Oleh.
RIZKA RAHMAH HABIBAH
NIM. 1702076
1. Allah SWT. Yang telah memberikan sehat, nikmat dan ilmu yang bermanfaat
2. Bapak Ahmad Maulana K.,ST.,MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Pendingin dan
Tata Udara Politeknik Negeri Indramayu serta selaku Dosen pembimbing
Perancangan Sistem Tata Udara
3. Seluruh dosen Teknik Pendingin dan Tata Udara Politeknik Negeri Indramayu
yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di
Politeknik Negeri Indramayu.
4. Teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
tugas kepada penulis.
Dalam penulisan tugas Perancangan Sistem Tata Udara ini, mungkin masih
sangat jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis semoga sumbangsih yang
sedikit ini dapat memberikan manfaat terutama bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
4.1 Menghitung Beban Pendinginan .................................................................. 31
a Beban Pendinginan Eksternal ....................................................................... 31
b Beban Pendinginan Internal ......................................................................... 39
c Perhitungan Beban Total .............................................................................. 45
4.2 Analisis Psikrometrik ................................................................................... 45
a Mencari Supply Air CFM ............................................................................. 46
b Mencari Temperatur Mixing Air................................................................... 46
c Mencari nilai Cooling Coil Sensibel, Laten dan Total Load ........................ 47
d Cara ngeplot Psykrometrik ........................................................................... 48
4.3 Perancangan Saluran Udara .......................................................................... 49
a Menentukan CFM/Room dan CFM/diffuser ................................................ 49
b Ukuran ducting ............................................................................................. 50
4.4 Pemilihan Unit (Units Selection).................................................................. 51
a Mencari Fpm Koil ........................................................................................ 51
b Menghitung Efesiensi Fan ............................................................................ 52
c Mencari Fpm fan ............................................................................................ 53
d Menghitung ∆Hv .......................................................................................... 53
e Menghitung ∆Ht ........................................................................................... 54
f Menghitung AHP.......................................................................................... 54
g Mengitung efesiensi fan ............................................................................... 55
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 57
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 57
5.2 Saran ............................................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 58
LAMPIRAN ............................................................................................................... 59
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Keadaan yang sejuk dan nyaman bagi manusia (comfort condition) adalah
keadaan udara dalam kamar sebagai berikut: 1). Suhu dry bulb 24°C – 25 °C atau
75,2 F – 77 F, 2). Suhu wet bulb 18.3°C atau 64,94 F, 3). R. humidity 50 s/d 60 %
Dalam menentukan mesin penyegar buatan ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan : 1). Suhu dan kelembaban udara sekitar, 2). Luas area yang akan
didinginkan, 3). Jenis mesin pendingin yang akan digunakan, 4). Jenis perancangan
saluran-saluran pendingin/ducting. (Danhardjo Madinah, 2012).
Oleh karena itu, penulis melakukan perancangan sistem tata udara pada rumah
sendiri dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Perancangan Sistem Tata Udara.
Pada karya tulis ini memuat data perhitungan manual beban pendinginan masing-
masing ruangan dalam rumah serta pemilihan AHU,CU dan rancangan Ducting.
1
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa perumusan masalah yang dipandang penting dan diangkat dalam
pembahasan, adapun permasalahannya adalah sebagai berikut:
1.4 Manfaat
Manfaat yang dari perancangan sistem tata udara ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk masyarakat umum.
Dapat memberikan kenyamanan pada manusia dengan adanya pengkondisian
udara.
2. Untuk peneliti
Menambahkan wawasan dalam proses pembelajaran Perancangan Sistem
Tata Udara.
BAB I PENDAHULUAN
Uraian yang terkait didalam bab ini menyangkut beberapa garis besar diantaranya
latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan
sistematika penulisan.
2
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang pengertian dasar tata udara, sistem tata udara di
rumah , teori perhitungan beban sistem tata udara, psikometrik, dan jenis unit
HVAC.
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Sistem tata udara biasanya digunakan untuk dua tujuan, yaitu untuk
kenyamanan dan untuk mengontrol proses. Kenyamanan dimaksudkan untuk
memberikan kepuasan kepada manusia. Mengontrol proses ditujukan untuk
mengkondisikan udara yang diperlukan untuk meningkatkan suatu operasi atau
proses, sebagai contoh untuk operasi suatu computer yang baik diperlukan suatu nilai
kelembaban udara yang tertentu, demikian juga pada suatu penelitian nuklir
diperlukan control kualitas udara yang sangat ketat.
Pada sistem tata udara, yang diatur atau dikondisikan baik untuk kenyamanan
maupun untuk kontrol proses adalah udara. Baik buruknya kualitas udara menjadi
cerminan apakah suatu system tata udara bekerja normal atau tidak. Oleh karena itu,
sifat-sifat udara menjadi hal dasar yang harus diketahui untuk menentukan kualitas
udara yang dikondisikan.
Di bidang pengkondisian udara atau lebih dikenal secara global dengan sebutan
HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) terdapat banyak macam-macam
4
unit. Jika berdasarkan sistem kerjanya unit HVAC terdiri dari 3 macam, yaitu All-
Water (Hydronic) System, All-Air System, dan Air-Water (Combination) System.
Sedangkan menurut cara pendinginannya ada yang menggunakan cara Direct
Expansion (DX) System dan Water Chilled System. Diantara semuanya memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga sangatlah penting memilih unit
yang tepat untuk mengkondisikan udara dalam sebuah ruangan ataupun gedung.
