Anda di halaman 1dari 90

RANCANG BANGUN MINI CHILLER UNTUK

PENDINGINAN COKLAT PANAS DENGAN


KAPASITAS 2 KG/10 MENIT

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai


gelar Ahli Madya pada Jenjang Diploma III
Jurusan Teknik Pendingin dan Tata Udara

Oleh :
DONI SETIAWAN
NIM 1902039

PROGRAM STUDI TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA


JURUSAN TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA
POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU
AGUSTUS 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir ini diajukan oleh :


Nama : DONI SETIAWAN
NIM : 1902039
Program Studi : Teknik Pendingin dan Tata Udara
Judul : Rancang bangun mini chiller untuk pendinginan
coklat panas dengan kapasitas 2kg/10Menit
Pembimbing : I. Ahmad Maulana K, ST., MT.
NIP. 198306022021211006 ...........................
: II. Rofan Aziz, ST.,MT.
NIP. 198506212020121004 ...........................

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji pada tanggal


agustus -2022 dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Teknik Pendingin dan Tata Udara
Politeknik Negeri Indramayu.
DEWAN PENGUJI

Ketua Penguji : Ahmad Maulana K, ST., MT.


NIP. 198306022021211006 ...........................

Anggota Penguji I : Aa Setiawan, ST., MT.


NIP. 197901012021211013 ...........................
Anggota Penguji II : Ferry Sugara, ST., M.Eng.
NIK. 08097840 ...........................

Indramayu, 11 Agustus 2022


Teknik Pendingin dan Tata Udara

Ahmad Maulana K.,ST.,MT.


NIP.198306022021211006

i
PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya Tugas Akhir ini adalah asli hasil
karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah di tulis atau publikasikan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis disebutkan sumbernya dalam naskah dan dalam pustaka.

Indramayu, 11 Agustus 2022


Yang menyertakan,

Materai

Doni Setiawan
NIM. 1902039

ii
ABSTRAK
pada tugas akhir ini dirancang sebuah mini chiller yang merupakan mesin
pendingin dengan sistem refrigerasi kompresi uap yang tidak jauh beda dengan
sistem refrigerasi pada umunya, namun perbedaannya adalah pertukaran kalor
pada sistem mini chiller tidak langsung mendinginkan udara melainkan dengan
media air seperti water chiller. Trainer ini merupakan proses pendinginan sebuah
cokelat panas. Sebelum masuk proses pendinginan, ada beberapa proses yaitu
persiapan cokelat, penyangraian cokelat, pendinginan setelah penyangraian,
pengupasan cokelat, penggilingan cokelat, pemanasan cokelat, pencetakkan
cokelat, pendinginan cokelat, dan pengemasan. Tugas akhir ini bertujuan untuk
mempercepat kegiatan suatu produksi cokelat khususnya dalam tahap pendinginan
dengan menurunkan temperatur dari 50°C menjadi temperatur 23°C - 28°C.
Pembuatan mesin ini menggunakan 2 metode yaitu spray mini chiller dan DX-
system, namun pada kesempatan ini metode yang digunakan yaitu spray mini
chiller. Dari hasil pengambilan data selama 10 menit, mini chiller dapat mencapai
temperatur yang diinginkan yaitu 27°C dengan beban produk 2 kg cokelat panas.
Dengan analisis kompresi uap sederhana menggunakan diagram P-h didapatkan
nilai COP aktual sebesar 5,56 serta efesiensi system sebesar 80% tidak berbeda
jauh dengan data rancangan yaitu 4,8 dan 78% pada efesiensi sistemnya. Hasil
tugas akhir ini dapat disimpulkan bahwa mini chiller dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan yaitu pendinginan cokelat panas dengan kapasitas 2 kg selama
10 menit.

Kata kunci : mini chiller, water chiller, cokelat, diagram P-h.

iii
ABSTRACT

In this final project, a mini chiller is designed which is a cooling machine with a
vapor compression refrigeration system which is not much different from
refrigeration systems in general, but the difference is that the heat exchange in the
mini chiller system does not directly cool the air but with water media such as a
water chiller. This trainer is a process of cooling a hot chocolate. And before
entering the cooling process, there are several processes, namely chocolate
preparation, chocolate roasting, cooling after roasting, chocolate peeling,
chocolate grinding, chocolate heating, chocolate molding, chocolate cooling, and
packaging. This final project aims to accelerate the activities of a chocolate
production, especially in the cooling stage by lowering the temperature from 50°C
to 25°C - 28°C. The manufacture of this machine uses 2 methods, namely the
spray mini chiller and the DX-system, but on this occasion the method used is the
spray mini chiller. From the results of data collection for 10 minutes, the mini
chiller can reach the desired temperature of 27 °C with a product load of 2 kg of
hot chocolate. With a simple vapor compression analysis using a P-h diagram, the
actual COP value is 5.56 and the system efficiency of 80% is not much different
from the design data, namely 4.8 and 78% in the efficiency of the system. The
results of this final project can be concluded that the mini chiller can be used as
needed, namely cooling hot chocolate with a capacity of 2 kg for 10 minutes.

Keywords : mini chiller, water chiller, chocolate, diagram P-h.

iv
MOTTO
“Selalu berbuat kebaikan dengan satu sama lain dan jangan berbuat keburukan
kepada yang lain”

(My Mother)

“Yang terkuat diantara kamu adalah orang yang mengendalikan amarahnya”

(Nabi Muhammad S.A.W)

“Tuhan menghancurkan rencana kamu, supaya rencana kamu tidak


menghancurkan kamu”

(Penulis)

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan syukur kepada Allah SWT atas ridho dan
karunia-Nya penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tidak lupa juga Shalawat
serta salam senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad SAW.
Tugas akhir yang berjudul “Rancang bangun Mini Chiller untuk
pendinginan Coklat Panas dengan kapasitas 2kg/10 menit” ini merupakan salah
satu persyaratan yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Jurusan Teknik Pendingin dan
Tata Udara Politeknik Negeri Indramayu.
Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan tugas akhir ini dapat terlaksana
dan lancar berkat kerjasama, bantuan, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis dengan
senang hati menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Ucin dan Ibu Idah Hodijah selaku orang tua penulis yang
senantiasa memberi do’a dan dukungan.
2. Bapak Casiman Sukardi, ST., M.T., selaku Direktur Politeknik Negeri
Indramayu.
3. Bapak Ahmad Maulana Kartika, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi
Teknik Pendingin dan Tata Udara dan pembimbing utama.
4. Bapak Rofan Aziz, ST., M.T., selaku pembimbing pendamping.

5. Seluruh Dosen Teknik Pendingin dan Tata Udara Politeknik Negeri


Indramayu yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama
belajar di Teknik Pendingin dan Tata Udara Politeknik Negeri Indramayu.
6. Rekan-rekan Mahasiswa kelas D3TP3B 2019 Serta Mahasiswa Teknik
Pendingin dan Tata Udara Angkatan 2019.
7. Rifki Jihat “RJ” dan Nafa Salzabillah Kusuma Adhani selaku rekan
penulis yang sudah membantu pengerjaan dari alat tugas akhir ini.
8. Suprime yang selalu mendoakan penulis dalam mengerjakan tugas akhir.
9. Keluarga besar ESTEH yang selalu mendoakan penulis dalam
mengerjakan tugas akhir ini.
10. Keluarga besar CIA yang selalu mendoakan penulis dalam mengerjakan

vi
tugas akhir ini.
11. Bocah kontrakan yang selalu membantu dan bekerja sama pada tugas akhir
ini..
12. Sodara-sodara yang telah mendoakan pada tugas akhir ini.
13. Dan Rekan-rekan yang sudah membantu mengerjakan tugas akhir ini.

Semoga seluruh amal kebaikan yang membantu yang tidak bisa penulis
sebutkan satu-persatu.telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Dan
dapat mempererat komunikasi serta tali silaturahmi. Akhir kata penulis mohon
maaf apabila ada kesalahan dalam pembuatan laporan Tugas Akhir ini, Semoga
laporan ini dapat bermanfaat untuk semuanya..

Indramayu, 11 Agustus 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i


PERNYATAAN ...................................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
MOTTO .................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR............................................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan Laporan ................................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 5
2.1 Cokelat...................................................................................................... 5
2.1.1 Pendinginan Cokelat Panas ............................................................... 6
2.2 Chiller ....................................................................................................... 7
2.3 Evaporative Cooling................................................................................. 7
2.4 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap ............................................................. 8
2.4.1 Proses Kompresi ............................................................................... 9
2.4.2 Proses Kondensasi ........................................................................... 10
2.4.3 Proses Ekspansi ............................................................................... 10
2.4.4 Proses Evaporasi ............................................................................. 10
2.4.5 Laju Aliran Massa Refrigerant........................................................ 11
2.4.6 Koefisien Performansi Sistem ......................................................... 12
2.4.7 Efesiensi Kinerja Sistem ................................................................. 12

viii
2.5 Perhitungan Cooling Load...................................................................... 13
2.5.1 Beban Dinding ................................................................................ 13
2.5.2 Beban Produk .................................................................................. 14
2.5.3 Beban Silicone ................................................................................ 14
2.5.4 Beban Evaporator ............................................................................ 14
2.5.5 Laju Airan Massa Air ...................................................................... 15
2.6 Perhitungan Komsumsi Daya dan Biaya ................................................ 15
2.7 Pengertian perpindahan panas ................................................................ 16
2.7.1 Konduksi ......................................................................................... 16
2.7.2 Radiasi ............................................................................................. 16
2.7.3 Konveksi ......................................................................................... 16
2.8 Tinjauan Pustaka .................................................................................... 16
2.9 Perhitungan Pipa Evaporator .................................................................. 18
BAB III METODE PELAKSANAAN ................................................................ 22
3.1 Flow Chart ............................................................................................. 22
3.2 Studi Literatur ......................................................................................... 23
3.3 Perancangan mini chiller ........................................................................ 23
3.3.1 Data rancangan ................................................................................ 23
3.3.2 Skematik Pemipaan Mini Chiller .................................................... 33
3.3.3 Wiring Kelistrikan Mini Chiller ...................................................... 34
3.3.4 Desain Mini Chiler .......................................................................... 34
3.4 Prosedur Operasional Mini Chiller......................................................... 35
3.5 Carar Kerja Mini Chiller ........................................................................ 35
3.6 Pemilihan Alat dan Bahan ...................................................................... 36
3.6.1 Alat .................................................................................................. 36
3.6.2 Bahan............................................................................................... 37
3.7 Detail Spesifikasi Unit............................................................................ 39
3.8 Pembuatan Mini Chiller ......................................................................... 42
3.8.1 Pembuatan Meja Trainer................................................................. 42
3.8.2 Pembuatan Wiring Pemipaan .......................................................... 43
3.8.3 Pembuatan Evaporator .................................................................... 43
3.8.4 Pembuatan Panel Box ..................................................................... 43

ix
3.9 Pengujian Alat ........................................................................................ 44
3.10 Pengambilan Data ................................................................................... 44
BAB IV HASIL DAN PENELITIAN ................................................................. 46
4.1 Data Hasil Penelitian .............................................................................. 46
4.1.1 Data Kinerja Mini Chiller Tanpa Beban Produk............................. 46
4.1.2 Data Kinerja Mini Chiller dengan Beban 2 kg Cokelat Panas ........ 49
4.2 Perbandingan Hasil Data ........................................................................ 52
4.2.1 Perbandingan Temperatur Kabin ................................................... 52
4.2.2 Perbandingan Temperatur Kondensor............................................. 53
4.2.3 Perbandingan Temperatur Evaporator ............................................ 53
4.2.4 Perbandingan Temperatur Water Tank (Air) .................................. 54
4.2.5 Perbandingan Daya Listrik .............................................................. 54
4.2.6 Perbandingan COP aktul, COP carnot dan Efesiensi ...................... 55
4.3 Efesiensi Penggunaan Daya Listrik pada Mini Chiller .......................... 56
4.4 Perbandingan Data Rancangan dengan Data Aktual .............................. 56
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 58
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 58
5.2 Saran ....................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 59
LAMPIRAN .......................................................................................................... 61

