant cair menjadi
uap jenuh kembali akibat penambahan panas dari beban yang ada
di evaporator untuk selanjutnya di kompresi kembali di
kompresor. (Siagian, 2017)

19
a. Kompresi
Proses ini berlangsung di kompresor secara isentropic adiabatic.
Kondisi awal refrigerant pada saat masuk ke kompresor adalah uap jenuh
bertekanan rendah, setelah dikompresi refrigerant menjadi uap bertekanan
tinggi. Oleh karena itu, proses ini dianggap isentropic sehingga
temperature keluar kompresor pun meningkat.
Besarnya kerja kompresor per satuan massa refrigerant bisa dihitung
dengan rumus :

𝑞𝑤 = ℎ2− ℎ1………………………………………………………………………………………………………. (2.1)

Besarnya daya kerja kompresi yang dilakukan :

̇
𝑄𝑤 = 𝑚̇𝑥 𝑞𝑤…………………………………………………………………………………………………… (2.2)

dimana,

𝑄𝑤 = Daya kompresi yang dilakukan (kW)

𝑚̇ = Laju aliran massa refrigerant (kg/s)

𝑞𝑤 = Kerja kompresi yang dilakukan (kJ/kg)

ℎ2 = Enthalpy refrigerant saat masuk kompresor (kJ/kg)

ℎ1 = Enthalpy refrigerant saat masuk kompresor (kJ/kg)

b. Kondensasi

Proses ini berlangsung di kondensor. Refrigerasi yang bertekanan dan


bertemperatur tinggi dikeluarakan dari kompresor membuang kalor
sehingga fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti bahwa di kondensor
terjadi pertukaran kalor antar refrigerant dengan udara, sehingga panas
berpindah dari refrigerant ke udara pendingin dan akhirnya refrigerant
mengembun menjadi cair.
Besarnya panas per satuan massa refrigerant yang dipanaskan di
kompresor dinyatakan sebagai :

20
𝑞𝑟 = ℎ2− ℎ3………………………………………………………………………………………………………. (2.3)

Besarnya kapasitas kondensor yang dilakukan :

̇
𝑄𝑐 = 𝑚̇𝑥 𝑞𝑐…………………………………………………………………………………………………… (2.4)

dimana,

𝑄𝑐 = Kapasitas pembuangan panas (kW)

𝑚̇ = Laju aliran massa refrigerant (kg/s)

𝑞𝑐 = Kalor yang dilepas oleh kondensor (kJ/kg)

ℎ2 = Enthalpy refrigerant saat masuk kondensor (kJ/kg)

ℎ3 = Enthalpy refrigerant saat masuk kondensor (kJ/kg)

c. Ekspansi

Proses ini berlangsung secara isoentalpi, hal ini berarti tidak terjadi
penambahan entalpi tetapi terjadi drop tekanan dan penurunan
temperature. Proses penurunan tekanan terjadi pada katup ekspansi yang
berbentuk pipa kapiler atau orifice yang berfunsi mengatur laju aliran
refrigerant dan menurunkan tekanan.

ℎ3− ℎ4

dimana,

ℎ3 = Enthalpy refrigerant saat masuk ekspansi (kJ/kg)

ℎ4 = Enthalpy refrigerant saat masuk ekspansi (kJ/kg)

e. Evaporasi

Proses ini berlangsung si evaporator secara isobar isothermal.


Refrigerant dalam wujud cair bertekanan rendah menyerap kalor dari
lingkungan / media yang didinginkan sehingga wujudnya berubah menjadi
gas bertekanan rendah. Kondisi refrigerant saat masuk evaporator

21
sebenarnya adalah campuran cair dan gas, hal ini terlihat dari gambar yang
mana posisi titik 4 berada di dalam kubah garis jenuh.

Besarnya kalor yang diserap oleh evaporator adalah :

𝑞𝑒 = ℎ1− ℎ4………………………………………………………………………………………………………. (2.5)

Besarnya kapasitas evaporator yang dilakukan :

̇
𝑄𝑒 = 𝑚̇𝑥 𝑞𝑒…………………………………………………………………………………………………… (2.6)

dimana,

𝑄𝑤 = Kapasitas pendinginan (kW)

𝑚̇ = Laju aliran massa refrigerant (kg/s)

𝑞𝑤 = Kalor yang diserap evaporator (kJ/kg)

ℎ1 = Enthalpy refrigerant saat masuk evaporator (kJ/kg)

ℎ4 = Enthalpy refrigerant saat masuk evaporator (kJ/kg)

2.3.1 Koefesien Kinerja pada Sistem Refrigerasi

Perbandingan antara besarnya kalor dari lingkungan yang dapat diambil


oleh evaporator dengan kerja kompresor yang harusndilakukan disebut sebagai
koefesien kinerja atau coefficient of performance, COP.