Dalam mendesain sistem tata udara untuk sebuah ruangan, gedung, ataupun
bangunan harus melakukan beberapa tahapan seperti perhitungan beban pendinginan
atau pemanasan, analisa psikrometri, pemilihan unit, desain ducting (air system) atau
pemipaan (hydronic system). Hal ini bertujuan selain mampu menentukan beban total
yang harus dikondisikan juga mampu menentukan kapasitas unit secara tepat dan
ideal untuk digunakan, karena dalam perancangan sistem tata udara tidak hanya
dituntut untuk mengkondisikan udara secara baik, tetapi juga harus membuat sistem
yang dirancang tersebut menjadi hemat energi dan mudah dalam perawatannya.
Daerah yang diarsir pada diagram temperatur efektif adalah zone kenyamanan
standard ASHRAE 55-74. Standard tersebut didasarkan atas pengujian pada orang
yang sedang duduk dan berpakaian ringan dengan kecepatan udara kurang dari 45
ft/menit (0,23 m/detik). Sedangkan daerah yang dibatasi oleh ABCD merupakan zone
kenyamanan ASHRAE yang diuji pada orang yang sedang melakukan aktivitas dan
5
berpakaian kerja dengan kecepatan udara yang sama. Dengan demikian diagram
ASHRAE tersebut sudah mencakup aplikasi kenyamanan secara umum.
Pada nilai ET = 76℉ (24,5 ℃) merupakan kondisi kenyamanan ideal
untuk kebanyakan orang. Kombinasi kondisi kenyamanan ideal tersebut dicapai pada
temperatur bola kering 76℉ (24,5 ℃) dan kelembaban relatif 40 %. Kecepatan udara
di dalam ruangan yang dirasakan nyaman bagi kebanyakan orang berada pada rentang
25 sampai 70 feet/menit.
Para Insinyur tata udara secara garis besar membagi penerapan tata udara dalam-
kenyamanan dan proses.
6
1. Penerapan Tata Udara Untuk Kenyamanan
7
sekolah, dan lain sebagainya.
Ruangan industry dimana diinginkan kenyamanan pekerja.
Selain gedung, tata udara dapat digunakan untuk kenyamanan berbagai
transportasi, termasuk kendaraan darat, kereta api, kapal, pesawat terbang dan
pesawat angkasa.
Dalam teknik penerapan tata udara untuk proses diharapkan agar dapat
mencapai lingkungan dalam ruangan yang cocok untuk kepentingan proses
produksi, walauppun kondisi cuaca diluar ruangan atau beban panas didalam
ruangan dan beban kelembaban dikondisikan berada dalam lingkup kenyamanan,
tetapi adalah kebutuhan dalam proses yang menentukan kondisi ruangan, bukan
yang diinginkan manusia. Penerapan tata udara untuk proses meliputi:
Ruang operasi rumah sakit, dimana udara disaring pada tingkat yang tinggi
untuk mengurangi resiko infeksi dan pengontrolan terhadap kelembaban
untuk membatasi dehidrasi seorang pasien. Walaupun suhu sering berada
dalam lingkup kenyamanan, beberapa prosedur khusus seperti pembedahan
jantung terbuka,menuntut suhu ruangan yang rendah (± 18°C, 64°), dan lainya
seperti untuk kelahiran premature menuntut suhu ruangan relatif tinggi
(±28◦C, 82◦F ).
Tata udara dipesawat terbang. Walaupun tata udara yang dituju adalah kondisi
8
umum untuk kenyamanan para penumpang dan pendinginan peralatan, tetapi
tata udara pesawat terbang menggunakan suatu proses atau penanganan
khusus.
Pabrik tekstil
Fasilitas nuklir
Pertambangan
Lingkungan industri
9
Fungsi dari sistem tata udara / Air Conditioning adalah:
Mengatur suhu udara
Mengatur sirkulasi udara
Mengatur kelembaban (humidity) udara
Mengatur kebersihan udara
Dalam sebuah perancangan baik itu untuk tata udara maupun refrigerasi hal
pertama yang dilakukan adalah menghitung beban pendinginan terlebih dahulu agar
dapat menentukan kapasitas peralatan yang dibutuhkan. Dalam sistem tata udara
beban pendinginan bisa dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu :
2. Internal Loads
Beban dari penghuni
10
Beban dari peralatan yang mengeluarkan kalor
Aspek-aspek fisik yang harus diperhatikan dalam perhitungan beban pendingin antara
lain :
Penggunaan ruang
11
Jenis beban pendingin:
1. Penambahan Beban Sensible
a. Transmisi panas melalui bahan bangunan, melewati atap, dinding, kaca,
Partisi, langit-langit dan lantai
b. Radiasi sinar matahari
c. Panas dari penerangan atau lampu-lampu
d. Pancaran panas dari penghuni ruangan
e. Panas dari peralatan tambahan dari ruangan
f. Panas dari electromotor
2. Penambahan Panas Laten
a. Panas dari penghuni ruangan
b. Panas dari peralatan ruangan
3. Ventilasi Dan Infiltrasi
a. Penambahan panas sensible akibat perbedaan temperatur udara dalam dan
luar.
b. Penambahan panas laten akibat kelembaban udara dalam dan luar.