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Pipa Exharger ..................................................................................... 7
Gambar 2. 2 Pipa Exharger Chiller ........................................................................ 7
Gambar 2. 3 Skematik Perpindahan Kalor Pada evaporator ................................. 18
Gambar 3. 1 Diagram Alir ( Flow Chart) Pelaksanaan Penelitian ....................... 22
Gambar 3. 2 Skematik Sistem Mini Chiller .......................................................... 33
Gambar 3. 3 Wiring Kelistrikan Mini Chiller ....................................................... 34
Gambar 3. 4 Desain Mini Chiller.......................................................................... 34
Gambar 3. 5 Kompresor Scroll ............................................................................. 40
Gambar 3. 6 Kondensor ........................................................................................ 40
Gambar 3. 7 Evaporator ........................................................................................ 41
Gambar 3. 8 Pipa Kapiler ...................................................................................... 41
Gambar 3. 9 Refrigerant ....................................................................................... 42
Gambar 3. 10 Meja Trainer Mini Chiller ............................................................. 42
Gambar 3. 11 Pipa Evaporator .............................................................................. 43
Gambar 3. 12 Panel Box ....................................................................................... 44
Gambar 4. 1 Skematik Diagram P-h Tanpa Produk .............................................. 46
Gambar 4. 2 Skematik Diagram P-h dengan Beban 2 kg Cokelat ........................ 49
Gambar 4. 4 Grafik Perbandingan Temperatur Kabin Terhadap Waktu .............. 52
Gambar 4. 5 Grafik Perbandingan Temperatur Kondensor Terhadap Waktu ...... 53
Gambar 4. 6 Grafik Perbandingan Temperatur Evaporator Terhadap Waktu ...... 53
Gambar 4. 7 Grafik Perbandingan Temperatur Water Tank Terhadap Waktu ..... 54
Gambar 4. 9 Grafik Perbandingan Daya Listrik Terhadap Waktu ........................ 55

xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Data rancangan ..................................................................................... 24
Tabel 3. 2 Lapisan dan Thermal Conduktivitas .................................................... 24
Tabel 3. 3 Zat dan Nilai Kalor Jenis ..................................................................... 26
Tabel 3. 4 Alat yang digunakan ............................................................................ 37
Tabel 3. 5 Bahan yang digunakan ......................................................................... 37
Tabel 3. 6 Spesifikasi Refrigerant......................................................................... 41
Tabel 4. 1 Perbandingan COP aktual, COP carnot, dan Efesiensi ........................ 55
Tabel 4. 2 Perbandingan Daya Listrik .................................................................. 56
Tabel 4. 3 Perbandingan Data Rancangan dan Hasil Rancangan ......................... 56

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Data Tanpa Produk
Lampiran 2. Tabel Data Produk dengan Beban 2 kg Cokelat Panas
Lampiran 3. Nilai Thermal Conduktivity Dinding (Dossat, Roy J. 1981)
Lampiran 4. Thermal Properties of Foods (ASHREA.2006)
Lampiran 5. Thermophysical Properties of Water (www.thermexcel.com)
Lampiran 6. Thermophysical Properties of R-22 (ASHRAE.2009)
Lampiran 7. Diagram P-h Tanpa Produk
Lampiran 8. Diagram P-h dengan 2 kg Cokelat Panas
Lampiran 9. Diagram P-h Rancangan
Lampiran 10. Tarif Dasar Listrik
Lampiran 11. Proses Pembuatan Mini Chiller
Lampiran 12. Tabel Konduktivitas Thermal

xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Cokelat merupakan komoditas penting karena telah digemari oleh
masyarakat seluruh dunia. Selain itu, cokelat juga dapat digunakan sebagai
pengobatan karena mengandung penilethylamine yang dapat menstimulasi
perasaan positif dan gembira (Morganelli, 2006). Manfaat cokelat bagi kesehatan
antara lain adalah mengurangi risiko penyakit kronis seperti penyakit
kardiovaskular, kanker, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan usia.
Maka dari itu perlu diperhatikannya pengolahan cokelat secara benar. Salah satu
hal terpenting pada proses pengolahan cokelat terdapat dalam proses pendinginan
cokelat karena pada proses tersebut akan sangat menentukan kualitas tekstur dan
rasa cokelat yang dihasilkan.
Teknologi dalam proses pendinginan cokelat mayoritas masih menggunkan
lemari es salah satunya terdapat pada industry rumahan Chocolab. Penggunaan
lemari es untuk mendinginkan cokelat panas tidak disarankan karena memiliki
suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan timbulnya warna kusam keabuan
dan bintik-bintik pada permukaan cokelat ketika cokelat dikeluarkan dari lemari
es. Cokelat sebaiknya didinginkan pada mesin yang memiliki suhu tidak terlalu
rendah dan konstan (Syamsir, 2010). Pada proses pendinginnan cokelat yang baik
suhunya berkisar 23 ˚C sampai 28 ˚C (Esther et, al, 2010). Dengan lama waktu
pendinginan selama 10 hingga 15 menit menyesuaikan kapasitas cokelat produksi.
Oleh sebab itu kita dapat memanfaatkan sistem refrigerasi atau tata udara untuk
pengkondisian temperatur tersebut.
Sistem refrigerasi kompresi uap mempunyai dua proses pendinginan, yaitu
proses pendinginan secara langsung (direct cooling), dengan koil pendingin yang
berisi refrigeran secara langsung menarik kalor dari beban produk yang
didinginkan, sedangkan pada proses pendinginan secara tidak langsung (indirect
cooling), koil pendingin yang berisi refrigeran mendinginkan fluida atau
refrigeran sekunder terlebih dahulu untuk kemudian refrigeran sekunder tersebut
menarik beban kalor produk yang akan didinginkan.

1
2

pengkondisian udara yang berkapasitas besar salah satunya yaitu sistem


pendingin chiller (Metty et al., 2010). Chiller merupakan sebuah mesin yang
mempunyai fungsi utama yaitu mendinginkan air pada koil evaporator (Dharma,
2000). Di Indonesia penggunaan chiller sudah tidak asing lagi terutama pada
industri-industri tanah air yang bergerak dalam berbagai bidang. Chiller
dikategorikan sebagai pendingin untuk pengkondisian udara berskala besar seperti
fasilitas industri (pabrik kimia, pabrik makanan, dan minuman).(Andini et al.,
2020).

Dalam penelitian ini, penulis berinovasi untuk merancang suatu mesin mini
chiller dengan menggunakan metode spray pendinginan dengan beban produk
cokelat panas yang berkapasitas 2kg dalam waktu 10 menit dan cokelat
dimasukan kedalam cetakan cube trays.

1.2 Rumusan Masalah


Ada beberapa rumusan masalah dari Rancang Bangun Mini Chiller Untuk
Pendinginan Cokelat Panas Dengan Kapasitas 2kg/10 Menit, yang penting dalam
pembahasan tugas akhir ini. Rumusan masalah yang dibahas adalah sebagai
berikut :
1. Apakah mini chiller yang dibuat mampu mendinginkan cokelat panas
dengan kapasitas 2kg dalam waku 10 menit?
2. Bagaimanakah efesiensi sistem dan konsumsi daya dari mini Chiller untuk
mendinginkan cokelat panas?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah yang di bahas pada Rancang Bangun Mini Chiller Untuk
Pendinginan Cokelat Panas Dengan Kapasitas 2kg/10 Menit, adalah sebagai
berikut :
1. Menghitung beban pendinginan (cooling load) untuk merancang dan
membangun traier mini chiller.
2. Menghitung panjang pipa yang dibutuhkan evaporator pada trainer mini
chiller.
3. Analisa performansi sistem menggunakan rumus sederhana dengan bantuan
3

skematik pada diagram P-h.


4. Tidak menganalisa performansi Dx-System pada trainer mini chiller.
5. Temperatur set point pada kabin 8 ˚C – 11 ˚C.
6. Pengambilan data dilakukan setiap 1 menit selama 10 menit.
7. Konsumsi daya listrik dihitung hanya berasal dari sistem. Tidak dari pompa
dan lainya.
8. Sistem ini merupakan tempat pendinginan cokelat bukan penyimpanan.
9. Tidak mengukur kelembapan.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui apakah mini chiller mampu mencapai temperatur rancangan.

2. Mengetahui performansi yang dihasilkan dari mini chiller tersebut.

3. Mengetahui konsumsi daya listrik yang terpakai oleh mini chiller tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang ingin diberikan pada Rancang Bangun Mini Chiller
Untuk Pendinginan Cokelat Panas Dengan Kapasitas 2kg/10 Menit, adalah
sebagai berikut :
1. Dapat menerapkan ilmu yang telah di dapatkan selama penelitian.

2. Menambah wawasan tentang rancang bangun mini chiller.

3. Mampu mendesign mesin mini chiller dengan sistem Air Conditioning (AC).

1.6 Sistematika Penulisan Laporan


Agar penulisan untuk menguraikan masalah mempunyai acuan yang jelas,
maka diperlukan adanya sistematika penulisan laporan yang menerangkan secara
garis besar tentang pokok bahasan yang akan penulis jelaskan diantaranya:
A. Bagian awal, biasanya terdiri dari:
halaman sampul depan, halaman judul, halaman pengesahan, halaman
pernyataan keaslian, halaman abstrak, halaman motto, halaman kata
pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar tabel, halaman daftar gambar,
halaman lampiran.
4

B. Bagian utama, biasanya terdiri dari:


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika
penulisan laporan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang landasan teori yang mendasari pembahasan secara
detail dengan masalah yang diteliti. Meliputi teori tentang siklus kompresi
uap, sistem direct expansion, perhitungan beban pendinginan (cooling load),
perhitungan konsumsi daya dan perhitungan efesiensi kinerja sistem mini
chiller,dan perhitungan panjang pipa evaporator.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang tahapan dan metode penelitian yang di tempuh
untuk mencapai tujuan yang ditatapkan, perhitungan data rancangan
(cooling load), dan perhitungan panjang pipa evaporator.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini bahas tentang hasil-hasil dari tahapan penelitian,dari tahap analisa,
hasil pengujian dan implementasinya, berupa penjelasan teoritik, baik secara
kualitatif, kuantitatif, atau secara statistik.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan ini merupan jawaban dari
rumusan masalah, bukti-bukti yang dihasilkan dan akhirnya menarik
kesimpulan apakah penelitian atau kegiatan yang dilakukan sudah memberi
manfaat nyata bagi objek penelitian.
C. Bagian akhir, biasanya terdiri dari:
Daftar pustaka dan lampiran
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Cokelat

Cokelat menjadi salah satu rasa yang paling popular didunia. Selain
dikonsumsi paling umum dalam bentuk coklat batangan, coklat juga dijadikan
bahan baku pembuatan makanan maupun minuman. (Afoakwa, 2010). Cokelat
mempunyai kandungan yang banyak mulai dari lemak 31%, karbohidrat 14%, dan
Protein 9%. Protein cokelat kaya akan asam amino triptofan, fenilalanin, dan
tyrosin. Meski cokelat mengandung lemak tinggi namun relatif tidak mudah
tengik karena cokelat mengandung polifenol 6% yang berfungsi sebagai
antioksidan pencegah ketengikan. (Wahidin et al., 2017).

Kandungan cokelat yang berbeda tidak hanya mempengaruhi rasa, tetapi


juga perilakunya terhadap panas dan air (Syamsir, 2011). Syamsir (2011)
membedakan cokelat menjadi beberapa jenis berdasarkan banyaknya pasta dan
lemak cokelat yang terkandung, antara lain:
a) Semi-sweet atau Dark Chocolate
Jenis cokelat ini memilki kandungan kakao lebih dari 35% dan susu kurang
dari 12%.
b) Milk Chocolate
Dibuat dengan menggunakan pasta cokelat ) dengan penambahan
lemak cokelat, gula, susu dan vanilla.
c) White Chocolate
Merupakan campuran lemak cokelat , gula , susu
( dan vanilla. Pelelahan jenis cokelat ini harus dilakukan secara
hati-hati karean sangat mudah hangus.

Cokelat sebaiknya disimpan pada suhu 16˚C sampai 18˚C, namun akan
lebih baik pada suhu 22˚C sampai 24˚C (Bau, 2011). Cokelat yang disimpan pada
kondisi yang salah akan menyebabkan timbulnya warna kusam keabuan pada
permukaan cokelat tersebut, sedangkan timbulnya titik-titik lemak (fat bloom)
karena proses pelelehan dan pendinginan yang kurang tepat.

5
6

Dalam pembuatan cokelat pada industri terdapat beberapa tahap:

1. Persiapan,
2. Penyangraian,
3. Pendinginan setelah penyangraian,
4. Pengupasan,
5. Penggilingan,
6. Pemanasan cokelat,
7. Pencetakkan cokelat,
8. Pendinginan cokelat, dan
9. Pengemasan.

2.1.1 Pendinginan Cokelat Panas


Pendinginan cokelat dilakukan setelah tahap pencetakkan selesai. Hal itu
dilakukan agar teksturnya kuat dan tidak cepat patah atau rusak selama
pengemasan.

Fungsi Pendinginan cokelat:


a. Untuk menghilangkan panas spesifik dan panas laten
b. Untuk menghasilkan produk yang stabil dan menarik.