𝑇𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑠𝑖
a. COPcarnot = (𝑇 ……………………………………(2.7)
𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑠𝑖− 𝑇𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑠𝑖 )

𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 𝑑𝑖𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑒 (𝑤𝑎𝑡𝑡)


b. COPaktual = ……………………(2.8)
𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟 (𝑤𝑎𝑡𝑡)

𝐶𝑂𝑃𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
c. ῃ = 𝐶𝑂𝑃𝑐𝑎𝑟𝑛𝑜𝑡 x 100% ………………………………………..(2.9)

2.4 Perhitungan Beban pada Sistem Refrigerasi


Dalam rancang bangun system refrigerasi perlu dilakukan perhitungan
beban pendinginan yang harus ditangani untuk menentukan kapasitas peralatan
yang dibutuhkan. Dalam system refrigerasi beban pendinginan bisa

22
dikelompokan dalam 4 jenis sumber beabn. Beban total diperoleh dengan
menjumlahkan yang ada dari ke empat jenis sumber beban tersebut.
Jenis sumber beban tersebut adalah :
1. Beban kalor melalui dinding (wall gain load)
2. Beban pertukaran udara (air change load)
3. Beban produk (product load)
4. Beban lain-lain (misscellanneous load)

2.4.1 Beban Kalor Melalui Dinding

Beban kalor melalui dinding adalah banyaknya kalor yang masuk ke


ruangan refrigerasi, melalui dinding, karena adanya perbedaan temperature
antara lingkungan dengan refrigerasi tersebut. Kalor yang masuk melalui
dinding dihitung dengan persamaan :
Q = U. A.∆𝑇……………………………………………….(2.10)
Dengan,
Q = Laju aliran kalor (watt)
A = Luas permukaan dinding luar (𝑚2 )
U = Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (W/𝑚2 . 𝐾)
∆𝑇 = Perbedaan temperature melalui dinding (K)
Beban kalor melalui dinding termasuk beban kalor melalui lantai dan atap.

2.4.2 Penentuan Nilai Koefesien Perpindahan Kalor Menyeluruh

Nilai koefesien perpindahan kalor menyeluruh (U) tergantung pada :


a. Ketebalan beban dinding
b. Jenis bahan
c. Kondisi permukaan ( kecepatan udara)
Dinding ruang refrigerasi bisaanya terdiri dari beberapa lapisan ( salah satu
lapisan adalah insulasi termal), seperti ilustrasi gamabar di bawah:

Besarnya harga U dapat dihitung dengan persamaan :

23
1 1 𝑥 𝑥 𝑥 𝑥 1
= 𝑓 +𝑘1 + 𝑘2 + 𝑘3 + ………… 𝑘𝑛 + 𝑓 …………………………(2.11)
𝑈 𝑖 1 2 3 𝑛 0

dengan,

x = Tebal lapisan (m)

k = Konduksi bahan (w/m.k)

𝑓𝑖 = koefisien konveksi permukaan dalam (W/𝑚2 K)

𝑓0 =koefisien konveksi permukaan luar (W/𝑚2 K)

Untuk bahan yang tidak homogen bisaanya diketahui nilai konduksinya (C),
sebagai pengganti konduktivitas (k).

Hubungan C dengan k :

𝑘
C =𝑥 ……………………………………………………(2.12)

𝑘 1
Untuk mengganti 𝑥 digunakan 𝑐 . Nilai k, f, dan C bisa didapatkan di table.

(table 10 – 1, Dossat.)

2.4.3 Perbedaan Temperatur

Perbedaan temperature adalah selisih antara temperature rancangan luar


dengna temperature rancangan, dalam, atau :

∆𝑇 = 𝑇𝑅𝐿 - 𝑇𝑅𝐷 …………………………………………………..(2.13)

Dengan,

𝑇𝑅𝐿 = Temperatur rancangan luar (K)

𝑇𝑅𝐷 = Temperatur rancangan dalam (K)

Temperature rancangan luar tergantung pada posisi dari ruang refrigerasi,


apakah berhubungan dengan ruangan lain atau dengan udara luar.