Struktur bangunan yang dimaksud adalah melalui atap, dinding, dan kaca.
Semua itu dapat diperhitungkan dengan rumus persamaan :
Q = U.A.CLTD
Dimana:
CLTD = Cooling Load Temperature Difference (0F) (Tabel 3.10 ASHRAE 1979)
12
2. Kaca (Radiasi Matahari)
Dengan,
13
4. Panas dari Penerangan (Lampu)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung beban sensibel oleh lampu
sebagai berikut :
Q = 3.41xWxBFx.CLF
Dimana,
BF = Ballast Faktor
= CLF 1, ketika lampu nyala lebih dari 16 hr per day Atau tabel 4.4 A-
E, 4.2, dan 4.3 (ASHRAE 1979)
Beban penghuni terbagi dari 2 beban yaitu, beban sensibel dan beban laten.
Qs = qs x n x CLF
Ql = ql x n
Dimana,
Qs = beban sensibel
Ql = beban laten
qs = beban sensibel per orang (Tabel 6.13 Air Conditioning Prinsiples and
System)
qs = baban laten per orang (Tabel 6.13 Air Conditioning Prinsiples and System)
14
n = jumlah orang
CLF = cooling load factor ( CLF = 1, Ashrae Handbook Fundamental)
Qs = SHG.CLF
Dengan,
SHG = Sensible Heat Gain (Tabel 4.8 dan 4.9 (ASHRAE 1979 ) CLF
=Cooling Load Factor
Ql = LHG
Dengan,
LHG = Laten Heat Gain (Tabel 4.8 dan 4.9 (ASHRAE 1979 )
15
Infiltrasi adalah aliran udara yang tidak dikehendaki masuk ke dalam ruangan
yang dikondisikan. Infiltrasi dapat terjadi :
Dengan,
Dengan,
2.3 Psikometrik
Udara atmosfir terdiri atas udara kering dan uap air. Kandungan uap air ini akan
sangat mempengaruhi sifat-sifat udara. Seberapa besar pengaruh uap air tersebut pada
sifat udara dapat dipelajari pada psikometrik. Psikometrik merupakan ilmu yang
mempelajari campuran antara udara kering dengan uap air. Berbagai macam proses
dapat dialami oleh udara di dalam AC. Semua proses-proses dapat digambarkan di
dalam diagram psikometrik, sehingga tergambar lebih jelas dan lebih mudah untuk
dipelajari dan dianalisis.
Istilah psikrometrik berkaitan erat dengan sifat termodinamika udara basah (udara
16
kering dan uap air) dan dapat dimanfaatkan untuk menganalisis kondisi dan proses-
proses yang melibatkan udara basah.
Dalam perancangan sistem tata udara, psikrometrik dapat digunakan untuk
menentukan kondisi dan debit udara catu, kondisi udara keluar koil pendingin,
kondisi udara masuk koil pendingin, bypass factor, temperature titik embun alat
(Apparatus Dew Point), dan beban total yang harus ditanggung oleh koil pendingin.
Hasil perhitungan debit udara, dikombinasikan dengan hasil perhitungan beban tiap
ruangan, dapat dimanfaatkan untuk menentukan rancangan saluran udara dan
memilih kipas udara yang sesuai dengan kebutuhan. Kondisi udara, kondisi udara
keluar koil pendingin, kondisi udara masuk koil pendingin, bypass factor, dan
temperature titik embun alat dapat dimanfaatkan untuk menentukan kondisi kerja
mesin pendingin. Hasil perhitungan beban total koil (jumlah dari beban ruangan dan
beban ventilasi) dapat dimanfaatkan untuk memilih mesin refrigerasi yang sesuai.
a Diagram Psikrometrik
17
b Proses-Proses Psikrometrik
a. Proses 0-1 pemanasan sensible terjadi pada udara yang mengalami pemanasan
tanpa penambahan atau pengurangan uap air. Ini terjadi pada udara yang
melewati koil pemanas. (Tdb bertambah, Twb bertambah, kelembaban
relative/RH berkurang, rasio kelembaban /W tetap).
c. Proses 0-3 humidifikasi terjadi pada udara yang tidak mengalami pemanasan atau
pendinginan tetapi terjadi penambahan uap air. Ini terjadi pada udara yang
mendapat semprotan air dengan temperature sama dengan temperature tabung
kering udara. (Tdb tetap, Twb bertambah, kelembaban relative/RH bertambah,
rasio kelembaban/W bertambah).
d. Proses 0-4 pendinginan dan humidifikasi terjadi pada udara yang mengalami
pendinginan dan penambahan uap air. Proses ini terjadi pada udara yang
mendapat semprotan air alami. (Tdb berkurang, Twb bertambah/berkurang/tetap,
18
kelembaban relative/RH bertambah, rasio kelembaban/W bertambah).
e. Proses 0-5 pendinginan sensible terjadi pada udara yang mengalami pendinginan
tanpa penambahan atau pengurangan uap air. Proses ini terjadi pada udara yang
didinginkan oleh koil yang temperaturnya lebih rendah dibanding temperature
tabung keringnya tetapi sama atau lebih tinggi dari pada temperature titik
embunnya. (Tdb berkurang, Twb berkurang, kelembaban relative/RH bertambah,
rasio kelembaban/W tetap).