Faktor produk juga mempengaruhi tingkat pendinginan cokelat. Berbagai


jenis cokelat memerlukan suhu yang berbeda untuk ditempa dengan benar. Waktu
tinggal produk dalam proses pendinginan ditentukan oleh kuantitas yang
didinginkan dan dapat berada dikisaran 10-30 menit. Sebelum didinginkan,
cokelat awalnya dipanaskan. Selama proses pendinginan, kristal kecil terbentuk
disekitar cokelat. Kemudian suhu cokelat perlahan dinaikkan. Kristal ini bertindak
sebagai benih pada pertumbuhan kristal untuk memastikan bahwa struktur kristal
yang terbentuk kompak selama tahap pendinginan yang dilakukan setelahnya
(Delbaere et al., 2016). Cokelat yang didinginkan dengan baik akan memiliki
karakteristik yang diinginkan, misalnya memiliki kontraksi (mudah dilepas dari
cetakan), permukaan yang mengkilap (glossy), keras (snap), serta stabilitas yang
optimal pada kondisi penyimpanan normal (Delbaere et al., 2016; Minifie, 1989).
7

Untuk sistem berbasis cocoa butter, tujuannya untuk mengkristalkan kristal βv


yang stabil dan kristal β’ yang tidak stabil (Wille dan Lutton, 1996).

2.2 Chiller

Chiller adalah mesin refrigerasi yang memiliki fungsi utama mendinginkan


air pada sisi evaporatornya. Dimana prinsip kerjanya penarikan panas atau kalor
dimulai pada evaporator, heat excharger disini adalah sebuah pipa yang ada pipa
didalamnya berfungsi untuk mengalirkan air pada pipa besar sedangkan pipa
didalamnya berfungsi mengalirkan refrigerant, seperti yang terlihat pada gambar
dibawah ini:

Gambar
Gambar 2.2.11 Pipa
Pipa exharger
exharger
Gambar 2. 2 Pipa Exharger
Chiller
(Sumber : http://catatan-teknik.blogspot.com/2010/10/chilled-water-dan-cooling-
water.html)

Pada bagian heat excharger seperti diatas berlangsung proses penukaran


kalor antara refrigeran dengan air. Kalor dari air ditarik ke refrigeran segingga
setelah melewati heat excharger menyebabkan air didalamnya menjadi dingin.
(Angel, 2017).

2.3 Evaporative Cooling

Evaporative cooling adalah perangkat yang mendinginkan udara melalui


penguapan air. Pendinginan evaporatif berbeda dari sistem pengkondisian udara
tipikal, yang menggunakan siklus kompresi uap atau penyerapan. Pendinginan
evaporatif menggunakan fakta bahwa air akan menyerap panas dalam jumlah
8

yang relatif besar untuk menguap. Suhu udara kering dapat turun secara signifikan
melalui fase transisi air cair menjadi uap air (penguapan). Ini dapat mendinginkan
udara menggunakan energi jauh lebih sedikit daripada pendinginan. Dalam iklim
yang sangat kering, pendinginan udara yang menguapkan memiliki manfaat
tambahan untuk mengkondisikan udara dengan lebih banyak kelembaban untuk
kenyamanan gedung. (ASHRAE, 2012).

2.4 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap

Siklus Kompresi Uap adalah siklus sistem mesin refrigerasi yang


menggunakan proses penguapan dalam menyerap panas, dengan menggunakan
media refrigerant serta peralatan utama yang meliputi: Kompresor, Kondensor,
Katup ekspansi, dan Evaporator. Secara sederhana prinsip dari siklus kompresi
uap adalah memanfaatkan proses penguapan (cairan pada saat menguap menyerap
panas).

Siklus refrigerasi kompresi uap terdiri dari beberapa proses yaitu proses
kompresi, kondensasi, ekspansi, dan evaporasi. Berikut ini merupakan siklus
refrigerasi kompresi uap:

Gambar 2.2 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap

(Sumber: http:// teknik.blogspot.com/2018/siklus-refrigerasi-kompresi-uap)


9

Gambar 2.3 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap pada Diagram P-h


(Sumber: http:// teknik.blogspot.com/2018/siklus-refrigerasi-kompresi-uap)

2.4.1 Proses Kompresi


Proses kompresi yaitu dimana refrigerant ditekan menuju kondensor
sehingga pada saat memasukinya temperatur dan tekanan akan menjadi lebih
tinggi. Hal ini agar temperatur refrigerant di kondensor menjadi lebih tinggi dari
temperatur lingkungan sehingga mampu memindahkan panas ke lingkungan
dengan proses kondensasi.

Pada siklus ideal proses kompresi ini berlangsung secara isontropic.


Kondisi awal refrigerant pada saat masuk kompresor adalah uap bertekanan dan
bertemperatur rendah setelah mengalami proses kompresi refrigerant menjadi uap
bertekanan tinggi dan bertekanan tinggi. Besarnya daya atau kinerja kompresi
yang dilakukan kompresor:

Qw = ṁ ( h2 – h1) ...............................(2.1)

Sedangkan besarnya kerja persatuan massa refrigerant uang dikompresikan:

qw = h2 – h1 ..........................................................(2.2)

Dimana:
Qw = daya atau kerja yang dilakukan kompresor (kW)
ṁ = laju aliran refrigerant pada sistem (kg/s)
h1 = enthalpi refrigerant saat masuk kompresor (kJ/kg)
h2 = Enthalpi refrigerant saat keluar kompresor (kJ/kg)
qw = Besarmya kerja kompresor persatuan massa refrigerant (kJ/kg)
10

2.4.2 Proses Kondensasi


Pada proses kondensasi refrigerant berfasa uap bertekanan dan
bertemperatur tinggi berubah menjadi fasa cair namun temperatur konstan.
Semakin banyak kalor yang dibuang oleh kondensor, semakin banyak refrigerant
yang mencair pula. Saat keluar kondensor refrigerant diharapkan berfasa cair
seluruhnya.

Besarnya kalor yang dibuang di kondensor dapat dinyataka melalui


persamaan berikut.

Qc = ṁ (h2 – h3) ..........................................(2.3)

Dimana:
Qc = besarnya kalor yang dibuang oleh kondensor (kW)
ṁ = laju aliran refrigerant pada sistem (kg/s)
h2 = enthalpi refrigerant saat masuk kondensor (kJ/kg)
h3 = enthalpi refrigerant saat keluar kondensor (kJ/kg)

2.4.3 Proses Ekspansi


Setelah refrigerant melepas kalor di kondensor, refrigerant berfasa cair
akan mengalir menuju katup ekspansi untuk diturunkan temperatur dan
tekanannya. Idealnya temperatur yang dihasilkan lebih rendah dari pada
temperatur lingkungan, sehingga dapat menyerap kalor pada saat berada di
evaporator. Dalam proses ekspansi tidak terjadi penerimaan atau pelepasan energi
(entalpi konstan). Dibuktikan dengan persamaan tersebut:

h3 = h4 ...............................................(2.4)

Dimana:

h3 = enthalpi refrigerant saat masuk katup ekspansi (kJ/kg)

h4 = enthalpi refrigerant saat keluar katup ekspansi (kJ/kg)

2.4.4 Proses Evaporasi


Setelah keluar dari alat ekspansi kemudian refrigerant yang berfasa
campuran dialirkan ke evaporator. Pada kondisi ini refrigerant memiliki tekanan
11

yang rendah, sehingga temperatur refrigerant berada di bawah temperatur


ruangan, lingkungan atau produk yang didinginkan. Kalor kemudian terserap oleh
refrigerant kemudian refrigeran berubah fasanya menjadi uap.

Proses evaporasi pada siklus ideal terjadi secara isothermal dan isobar.
Besarnya kalor yang diserap oleh refrigerant di evaporator dapat ditentukan
berdasarkan persamaan:

Qe = ṁ (h1 – h4) .................................. (2.5)

Selain itu, untuk mengetahui efek refrigerasi dapat ditentukan dengan


rumus:

qe = h1 – h4 .......................................(2.6)

Dimana:
Qe = kapasitas evaporator, besar kalor yang diserap evaporator (kJ/kg)
qe = efek refrigerasi (kJ/kg)
ṁ = laju massa aliran refrigerant (kg/s)
h1 = enthalpi refrigerant saat keluar evaporator (kJ/kg)
h4 = enthalpi refrigerant saat masuk evaporator (kJ/kg)

2.4.5 Laju Aliran Massa Refrigerant


ṁ refrigerant .................(2.7)

Dimana:
ṁ refrigerant = laju aliran massa refrigerant (kg/s)
Pkomp = kapasitas daya kompresor (kW)
qw = besarnya kerja kompresor persatuan massa refrigerant (kJ/kg)
12

2.4.6 Koefisien Performansi Sistem


Performansi suatu sistem refrigerasi disebut dengan Coefficient of
Performance (COP). Besaran ini menyatakan kemampuan sistem untuk menarik
kalor dari ruangan ke evaporator. COP terbagi menjadi 2 macam yaitu COPcarnot
dan COPaktual, COPcarnot merupakan COP maksimum yang dapat dimiliki oleh
sistem. COPcarnot dapat diketahui dengan menggunakan persamaan:

COPcarnot = .........................(2.8)

Dimana:
COPcarnot= COP maksimum yang dapat dimiliki oleh sistem
Te = temperatur evaporator (K)
Tk = temperature kondensor (K)

Sedangkan COPaktual merupakan nilai COP sebenarnya, yaitu perbandingan


antara besarnya kalor dari lingkungan yang dapat diambil oleh evaporator dengan
kerja kompresor yang harus diberikan disebut sebagai koefisien performansi
sistem Coefficient of Performance (COP) dapat ditentukan berdasarkan persamaan
berikut:
COPaktual = ..................................(2.9)

Dimana:
COPaktual= COP sistem yang sebenarnya
qe = efek refrigerasi (kJ/kg)
qw = besarnya kerja kompresor persatuan massa refrigerant (kJ/kg)
h1 = entalpi refrigerant saat masuk kompresor (kJ/kg)
h2 = entalpin refrigerant saat masuk kondensor (kJ/kg)
h4 = entalpi refrigerant saat masuk evaporator (kJ/kg)

2.4.7 Efesiensi Kinerja Sistem


Efesiensi kinerja sistem merupakan hasil dari perbandingan nilai COPcarnot
dan COPaktual, dengan persamaan:

ŋ= x 100% ......................(2.10)

Dimana:
13

ŋ = efesiensi kinerja sistem (%)


COPaktual = COP sistem yang sebenarnya
COPcarnot = COP maksimum yang dapat dimiliki oleh sistem

2.5 Perhitungan Cooling Load

Cooling Load (beban pendinginan) adalah kuantitas kalor yang harus


dikeluarkan atau dipindahkan dari udara ruangan atau materi sehingga kondisi
ruangan sesuai dengan kondisi rancangan. Dengan kata lain, beban pendinginan
adalah laju dimana kalor laten dan sensible yang harus dilepaskan dari sebuah
ruang untuk mempertahankan temperatur udara kering (dry-bulb air temperature)
dan tingkat kelembapan relatif (relative humidity/ RH). Kalor sensible yang
masuk pada celah ruang menyebabkan suhu udara meningkat sementara kalor
laten dikaitkan dengan peningkatan kadar air.

Beban pendinginan pada peralatan pendingin jarang dihasilkan dari salah


satu sumber panas tunggal. Beberapa sumber panas yang lebih umum yang
memasok beban pada peralatan pendingin adalah beban dinding, produk, tempat
produk, peralatan lektronik dan lain-lain.