24
2.4.4 Beban Pertukaran Udara (Infiltrasi)

Udara yang masuk ke ruang refrigerasi bila menjadi beban bagi ruang
tersebut. Udara masuk keruangan bisa sebagai ventilasi atau karena buka tutup
pintu dan kebocoran melalui celah-celah.

Besarnya pertukaran udara ( laju infiltrasi) yang disebabka oleh buka tutup
pintu tergantung pada :

a. Ukuran pintu
b. Frekuensi buka tutup
c. Lamanya pintu dibiarkan terbuka
d. Posisi pintu (berhubungan dengan udar luar atau dengan udara ruangan)
e. Kondisi aliran udara melewati pintu

Dari pengalaman frekuensi dan lamanya waktu pembukaan tergantung


volume dalam ruangan dan jenis pemakaian. Sehingga untuk memudahkan
berdasarkan pengalaman, besarnya laju infiltrasi telah dibuat tabelnya.

( Tabel 10 – 7, Dossat)

Besarnya beban pertukaran udara bisa dihitung dengan persamaan :

𝑄𝑝𝑢 = I.∆H ………………………………………………………(2.14)

dengan,

I = Laju infiltrasi ( L/s)

∆H = Perubahan enthalpy (kj/J)

Pada tabel tersebut yang dicantumkan adalah untuk jenis pemakaian yang
umum, untuk pemakaian yang berat nilainya harus ditambah 50% dari yanag
tercantum.

Perubahan enthalpy udara yang masuk ruanagn pada temperature luar


ruangan, RH luar ruangan, dan temperatur dalam ruangan. Untuk menentukan

25
perubahan enthalpy yang dialami udara yang masuk ke ruang refrigerasi bisa
digunakan tabel (Tabel 10 – 6, Dossat).

2.4.5 Beban Produk

Beban produk adalah kalor yang berada pada produk dan harus dibuang
dengan cara menurunkan temperature produk yang didinginkan. Produk bisa
merupakan makanan, minuman, atau material lain (Dossat, 1981 : 180). Beban
produk diantaranya adalah :

a. Beban penurunan temperature produk


b. Beban wadah

2.4.6 Beban Penurunan Temperatur Produk

Untuk menghitung besarnya beban kalor penurunan temperature


digunakan persamaan :

𝑚𝐶𝑝 .∆𝑇
𝑄𝑝 = ῆ.3600

dengan :

𝑄𝑝 = Beban kalor penurunan temperature produk (kW)

𝑚 = Massa produk (kg)

𝐶𝑝 = Kalor spesifik penurunan temperature (kJ/kg.K)

∆𝑇 = Besarnya penurunan temperature (K)

ῆ = “chilling time”, waktu diperlukan untuk menurunkan


temperature dari temperature asal ke temperature yang diinginkan.

2.4.7 Beban Wadah

Wadah bila biasanya cukup besar menghasilkan beban bagi


ruangan. Beban wadah dihitungn dengan persamaan :

26
𝑚𝐶𝑝 .∆𝑇
𝑄𝑤 = ῆ.3600

dengan :

𝑄𝑤 = Beban dari wadah (kW)

𝑚 = Massa produk (kg)

𝐶𝑝 = Kalor spesifik penurunan temperature (kJ/kg.K)

∆𝑇 = Besarnya penurunan temperature (K)

ῆ = “chilling time”, waktu diperlukan untuk menurunkan


temperature dari temperature asal ke temperature yang diinginkan.

2.4.8 Beban Peralatan

Yang termasuk ke dalam kelompok beban lain-lain adalah beban


dari peralatan dan lampu yang berada di dalam ruangan refrigerasi.

2.6.6.1 Beban Lampu

Beban dari lampu penerangan dirata – ratakan untuk 24 jam


,dihitung menggunakan persamaan :

𝑤𝐿 𝑥 𝑡1
𝑄𝐿 = 24

dengan :

𝑄𝐿 = Beban kalor lampu

𝑤𝐿 = Wattage lampu (W)

𝑡1 = Lamanya lampu menyala (jam)

27
2.4.9 Beban Fan

Beban dari kipas dirata – ratakan jam, dihitung


menggunakan persamaan :

𝑤𝐹 𝑥 𝑡1
𝑄𝐿 = 24

dengan :

𝑄𝐿 = Beban kalor fan

𝑤𝐹 = Wattage lampu (W)

𝑡1 = Lamanya lampu menyala (jam)

2.4.10 Kapasitas Peralatan dan Penggunaan Faktor Keamanan

Untuk pemilihan peralatan, beban tersebut ditambah dengan faktor


keamanan 5% atau 10% tergantung dari ketelitian data yang digunakan.