f. Proses 0-6 pendinginan dan dehumidifikasi terjadi pada udara yang mengalami
pendinginan dengan penguapan uap air. Proses ini terjadi pada udara yang
didinginkan oleh koil yang temperturnya lebih rendah dibanding temperature
titik embunnya. (Tdb berkurang, Twb berkurang, kelembaban relative/RH
bertambah / berkurang / tetap, rasio kelembaban/W berkurang).
g. Proses 0-7 dehumidifikasi terjadi pada udara yang mengalami pengurangan uap
air tanpa pemanasan atau pendinginan. Proses ini terjadi pada udara yang
melewati dehumidifier seperti silica gel. (Tdb tetap, Twb berkurang, kelembaban
relative/RH berkurang, rasio kelembaban/W berkurang).
h. Proses 0-8 pemanasan dan dehumidifikasi terjadi pada udara yang mengalami
pemanasan dan pengurangan uap air. Proses ini terjadi pada udara yang melewati
koil pemanas dan dehumidifier. (Tdb bertambah, Twb
bertambah/berkurang/tetap, kelembaban relative/RH berkurang, rasio
kelembaban/W berkurang).
19
mengkondisikan ruangan.
2. Split-Unit
• Wall-Mounted
• Ceiling-Suspended
• Floor-Mounted
• Ceiling-Cassete
• Ceiling-Concealed
• Multi-Split
1. Window-Unit
20
2. Split-Unit
• Kondensor dan kompresor dipasang dalam satu wadah / casing dan dikenal
sebagai outdoor unit atau condensing unit.
21
3) Ceiling-Cassete
4) Multi-Split Unit
22
2) All- water system
3) Primary-air system
23
BAB III
DATA RANCANGAN
b Situasi Bangunan
Tabel 3.1 Ukuran Dimensi Bangunan
Nama Dimensi
No. Dir. A, ft²
Ruangan p, ft l, ft t, ft
N 26.4 9.9 9.9 256.6
I R. Kamar I
E 15.84 9.9 9.9 156.8
II R. Kamar II W 14.85 9.9 9.9 142.2
W 14.85 9.9 9.9 142.2
III R. Kamar III
S 20.3 9.9 9.9 200.9
IV R. Tamu W 26.4 9.9 9.9 261.4
N 15.84 9.9 9.9 152
E 15.84 9.9 9.9 147.2
V R. Keluarga
W 15.84 9.9 9.9 152
VI Mushola E 9.9 9.9 9.9 95.3
VII Toilet E 8.25 9.9 9.9 79
E 11.22 9.9 9.9 108.4
VIII Dapur
S 17.01 9.9 9.9 168.4
VIII Atap - 52.8 61.05 3223 3223.4
24
Gambar 3.1 Layout Rumah
Ukuran gedung yang dikondisikan adalah sebagai berikut :
- Panjang = 18.5 m = 60.70 ft
- Lebar = 16 m = 52.49 ft
- Tinggi ruangan =3m = 9.84 ft
- Bangunan hanya memiliki 1 lantai.
Ukuran Jendela pada tiap-tiap ruangan sebagai berikut:
Jendela
- Panjang = 0.45 m = 1.49 ft
- Lebar = 0.55 m = 1.82 ft
- Jumlah jendela =9
25
3.1.1 Kontruksi Bangunan
Bangunan rumah terdiri dari beberapa kontruksi diantaranya yaitu:
1. Kontruksi Dinding
Dinding terbuat dari bahan common brick 4-in dan bata merah setebal 4 inci.
Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:
Dari Gambar 3.1 Air Conditioning Prinsiple and System Fourth Edistion,
Edward G. Pita hal. 127 didapat nilai resistantsi dari bahan dinding, kemudian
nilai U yang telah diperoleh 0.415 Btu/h.ft.°F , maka diperoleh Grup D. Dengan
diperolehnya Grup D, maka nilai CLTD mengambil data dari Grup D walls. Data
yang diambil yaitu nilai CLTD tertinggi dari masing-masing arah mata angin dari
dinding luar. Berikut nilai CLTD yang didapat:
Tabel 3.2 Nilai CLTD Dinding
26
2. Kontruksi Atap
Tabel 3.3 Roof Contruction Cross-Section and Overall Heat Transfer Coefficients
Dari Tabel 3.3 Roof Contruction Cross-Section and Overall Heat Transfer
Coefficients, Air Conditioning Prinsiple and System Fourth Edistion, Edward G. Pita
hal. 495 didapat nilai resistantsi dari bahan atap, nilai U yang telah dipakai 0.08
Btu/h.ft.°F.
Tabel 3.4 Cooling Load Temperatur Defferences (CLTD) for Calculating
Cooling Load From Flat Roof
Dari Tabel 3.4 Nilai CLTD Atap dengan tipe atap with Suspended Ceilling,
Air Conditioning Prinsiple and System Fourth Edistion, Edward G. Pita hal. 125
didapat nilai resistantsi dari bahan atap, nilai U yang dipakai adalah CLTD yang
tertinggi yaitu 57 Btu/h.ft.°F pada solar time 17.
27
2. Kontruksi Kaca
Tabel 3.5 Shading Coeffisient for Glass Without or with Interior Shading
Device
Dari Tabel 3.5 Shading Coeffisients for Glass Without or with Interior
Shading Device from Air Conditioning Prinsiple and System Fourth Edistion,
Edward G. Pita hal. 132 didapat nilai Shading Coeffisients for Glass, kemudian
nilai SC yang telah diperoleh ada 2 jenis kaca yang diambil yaitu venetian blinds
gelap 0.81 dan terang 0.67. Dimana, gelap terdapat pada R. Kamar I, R. Kamar
II, R. Kamar III, R. Tamu, R. Keluarga dan yang terang dipakai untuk Mushola,
Toilet dan Dapur.