2.5.1 Beban Dinding

Q = U . A . ΔT ................................(2.11)

1
...........................(2.12)
f fo

Dimana:
Q = beban pendinginan pada dinding (kW)
U = koefisien perpindahan panas (W/m2.K)
A = luas dinding bagian luar (m2)
ΔT = perubahan temperatur (K)
X = thickness (m)
fi = still air surface (W/m2.K)
fo = moving air surface (W/m2.K)
14

2.5.2 Beban Produk

Qproduk = dan Q3 = (2.13)

Dimana:
qproduk = jumlah panas dari produk (kJ)
Qproduk = kapasitas pendinginan produk (kW)
M = massa produk (Kg)
Cp = nilai kalor spesifik cokelat (kJ/Kg.K)
∆T = perubahan temperatur (K)
∆t = perubahan waktu (s)

2.5.3 Beban Silicone

qsilicone = M .Cp. ∆T....................................(2.14)

Qsilicone = .................................... (2.15)

Dimana:
qsilicone = jumlah panas dari silicone (kJ)
Qsilicone = kapasitas pendingin silicone(kW)
M = massa silicone (kg)
Cp = nilai kalor spesifik silicone (kJ/Kg.K)
∆T = perubahan temperatur (K)
∆t = perubahan waktu (s)

2.5.4 Beban Evaporator

Qevap = Qtotal load + Safety Factor ............. (2.16)

Dimana:
Qevap = = kapasitas total evaporator, besar kalor total yang diserap
evaporator (kW)
Qtotal load = total kapasitas pendinginan pada sistem (kW)
Safety Factor = faktor keamanan pada sistem (5-10%)
15

2.5.5 Laju Airan Massa Air

Qe = . Cp . ∆T ........................................... (2.17)

ṁ air = ............................................... (2.18)

Dimana:

Qe = kapasitas total evaporator, besar kalor yang diserap evaporator (kW)


ṁ air = laju aliran massa air (Kg/s)
m = massa air (Kg)
∆T = perubahan temperatur (K)
∆t = waktu yang diperlukan (s)
Cp = kalor jenis air (kJ/Kg.K)

2.6 Perhitungan Komsumsi Daya dan Biaya

Untuk mengetahui konsumsi daya yang digunakan oleh kompresor dapat


menggunakan persamaan:

P = V x I x Cos θ ...................................................................... (2.19)

Dimana:
P = daya yang dikonsumsi (W)
V = tegangan listrik (V)
I = arus listrik (A)
Cos θ = faktor Daya 0.8 (belo, da costa 2016)

Sedangkan untuk mengetahui konsumsi daya listrik kompresor setiap hari


dapat dihitung dengan rumus:

Pemakaian per hari = P/1000 x Waktu Pemakaian................... (2.20)

Pemakaian per bulan = Pemakaian Per Hari x 30 hari ............. (2.21)

Untuk menghitung konsumsi daya listrik yang digunakan dihitung dengan


persamaan:

Biaya perhari = daya listrik x pemakaian perhari x (TDL) ......................... (2.22)


16

2.7 Pengertian perpindahan panas

Perpindahan panas adalah energi yang ditransfer karena perbedaan suhu.


Energi bergerak dari daerah bersuhu lebih tinggi ke wilayah bersuhu lebih rendah
dengan satu atau lebih dari tiga mode: konduksi, radiasi, dan konveksi. (ASHRAE
Handbook, 2012).

2.7.1 Konduksi

Konduksi merupakan perpindahan kalor dengan zat penghantar yang


tanpa disertai perpindahan bagian-bagian zat tersebut. Perpindahan kalor konduksi
umumnya terjadi pada zat padat.

2.7.2 Radiasi

Radiasi merupakan perpindahan kalor tanpa membutuhkan zat perantara


atau disebut dengan pancaran kalor. Radiasi hanya terjadi di dalam gas atau pada
ruang hampa.

2.7.3 Konveksi

Konveksi adalah perpindahan kalor dengan zat penghantar disertai adanya


perpindahan bagian-bagian zat tersebut. Umumnya terjadi pada zat cair maupun
gas.

2.8 Tinjauan Pustaka


Dalam mengerjakan tugas akhir inidiperlukan hasil-hasil penelitian yang ada
sebelumnya yang berkaitan dengan tugas akhir ini.

(Novrinaldi et al., 2008) dalam penelitian yang berjudul “Desain dan


Perancangan Tempering Machine Cokelat Kapasitas 20 Kg” bahwa proses
perlakuan suhu (menaikan dan menurunkan suhu cokelat) yang dilakukan secara
bertahap ini bertujuan agar produk akhir nantinya tidak mengalami kerusakan
(blooming). Pada tahapan awal penurunan suhu cokelat dari 50°C ke suhu 27 °C
dilakukan dalam waktu berkisar antara 8-10 menit. Hal ini menghindari kerusakan
sifat kimia adonan cokelat sebagai akibat penurunan paska suhu cokelat
17

menggunkan medium air, dengan kata lain penurunan ini juga untuk menstabilkan
kondisi cokelat.

(Esther et al., 2010) dalam penelitian yang berjudul “Chocolate Demoulding


and Effects of Process ng Cond t ons” menyatakan bahwa waktu yang diperlukan
untuk pendinginan cokelat tergantung pada laju perpindahan panas dari produk,
yang pada gilirannya tergantung suhu dan laju aliran pendingin. Seperti yang
dijelaskan oleh Nelson (1999). Proses pendinginan tidak boleh telalu lama untuk
mencegah kualitas cokelat yang buruk. Suhu ideal cokelat berkisaran 23°C - 27
°C, jika suhu cokelat terlalu rendah, ada peningkatan resiko dat bloom dan hasil
akhir yang kusam pada permukaan cokelat. Oleh karena itu, penggunaan waktu
dan suhu pendinginan yang tepat sangat penting untuk memastikan bahwa proses
kristalisasi yang benar dapat dilakukan.

Semakin berkembangnya teknologi mesin pengkondisian sudah mengalami


perkembangan yang pesat. Mulai dari sistem direct exspansion untuk skala kecil
hingga water chiller untuk skala besar. Alat pengkondisian yang mampu
mengkondisikan udara yang berkapasitas besar salah satunya system pendingin
chiller (Metty et al., 2010). Chiller merupakan sebuah mesin yang mempunyai
fungsi utama yaitu mendinginkan air pada koil evaporator (Dharma, 2000).

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan


performansi dari sistem pengkondisian suhu dengan memanfaatkan media
pendingin air sudah dilakukan, antara lain penelitian mengenai pengaruh media
pendingin air dan debit aliran air terhadap kemampuan kinerja mesin water cooled
chiller, dan diperoleh hasil berupa terjadi peningkatan Coeficient of Performance
(COP) yang cukup signifikan dari mesin water cooled chiller yang menggunakan
media pendingin air seiring dengan peningkatan debit aliran (Ridhuan & Angga,
2015). Pemanfaatan air yang digunakan untuk mendinginkan produk yang
dilakukan dengan menggunakan metode penyemprotan menunjukan bahwa terjadi
peningkatan koefisien prestasi mesin (Zhu et al., 2015).
18

2.9 Perhitungan Pipa Evaporator

Untuk pembuatan evaporator perlu diperhitungkan berapa panajang pipa yang


dibutuhkan agar temperatur yang diinginkan dapat tercapai. Pada evaporator ini
fluida yang digunakan adalah refrigerant R-22, maka rumus perpindahan panas
yang digunakan adalah sebagai berikut:

Perhatikan gambar berikut :

Gambar 2. 3 Skematik Perpindahan Kalor Pada evaporator


(Sumber : Maulana, Ahmad. 2005)

Menurut Ahmad Maulana (2005), rumus perpindahan panas yang sesuai


dengan kasus pada gambar tersebut diatas adalah sebagai berikut :

................................ (2.23)

Dimana :

q = energi panas yang dilepas evaporator


= perbedaan temperatur lingkungan dan kabin (K)
= phi, dengan nilai 22/7 atau 3,14
ha = koefisien konveksi fluida A (W/m2.K)
19

hb = koefisien konveksi fluida B (W/m2.K)


ri = jari-jari dalam pipa dalam evaporator (m)
ro = jari-jari luar pipa dalam evaporator (m)
di = diameter dalam pipa dalam evaporator (m)
do = diameter luar pipa dalam evaporator (m)
k = konduktivitas termal pipa tembaga = 386 W/m.K
Fluida A, air yang berada diluar pipa evaporator mengalir secara paksa
dikarenakan ada pompa yang mendorongnya, dan begitu pula dengan fluida B,
refrigerant dalam pipa evaporator mengalir secara paksa karena dikompres atau
ditekan oleh kompresor. Koefisien konveksi AdanB karena alirannya adalah
koveksi paksa, maka koefisien konveksi A, ha, dan B, hb itu dihitung berdasarkan
rumus koefisien konveksi paksa :

ha = .................................(2.24)

Dimana :
Nu = angka Nusselt
k = konduktivitas termal fluida A (W/m.K)
do = diameter luar pipa evaporator (m)

dan untuk menentukan angka Prandtl adalah dengan rumus :

Pr= .......................................... (2.25)

Dimana :
cp = kalor spesifik fluida (kJ/Kg.K)
µ = viskositas dinamis(Ns/m2)
k = konduktifitas termal fluida (W/m.K)

Re = ..............................................(2.26)

Dimana :
= massa jenis fluida (kg/m3)
v = kecepatan fluida (m/s)
d = diameter dalam pipa (m)
20

menurut Dittus dan Boelter, untuk menghitung angka Nusselt menggunakan


rumus berikut :
Nu = 0,023 Re0,8 Prn.....................(2.27)
Dimana :
Re = angka Reynolds
Pr = angka Prandtl
n = 0,4 untuk pemanasan dan 0,3 untuk pendinginan
untuk menghitung nilai dari (Gr.Pr) tersebut dihitung dengan menggunakan
rumus :

(Gr.Pr) = Pr .....................(2.28)

Dimana :
= percepatan gravitasi (m/s2)

= , koefisien panas (K-1)

Tw = temperatur dinding luar pipa evaporator (K)


T∞ = temperatur lingkungan (K)
d = diameter luar pipa evaporator (m)
Pr = angka Prantdl
v = visikositas kinematis (m2/s)
Dimana semua sifat-sifat air pada rumus diatas dilihat dari temperatur film Tf,
yang didefinisikan sebagai :

Tf = ..............................(2.29)

Dimana :
Tf = temperatur film fluida (K)
Tw = temperatur fluida (K)
T∞ = temperatur lingkungan (K)

Menurut Ahmad Maulana (2005) untuk menentukan koefisien konveksi dari


fluida B tidak sama dengan koefisien konveksi dari pada fluida A. Hal ini
dikarenakan bahwa pada fluida B atau refrigerant R-22 mengalami pendidihan,
berbeda dengan fluida A yang hanya menurunkan temperaturnya saja, tidak
21

mengalami pendidihan. Sehingga koefisien konveksi pada fluida B merupakan


koefisien konveksi didih (h boiling).

Berikut persamaan yang digunakan untuk mengetahui nialai hb :

hb = 0,62* + ..............................................(2.30)

Dimana :
kg = konduktivitas termal fluida gas (W/m.K)
pv = massa jenis fluida uap jenuh (kg/m3)
p1 = massa jenis fluida cair jenuh (kg/m3)
hfg = enthalpi penguapan (kJ/Kg)
g = percepatan gravitasi = 9.8 m/s2
cpv = kalor spesifik uap (kJ/Kg.K)
x = beda temperatur dinding pipa deangan fluida (K)
Di = diameter dalam pipa dalam evaporator (m)
µv = viskositas kinematikl fluida uap (Pa.s)
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Flow Chart
Dalam proses penyelesaian tugas akhir ini agar tercapainya tujuan maka
penulis membuat metodologi agar tersetruktur dan sistematik dengan diagram
aliran (Flow Chart).

mulai

Perancangan Mini
Studi Literatur Chiller

Pemasangan
Cek Kebocoran Komponen dan
Instalasi Pemipaan

Instalasi Kelistrikan
Tidak
dan Pemasangan
Kontrol Arduino

Running Test Iya

Pengambilan Data

Hasil dan Pembahasan

Selesai

Gambar 3. 1 Diagram Alir ( Flow Chart) Pelaksanaan Penelitian

22
23

3.2 Studi Literatur

1. Metode literatur / pustaka. Penulis melakukan kajian teoritis berdasarkan


literatur yang relevan untuk menghasilkan analisa yang tepat dan
berhubungan dengan tugas akhir ini.
2. Metode diskusi dan konsultasi. Penulisan melakukan diskusi, tanya jawab
dan konsultasi dengan pembimbing dan semua pihak tentang perancangan
ini.
3. Mencari informasi tambahan sehubungan dengan tugas akhir kepada teman,
dosen, sebagai perbandingan untuk masukan dalam pengerjaan tugas akhir
ini.

3.3 Perancangan mini chiller


Perancangan dilakukan setelah memperoleh pengetahuan dari literatur-
literatur yang dapat di percaya sebagai dasar dari pembuatan trainer ini.
Perancangan mini chiller terdiri dari data rancangan yang meliputi perhitungan
cooling load, perhitungan performansi sistem berdasarkan diagram P-h,
perhitungan temperatur air, perhitungan panjang evaporator, wiring pemipaan,
wiring kelistrikan dan desain mini chiller.