𝑄𝐵 = 𝑄𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 + 𝑄𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 + 𝑄𝑝𝑒𝑟𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 + 𝑄𝑙𝑎𝑖𝑛−𝑙𝑎𝑖𝑛

𝑄𝑇 = 𝑄𝐵 + Safety factor ( 5% atau 10% dari 𝑄𝐵 )

Kapasitas peralatan yang dibutuhkan dihitung dengan persamaan :

𝑄𝑇 𝑥 24
Q = 𝑅𝑇

dengan :

Q = Kapasitas peralatan yang dibutuhkan (kW)

𝑄𝐵 = Jumlah beban

𝑄𝑇 = Jumlah beban ditambah faktor keamanan (5% atau 10% dari


jumalah tersebut)

RT = Jam operasi peralatan ( Running time)

28
3 BAB III
DATA RANCANGAN

3.1 Kondisi Cold Storage

Gambar 4 Desain Cold Storage

 Ukuran Cold Storage

Panjang = 250 cm = 2,5 m

Lebar = 200 cm = 2 m

Tinggi = 150 cm = 1,5 m

3.2 Data-Data Rancangan


No Uraian Spesifikasi Keterangan
pxlxt
1 Dimensi kabin 3 x 2 x 1.5 m
3 Temperatur evaporator -25℃ = 248 K
4 Temperatur kondensor 45℃
5 Jenis produk Anggur Cp = 3,71 kj/(kg. k)

6 Massa produk 300 kg Cp above = 3.65 Kj/Kg K


Cp below = 3.65 Kj/Kg K
Laten heat = 253 kJ/kg.K
Temperatur produk 21°C = 294 °K
7
sebelum masuk
Temp. produk setelah -18 ℃ = 255,25 K
8
masuk cold storage
Initial freezing ( 𝑇𝑓 ) -2.2℃ = 270,95 K

29
Perbedaan Tin-Tout 294 k -274 k =20
Produk K
9 Chilling rate factor (RF) 6 jam

10 Lama penyimpanan 38 jam


Bahan Dinding Stainless steel tebal k = 1.2 w/ (m.k)
11 = 2 mm = 0.002 m
Polyurethan tebal k = 0.023 w/ (m.k)
10 cm = 0.1 m
12 Temperatur lingkungan 33 ℃ =306 K
13 Temperatur ruangan 21°C = 294 °K
Nilai koefisien konveksi f0 = 22.7 w/m²k
14 permukaan dinding f1 = 9.37 w/m²k

3.3 Pengambilan Data


Dalam proses pengambilan data akan dilakukan dengan mengukur parameter-
parameter seperti temperature, tekanan, tegangan, dan arus pada system. Adapun
pengambilan data akan dilakukan pada saat alat beroperasi ketika ada produk
didalam kabin.
Data yang akan diambil adalah sebagai berikut:

A = Out Kompresor sama dengan In kondensor


B = Out kondensor
C = In Evaporator
D = Kabin
E = Out Evaporator sama dengan In Kompresor
F = Tekanan Suction
G = Tekanan Discharge

30
4 BAB IV
PERHITUNGAN
4.1 Perhitungan Data Perancangan
Perhitungan beban pendinginan meliputi banyak hal yang harus
diperhitungkan baik dari kondisi dalam maupun luar ruangan yang akan
dikondisikan. Perhitungan beban pendingin yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut :

4.1.1 Perhitungan Beban Transmisi

Dari data-data yang ada pada perancangan yang telah dilakukan, maka
perhitungan kerugian kalor yang terjadi pada ruangan berdasarkan data-data
yang ada adalah sebagai berikut:
 Panjang ruangan = 3 m
 Lebar ruangan = 2 m
 Tinggi ruangan = 1.5 m
 Material dinding berupa sandwich panel yang terdiri atas lapisan Stainless
steel (luar), Polyurethane (tengah), Stainless steel (dalam).