Tabel 3.6 Nilai Solar Heat Gain Factor (SHGF) for Sunlit Glass
Nilai SHGF diatas diperolah dari Air Conditioning Prinsiple and System
28
Fourth Edistion, Edward G. Pita hal. 131. Data yang diambil berdasarkan nilai
latitude utara dan diasumsikan 20°N Latitude.
Ʃ
No. Nama Ruangan Aktivitas
Orang
I R. Kamar I 2 Moderately active work
II R. Kamar II 1 Walking standing
III R. Kamar III 1 Walking standing
IV R. Tamu 3 Moderately active work
V R. Keluarga 4 Seated at theater, night
1 Moderate dancing
VI Mushola standing, light work,
5
walking
VII Toilet 1 Walking standing
VIII Dapur 1 Sedentary work
Walking 3 mph; light
5
machine work
IX Ruang makan (Selasar
5 Sedentary work
antara kamar")
29
3.4 Penerangan/Pencahayaan/Lampu
30
BAB IV
PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN DAN ANALISA PSIKROMETRIK
Q = U.A.CLTD
Dengan,
CLTD = Cooling Load Temperature Difference (0F) (Tabel 3.10 ASHRAE 1979)
Pada perhitungan dinding kali ini hanya memperhatikan pada dinding luarnya saja.
CLTD = N = 19 °F
E = 33 °F
W = 41 °F
S = 29 °F
Panjang = 8 m = 26.64 ft
Tinggi = 3 m = 9.9 ft
A = p x t = 26.64 ft x 9.9 ft = 256.57 ft²
31
Q = U. A. CLTD
= 0.415 . (256.57) . 19
= 2,023.04 Btu/hr
32
Q = U. A. CLTD
= 0.415 . (200.92) . 29
= 2,418.08 Btu/hr
33
A = p x t = 15.8 ft x 9.9 ft = 152.02 ft²
Q = U. A. CLTD
= 0.415 . (152.02) . 41
= 2,586.70 Btu/hr
Mushola (East)
Panjang = 3 m = 9.9 ft
Tinggi = 3 m = 9.9 ft
A = p x t = 9.9 ft x 9.9 ft = 95.31 ft²
Q = U. A. CLTD
= 0.415 . (95.31) . 33
= 1,305.34 Btu/hr
Toilet (East)
Panjang = 2.5 m = 8.25 ft
Tinggi = 3 m = 9.9 ft
A = p x t = 8.25 ft x 9.9 ft = 78.98 ft²
Q = U. A. CLTD
= 0.415 . (78.98) . 33
= 1,081.63 Btu/hr
Dapur (East)
Panjang = 3.4 m = 11.2 ft
Tinggi = 3 m = 9.9 ft
A = p x t = 11.2 ft x 9.9 ft = 108.38 ft²
Q = U. A. CLTD
= 0.415 . (108.38) . 33
= 1,484.30 Btu/hr
Dapur (South)
Panjang = 5 m = 17 ft
Tinggi = 3 m = 9.9 ft
34
A = p x t = 17 ft x 9.9 ft = 168.44 ft²
Q = U. A. CLTD
= 0.415 . (168.38) . 29
= 2,027.21 Btu/hr
U dinding = 0.08 Btu/h. ft² . °F (Air Conditioning Principles and Systems, hal. 495
type Asphaltic single)
Pada perhitungan Atap, hanya mengitung atap keseluruhan dengan panjang dan lebar
dari bangunan rumah. Sehingga hasil akhirnya akan dibagi pada tiap ruangan sama
rata.
Panjang = 16 m = 52.8 ft
Lebar = 18.5 m = 61.05 ft
A = p x l = 52.8 ft x 61.05 ft = 3223 ft²
Q = U. A. CLTD
= 0.08 . (3223 ft²) . 57
= 14,698.89 Btu/hr
3 Kaca (Radiasi)
Q = SHGF x A x SC x CLF
Dengan,
35
Sc =Shading Coeffisien (Koefisien Bayangan) Air Conditioning Prinsiple and
System Fourth Edistion, Edward G. Pita hal. 132
SHGF =Solar Heat Gain Factor (Faktor Tambahan Radiasi Panas Maksimum)
(Air Conditioning Prinsiple and System Fourth Edistion, Edward G. Pita
hal. 131.) (BTU/hr. f2)
Dalam perhitungan Kaca disini adalah solar radiasi, berikut dibawah ini
perhitunganya.