3.3.1 Data rancangan

Data rancangan digunakan sebagai acuan untuk melakukan sebuah


rancangan terhadap pembuatan mini chiller dengan menentukan variable yang
akan didesain dan variavel yang mendukung untuk melakukan perancangan alat
tersebut.
Perancangan mini chiller dengan beban 2kg cokelat panas dengan
menggunakan cetakan cube trays membutuhkan kabin berukuran 47x28x40 cm.
Dengan metode pendinginan spray diharapkan dapat mendinginkan cokelat
selama waktu 10 menit.
Berdasarkan permasalahan ini temperatur yang harus dicapai pada produk
cokelat adalah 25-28 °C.
24

Tabel 3. 1 Data rancangan

Parameter Rancangan (°C)

Temperatur kabin 11

Temperatur kondensor 50

Temperatur evaporator 5

Temperatur produk cokelat dingin 27

Temperatur produk cokelat panas 50

1. Perhitungan Cooling Load


Berikut perhitungan Cooling Load Mini Chiller :
a. Q Dinding
Berdasarkan konduktivitas termal pada lampiran,
Diketahui :
fi (Still Air) = 9,37 W/m2.K
fo (Moving Air) = 34,10 W/m2.K
T.Lingkungan = 304 °K = 31 °C
T.Produk = 300 °K = 27 °C

Tabel 3. 2 Lapisan dan Thermal Conduktivitas

Data Perancangan Konstruksi Kabin

Ketebalan Konduktivitas(W/m.K)
No Konstruksi kabin
(m)
2 Glass fiber 0,0025 0,036
3 Polyurethane 0,025 0,025
4 Glass fiber 0,0025 0,036

Untuk mengetahui nilai beban dinding menggunakan persamaan (2.12) dan


untuk mengetahui koefisien perpindahan panas menggunakan persamaan (2.11),
dengan penyelesaian sebagi berikut :
25

b. Q produk
Diketahui :
M produk = 2 Kg
Cp above = 3,09 kJ/Kg.k
Cp below = 2,76 kJ/Kg.k
Cp laten = 334,9 kJ/Kg.k
T1 = 50 °C = 323 °K
T2 = 27°C = 300 °K
= 23 °K
∆t = 10 menit = 600 detik
Untuk menentukan beban produk menggunakan persamaan (2.13) berikut
penyelesaiannya :

Q1

Q2

Q3

Qproduk
26

c. Q silicone
Diketahui :
M silicon = 0,8 Kg (@200 gr)
Cp silicon = 0,703 kJ/Kg.K
T1 = 50 °C = 323 °K
T2 = 27 °C = 300 °K
= 23 °K
∆t = 10 menit = 600 detik

Tabel 3. 3 Zat dan Nilai Kalor Jenis

Untuk menentukan beban produk menggunakan persamaan (2.15) berikut


penyelesaiannya :

Qsilicone
27

d. Q Total Load

e. Tentukan Qevap dengan persamaan (2.16)

f. Tentukan ṁ air dengan persamaan (2.18)

Penyelesaian :

2. Perhitungan Performansi Sistem Berdasarkan Diagram P-h


Diketahui :
Refrigerant : R-22
Temperatur kondensor : 50 °C
Temperatur evaporator : 5 °C
h1 = 407 kJ/Kg
h2 = 437 kJ/Kg
h3 = 263 kJ/Kg
h4 = 263 kJ/Kg

a. Untuk mengetahui qe dengan menggunakan persamaan (2.6)


28

qe = h1 – h4
= 407 kJ/Kg - 263 kJ/Kg
= 144 kJ/Kg

b. Tentukan ṁ refrigerant

ṁ refrigerant =

= 0,012 Kg/s

c. Tentukan Qw dengan persamaan (2.1)


Daya kompresor (Qw)
Qw = ṁ refrigerant x (h2 –h1)
= 0,012 Kg/s x (437 kJ/Kg -407 kJ/Kg)
= 0,012 Kg/s x 30 kJ/Kg
= 0,36 kW = 0,48 PK

d. Tentukan nilai Qc dengan persamaan (2.3)


Qc = ṁ refrigerant x (h2 – h3)
= 0,012 Kg/s x ( 437 kJ/Kg – 263 kJ/Kg)
= 0,012 Kg/s x 174 kJ/Kg
= 2,08 kW

e. Untuk mengetahui COPcarnot menggunakan persamaan (2.8)

COPcarnot =

= 6,1

f. Untuk mengetahui COPaktual menggunakan persamaan (2.9)


COPaktual =

= 4,8
29

g. Untuk mengetahui efesiensi sistem dapat diketahui dengan menggunakan


persamaan (2.10)

ŋ = x 100%

= x 100%

= 78 %

3. Perhitungan Temperatur Rancangan Air

Perhitungan temperatur rancangan air sangat diperlukan dalam perancangan


mini chiller, karena dalam hal ini air merupakan fluida kedua dalam sistem mini
chiller hasil dari perhitungan dapat dijadikan acuan untuk temperatur keluaran
pada evaporator (pemipaan air) agar mencapai temperatur yang di ingikan yaitu
25 °C sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan persamaan
perpindahan kalor (2.14) temperatur rancangan air adalah sebagai berikut :
Diketahui :

Q1 = kalor yang dihasilkan oleh silicone (J)


Q2 = kalor yang dihasilkan oleh air (J)
a. Tentukan Q1
Q1 = M x Cp x
= 0,8 Kg x 703 J/Kg.°C x (50 – 27) °C
= 562,4 J/°C x 23 °C
= 13.497,6 J
b. Tentukan Q2
Q1 = M x Cp x
= 15 Kg x 4.194 J/Kg.°C x (11°C – T2)
= 62.910 J/°C x (11°C – T2 )
= 692.010 J – 62.910 T2
c. Menghitung menggunakan persamaan Q1 = Q2
Q1 = Q2
13.497,6 J = 692.010 J – 62.910 T2
62.910 T2 = 692.010 J – 13.497,6 J
30

T2 =

T2 = 10,7 °C
Jadi, untuk mencapai temperatur 25 °C pada silicone cokelat dibutuhkan
temperatur rancangan air yaitu 10,7 °C.

4. Perhitungan Panjang Evaporator


Pada rancang bangun mini chiller ini terdapat 2 fluida, fluida yang utama
yaitu refrigerant R-22 dan air sebagai fluida kedua. Dalam hal ini refrigerant
mendinginkan air, sehingga setelah melewati evaporator air lebih dingin. Berikut
ini adalah langkah-langkah dalam menghitung panjang pipa evaporator.
1) Tentukan besarnya energi kalor yang diserap refrigerant yang terevaporasi
pada evaporator (qevap).dimana besarnya qevap tersebut, sudah dihitung pada sub
sub-bab 3.3.1.1, dengan hasil qevap = 1.770 watt.
2) Tentukan temperatur film fluida A, dalam hal ini adalah air dengan
persamaan (2.29)

Tf = = = 293K

3) Tentukan angka Prandtl dengan persamaan (2.25)


Pr=

Dimana pada temperatur 293 K, dari tabel pada lampiran 5 didapat nilai :
cp = 4,182kJ/Kg
µ = 0,001003 Ns/m2
k = 0,598 W/m.K

Pr =

= 0,007
4) Tentukan (Gr.Pr) dengan persamaan (2.28)

(Gr.Pr) = Pr

Untuk mengetahui nilai viskositas kinematis dengan cara berikut


V =

= 0,000001 m2/s
31

Dan diketahui : g = 9,8 m/s2


= 1/(293) = 0,00341 K-1
Pr = 0,007
d = 0,009525 m
Tw = 283 K
T∞ = 303 K
Maka :

(Gr.Pr) = (0,007)

= 4031
5) Tentukan angka Reynolds dengan persamaan (2.24)

Re =

Diketahui : = 998,29 Kg/m3


v = 0,00057 m/s
di = 0,008825 m
µ = 0,001003 N.s/m2
Maka :

Re =

= 5,03
6) Tentukan Nusselt number dengan persamaan (2.27)
Nu = 0,023.Re0,8Prn
= 0,023 x 5,030,8 x 0,0070,3
= 0,02
7) Tentukan koefisien konveksi fluida A, ha dengan persamaan (2.24)

ha =

= 810,4
8) Tentukan koefisien konveksi fluida B, dalam hal ini adalah refrigerant jenis
R-22 (hb) dengan persamaan (2.30)
32

hb = 0,62* +

Dimana pada temperatur film 291 K, dari tabel ASHRAE handbook 2013 pada
lampiran didapat nilai : kg = 10,77 W/m.K
= 36,36 kg/m3
= 1217,4 kg/m3
g = 9,8 m/s2
hfg = 441,07 kJ/kg
cpv = 0,828 kJ/kg.K
µv = 12,33 Pa.s
di = 0,008825 m
x = Tf - Tw
= 291 – 278
= 13 K
Maka :

hb = 0,62* +

= 395,4 W/m2.K
9) Tentukan dengan persamaan (2.23)

=
( )

= 150,87 W/m
10) Tentukan L
L =

= 11 m
33

3.3.2 Skematik Pemipaan Mini Chiller

Pemipaan pada sistem harus dirancang sesuai dengan bentuk dan


ketersediaan tempat yang ada, agar kebutuhan bahan bisa disesuaikan dengan
rancangan sehingga meminimalisir penggunaan bahan yang berlebihan. Pada mini
chiller, pipa tembaga yang digunakan pada discarge line berukuran ¼ inch dan
pada suction line 3/8 inch,sedangkan pada jalur air menggunakan selang PE yang
berukuran 7mm dan 11mm. Dibawah ini merupakan skematik dari mini chiller
tersebut.

Gambar 3. 2 Skematik Sistem Mini Chiller

Keterangan :
= Fluida gas bertekanan tinggi
= Fluida gas dan cair bertekanan tinggi
= Fluida gas dan cair bertekanan rendah
= Fluida gas bertekanan rendah
34

3.3.3 Wiring Kelistrikan Mini Chiller

Berikut adalah wiring kelistrikan pada mini chiller, skematik ini bertujuan
untuk mempermudah pemasangann kelistrikan pada panel box.

Gambar 3. 3 Wiring Kelistrikan Mini Chiller

3.3.4 Desain Mini Chiler

Desain mini chiller dibuat seminimalis mungkin dengan mengikuti bentuk


rancangan pemipaan. Mini chiller ini mempunyai 2 kabin dengan metode
pendinginan yang berbeda yaitu metode spray dan dx System, pada saat system
running tidak mendinginkan 2 kabin secara bersamaan, melaikan bergantian
dengan mengatur bukaan hand valve. Sehingga mampu mencapai temperatur
dengan waktu yang sangat singkat.

Gambar 3. 4 Desain Mini Chiller


35

3.4 Prosedur Operasional Mini Chiller


Berikut alah langkah-langkah untuk mengoperasikan mini chiller :
1. Sambungkan steker yang tersambung pada MCB ke sumber arus listrik.
2. Tekan push button yang berwarna hijau (start).
3. Setelah di tekan pastikan kompresor menyala, jika keadaan abnormal atau
kompresor tidak menyala ukur arus listrik pada bagian kompresor
menggunakan alat ukur tang ampere jangan melebihi batas arus listrik yang
ada di nameplate, jika hasil pengukuran masil dalam batas toleransi cek
bagian kelistrikan pada panel box apakah ada kabel yang terputus, jika ada
sambungkan terlebih dahulu sesuai dengan wiring kelistrikan pada gambar
3.2.
4. Selanjutnya mengoperasikan kontrol arduino.
5. Selanjutnya tekan tombol push button yang berwarna merah untuk
mengoperasikan pompa untuk metode spray, apabila ingin mengoperasikan
metode dx System tekan tombol push button yang berwarna hijau untuk
mengoperasikan fan.
6. Selanjutnya putar hand valve untuk membuka aliran refrigeran yang
bersirkulasi menuju bagian coil yang ada di water tank untuk metode spray,
apabila ingin mengoperasikan metode dx System putar hand valve untuk
membuka coil yang menuju ke metode dx System.
7. Jika penggunaan mini chiller dianggap sudah selesai, tutup kembali hand
valve.
8. Selanjutnya cabut adaptor yang terkoneksi kedalam sistem.
9. Setelah itu tekan tombol push button yang berwarna merah (stop) untuk
menghentikan kerja sistem.
10. Cabutlah steker dari sumber arus listrik.