Material K C Ketebalan 1/U

(W/m.K) (W/m2.K) (m)

Fo - 22,7 - 0,044

Fi - 9,37 - 0,107

Stainless steel 15,1 - 0,002 0,000133

PU 0,025 - 0,1 4,00

Stainless steel 15,1 - 0,002 0,000133

U overall 0,24089

19
Untuk dinding cold storage, atap, pintu dan lantai memiliki bahan pembentuk
- yang sama.

1 Beban Dinding Kabin

Untuk melakukan besarnya kalor pada dinding kabin akan dihitung


dengan menggunakan persamaan 2.10. Sedangkan untuk mendapatkan nilai
hambatan total dari keseluruhan bahan dapat menggunakan persamaan 2.11.

Dari data tersebut makan dapat diperoleh nilai konduktifitas termal


keseluruhannya. Seperti padatabel dibawah ini :

Tabel 4.1 Konduktivitas termal material kontruksi kabin

Material K C Ketebalan 1/U


(W/m.K) (W/m2.K) (m)
Fo - 22,7 - 0,044
Fi - 9,37 - 0,107
Stainless steel 15,1 - 0,002 0,000133
PU 0,025 - 0,1 4,00
Stainless steel 15,1 - 0,002 0,000133
U overall 0,24089

Dari data pada tabel konstruksi dinding kabin, dapatdilakukan


perhitungan:
1 1
1 𝑥
2 3𝑥 𝑥 1
= + + + +𝑓
𝑈 𝑓 𝑘 𝑜 𝑘1 𝑘 2 3 𝑖

1 1 0,002 0,1 0,002 1


= + + 0,025 + + 9,37
𝑈 22,7 15,1 15,1

1
= 0,044 + 0,107 + 0,000133 + 4 + 0,000133
𝑈

1
= 4,15 m2K/W
𝑈

U = 0,24 W/m2K

20
Maka,

𝐴𝑎𝑡𝑎𝑝 = 2(pxl)
= 12 𝑚2
𝐴𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 =(pxl)
= 9𝑚2
𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 =(lxt)
= 6 𝑚2
Diketahui :

𝑇𝑎𝑚𝑏𝑖𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑢𝑡 = 38 ℃ = 311 °K


𝑇𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑙𝑎𝑢𝑡 = 29 ℃ = 302 °K
𝑇𝑖𝑘𝑎𝑛 = 27 ℃ = 300 °K
Sehingga,
 𝑄𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑡𝑎𝑠/ = U x A x ∆𝑇
𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖

= 0.24 W/𝑚2 K . (3 x 2) . (311-300)

= 15.84 watt

 𝑄𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 = U x A x ∆𝑇

= 0.24 W/𝑚2 K . (1.5 x 2) . (311-300)

= 7.92 watt

 𝑄𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝐷𝑒𝑝𝑎𝑛 = U x A x ∆𝑇
/𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔

= 0.24 W/𝑚2 K . (3 x 1.5) . (302-300)

= 2.16 watt

 𝑄𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 = 𝑄𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑡𝑎𝑠/ + 𝑄𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 + 𝑄𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝐷𝑒𝑝𝑎𝑛


𝐵𝑎𝑤𝑎ℎ /𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔

= (2 x 15.84) + (2 x 7.92) + (2 x 2.16)


= 51.84 watt

20
4.1.2 Beban Produk

Untuk menghitung beban produk, terlebih dahulu mengetahui


kapasitas produk. Kapasitas produk dapat diketahui sesuai desain (volume
internal ) kabin.

Maka, massa produk = V x 𝜌 produk

Sehingga,

Massa produk = V x 𝜌 pr duk


= 9 𝑚3 x 1000 kg/𝑚3
= 9000 kg
Kapasitas maximum produk = 1/3 × massa produk
= 1/3 × 9000
= 3000 kg
Kapasitas daily load asumsi 10% dari kapasitas maximum produk
sehingga,
kapasita daily load = kapsitas maximum produk × 10%
= 3000 × 10%
= 300 kg
Sehingga dibulatkan menjadi 4 kg per hari, jadi dapat diketahui :
 Massa udang = 300 kg
 Cp above Freezing = 3.65 Kj/kgK
 Cp below freezing = 2.16
 Initial freezing ( 𝑇𝑓 ) = -2.2℃ = 270,95 K
 Laten heat = 253 kJ/kg.K
 Temp. lingkungan = 33 ℃ =306 K
 Temp. evaporator rancangan = -25℃ = 248 K
 Temp. produk setelah masuk cold storage = -18 ℃ = 255,25 K
 Chiiling time = 6 jam
Setelah data produk diketahui, maka beban produk dapat dihitung:
A. Q1 = m × Cp × (T1-T2)
= 300 × 3.65 (306-248)
= 63.510 kJ
B. Q2 = m × Cp × (T1-Tf)
= 300 × 3.65 × (306-270.95)