Diketahui : SHGF 20° N. Latitude bulan Januari
N = 29 SHGF
W= 201 SHGF
E = 201 SHGF
CLF = 1
36
= 201 ×2.7×0,81×1
= 440.3 Btu/hr
37
Ruang Keluarga (East)
Panjang = 0.45m = 1.49 ft
Tinggi = 0.55m = 1.82 ft
SC = 0.81 (Single glass, clear type Dark)
A = p x t = 1.49 ft x 1.82 ft = 2.7 ft²
Q= SHGF×A×SC×CLF
= 201 ×2.7×0,81×1
= 440.3 Btu/hr
Mushola (East)
Panjang = 0.45m = 1.49 ft
Tinggi = 0.55m = 1.82 ft
SC = 0.67 (Single glass, clear type Light)
A = p x t = 1.49 ft x 1.82 ft = 2.7 ft²
Q= SHGF×A×SC×CLF
= 201 × 2.7 × 0.67 × 1
= 362.97 Btu/hr
Toilet (East)
Panjang = 0.45m = 1.49 ft
Tinggi = 0.55m = 1.82 ft
SC = 0.67 (Single glass, clear type Light)
A = p x t = 1.49 ft x 1.82 ft = 2.7 ft²
Q= SHGF×A×SC×CLF
= 201 × 2.7 × 0.67 × 1
= 362.97 Btu/hr
Dapur (East)
Panjang = 0.45m = 1.49 ft
Tinggi = 0.55m = 1.82 ft
SC = 0.67 (Single glass, clear type Light)
38
A = p x t = 1.49 ft x 1.82 ft = 2.7 ft²
Q= SHGF×A×SC×CLF
= 201 × 2.7 × 0.67 × 1
= 362.97 Btu/hr
Jadi beban pendinginan pada kaca yang diperoleh adalah 2600 Btu/hr.
Dengan,
Q = Cooling Load (Btu/hr)
W = Daya lampu (watt)
BF = Ballast Faktor = 1
CLF =Cooling Load Factor
= CLF 1, ketika system pendinginan beroperasi hanya ketika lampu nyala
= CLF 1, ketika lampu nyala lebih dari 16 hr per day(ASHRAE 1979 )
Q = 3.4 x W x CLF x BF
= 3.4 x (9 x 10 watt) x 1 x 1
= 306 BTU/hr
Q = 3.4 x W x CLF x BF
= 3.4 x (1 x 8 watt) x 1 x 1
= 27.2 Btu/hr
Q = 3.4 x W x CLF x BF
= 3.4 x (2 x 15 watt) x 1 x 1 = 102 Btu/hr
39
Jadi, total beban pendinginan untuk lampu adalah 435.20 Btu/hr.
Ruang Kamar II
Diketahui : n = 1
40
qs = 250
ql = 250
Beban sensibel Qs = qs×n×CLF
Qs =250×1×1
= 250 Btu/hr
Beban sensibel Ql = ql×n
Ql = 250×1
= 250 Btu/hr
Ruang Tamu
Diketahui : n = 3
qs = 250
ql = 200
Beban sensibel Qs = qs×n×CLF
Qs =250×3×1
= 750 Btu/hr
Beban sensibel Ql = ql×n
Ql =200×3 = 600 Btu/hr
41
Ruang Keluarga
Diketahui : n = 4
qs = 245
ql = 105
Beban sensibel Qs = qs×n×CLF
Qs =245×4×1
= 980 Btu/hr
Beban sensibel Ql = ql×n
Ql =105×4
= 420 Btu/hr
Diketahui : n = 1
qs = 305
ql = 545
Beban sensibel Qs = qs×n×CLF
Qs =305×1×1
= 305 Btu/hr
Beban sensibel Ql = ql×n
Ql = 545×1
= 545 Btu/hr
Mushola
Diketahui : n = 5
qs = 250
ql = 200
Beban sensibel Qs = qs×n×CLF
Qs =250×5×1
= 1250 Btu/hr
Beban sensibel Ql = ql×n
42
Ql =200 ×5
= 1000 Btu/hr
Toilet
Diketahui : n = 1
qs = 250
ql = 250
Beban sensibel Qs = qs×n×CLF
Qs = 250×1×1
= 250 Btu/hr
Beban sensibel Ql = ql×n
Ql = 250×1
= 250 Btu/hr
Dapur
Diketahui : n = 1
qs = 275
ql = 275
Beban sensibel Qs = qs×n×CLF
Qs = 275×1×1
= 275 Btu/hr
Beban sensibel Ql = ql×n
Ql = 275×1
= 275 Btu/hr
Diketahui : n = 5
qs = 375
ql = 625
Beban sensibel Qs = qs×n×CLF
Qs = 375×5×1
43
= 1875 Btu/hr
Beban sensibel Ql = ql×n
Ql = 625×5
= 3125 Btu/hr
3. Peralatan
Peralatan yang ada pada gedung secara otomatis akan menimbulkan kenaikan termal
sehingga perlu dihitungnya beban pendingin yang disebabkan oleh peralatan atau
equipment. Pada ruangan hanya terdapat beban sensibel, berikut peralatan yang ada di
ruangan tersebut:
Diketahui:
TV led 21” 1 unit = 100 watt
TV 14” = 50 watt
Terminal 4 unit = 270 Btu/hr (tabel 6.15 Air Conditioning and system G. Pita)
Untuk kalor yang satuanya masih watt dikonversi ke satuan Btu/hr, kemuadian hasil total
merupakan nilai dari Q peralatan. Berikut persamaanya:
44
Q TV led 21” = 100 watt x 3.4 = 340 Btu/hr
Q 14” = 50 watt x 3.4 = 170 Btu/hr
Jadi untuk Q total peralatan adalah 1590 Btu/hr. Telampir di lampiran.
