Anda di halaman 1dari 80

RANCANG BANGUN SPLIT AIR CONDITIONER WATER HEATER

MENGGUNAKAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE HELIKAL

Tugas Akhir

diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai


Gelar Ahli Madya pada jenjang Diploma III
Jurusan Teknik Pendingin dan Tata Udara

Oleh :

KAMALUDIN
NIM. 1502012

JURUSAN TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA


POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh :


Nama : Kamaludin
NIM : 1502012
Program studi : Teknik Pendingin dan Tata Udara
Judul : Rancang Bangun Split Air Conditioner Water Heater
Menggunakan Alat Penukar Kalor Tipe Helikal
Pembimbing : 1. Yudhy Kurniawan, S.T.,M.T.

2. Aa Setiawan, S.T.,M.T.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji pada tanggal 20 Agustus


2018 dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara Politeknik Negeri
Indramayu.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

1. Yudhy Kurniawan, S.T.,M.T. Ketua Penguji ...................... .................

2. Kusnandar, S.T.,M.T. Sekretaris Penguji ...................... .................

3. Ahmad Maulana K, S.T.,M.T. Anggota ...................... .................

Indramayu, 10 September 2018

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir ini adalah asli hasil
karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis disebutkan sumbernya dalam naskah dan dalam daftar pustaka.

Indramayu, 27 Agustus 2018


Yang menyatakan,

Kamaludin
NIM. 1502012

iii
ABSTRAK

Energi merupakan kebutuhan utama manusia. Manusia memerlukan energi untuk


menjalankan aktivitasnya. Tanpa energi, tidak ada kehidupan di dunia ini. Namun,
permasalahan yang muncul saat ini adalah terbatasnya sumber energi. Sampai saat
ini, hampir semua kebutuhan energi manusia didapatkan dari sumber yang terdapat
di alam yang tidak dapat diperbaharui. Salah satu aplikasi pemanfaatan kembali
energi adalah Split Air Conditioner Water Heater (S-ACWH) yaitu dengan
memanfaatkan panas buang dari kompresor AC untuk memanaskan air sehingga
bisa digunakan untuk mandi dan keperluan lainnya yang membutuhkan air hangat.
Sistem ini bekerja dengan menggunakan Alat Penukar Kalor (APK) yang dipasang
pada sistem AC untuk memanfaatkan energi yang ada dalam sistem. AC yang
digunakan pada pengujian sistem ini yaitu berdaya ½ PK. Tujuan perancangan ini
dilakukan untuk mengetahui capaian temperatur desain 400 C dengan penggunaan
alat penukar kalor tipe helikal dengan panjang pipa hasil rancangan 3,8 meter dan
waktu pemanasan air selama 1 jam pada sistem S-ACWH ini. Dari hasil pengujian
yang didapat, temperatur air dalam waktu 1 jam dapat mencapai temperatur 45,1o C
melebihi temperatur desain 400 C. Perancangan ini dikatakan tercapai sesuai dengan
rancangan awal temperatur air mencapai 400 C dalam waktu kurang dari 1 jam.

Kata kunci: Energi, Pemanfaatan Energi, Split Air Conditioner Water Heater,
Perancangan Alat Penukar Kalor Tipe Helikal.

iv
ABSTRACT

Energy is a major human need. Humans need energy to carry out their activities.
Without energy, there is no life in this world. However, the problem that arises now
is the limited source of energy. Until now, almost all human energy needs were
obtained from sources in non-renewable nature. One of the energy reuse
applications is Split Air Conditioner Water Heater (S-ACWH) which is by utilizing
the exhaust heat from the AC compressor to heat water so that it can be used for
bathing and other necessities that require warm water. This system works by using
a heat exchanger (APK) installed in an AC system to utilize the energy in the system.
The AC used in testing this system is ½ PK. The purpose of this design was to
determine the performance of the 400 C design temperature with the use of a helical
type heat exchanger with a pipe length of 3,8 meter design results and 1 hour of
water heating time on this S-ACWH system. From the test results obtained, the
temperature of the water within 1 hour can reach a temperature of 45,10 C
exceeding the design temperature of 40 0 C. This design is said to be achieved in
accordance with the initial design of the water temperature reaching 40 0 C in less
than 1 hour.