21
= 38.380 kJ

C. Q3 = m × Cp × (Tf-T2)
= 300 × 3.65 × (270.95-248)
= 25.130 kJ

D. Q4 = m × hf
= 300 × 253
= 303.600 kJ
𝑄1+𝑄2+𝑄3+𝑄4
E. Q total = 3600×6𝑗𝑎𝑚
63.510 kJ +38.380 kJ +25.130 kJ +303.600 kJ
= 21600
430620
= 21600

= 19,94 kW
= 19.940 W

4.1.3 Beban pertukaran udara


Beban kalor pertukaran udara atau infiltrasi dapat dicari dengan
menggunakan persamaan 2.14. dalam perancangan kali ini deangan
ketebalan yang sama si setiap sisinya, sehingga:
Td = tl = ta = 10cm = 0.1m
Maka volume dalam ruangannya adalah :
V = (p – (2.td).(1 – (2.td).(t – (ta + tl))
V = [3 – (2 x 0,1)] x [ 2 – ( 2 x 0,1)] x [1.5 - (0,1 + 0,1)]
= 2,8 m x 1,8 m x 0,3 m
= 6,55 𝑚3

Gambar 5 Infiltration Rate

22
Karena nilai V yang di dapat dari perhitungan untuk volume 6,55 𝑚3 tidak
terdapat pada tabel diatas ( minimal 7 𝑚3 ), maka harus mencari nilai kenaikan
infiltration rate. Dengan cara interpolasi, maka nilainya dapat diketahui ;

Volume (𝑚3 ) Laju Infiltrasi (Below 0°C)

6,55 x

7 2,3

8,5 2,6

Besarnya nilai x :
7−6,55 2,3 −𝑥
=
8,5−6,55 2,6 −𝑥

7−6,55
2,3 = 𝑥 + [( )] (2,6 − 𝑥 )
8,5−6,55

2,3 = 𝑥 + [(−1.5)(2,6 − 𝑥 )]

2,3 = 𝑥 + [(−3.9 + 1,5𝑥 )]

2,3 + 3,9 = 𝑥 + 1,5𝑥

x = 4,7 L/s

Selanjutnya mencari laju pertukaran udara dengan menggunakan tabel Inlet Air
Temperatur.

Tabel Inlet Air Temperatur

23
Dari tabel diatas, dengan data temperatur -20°C, temperatur lingkungan
35°C dan RH 60%, maka didapat pertukaran udara 0,1203 Kj/s.
Jadi beban pertukaran udara ( infiltrasi) adalah :
𝑄𝑖𝑓 =𝐼𝑥 ∆𝐻
= 4,7 L/s x 0,1203 Kj/s
= 0,5654 Kw
= 565,4 W

4.1.4 Beban Peralatan Internal


Beban internal pada perancangan kali ini adalah fan. Berikut
adalah rumus perhitungannya:
Diketahui daya fan 100 watt.
𝑊𝑓 𝑥 𝑇1
Qf = 24
100 𝑥 8
Qf = 24
= 25 W

4.1.5 Beban Total


Beban total merupakan beban keseluruhan ditambah safety factor.
Safety factor ditambahkan untuk mencegah atau mengurangi kesalahan-
kesalahan dalam perancangan yang disebabkan oleh kurangnya data atau
informasi yang dibutuhkan.
Qbeban = Q dinding + Q produk + Q peralatan internal + Q
infiltrasi

= 51,84 watt +19.940 watt + 25 watt + 565 watt


= 20.582 watt.
Nilai safety factor sebesar 10% dari Qbeban, sehingga:
Qtotal = Qbeban + (10% × Qbeban)
= 20.582 + (10% × 20.582)
= 22.640,2 watt
Jadi, beban totalnya sebesar 22.640 watt = 30,3 pK. Diasumsikan daya
kompresor yang digunakan 30 pK.