Conduction Btu/hr
Dinding 42,275
Kaca 2,977
Lampu 435
Peralatan 1,590
People sensibel 8,060
RSCL total = 55,337
RLCL
People latent 8,490
=
TOA = 94 °F DB / 75 °F WB
TRoom = 78 °F DB / 50% RH
78 °F DB - 20°F DB
T SA = Troom - supply air temperatur difference =
= 58°F DB
45
Gambar 4.1 Saluran udara pada sistem
46
c Mencari nilai Cooling Coil Sensibel, Laten dan Total Load
Gambar coil process line 2-3 pada psykrometrik dan menggunakan persamaan Air
Conditioning Prinsiple and System Fourth Edistion, Edward G. Pita
Menggunakan persamaan pada Bab 7.12 untuk menghitung beban sensibel
QS = 1.1 x CFM x TC
= 1.1 x CFM x (t2 - t1)
QS = 1.1 x CFM x (DB2 – DB3)
= 1.1 x 2515 x (81.2 - 58) => plot psykrometrik
= 64182.8 Btu/hr
Untuk mengecek hasil digunakan persamaan dari Bab 7.16 dan berdasarkan data
hasil plot psykrometrik.
QS = 4.5 x CFM x (hx – h3)
= 67905 Btu/hr
47
= 13581 Btu/hr
Qt = QS + Ql
= 67905 + 13581
= 81486 Btu/hr = 6.79 tons
d Cara ngeplot Psykrometrik
Plot data T OA 94 FDB dan 75 WB. Maka akan didapat titik 1
Plot data T Room 78 fdb dan RH 50%, data ini adalah temperatur yang dikondisikan
sehingga didapat titik 4,5,6,7 yang berada digaris RSHR (Room Sensible Heat Ratio).
Garis RSHR adalah garis untuk temperatur ynag dikondisikan. Jika suatu titik tidak
terletak pada garis RSHR maka temperatur pada titik tersebut belum terkondisikan.
Untuk mencari TITIK 3 yang berada digaris RSHR, harus mencari temperatur T SA =
Troom - supply air temperatur difference = 78 °F DB - 20°F DB = 58 °F DB. setelah
itu mencari nilai garis RSHR dengan rumus sebagai berikut:
RSCL 55.337
RSHR = = = 0,87
RSCL + RLCL 63.827
Setelah mendapat data 0,87 SHF tarik garis menuju titik acuan (Guide point).
Kemudian, tarik garis guide point sejajar menuju titik 4,5,6,7 maka akan didapat garis
RSHR. Setelah menemukan garis RSHR, taris garis dari titik TSA 58 °F DB
berpotongan dengan garis RSHR, maka didapat titik 3 dengan 56.5 °F WB.
Untuk menetikan titik 2 cari temperatur mixing air atau DB2 dengan menggunakan
rumus berikut:
(CFM1 𝑥 DB1) + (CFM7 𝑥 DB7)
DB2 =
CFM2
Maka akan didapat DB2 81.2 °F DB, selanjutnya tarik garis tersebut sampai
berpotongan dengan garis dari titk 1 dan titik 4,5,6,7 maka akan didapat titik 2
dengan WB 64 °F.
48
4.3 Perancangan Saluran Udara
Dari tabel dibawah ini, maka diperoleh nilai masing-masing CFM/ruangan dan
CFM/diffuser. Kemudian dari data tersebut digambarkan pada layout ducting 1
dimensi garis beserta hasil yang didapat.
49
Tabel 4.1 Nilai CFM
Qs/ CFM Ʃ
No Name Room ∆T CFM/ diffuser
Room Room diffuser
1 R. Kamar I 7243 20 °F 329 1 329
2 R. Kamar II 4982 20 °F 226 1 226
3 R. Kamar III 4982 20 °F 226 1 226
4 R. Tamu 8501 20 °F 386 1 386
5 R. Keluarga 9484 20 °F 431 1 431
6 Mushola 4790 20 °F 218 1 218
7 Toilet 3566 20 °F 162 1 162
8 Dapur 6024 20 °F 274 1 274
Friction Loss,
Rec. Duct
No Section CFM V, ft/min in. W. Per Eq. D, in.
Size, In
100 ft
1 AB 2253 1100 0.09 19.5 44" x 9"
2 BC 1414 980 0.09 16 35" x 7"
3 CD 1085 910 0.09 15 31" x 7"
4 DE 654 840 0.09 12.5 22" x 7"
5 EF 436 750 0.09 11 18" x 6"
6 GH 274 650 0.09 8.8 12" x 6"
7 BH 839 870 0.09 13.5 25" x 7"
8 HI 453 780 0.09 11.2 20" x 5.5"
9 IJ 226 620 0.09 8.2 10" x 5. 5"
50
4.4 Pemilihan Unit (Units Selection)
Dalam Pemilihan Unit AHU, perlu dilakukan perbandingan data dari nilai Fpm koil
dan efisiensi yang tertimgi. Dimana, syaratnya 450 ≤ Fpm koil ≤ 550 untuk nilai cfm 2515
pada perancangan ini. Untuk itu penulis membandingkan tiga data AHU Carrier 39LA03,
39LA06, 39LA08.
51
Large coil LA3908 Small coil LA3908
D fan = 1.25 D fan = 1.25
E fan = 1 E fan = 1
A = 7.9 ft² A = 6.58 ft²
CFM = 2515 ft³/min CFM = 2515 ft³/min
CFM CFM
Fpm = Acoil Fpm = Acoil
2515 2515
Fpm = Fpm =
7.9 6.58
Sebelum menghitung efesiensi fan terlebih dahulu mencari nilai Fpm fan, ∆Hv, ∆Ht,
AHP setelah itu baru bisa mengihtung efisiensi fan.