3.5 Carar Kerja Mini Chiller

Berdasarkan desain mini chiller pada gambar 3.3 diatas, berikut adalah
uraian cara kerja mini chiller. Dalam metode penelitian kali ini terdapat 2 metode
yaitu :
36

1. Metode spray
Penarikan panas atau kalor di mulai pada evaporator, refrigerant R-22 yang
merupakan refrigeran primer bersirkulasi didalam coil evaporator, sedangkan air
yang merupakan refrigeran sekunder merendam seluruh permukaan luar coil
evaporator. Pada evaporator berlangsung proses pertukaran kalor antara
refrigerant dan air, kalor dari refrigeran sekunder diserap oleh refrigeran primer
sehingga setelah keluar dari evaporator temperatur menurun sehingga air menjadi
lebih dingin.
Air yang sudah menjadi dingin tersebut lalu disirkulasikan menuju kabin
dibantu oleh pompa dengan metode spray untuk mendinginkan cokelat panas
dengan temperatur cokelat 50°C dan untuk temperatur air 8°C - 11°C dalam
pendinginan tersebut memerlukan waktu 10 menit untuk mencapai suhu yang
dinginkan.
2. Metode dx System
Penarikan panas atau kalor di mulai pada evaporator, dengan menggunakan
fluida refrigerant R-22 bersirkulasi didalam coil evaporator, lalu diberikan
hembusan udara dari fan yang menyebar kedalam kabin untuk mencapai
temperatur yang dinginkan.
Ketika kabin sudah mencapai temperatur 8°C - 11°C untuk mendinginkan
cokelat panas dengan temperature cokelat 50°C dalam pendinginan tersebut
memerlukan waktu 10 menit untuk mencapai suhu yang dinginkan.

3.6 Pemilihan Alat dan Bahan


Tahapan selanjutnya adalah pemilihan alat dan bahan yang akan digunakan
untuk membuat mini chiller, pemilihan alat harus sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan, sedangkan untuk pemilihan bahan harus menyesuaikan dengan
kebutuhan rancangan.

3.6.1 Alat
Berikut adalah tabel daftar alat yang digunakan untuk membuat mini
chiller :
37

Tabel 3. 4 Alat yang digunakan

No Nama Alat No Nama Alat


1 Las Listrik 16 Bending
2 Kepala Las Portable 17 Tang Ampere
3 Gerinda 18 Tang Potong
4 Kunci Pas 19 Tang Cutting Kabel
5 Kunci Inggris 20 Cutting Pipe
6 Obeng +/- 21 Cutting Capilary Tube
7 Palu Besi 22 Manifold Gauge R-22
8 Bor Tangan 23 Pompa Vacum
9 Kuas cat 24 Flaring
10 Meteran 25 Swagging
11 Penggaris Siku 26 Gergaji Kayu
12 Spidol 27 Korek
13 Solder 28 Tespen
14 Gas Portable 29 Gunting
15 Tang kombinasi 30 Vacuum Gauge

3.6.2 Bahan
Berikut adalah tabel daftar bahan yang digunakan untuk membuat mini
chiller :
Tabel 3. 5 Bahan yang digunakan

No Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan


1 Besi hollow - 11 Pcs

½ PK Pcs
2 Kompresor 1
Refrigerant: R-22

3 Cat coklat - 4 Pcs

4 Skyrup gypsum 6 x 1" 20 Pcs

5 Thinner - 3 Pcs

6 Kuas 1 1/2" 1 Pcs

7 Triplek 3 mm 2 Pcs

8 Baut baja ringan 10 x 19 mm 50 Pcs


38

9 Adaptor 1A 1 Pcs

10 Sensor suhu - 1 Pcs

- 1 Pcs
11 Male to male kabel jumper
400 tie point 1 Pcs
12 Mini breadboard

13 Relay 5V 1 Pcs

14 Arduino Uno - 1 Pcs

- 1 Pcs
15 LCD blue backlight
R-22 1 Kg
16 Refrigerant

17 Cooler Box 47,5 x 28 x 40,5cm 1 Pcs

18 Hand Valve 1/4" 1 Pcs

19 Hand Valve 3/8" 1 Pcs

20 Pompa dinamo 12 V 1 Pcs

21 Pipa tembaga 1/4" 18 Meter

22 Pipa tembaga 3/8" 8 Meter

23 Elbow 1/4" 8 Pcs

24 Elbow 3/8" 11 Pcs

25 Tee 1/4" 2 Pcs

26 Duct Tape Lem 1 Pcs

27 Duct Tape Non Lem 3 Pcs

28 Superlon 1/4" x 3/8" 2 Pcs

29 Superlon 3/8" x 3/8" 2 Pcs

30 Tee 3/8" 2 Pcs

31 Perak las - 4 Pcs

32 Baut dan Ring Besi 4 Pcs

33 Cooling fan AC - 2 Pcs


39

34 Langseng Stainless steel 1 Pcs


35 Lem sealent - 2 Pcs
Tebal: 3 mm Panjang:
36 Armaflex sheet 90 cm 3 Pcs
Lebar: 120 cm
27 Box panel 20 cm x 30 cm 1 Pcs
38 Klem selang gas 1/2" 10 Pcs
39 Konektor tee fitting 7 mm 2 Pcs
Mist nozzle Spray Mini
40 - 7 Pcs
Chillerer
41 Reducer 11 mm 3 Pcs
42 Selang 11 mm 5 Meter
43 Selang 7 mm 3 Meter
44 Sock reducer 3/8" x 1/4" 4 Pcs
45 MCB 4A 1 Pcs
46 Push Button - 2 Pcs
47 Rell MCB - 1 Pcs
48 Cat hitam - 2 Pcs
49 Pompa air 15 Watt 5 Meter
50 Mini thermo digital - 8 Pcs
51 Double foam tape 24 mm 1 Pcs
52 Akrilik 2 mm 40 x 40 cm 10 Pcs

3.7 Detail Spesifikasi Unit


a. Kompresor
Spesifikasi kompresor:
1. Kompresor Scroll.
2. Tegangan 220-240 V.
3. Frekuensi 50 Hz.
4. Arus listrik 2.0 A.
5. Daya 385/435 W.
6. Refrigeran R-22.
40

7. Pipa suction line 3/8” dan pipa discharge line ¼”

Gambar 3. 5 Kompresor Scroll

b. Kondensor
Spesifilkasi kondensor :
1. Jenis kondensor air cooled.
2. Kapasitas kondensor 1/2 PK.
3. Pipa tembaga berukuran ¼” pada discharge line.

Gambar 3. 6 Kondensor

c. Evaporator
Spesifikasi evaporator :
1. Evaporator jenis bare tube evaporator
2. Pipa tembaga berukuran 3/8”
3. Panjang pipa 11 meter
41

Gambar 3. 7 Evaporator

d. Pipa Kapiler
Spesifikasi pipa kapiler
1. Panjang pipa kapiler 105”
2. Diameter pipa kapiler 0,054”

Gambar 3. 8 Pipa Kapiler

e. Refrigerant
Spesifikasi refrigerant :
Tabel 3. 6 Spesifikasi Refrigerant

SIFAT FISIK REFRIGERANT R22 (FREON)


FORMULA MOLEKUL CHCIF2
Berat Molekul 86,47
Titik Didih 101,3KPa (°C) -40,8
Titik Beku 101,3KPa -160
Densitas 30°C (kg/m3) 1174,2
Suhu Kritis (°C) 96,2
Tekanan Kritis (MPa) 4,99
ODP 0,0034
42

Gambar 3. 9 Refrigerant

3.8 Pembuatan Mini Chiller


Pada pembuatan mini chiller ini terdapat beberapa proses yaitu:
1. Pembuatan meja trainer
2. Pembuatan wiring pemipaan
3. Pembuatan Evaporator
4. Pembuatan panel box

3.8.1 Pembuatan Meja Trainer

Tahap pembuatan meja ini didesain berbentuk persegit panjang, pada


susun yang pertama digunakan penepatan 2 kabin dan panel box, sedangkan pada
susun ke dua untuk penempatan komponen utama siklus kompresi uap.

Gambar 3. 10 Meja Trainer Mini Chiller


43

3.8.2 Pembuatan Wiring Pemipaan

Pembuatan wiring pemipaan terdapat beberapa tahap :


1. Pengukuran pipa sesuai kebutuhan menggunakan mistar dan meteran.
2. Pemotongan pipa menggunakan cutting tube.
3. Pada sambungan nut ujung pipa di flaring menggunakan flaring tool.
4. Untuk sambungan pipa menggunakan pelebaran, pada ujung pipa dilakukan
swaging menggunakan swanging tool.
5. Jika semuanya sudah sesuai dengan kebutuhan sistem, lakukan tahap
pengelasan pada sambungan-sambungan pipa menggunakan bahan silver
yang di lelehkan menggunakan alat brazing.
6. Setelah itu uji tekanan, dengan mengisi N2 dengan manifold gauge.
7. Lalu lakukan tes kebocoran menggunakan air sabun yang dioleskan pada
seluruh permukaan pipa.
8. Jika tidak ada kebocoran langkah selanjutnya adalah vaacum selama +/- 30
menit, menggunakan pompa vakum.
9. Lalu lakukan pengisian refrigerant dengan refrigerant R-22 sebanyak 5 ons.
3.8.3 Pembuatan Evaporator
Pada tahap ini pembuatan evaporator jenis bare tube menggunakan pipa
berdiameter 3/8” dan panjang pipa disesuaikan dengan perhitungan sub-bab 3.3.1.

Gambar 3. 11 Pipa Evaporator

3.8.4 Pembuatan Panel Box


Pembuatan panel box menggunakan plat besi yang berbentuk persegi
panjang dengan ukutan 25x12x35 cm.
44

Gambar 3. 12 Panel Box

3.9 Pengujian Alat


Pengujian alat dilakukan setelah proses pembuatan telah selesai dilakukan.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat sudah berfungsi dengan
baik atau tidak. Jika alat tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka dilakukan
analisis kekurangan dari alat tersebut untuk kemudian diperbaiki agar dapat
berfungsi secara normal. Pengujian yang dilakukan antara lain :
1. Pengecekan sirkulasi pompa.
2. Mendeteksi kebocoran pada sambungan pipa
3. Pengecekan wiring kelistrikan
4. Melihat pembacaan alat ukur meliputi amperemeter, voltmete, dan arduino.

3.10 Pengambilan Data


Dalam Proses pengambilan data akan dilakukan pengukuran parameter-
parameter seperti temperatur, tekanan, tegangan dan arus listrik pada sistem. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui performansi yang didapat dari sistem pendinginan
mini chiller. Pengambilan data dilakukan setelah sistem dinyalakan selama 60
menit supaya saat produk masuk kedalam kabin, suhu kabin sudah dalam kondisi
ideal yaitu pada temperaturr 11˚C-8˚C. Dalam pengambilan data dilakukan selama
2 kali pengukuran. Pengukuran pertama dengan tanpa beban produk dan
pengukuran kedua dengan beban produk sebanyak 2 kg masing-masing selama 10
menit dengan rentang waktu 1 menit. Adapun titik pengukuran dan alat ukur yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Titik pengukuran
a. Tekanan suction dan discharge (Psi)
45

b. Temperatur in dan out kompresor (℃)


c. Temperatur in dan out evaporator (℃)
d. Temperatur in dan out kondensor (℃)
e. Temperatur kabin (℃)
f. Temperatur air didalam water tank (℃)
g. Temperatur produk (℃)
h. Temperatur lingkungan (℃)
i. Tegangan listrik total (Volt)
j. Arus listrik total (Ampere)
2. Alat ukur yang digunakan
a. Termometer digital
b. Tang ampere
c. Stopwatch
d. Manifold gauge
BAB IV
HASIL DAN PENELITIAN
4.1 Data Hasil Penelitian

Pengambilan data menggunakan metode spray dengan pengambilan data


pertama adalah tanpa beban produk dan yang kedua dengan beban produk cokelat
panas 2 kg. berikut hasil dari pengambilan data yang telah dilakukan adalah:

4.1.1 Data Kinerja Mini Chiller Tanpa Beban Produk

Pengambilan data yang pertama adalah pengambilan data mini chiller tanpa
beban produk hasil pengambilan data terdapat pada lampiran 1, didapatkan nilai
Tin dan Tout evaporator yaitu 5 °C dan 11,9 °C. Lalu, Tin dan Tout kondensor yaitu
44,9 °C dan 33,5 °C. Dari diagram P-h pada lampiran 7 didapatkan nilai :
h1 = 409 kJ/Kg h3 = 238 kJ/Kg
h2 = 439 kJ/Kg h4 = 238 kJ/Kg
Tk = 317,9 K Te = 278 K

Gambar 4. 1 Skematik Diagram P-h Tanpa Produk

Untuk mengetahui COP dari mini chiller tanpa beban produk dapat
diketahui dari uraian perhitungan sebagai berikut:

1. Menghitung kerja kompresi dengan menggunakan persamaan (2,2),yaitu :


qw = h2 – h1

46
47

= 439 – 409
= 30 kJ/Kg
2. Setelah qw diketahui, maka laju aliran massa refrigerant dapat dihitung dengan
cara :
Diketahui daya kompresor sistem ½ PK = 385 watt = 0,385kW