Key words: Energy, Energy Utilization, Split Air Conditioner Water Heater, Design
of Helical Type Heat Exchanger

v
HALAMAN MOTTO

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-
orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan” (Al-Mujadillah:11)

"Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah


dilaksanakan/diperbuatnya" (Ali Bin Abi Thalib)

"Apabila Anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka Anda telah berbuat baik
terhadap diri sendiri." (Benyamin Franklin)

JANGAN MENYERAH
“Banyak kegagalan yang dialami dalam kehidupan ini, tapi sesungguhnya tanpa
disadari betapa dekatnya dengan keberhasilan disaat kita jauh dari kata
menyerah.”
(Ipit09, 2018)

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah ditakdirkan
hingga sampai dipenghujung awal perjuanganku. Dengan segala kesadaran dan
kerendahan hati, sebagaimana bentuk terima kasih yang setinggi-tingginya untuk
kedua orang tua. Saya abadikan semangat, doa, dorongan, kasih sayang dan
pengorbanan beserta karya sederhana ini.

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan
dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup menjadi bermakna. Hidup tanpa
mimpi ibarat arus sungai, mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar, berusaha, dan
berdoa untuk menggapainya. Jatuh berdiri lagi, kalah mencoba lagi, gagal bangkit
lagi. Never give up! Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”.

Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat
kupersembahkan kepada kedua orang tua, terimalah bukti kecil ini sebagai kado
keseriusanku untuk membalas pengorbananmu. Tugas Akhir ini kupersembahkan.

Indramayu, 14 Agustus 2018

Penulis

vii
KATA PENGANTAR

Allhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Allah
SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Taufiq-Nya sehingga penulis diberi
kesempatan untuk meyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Rancang Bangun
Split Air Conditioner Water Heater Menggunakan Alat Penukar Kalor Tipe
Helikal”.
Dengan demikian penulis berharap kiranya apa yang telah penulis bahas
dalam Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Adapun tujuan dari laporan
Tugas Akhir ini untuk melengkapi program perkuliahan Diploma III (D3) Program
Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara Politeknik Negeri Indramayu tahun 2018.
Sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki, yang tidak luput dari segala
keterbatasan, banyak kendala yang penulis hadapi dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini. Demikian pula kendala yang terutama datang dalam diri. Tetapi dengan
bantuan berbagai pihak akhirnya penulis dapat mengatasi kendala-kendala tersebut.
Sehingga dalam kesempatan ini tepatlah kiranya bila penulis menghanturkan rasa
hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah
membantu, terutama kepada yang terhormat:
1. Kedua Orang tua, saudara dan seluruh keluarga atas dukunganya.
2. Bpk. Ir. Casiman Sukardi, ST.,M.T., selaku Direktur Politeknik Negeri
Indramayu
3. Bpk. Rofan aziz, ST.,M.T., selaku ketua program studi Teknik Pendingin dan
Tata Udara.
4. Bpk. Yudhy Kurniawan, ST.,M.T., selaku dosen pembimbing I, yang telah
banyak memberikan dorongan dalam bentuk bimbingan dan pengarahannya
kepada penulis.
5. Bpk. Aa Setiawan ST.,M.T., selaku dosen pembimbing II.
6. Dosen Teknik pendingan dan Tata Udara Politeknik Negeri Indramayu yang
telah memberikan ilmunya serta seluruh staff admnistrasi yang selalu membantu
keperluan penulis menyelesaikan masalah akademis.

viii
7. Abdul Qobir, selaku rekan tugas akhir. Terimakasih atas perjuangan dan
ketabahanya.
8. Teman satu angkatan program studi Teknik Pendingin dan Tata Udara ‘HIMRA
VIII’. Terimkasih atas kerjasama, inspirasi dan solidaritasnya
9. Rekan-rekan penulisan Tugas akhir, Mahasiswa satu angkatan dan seluruh
angkatan Politeknik Negeri Indramayu atas bantuan serta dorongan semangat
kepada penulis.
Akhir kata penulis mohon maaf bila ada kesalahan dalam pembuatan Tugas
Akhir ini penulis menghargai semua krtikan serta saran dari pembaca guna
kesempurnaan Tugas Akhir ini di masa yang akan datang. Semoga Tugas Akhir ini
dapat bermanfaat untuk semuanya.