52
c Mencari Fpm fan
LA3903
CFM
Fpm =
A fan
2515
=
0.875
= 2874,3 ft/min
LA3906
CFM
Fpm =
A fan
2515
=
1.250
= 2012 ft/min
LA3908
CFM
Fpm =
A fan
2515
=
1.552
= 1621 ft/min
d Menghitung ∆Hv
LA3903
Fpm fan
∆Hv = ( )²
4000
2874
∆Hv = ( )²
4000
∆Hv = 0.516 in.wg
LA3906
Fpm fan
∆Hv = ( )²
4000
2012
∆Hv = ( )²
4000
∆Hv = 0.253 in.wg
53
LA3908
Fpm fan
∆Hv = ( )²
4000
1621
∆Hv = ( )²
4000
e Menghitung ∆Ht
LA3903
∆Ht = ∆Hv + ∆Hs
∆Ht = 0.516 + 3
∆Ht = 3.516 in. wg
LA3906
∆Ht = ∆Hv + ∆Hs
∆Ht = 0.253 + 3
∆Ht = 3.253 in. wg
LA3908
∆Ht = ∆Hv + ∆Hs
∆Ht = 0.164 + 3
∆Ht = 3.164 in. wg
f Menghitung AHP
LA3903
∆Ht x CFM
AHP =
6355
3.516 x 2515
AHP =
6355
AHP = 1.4
54
LA3906
∆Ht x CFM
AHP =
6355
3.253 x 2515
AHP =
6355
AHP = 1.3
LA3908
∆Ht x CFM
AHP =
6355
3.164 x 2515
AHP =
6355
AHP = 1.3
1.4
𝜂 = 2.75 dari diagram BHP Lampiran 13
η = 50.61%
LA3906
AHP
𝜂=
BHP
1.3
𝜂 = 2.25 dari diagram BHP Lampiran 14
LA3908
AHP
𝜂=
BHP
55
1.3
𝜂 = 2.5 dari diagram BHP Lampiran 15
η = 50.10 %
Dari data dan perhitungan diatas, maka diperoleh unit AHU yang digunakan
adalah tipe 39LA06 dengan small face area atau koil kecil karena nilai fpm pada
koilnya sesuai syarat yaitu 533 fpm dan juga memiliki nilai efisiensi paling tinggi
yaitu 57.22% .
56
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan, maka didapat kesimpulan
bahwa pada Rumah pada sistem perancangan tata udara ini mempunyai beban
pendingin total sebesar 63.827 Btu/hr aatu 7 PK, dan pemilihan alat untuk nilai CFM
2515 yaitu menggunakan AHU Carrier Type Small Face Area 39LA06. Analisis
ploting psykrometrik terlampir pada lampiran 6, layout ducting 2 dimensi terlampir
pada lampiran 9.
5.2 Saran
a Untuk menghitung beban pendinginan harus lebih teliti lagi, agar lebih tepat
untuk menentukan mesin yang dibutuhkan sesuai beban pendinginan.
b Mencari referensi yang lebih banyak dan lebih jelas serta akurat.
57
DAFTAR PUSTAKA
Fauji Pamungkas dan Gina G. Perancangan Sistem Tata Udara Pt Phapros, Tbk.
Semarang Kelas E Dan D. Jurusan Teknik Pendingin dan Tata Udara:
Politeknik Negeri Indramayu.
Qobir, Abdul dan Hanudin Bisri. 2018. Perhitungan Cooling Load dan Perancangan
Ducting Pada Gedung Ruang Kuliah Lantai 1 Politeknik Negeri Indramayu:
POLINDRA, Indramayu.
Pita, Edward G. 2002. Air Conditioning Principles and Systems fourth Edition.
New York
58
LAMPIRAN
59
Lampiran 1 Hasil Perhitungan Dinding Luar dan Atap
U Luas
CLTD Q din. Luar
No. Nama Ruangan
BTU/hr=ft²-F p, ft t/l, ft A, ft² °F Btu/hr
Group D
IV 0.415 26.4 9.9 261.36 W 41 4,447.04
R. Tamu
15.84 9.9 152.02 N 19 1,198.71
V R. Keluarga 0.415 15.84 9.9 147.23 E 33 2,016.35
15.84 9.9 152.02 W 41 2,586.70
VI Mushola 0.415 9.9 9.9 95.31 E 33 1,305.34
VII Toilet 0.415 8.25 9.9 78.98 E 33 1,081.63
VIII Dapur 0.415 11.22 9.9 108.38 E 33 1,484.30
17.01 9.9 168.44 S 29 2,027.21
VIII Atap 0.08 52.8 61.05 3,223 - 57 14,698.89
Total Q 42,274.74
Keterangan : Luas dinding total = L dinding awal -L kaca
SHGF Luas
Q Kaca
No. Nama Ruangan Dir. 20° N. SC CLF
Btu/hr
Lat p, ft l, ft A, ft²
Total Q
8060 8490
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Peralatan
DRA. PSTU.002
Lampiran 10 Physical data Carrier Coil
Lampiran 11 Data Dimensi tipe 39LA06
Lampiran 12 Units Selection
Unit
39LA03 39LA06 39LA08
Item
∆Hs (in.wg) 3 3 3