24
5 BAB V
6 KARAKTERISTIK SISTEM

5.1 Perancangan Sistem


Desain rancangan ini dilakukan sebagai acuan untuk mengetahui berapa
nilai kapasitas pendinginan (evaporator) dan pembuangan panas (kondensor).
Nilai acuan yang digunakan adalah temperatur evaporator dan temperatur
kondensor, berikut data rancangannya:
Temperatur evaporator = -25 0C
Temperatur kondensor = 45 0C
Refrigerant yang digunakan adalah R134a, berikut hasil plot di diagram p-h:

Gambar 6 Diagram p-h Perancangan Sistem Refrigerasi

Diperoleh nilai entalphy sebagai berikut:

h1 = 382.208 kJ/kg

h2 = 431.810 kJ/kg

h3=h4 = 263.712 kJ/kg

Daya kompresor = 22,4 kW

25
1. Kerja kompresi dan laju aliran massa
Besarnya kerja kompresi per satuan massa refrigerant bisa dihitung dengan
persamaan berikut:
qw = h2-h1 = 431.810 kJ/kg - 382.208 kJ/kg
= 49.6 kJ/kg
Untuk mengetahui laju aliran massa refrigerant, maka menggunakan
persamaan:
Qw = 𝑚̇ 𝑥 𝑞𝑤 , maka:
𝑚̇ = Qw : 𝑞𝑤
sehingga:
𝑚̇ = 22,4 : 49.6
= 0.452 kg/s

Besarnya daya yang diperlukan oleh kompresor dapat diketahui dengan


perhitungan berikut:

Qw = 𝑚̇ x 𝑞𝑤

= 0,452 x 49.6

= 22,42 Kw = 22.420 watt

2. Pembuangan panas dan kapasitas kondensor


Besar panas refrigerant yang dilepaskan oleh kondensor sebagai berikut:

qc = h2-h3

= 431.810 kJ/kg - 263.712 kJ/kg

= 168.098 kJ/kg

Besarnya kapasitas kondensor yang dibutuhkan:

Qc = 𝑚̇ × qc

Qc = 0.452 × 168.098

Qc = 75,98 kW = 75.980 watt

26
3. Efek refrigerasi dan kapasitas evaporator
Besar panas refrigerant yang diserap oleh evaporator sebagai berikut:
qe = h1-h4

= 382.208 kJ/kg - 263.712 kJ/kg

= 118.5 kJ/kg

Besarnya kapasitas evaporator yang dibutuhkan:

Qe = 𝑚̇ × qe

Qe = 0.452 × 118.5

Qe = 53,56 kW = 53.560 watt

4. Koefisien Kinerja
𝑞𝑒
a. COP aktual =
𝑞𝑤

118.5 kJ/kg
= 49.6 kJ/kg

= 2.4
(𝑇𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟+273)
b. COPcarnot = (𝑇𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟+273)−(𝑇𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟+273)

(−25+273)
= (45+273)−(−25+273)

= 3.5
𝐶𝑂𝑃𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
c. Efisiensi = 𝐶𝑂𝑃 𝑐𝑎𝑟𝑛𝑜𝑡 × 100%

2.4
= 3.5 × 100%

= 68.6%

Jadi, efisiensi dari mesin refrigerasi tersebut sebesar 68.6%.

27
7 BAB VI
8 PEMILIHAN BAHAN

6.1 Pemilihan Evaporator Untuk Cold Storage


Dari perhitungan sebelumnya diperoleh besar beban refrigerasi yang
diperlukan evaporator, maka selanjutnya dilakukan pemilihan evaporator
yang cocok sesuai dengan kebutuhan desain. Kapasitas dari perhitungan
didapat 53.56 Kw, dalam pemilihan digunakan software Produk calculator
Customer yang merupakan perangkat lunak katalog untuk produk-produk
Guentner, pemilihan diawali dengan menginpurt data-data sebagai berikut:

Gambar 7 Input Pemilihan evaporator untuk cold storage

Setelah dilakukan penginputan data, maka selanjutnya pemilihan


evaporator-evaporator yang akan digunakan. Pada pemilihan evaporator
diusahakan agar memilih daya input motor yang paling kecil dengan harga
semurah mungkin. Berikut hasil dari unit selection evaporator :

27
Gambar 8 Pemilihan Evaporator
Dari perhitungan software Guentner ternyata banyak pilihan yang ditawarkan.
Berikut adalah data spesifikasi dari evaporator yang akan digunakan:

Gambar 9 Tipe evaporator yang dipakai

28
6.2 Pemilihan Kondenser Cold Storage
Dari perhitungan sebelumnya diperoleh besar beban refrigerasi yang
diperlukan kondensor, maka selanjutnya dilakukan pemilihan kondensor yang
cocok sesuai dengan kebutuhan desain. Kapasitas dari perhitungan didapat
75,98 Kw, dalam pemilihan digunakan software Produk calculator Customer
yang merupakan perangkat lunak katalog untuk produk-produk Guentner,
pemilihan diawali dengan menginpurt data-data sebagai berikut:

Gambar 10 Input data Kondenser


Setelah dilakukan penginputan data, maka selanjutnya pemilihan
Kondenser - Kondenser yang akan digunakan. Pada pemilihan Kondenser
diusahakan agar memilih daya input motor yang paling kecil dengan harga
semurah mungkin. Berikut hasil dari unit selection Kondenser :

Gambar 11 pemilihan unit kondenser

29
Dari perhitungan software Guentner ternyata banyak pilihan yang ditawarkan.
Berikut adalah data spesifikasi dari evaporator yang akan digunakan:

Gambar 12 Tipe Kondenser yang dipakai

30
6.3 Pemilihan Kompresor Cold Storage
Untuk dapat menentukan kompresor yang akan dipakai maka terlebih dahulu
menghitung kapasitas kerja kompresi, pada perhitungan sebelumnya diperoleh nilai
kapasitas kompresor 22.420 watt dari data ini dapat dipaki untuk pemilihan jenis
kompresor yang sesuai untuk cold storage dimana dengan menggunakan software
Danfoss. Berikut adalah kompresor yang dipakai:

Gambar 13 Pemilihan unit kompresor

31
9 BAB VII

10 PENUTUP

7.1 Simpulan
Siklus refrigerasi kompresi uap merupakan suatu system yang
memanfaatkan aliran perpindahan kalor melalui refrigerant yang bersikulasi
secara terus-menerus. Proses utama dari kompresi uap adalah proses
kompresi, kondensasi (pengembunan), ekspansi, evaporasi (penguapan).

Cold storage adalah suatu fasilitas yang sering digunakan dalam


penyimpanan bahan-bahan hasil pertanian, perikanan dan industry. Dengan
mendinginkan suhu suatu bahan atau produk, maka aktifitas enzim atau
mikroba yang berada didalamnya akan berkurang. Sehingga kerusakan atau
penurunan mutu dapat dihambat. Mengingat besarnya peranan system
refrigerasi dalam industry penyimpanan bahan makanan.

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil perhitungan dapat disimpulkan


sebagai berikut:

1. Daya kompesror yang digunakan adalah 0,5 pK=373 watt. Kapasitas


evaporator yang dibutuhkan senilai 830 watt, kapasitas kondensor
senilai 1177 watt.

2. Nilai COP actual sebesar 2.4, COP carnot sebesar 3.5 dan efisiensi sebesar
68.6%.

7.2 Saran
1. Dalam pembuatan kabin sebaiknya lebih mengetahui dan
memperhitungkan tentang bahan-bahan material yang akan digunakan.
2. Pemilihan unit sebaiknya sesuai dengan data rancangan.

27
11 DAFTAR PUSTAKA

Anita Agustin dan 2019. Rancang Bangun Cold Storage untuk Penyimpanan
udang dengan Kapasitas Daily Load 4 kg. Tugas Perancangan Sistem
Refrigerasi. Teknik Pendingin dan Tata Udara: Politeknik Negeri
Indramayu.

American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning


Engineers.2006

ASHRAE Handbook Refrigeration.New York: ASHRAE.

American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning


Engineers.2010

Dossat, Roy J. 1981. Principle of Refrigeration Second Edition. Houston: John


Wiley & Sons,Inc

Hernawan Mitrakusuma, Windy. 2011. Jhob Sheet Pratikum Dasar


Refrigerasi. Jurusan Teknik Pendingin dan Tata Udara. Politeknik Negeri
Bandunng.

Nofrizal. 2008. Perancangan Thermal dan Electrikal Solar Cold Storage Untuk kapal
Nelayan, FT UI. Universitas Indonesia.

Stoecker, Wilbert F. 1988-1995. Industrial Refrigeration Hanbook. McGraw-


Hill.

28

Anda mungkin juga menyukai