Indramayu, 14 Agustus 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ iii


ABSTRAK .......................................................................................................... iv

ABSTRACT ......................................................................................................... v

HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii


KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii


DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................2
1.3 Batasan Masalah ...........................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian ..........................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................2
1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pemanas Air ..................................................................................................5
2.1.1 Pemanas Air Listrik ......................................................................................5
2.1.2 Pemanas Air Berbahan Bakar Gas ................................................................6
2.1.3 Pemanas Air Tenaga Surya ...........................................................................7
2.1.4 Split Air Conditioner Water Heater ..............................................................7
2.1.4.1 Prinsip Kerja S-ACWH ..............................................................................8
2.2 Kalor ............................................................................................................10
2.2.1 Kalor Sensibel (Sensibel Heat) ...................................................................10

x
2.2.2 Kalor Laten (Latent Heat) ...........................................................................10
2.3 Perpindahan Kalor .......................................................................................11
2.3.1 Konduksi .....................................................................................................11
2.3.2 Konveksi .....................................................................................................11
2.4 Sistem Refrigerasi .......................................................................................12
2.4.1 Siklus Kompresi Uap ..................................................................................12
2.4.2 Koefisien Kerja Sistem ...............................................................................15
2.5 Alat Penukar Kalor ......................................................................................16
2.5.1 Perhitungan Alat Penukar Kalor .................................................................16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Studi Literatur .............................................................................................19
3.2 Skematik Sistem S-ACWH .........................................................................19
3.3 Rancangan Alat ...........................................................................................20
3.3.1 Perancangan Alat Penukar Kalor ................................................................22
3.3.2 Mendesain Alat ...........................................................................................29
3.3.2.1 Alat Penukar Kalor Tipe Helikal ..............................................................29
3.3.2.2 Instalasi Sistem Kelistrikan .......................................................................30
3.3.2.3 Desain Split Air Conditioner Water Heater ..............................................31
3.4 Pemilihan Alat dan Bahan ..........................................................................31
3.4.1 Pemilihan Sistem Air Conditioning ............................................................31
3.4.2 Pemilihan Komponen Kelistrikan ...............................................................32
3.4.3 Pemilihan Bahan S-ACWH ........................................................................32
3.4.4 Daftar Peralatan Yang Digunakan ..............................................................33
3.5 Pembuatan Alat ...........................................................................................34
3.5.1 Pembuatan Body Based S-ACWH ..............................................................34
3.5.2 Pembuatan Alat Penukar Kalor ...................................................................35
3.3.3 Pengelasan APK Pada Tabung Air Panas ...................................................35
3.6 Instalasi dan Pengujian Alat ........................................................................36
3.6.1 Tes Kebocoran ............................................................................................36
3.6.2 Pemvakuman Sistem ...................................................................................37
3.6.3 Charging Freon ...........................................................................................37
3.6.4 Pengujian Alat .............................................................................................37

xi
3.7 Pengambilan Data .......................................................................................37
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengambilan Data ............................................................................399
4.2 Hasil Perancangan .......................................................................................40
4.2.1 S-ACWH Tanpa Menggunakan APK .........................................................40
4.2.2 S-ACWH Menggunakan APK ....................................................................42
4.2.3 Koefisien Kinerja Alat ................................................................................46
4.2.4 Efisiensi Sistem Refrigerasi ........................................................................47
4.2.5 Penggunaan Daya Listrik dan Estimasi Biaya yang Dikeluarkan ..............47
4.2.6 Perbandingan Data Rancangan Dengan Data Aktual .................................48
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................50
5.2 Saran.............................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 51

LAMPIRAN ........................................................................................................ 52

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Spesifikasi Unit Sistem Air Conditioning ...........................................392


Tabel 3.2 Daftar Komponen Kelistrikan ...............................................................32
Tabel 3.3 Daftar Bahan Pada S-ACWH ................................................................33
Tabel 3.4 Daftar Peralatan Yang Digunakan ........................................................33
Tabel 4.1 Perbandingan Data Rancangan Dengan Data Aktual ...........................49

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pemanas Air Listrik ..........................................................................6