ṁ refrigerant =

= 0,013 Kg/s

3. Pembuangan panas dan kapasitas kalor yang dilepaskan oleh kondensor dapat
dinyatakan dengan persamaan(2.3), yaitu :
Qc = ṁ refrigerant x (h2 – h3)
= 0,013 Kg/s x (439 – 238) kJ/Kg
= 2,6 kW
4. Efek refrigerasi dan kapasitas evaporator dalam menyerap kalor dapat
dinyatakan dengan persamaan (2.5) dan (2.6), yaitu :
qe = h1 – h4
= 409 – 238
= 171 kJ/Kg
Qe = ṁ refrigerant x qc
= 0,013 Kg/s x 171 kJ/Kg
= 2,2 kW
5. Performansi sistem atau disebut coefficient of performance (COP) dapat
dihitung dengan persamaan (2.8) dan (2.9), yaitu sebagai berikut :

COPcarnot =

= 6,96
COPaktual =

= 5,7

47
48

6. Efesiensi sistem dapat dihitung dengan rumus yang terdapat pada persamaan
(2.10), yaitu:

ŋ = x 100%

= x 100%

= 82 %
7. Daya dan estimasi biaya yang dikeluarkan dalam waktu 1 bulan dapat
diketahui dengan persaman (2.19).
Berdasarkan tabel pengambilan data pada lampiran 1, diketahui :
V = 205 Volt
I = 1,6 A
Cos θ = 0,8
Waktu pemakaian = 10 menit = 0,166 jam

Maka :
P = V x I x Cos θ
= 205 V x 1,6 A x 0,8
= 262,4 Watt.h = 0,2624kWh
Untuk mengetahui listrik perhari dengan biaya 1 kWh sebesar Rp.
1.444,70,- (sumber dari PT PLN persero, 2022) dapat dihitung menggunakan
rumus :
Pemakaian perhari = x waktu pemakaian perhari

= x 0,166 jam

= 0,2624 x 0,166 jam


= 0,043 kWh
Pemakaian perbulan = 0,043 kWh x 30 hari
= 1,29 kWh
Sehingga untuk mengehitung biaya listrik yang digunakan dapat di hitung
dengan persamaan (2.22).
Biaya perhari = daya listrik x pemakaian perhari x TDL
= 0,2624 x 0,166x 1.444,70
= Rp. 62,92
49

Biaya perbulan = biaya perhari x 30 hari


= Rp. 62,92 x 30
= Rp. 1.887,6,-
Jadi, biaya yang dikeluarkan untuk perhari adalah Rp. 62,92,-. Maka, biaya
yang dikeluarkan dalam sebulan adalah Rp. 1.887,6,- untuk mini chiller tanpa
beban produk.

4.1.2 Data Kinerja Mini Chiller dengan Beban 2 kg Cokelat Panas

Pengambilan data yang kedua merupakan pengambilan yang dilakukan


selama 10 menit dalam keadaan normal, lalu masukan 2 kg cokelat panas yang
bertemperatur 50 °C kedalam kabin untuk mencapai target temperatur
pendinginan yaitu 27 °C. Hasil pengambilan data terdapat pada lampiran 2,
didapatkan nilai Tin dan Tout evaporator yaitu 5,8 °C dan 12,7 °C. Lalu, Tin dan Tout
kondensor yaitu 46 °C dan 35,8 °C. Dari diagram P-h pada lampiran 8 didapatkan
nilai :
h1 = 411 kJ/Kg h3 = 244 kJ/Kg
h2 = 441 kJ/Kg h4 = 244 kJ/Kg
Tk = 319 K Te = 278,8 K

Gambar 4. 2 Skematik Diagram P-h dengan Beban 2 kg Cokelat

Untuk mengetahui COP dari mini chiller dengan beban produk 2 kg cokelat
dapat diketahui dari uraian perhitungan sebagai berikut:

1. Menghitung kerja kompresi dengan menggunakan persamaan (2,2),yaitu :


50

qw = h2 – h1
= 441 – 411
= 30 kJ/Kg

2. Setelah qw diketahui, maka laju aliran massa refrigerant dapat dihitung dengan
cara :
Diketahui daya kompresor sistem ½ PK = 385 watt = 0,385kW

ṁ refrigerant =

= 0,013 Kg/s

3. Pembuangan panas dan kapasitas kalor yang dilepaskan oleh kondensor dapat
dinyatakan dengan persamaan(2.3), yaitu :
Qc = ṁ refrigerant x (h2 – h3)
= 0,013 Kg/s x (441 – 244) kJ/Kg
= 2,56 kW
4. Efek refrigerasi dan kapasitas evaporator dalam menyerap kalor dapat
dinyatakan dengan persamaan (2.5) dan (2.6), yaitu :
qe = h1 – h4
= 411 – 244
= 167 kJ/Kg
Qe = ṁ refrigerant x qc
= 0,013 Kg/s x 167 kJ/Kg
= 2,1 kW
5. Performansi sistem atau disebut coefficient of performance (COP) dapat
dihitung dengan persamaan (2.8) dan (2.9), yaitu sebagai berikut :

COPcarnot =

= 6,93
COPaktual =

=
51

= 5,56
6. Efesiensi sistem dapat dihitung dengan rumus yang terdapat pada persamaan
(2.10), yaitu:

ŋ = x 100%

= x 100%

= 80 %
7. Daya dan estimasi biaya yang dikeluarkan dalam waktu 1 bulan dapat
diketahui dengan persamaan (2.19).
Berdasarkan tabel pengambilan data pada lampiran 2, diketahui :
V = 211 Volt
I = 1,7 A
Cos θ = 0,8
Waktu = 10 menit = 0,166 jam
Maka :
P = V x I x Cos θ
= 211 V x 1,7 A x 0,8
= 286,9 Watt.h = 0,2869 kWh
Untuk mengetahui listrik perhari dengan biaya 1 kWh sebesar Rp.
1.444,70,- (sumber dari PT PLN persero, 2022) dapat dihitung menggunakan
rumus :
Pemakaian perhari = x waktu pemakaian

= x 0,166 jam

= 0,2869 x 0,166 jam


= 0,047 kWh
Pemakaian perbulan = 0,047 kWh x 30 hari
= 1,41 kWh
Sehingga untuk mengehitung biaya listrik yang digunakan dapat di hitung
dengan persamaan (2.22).

Biaya perhari = daya listrik x pemakaian perhari x TDL


= 0,2869 x 0,166 x 1.444,70
52

= Rp. 68,804,-
Biaya perbulan = biaya perhari x 30 hari
= Rp. 68,804 x 30
= Rp. 2.064,12,-
Jadi, biaya yang dikeluarkan untuk perhari adalah Rp. 68,804,-. Maka, biaya
yang dikeluarkan dalam sebulan adalah Rp. 2.064,12,- untuk mini chiller dengan
beban produk 2 kg cokelat panas.

4.2 Perbandingan Hasil Data


Perbandingan data meliputi perbandingan temperatur kabin, perbandingan
temperatur kondensor, perbandingan temperatur evaporator, perbandingan
temperatur water tank (Air), perbandingan daya listrik, perbandingan COP actual,
COP carnot, dan perbandingan efesiensi.

4.2.1 Perbandingan Temperatur Kabin


Berikut perbandingan temperatur kabin dengan beban produk dan tanpa
produk pada mini chiller:

Grafik Perbandingan Temperatur


Air pada Kabin Terhadap Waktu
12
Temperatur (°C)

11
10
9 Kabin TP
8
Kabin 2 kg
7
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu (Menit)

Gambar 4. 3 Grafik Perbandingan Temperatur Kabin Terhadap Waktu

Berdasarkan gambar 4.4, temperatur air dalam kabin pada proses


pendinginan tanpa beban produk mengalami penurunan lebih cepat yaitu 7,6 °C
dibandingkan dengan beban produk 2 kg cokelat panas yaitu 8 °C dalam waktu 10
menit. Hal ini disebabkan oleh beban produk sehingga pada saat pendinginan
lebih lama di bandingkan dengan tanpa produk.
53

4.2.2 Perbandingan Temperatur Kondensor


Berikut perbandingan temperatur kondensor dengan beban produk dan tanpa
produk pada mini chiller :

Grafik Perbandingan Temperatur


Kondensor Terhadap Waktu
50
Temperatur (°C)

45
In Tanpa Produk
40
Out Tanpa Produk
35
In 2kg
30 Out 2kg
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 4. 4 Grafik Perbandingan Temperatur Kondensor Terhadap Waktu

Berdasarkan gambar 4.5 , temperatur rata-rata in kondensor pada saat


beban 2 kg cokelat lebih tinggi yaitu 46 °C dibandingkan dengan tanpa beban
produk yaitu 44,7 °C. Hal ini disebabkan oleh beban produk sehingga kerja
kondensor lebih berat.
4.2.3 Perbandingan Temperatur Evaporator
Berikut perbandingan temperatur kondensor dengan beban produk dan tanpa
produk pada mini chiller :

Grafik Perbandingan Temperatur


Evaporator Terhadap Waktu
19
Temperatur (°C)

14 In Tanpa Produk
Out Tanpa Produk
9
In 2kg
4
Out 2kg
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu (Menit)

Gambar 4. 5 Grafik Perbandingan Temperatur Evaporator Terhadap Waktu


54

Berdasarkan gambar 4.6, temperatur rata-rata in evaporator pada saat tanpa


beban produk lebih rendah yaitu 6,4 °C dibandingkan dengan beban 2 kg cokelat
yaitu 7,5 °C. Dikarenakan pada mini chiller tidak terdapat beban cokelat panas.

4.2.4 Perbandingan Temperatur Water Tank (Air)


Berikut perbandingan temperatur water tank berdasarkan waktu pada mini
chiller :

Grafik Perbandingan Temperatur Water Tank


Terhadap Waktu
9
8,5
Temperatur (°C)

8
7,5
7 Suhu Air 2 kg
6,5
6 Suhu Air Tanpa
5,5 Produk
5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu (Menit)

Gambar 4. 6 Grafik Perbandingan Temperatur Water Tank Terhadap


Waktu

Berdasarkan gambar 4.7, temperatur didalam water tank (air) pada saat
tanpa beban produk lebih rendah yaitu 5,5 °C dibandingkan dengan beban produk
2 kg cokelat panas yaitu 5,8 °C selama waktu 10 menit. Dikarenakan beban
produk yang dimasukan dalam keadaan panas yaiu 50 °C sehingga sangat
mempengaruhi temperatur air di dalam water tank.

4.2.5 Perbandingan Daya Listrik


Berikut perbandingan daya listrik tanpa beban produk dan beban produk 2
kg cokelat panas pada mini chiller berdasarkan perhitungan daya semu.
55

Grafik Perbandingan Daya Listrik Terhadap


Waktu
400

Daya Listrik (Watt)


350
300
250
200
2 kg cokelat
150
100 Tanpa Produk
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu (Menit)

Gambar 4. 7 Grafik Perbandingan Daya Listrik Terhadap Waktu

Berdasarkan gambar 4.9, daya listrik yang digunakan pada saat 2 kg


cokelat panas dengan rata-rata yaitu 359 Watt lebih tinggi di bandingkan dengan
tanpa beban produk dengan rata-rata yaitu 328 Watt selama 10 menit. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh dari beban produk cokelat panas.

4.2.6 Perbandingan COP aktul, COP carnot dan Efesiensi


Berikut perbandingan COP aktual, COP carnot, dan efesiensi tanpa beban
produk dan beban produk 2 kg cokelat panas pada mini chille :
Tabel 4. 1 Perbandingan COP aktual, COP carnot, dan Efesiensi
Variabel Tanpa beban Produk 2 kg Cokelat Panas
COP aktual 5,7 5,56
COP carnot 6,96 6,93
Efesiensi 82 % 80 %

Berdasarkan tabel 4.1, nilai untuk COP carnot dan COP aktual pada tanpa
beban produk memiliki nilai lebih tinggi yaitu 5,7 dan 6,96 sedangkan nilai COP
aktual dan COP carnot untuk beban produk 2kg cokelat panas yaitu 5,56 dan 6,93.
Dan untuk efesiensi lebih tinggi pada saat mini chiller tanpa beban produk dengan
nilai 82% sedangkan efesiensi dengan beban produk 2 kg cokelat yaitu 80%,
dengan demikian jumlah beban sangat berpengaruh terhadap efesiensi sistem.
56

4.3 Efesiensi Penggunaan Daya Listrik pada Mini Chiller


Perbandingan efesiensi daya listrik ini bertujuan untuk mengetahui
pengeluaran biaya perbulan dan konsumsi daya listrik perhari:

Tabel 4. 2 Perbandingan Daya Listrik


variabel Tanpa Produk 2 kg cokelat
Waktu 10 menit 10 menit
Konsumsi daya listrik per hari 0,043 kWh 0,047 kWh
Biaya yang dikeluarkan/bulan Rp. 1.887,6,- Rp. 2.064,12,-

Setelah melakukan perhitungan dan analisis didapatkan beban tanpa


produk lebih efektif dibandingkan dengan beban 2 kg cokelat, dan juga untuk
pengeluaran biaya lebih hemat tanpa beban produk dibandingkan dengan beban
produk 2 kg cokelat panas.

4.4 Perbandingan Data Rancangan dengan Data Aktual


Setelah melakukan pengambilan data dan mengetahui hasil dari masing-
masing metode, maka hasilnya dapat kita bandingkan untuk mengetahui metode
pengambilan data yang mana paling efesien dalam mendinginkan cokelat panas
serta membandingkan data rancangan awal. Berikut adalah tabel perbandingan
data rancnagan dengan Hasil Rancangan

Tabel 4. 3 Perbandingan Data Rancangan dan Hasil Rancangan


Data Rancangan Hasil Rancangan
Variabel
2 kg Cokelat Tanpa Produk 2 kg Cokelat
Waktu Tercapai
10 Menit 10 Menit 10 Menit
Temperatur Desain

T. Evaporator 278 °K 278 °K 278,8 °K


T. Kondensor 323 °K 317,9 °K 319 °K
Daya Kompresor 0,48 PK 0,5 PK 0,5 PK
COP Aktual 4,8 5,7 5,56
COP Carnot 6,1 6,96 6,93
Efesiensi Sistem 78% 82% 80%
57

Data rancangan awal mini chiller untuk mendinginkan cokelat panas dalam
waktu 10 menit dengan efesiensi 78%. Sementara Hasil Rancangan dari
pengambilan data mini chiller didapatkan hasil yang berbeda dikarenakan
pengaruh dari daya kompresor.

Mini ciller dengan beban produk 2 kg cokelat panas dapat mencapai


temperatur desain dalam waktu 10 menit setelah sistem running dengan efesiensi
80%. Namun efesiensi untuk tanpa beban produk lebih tinggi dengan nilai
efesiensi yaitu 82%.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan dan pengujian alat untuk Tugas Akhir ini
dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Mini chiller ini dapat mendinginkan cokelat panas dari temperatur 50


°C dan mencapai temperatur yang diinginkan yaitu 27 °C untuk beban
produk 2 kg cokelat panas dengan waktu 10 menit dalam keadaan
temperatur yang sudah dikondisikan.
2. a. Dari hasil perhitungan efesiensi pendinginan pada tanpa beban produk
lebih tinggi yaitu 82% dibandingkan dengan beban produk 2 kg cokelat
panas pada angka 80%. Membuktikan bahwa pendinginan tanpa beban
produk lebih baik dibandingkan dengan beban produk.
b. Konsumsi daya listrik perbulan untuk tanpa beban produk didapatkan
hasil sebesar 1,29 kWh dengan biaya Rp. 1.887,6,- sedangkan beban
produk 2 kg cokelat panas yaitu 1,41 kWh dengan biaya Rp. 2.064,12,-.
Menunjukkan bahwa konsumsi daya listrik tanpa beban produk lebih
rendah dibanding dengan beban produk 2 kg cokelat panas.

5.2 Saran
1. Sebaiknya gunakan insulasi termal yang baik pada jalur pipa air, hal ini
dikarenakan untuk meminimalisir udara dingin terbuang ke lingkungan
dan pastikan tidak ada celah.
2. Pada saat memasukan cokelat panas sebaiknya menggunakan kain agar
tidak terkena panasnya suhu dari cokelat panas tersebut.
3. Sebelum melakukan pengambilan data pastikan alat ukur tidak eror,
agar data yang didapatkan lebih akurat.

58
DAFTAR PUSTAKA
Afoakwa, E. 2010. Chocolate Science and Technology. United Kingdom:
WieyBlackwell.

Andini, Y., Margana, A. S., Badarudin, A., dan Kunci, K. 2020. Analisa Audit
Energi Sistem Tata Udara Pada Chiller, Cooling Tower, dan Air Handling
Unit di Gedung Transmart Buah Batu . 1, 26-27.

Angel. 2017. Pengertian Chiller. https://www.scribd.com/document/352906810/


Pengertian-Chiller. Diakses pada tanggal 13 juli 2022.

Arya, A. C, Senaodi, Zainulsjah dan Erens. 2015. Pengaruh Debit Aliran Air
Terhadap Proses Pendinginan Pada Mini Chiller. Universitas Lampung
Mangkurat. Vol, Hal. Tidak tercantum.

ASHRAE. 2006. ASHRAE Handbook Refrigeration Chapter 9 : Thermal


Properties of Foods., Atalanta : ASHRAE, Inc.

ASHRAE. 2009. ASHRAE Handbook Fundamentals (SI) Chapter 30 :


Thermalphysical Properties of Refrigerants. Atalanta : ASHRAE, Inc.

ASHRAE. 2012. HVAC Systems and Equipment. SI Version. ASHREA Inc.

Bau, F. 2011. Cooking with Chocolate: essential recipes and techniques.


Flammarion, SA.

Delbaere, D.Van de Walle, F.Depypere, X.Gellynck, K. Dewettinck. Relationship


between chocolate microstructure, oil migration, and fat bloom in filled
chocolates Eur. J. Lipid Sci. Technol., 118. 2016, pp. 1800-1826.

Dossat, Roy J. 1981. Prinsiples of Refrigerantion Second Edition SI Version.


Canada: Jhon Wiley and Sons,Inc.

Esther L. Keijbets a, Jianshe Chen, Joselio Vieira b. Chocolate Demoulding and


Effects of Processing Conditions. Jornal of Food Engineering 98. (2010)
133-144.

59
Holman, J.P. 2010. Heat Transfer Tenth Edition. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.

Metty, K., Negara, T., & Wijaksana, H (2010). Analisa Performansi Sistem
Pendingin Ruangan dan Efesiensi Energi Listrik pada Sistem Water Chiller
dengan penerapan metode Cooled Energy Storage. 4(1), 4-11.

Maulana, Ahmad. 2005. Rancang Bangun Ulang Sistem Refrigerasi Kompresi


Uap Double Stage. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.

Morganelli, Adrianna. 2006. Biography of Chocolate. Canada: Crabtree.

Nabiela, Jihan. 2019. Rancang Bangun Mini Chiller untuk Pendinginan Selai
Stroberi Panas dengan Kapasitas 5Botol/Menit. Program Diploma III
Politeknik Negeri Indramayu.

Novrinaldi, Umi Hanifah. 2008. Desain dan Perancangan Tempering Machine


Pasta Cokelat Kapasitas 20 Kg. Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II.

Ridhuan, K., & Angga, I. G. 2015. Pengaruh Media Pendingin. Turbo, 3 (166),
1-6.

Syamsir, E. 2011. Kulinologi Indonesia. Baranangsiang: PT Media Pangan


Indonesia.

Wahidin, Tamrin, dan Erni, 2017. Pengaruh Bahan Penyusun Produk Cokelat
Batangan Terhadap Waktu Leleh dan Uji Organoleptik. J. Sains dan
Teknologi Pangan Vol.2,no.1, P.285-297, Th. 2017.

Wille, RL dan Lutton, ES, “Pol morf sme mentega a ao” J. Amer. Oil Chem.
Masyarakat vol 43 (1966) hlm 491-496.

Zhu, X., Wu, J., Lin,B., Tan, Y., Huang, C., Li, H., Cao, L., & Liu, Z. 2015. Air
Conditioning Condenser Integrated With a Spray System Utilizing
Condensate Water. ASTRU innovative Power Engineering Conference.

60
LAMPIRAN

61
Lampiran 1. Tabel Data Tanpa Produk

Tabel Data Metode Spray Mini Chiller


Hari : Rabu Pukul : 10:25 Beban Produk : Tanpa Produk
Tanggal : 20 Juli 2022 Cuaca : Cerah Pengujian : 10 Menit
Massa Air : 15 Liter

Temperatur (°C) Suction Discharge Tegangan Arus Daya


Menit Kompresor Kondensor Evaporator Suhu
Kabin Lingkungan Psi Psi (V) (A) (Watt)
In Out In Out In Out Air
0 24,6 41,4 43,4 35,5 7,7 15,5 11,2 8 31,4 76 267 207 1,6 331
1 22,4 45,4 44,9 35,6 7,2 14,2 10,5 7,6 31,4 76 267 207 1,6 331
2 22,2 45,6 44,8 35,4 6,9 14,2 10,2 7,4 31,4 74 266 207 1,6 331
3 21,7 45,6 44,5 35,4 6,4 13,8 9,8 7,2 31,4 74 266 204 1,6 326
4 21,4 45,4 44,7 35,4 6,2 13,6 9,4 6,9 31,4 72 265 204 1,6 326
5 21,2 45,2 44,9 34,9 6,2 13,2 9 6,7 31,4 72 265 204 1,6 326
6 20,8 44,9 44,8 34,7 5,9 12,9 8,9 6,4 31,4 70 264 204 1,6 326
7 20,6 44,8 44,7 34,6 5,5 12,5 8,4 6 31,4 70 264 204 1,6 326
8 19,8 44,9 44,8 34,2 5,1 12,2 8,2 5,8 31,4 70 264 204 1,6 326
9 20,2 44,8 44,6 33,5 5 11,9 8 5,7 31,4 70 264 204 1,6 326
10 23,4 45,6 45,2 33,2 8,8 15,2 7,6 5,5 31,4 220 220 0 0 0
rata-rata 21,7 44,9 44,7 34,8 6,4 13,6 9,2 6,7 31,4 85,8 261,1 205 2 328
Lampiran 2. Tabel Data Produk dengan Beban 2 kg Cokelat Panas

Tabel Data Metode Spray Mini Chiller


Hari : Rabu Pukul : 13:25 Beban Produk : 2 Kg
Tanggal : 20 Juli 2022 Cuaca : Cerah Pengujian : 10 Menit
Massa Air : 15 Liter

Temperatur (°C) Suction Discharge Tegangan Arus Daya


Menit Kompresor Kondensor Evaporator Suhu
Kabin Produk Lingkungan Psi Psi (V) (A) (Watt)
In Out In Out In Out Air
0 27,1 43,3 44,4 36,8 10,2 18,2 11,6 50 8,4 32,3 104 284 211 1,7 359
1 24,6 45,3 45,8 36,4 7,9 17,3 11,3 45,8 8 32,3 76 267 212 1,7 360
2 22,6 45,9 45,9 36 7,7 15,9 11 42,2 7,8 32,3 76 267 212 1,7 360
3 20,2 46,1 45,9 36,2 7,4 14,9 10,5 39 7,6 32,3 74 266 211 1,7 359
4 20,1 46,4 46,2 36,4 7,2 14,6 10,1 36,1 7,3 32,3 74 266 211 1,7 359
5 20,6 46,7 46,5 36 6,8 14,2 9,6 33,6 6,9 32,3 72 265 210 1,7 357
6 20,2 46,6 46,5 35,8 6,6 14 9,3 31,6 6,7 32,3 72 265 210 1,7 357
7 20,6 47,6 46,8 36 6,3 13,9 8,9 30,1 6,4 32,3 70 264 211 1,7 359
8 21,1 46,6 46,1 35,8 5,8 13,2 8,6 28,9 6,2 32,3 70 264 211 1,7 359
9 21,8 46,7 46 35,8 5,8 12,7 8,4 28 6 32,3 70 264 211 1,7 359
10 23,1 47,1 46 35,2 8,6 15,3 8 27,2 5,8 32,3 220 220 0 0 0
rata-rata 22,0 46,2 46,0 35,9 7,3 14,9 9,8 35,7 7,0 32,3 88,9 262,9 211 1,7 359
Lampiran 3. Nilai Thermal Conduktivity Dinding (Dossat, Roy J. 1981)
Lampiran 4. Thermal Properties of Foods (ASHREA 2006)
Lampiran 5. Thermophysical Properties of Water (www.thermexcel.com)
Lampiran 6. Thermophysical Properties of R-22 (ASHRAE.2009)
Lampiran 7. Diagram P-h Tanpa Produk
Lampiran 8. Diagram P-h dengan 2 kg Cokelat Panas
Lampiran 9. Diagram P-h Rancangan
Lampiran 10. Tarif Dasar Listrik
Lampiran 11. Proses Pembuatan Mini Chiller
a. Proses pembuatan meja trainer

b. Pemasangan Komponen
c. Pengelasan Pipa Tembaga

d. Pemasangan Kelistrikan
e. Proses Pengambilan Data

f. Proses Pemanasan Cokelat Panas


g. Hasil Prakitan Trainer Mini Chiller
Lampiran 12. Tabel Konduktivitas Thermal

Anda mungkin juga menyukai