Gambar 2.2 Pemanas Air Berbahan Bakar Gas ....................................................6
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Pemanas Air Tenaga Surya .........................................7
Gambar 2.4 Siklus S-ACWH ................................................................................8
Gambar 2.5 Temperatur Penggunaan Air di Rumah Tangga ...............................9
Gambar 2.6 Skema Siklus Kompresi Uap ..........................................................12
Gambar 2.7 Siklus Sistem Refrigerasi Pada Diagram P- h ..................................13
Gambar 3.1 Flowchart Pengerjaan Alat .............................................................18
Gambar 3.2 Skematik Pemipaan S-ACWH ........................................................19
Gambar 3.3 Diagram P-h Rancangan Sistem Refrigerasi Pada S-ACWH .........20
Gambar 3.4 Alat Penukar Kalor Tipe Helikal .....................................................30
Gambar 3.5 Wiring Kelistrikan S-ACWH ..........................................................30
Gambar 3.6 Desain S-ACWH .............................................................................31
Gambar 3.7 Pembuatan Body Based S-ACWH ..................................................34
Gambar 3.8 Proses Bending Pipa APK ...............................................................35
Gambar 3.9 Proses Pengelasan Pipa APK Pada Tabung ....................................35
Gambar 3.10 Proses Pengecekan Kebocoran Pada Sistem ...................................36
Gambar 3.11 Charging Freon Pada Sistem ..........................................................37
Gambar 4.1 Grafik Data Temperatur Air dan In Out APK Terhadap Waktu .....39
Gambar 4.2 Diagram P-h Hasil Perancangan S-ACWH Tanpa APK ................41
Gambar 4.3 Diagram P-h Hasil Perancangan S-ACWH Menggunakan APK ....43
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Nilai COP Aktual Terhadap Waktu ..............46
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Nilai Efisiensi Terhadap Waktu ...................47

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Plot Diagram P-h Dari Data Rancangan S-ACWH Tanpa APK .....53
Lampiran 2 Plot Diagram P-h Dari Pengukuran S-ACWH Tanpa APK ............54
Lampiran 3 Plot Diagram P-h S-ACWH Menggunakan APK ...........................55
Lampiran 4 Tabel Data Hasil Pengukuran S-ACWH Tanpa APK .....................56
Lampiran 5 Tabel Data Hasil Pengukuran S-ACWH Menggunakan APK ........57
Lampiran 6 Tabel Data COP Dan Efisiensi S-ACWH .......................................58
Lampiran 7 Tabel Properties Of Saturated Water ..............................................59
Lampiran 8 Tabel Properties Of Selected Metallic Solids ..................................60
Lampiran 9 Tabel Properties R-32 .....................................................................61
Lampiran 10 Tabel Properties Difluoromethane (HFC-32) .................................62
Lampiran 11 Tabel Tarif Dasar Listrik PT PLN (Persero) ...................................63
Lampiran 12 Dokumentasi Pengerjaan Alat .........................................................64

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Energi merupakan kebutuhan utama manusia. Manusia memerlukan energi
untuk menjalankan aktivitasnya. Tanpa energi, tidak ada kehidupan di dunia ini.
Namun, permasalahan yang muncul saat ini adalah terbatasnya sumber energi.
Sampai saat ini, hampir semua kebutuhan energi manusia didapatkan dari sumber
yang terdapat di alam yang tidak dapat diperbaharui.
Di tengah krisis energi seperti ini, pemanfaatan energi secara optimum harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan
kembali energi yang dibuang atau biasa disebut dengan konservasi energi.
Konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana dan terpadu guna
melestarikan sumber daya energi serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya.
Manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya efisiensi energi diantaranya adalah
penghematan energi fosil yang selama ini digunakan untuk menghasilkan listrik,
pengurangan emisi gas rumah kaca yang merusak lingkungan hidup, pengurangan
efek pemanasan global, hingga penghematan biaya listrik.
Salah satu contoh energi yang di buang begitu saja ke lingkungan yang
terjadi di sekitar kita dapat kita temukan pada pemakaian AC atau Air Conditioner
dimana panas dari aliran refrigeran yang keluar dari kompresor dibuang begitu saja
ke lingkungan tanpa dimanfaatkan lebih lanjut.
Salah satu aplikasi pemanfaatan kembali energi adalah Split Air Conditioner
Water Heater (S-ACWH) yaitu dengan memanfaatkan panas buang dari kompresor
AC untuk memanaskan air sehingga bisa digunakan untuk mandi dan keperluan
lainnya yang membutuhkan air hangat. Sistem ini bekerja dengan menggunakan
alat penukar kalor yang dipasang pada sistem AC untuk memanfaatkan energi yang
ada dalam sistem. Dengan menggunakan sistem ini (S-ACWH), memiliki
keuntungan efek pemanasan air yang hemat energi.

1
Memang bukan suatu sistem yang baru, sistem ini telah dikembangkan
beberapa tahun sebelumnya. Namun sistem S-ACWH tidak lepas dari berbagai
persoalan, mulai dari waktu pemanasan air yang relative lama, dan juga air yang
dipanaskan tidak terlalu tinggi.
Alat ini dirancang untuk mengetahui capaian temperatur hasil rancangan
pada S-ACWH menggunakan alat penukar kalor tipe helikal dengan diameter pipa
APK ¼ inch dalam proses pemanasan air.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penulisan
laporan Tugas Akhir ini adalah:
1. Bagaimana hasil rancangan alat penukar kalor tipe helikal dengan diameter
pipa ¼ inch pada Split Air Conditioner Water Heater?
2. Bagaimana performansi Split Air Conditioner Water Heater?

1.3 Batasan Masalah


Hal-hal yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini adalah perhitungan
perancangan alat penukar kalor tipe helikal dengan diameter pipa ¼ inch pada
sistem S-ACWH dengan temperatur air yang diinginkan (400 C) dalam waktu 1 jam.
Dan performansi dari penggunaan sistem Split Air Conditioner Water Heater.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Memodifikasi sebuah unit mesin pendingin untuk pemanas air.
2. Merancang dan pengujian alat penukar kalor tipe helikal pada Split Air
Conditioner Water Heater.
3. Untuk mengetahui performansi sistem Split Air Conditioner Water Heater.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat perancangan dari penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut:

2
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
a. Merupakan syarat kelulusan diploma III Politeknik Negeri Indramayu.
b. Dapat mengaplikasikan teori-teori yang didapatkan di perkuliahan yang
bermanfaat untuk masyarakat.
c. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan tentang pendingin dan tata udara
dalam upaya pemanfaatan energi panas yang terbuang dari Split Air
Conditioner.
2. Manfaat Bagi Politeknik Negeri Indramayu
Penulisan laporan Tugas Akhir ini Sebagai tambahan informasi dan
referensi bagi mahasiswa, terutama yang akan melaksanakan Tugas Akhir
untuk menunjang proses perkuliahan di jurusan Teknik Pendingin dan Tata
Udara.

1.6 Sistematika Penulisan


Agar penyusunan Tugas Akhir ini dapat tersusun secara sistematis dan
mempermudah pembaca, maka Tugas Akhir ini ditulis dalam lima bab yang mana
masing- masing bab menguraikan hal-hal sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah mengenai judul Tugas
Akhir yang sudah ditetapkan, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang berhubungan
dengan alat yang hendak dirancang dan dibuat dalam Tugas Akhir
ini. Dasar teori didapat dari berbagai sumber, diantaranya diambil
dari beberapa buku, jurnal, paper, e-book, dan situs-situs di internet.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penjelasan tahapan dan metode penelitian
yang ditempuh untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang data yang dihasilkan dari pengukuran terhadap
unit yang digunakan sebagai alat penelitian.

3
BAB V PENUTUP
Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang
timbul selama dan setelah pembuatan alat.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pemanas Air


Pada dasarnya, semua alat pemanas memiliki fungsi yang sama, yaitu
memanaskan air. Hal utama yang membedakan diantara berbagai jenis pemanas air
adalah sumber energi timbulnya panas yang digunakan untuk memanaskan
(meningkatkan suhu) air. Ada berbagai macam alat pemanas air yaitu sebagai
berikut:
2.1.1 Pemanas Air Listrik
Alat ini merupakan pemanas air yang menggunakan energi listrik untuk
memanaskan air. Terdapat dua jenis pemanas listrik ini yaitu dengan tangki
penyimpanan air dan tanpa tangki atau tankless. Dahulu masih banyak ditemukan
pemanas air listrik dengan tangki. Pemanas air dengan tangki memiliki bentuk yang
besar dan biasanya berbentuk bundar horizontal atau vertikal. Karena bentuknya
yang besar, kebanyakan orang meletakkannya diluar kamar mandi namun ada juga
yang menggantungkannya didalam kamar mandi.
Cara kerja pemanas air listrik ini sederhana. Bentuk tangki yang bulat dan
besar itu adalah tangki air untuk menyimpan cadangan air panas yang belum
terpakai. Oleh karena air panas bisa tersedia saat pertama kali dialirkan. Pemanas
air listrik dilengkapi dengan adanya thermostat sehingga sistem dapat mati/hidup
secara otomatis.
Jika air di dalam tangki lama tidak dipakai, temperatur air akan mengalami
penurunan. Untuk menjaga temperatur air tetap cukup panas, ketika air mulai
mendingin, elemen pemanas air akan kembali hidup untuk memanaskan air didalam
tangki dan mencapai temperatur tertentu.

5
Gambar 2.1 Pemanas Air Listrik
(Sumber: http://sanfordlegenda.blogspot.com/2012/09/Electric-Water-Heater-Pemanas-
Air-Listrik.html)

2.1.2 Pemanas Air Berbahan Bakar Gas


Prinsip kerjanya adalah dengan melewatkan air ke dalam pipa-pipa yang
dibakar dengan menggunakan gas. Untuk memperluas bidang perpindahan
panas biasanya ditambahkan sirip-sirip. Perluasan bidang perpindahan panas
diperlukan agar input energi lebih besar sehingga temperatur yang diperoleh
lebih tinggi. Selain itu digunakan pula pipa-pipa tembaga untuk mempercepat
perpindahan panas.

Gambar 2.2 Pemanas Air Berbahan Bakar Gas


(Sumber: https://dwibaktipermana.files.wordpress.com/2015/04/pemanas10.png)

6
2.1.3 Pemanas Air Tenaga Surya
Tipe ini merupakan tipe alat pemanas air yang ramah lingkungan karena
menggunakan radiasi panas matahari sebagai sumber energi nya. Prinsip kerjanya
adalah dengan memanfaatkan energi radiasi matahari yang diserap oleh absorber,
kemudian air panas ditampung di dalam tangki yang diisolasi. Fluida mengalir
dengan cara memanfaatkan perbedaan massa jenis air di dalam tangki. Beberapa
sistem pemanas telah dilengkapi dengan heater tambahan sehingga dapat
memanaskan air walapun tidak ada sinar matahari.

Gambar 2.3 Prinsip Kerja Pemanas Air Tenaga Surya


(Sumber: http://manualinks.com/wp-content/uploads/2011/09/solar-water-heating1.gif)

2.1.4 Split Air Conditioner Water Heater


S-ACWH adalah sistem yang memanfaatkan panas buang dari sistem
pendinginan pada AC Split untuk memanaskan air. Sebagian kalor dari refrigeran
yang sudah dikompresi oleh kompresor digunakan untuk memanaskan air dengan
bantuan alat penukar kalor. Penukar kalor inilah yang sangat menentukan kinerja
dari S-ACWH. Dibutuhkan penukar kalor yang dapat memindahkan kalor
semaksimal mungkin dari refrigeran tanpa menyebabkan pressure drop berlebihan
yang dapat mempengaruhi kinerja sistem pendinginan.

7
Gambar 2.4 Siklus S-ACWH [8]

2.1.4.1 Prinsip Kerja S-ACWH


Prinsip kerja S-ACWH adalah:
 Proses 1-2:
Refrigeran dalam bentuk vapor dihisap kompresor kemudian
ditekan sehingga tekanan dan temperatur refrigeran naik.
 Proses 2-2’:
Refrigeran yang memiliki temperatur tinggi mengalami perpindahan
panas dengan air pada penukar kalor sehingga air mengalami
kenaikan temperatur sedangkan refrigeran mengalami penurunan
dan sebagian telah berubah fasa menjadi cairan.
 Proses 2’-3:
Refrigeran didinginkan pada kondensor seperti pada siklus
pendinginan biasa.
 Proses 3-4:
Refrigeran yang memiliki temperatur tinggi mengalami perpindahan
panas dengan air pada penukar kalor sehingga air mengalami
kenaikan temperatur sedangkan refrigeran mengalami penurunan
dan sebagian telah berubah fasa menjadi cairan.

8
 Proses 2’-3:
Refrigeran didinginkan pada kondensor seperti pada siklus
pendinginan biasa.
 Proses 3-4:
Refrigeran keluaran kondensor dan penukar kalor digabungkan
sebelum diekspansi. Cairan refrigeran dengan tekanan dan
temperatur tinggi diekspansikan sehingga mengalami penurunan
tekanan dan temperatur.
 Proses 4-1:
Refrigeran di evaporator dalam keadaan temperatur rendah sehingga
dapat menyerap kalor pada ruangan. Selama proses penguapan di
dalam pipa terdapat campuran refrigeran fasa cair dan uap. Proses
ini berlangsung pada tekanan tetap sampai mencapai derajat
superheat.

Dengan menggunakan S-ACWH, kerja kondenser lebih ringan karena


kalor diserap oleh air pada tangki terlebih dahulu. Berdasarkan standar
temperatur air panas untuk kepentingan mandi dan mencuci tangan, maka
temperatur yang harus dicapai oleh sistem S-ACWH adalah 40-450 C.

Gambar 2.5 Temperatur Penggunaan Air di Rumah Tangga [5]

9
2.2 Kalor
Kalor adalah salah satu bentuk energi. Jika suatu zat menerima atau
melepaskan kalor, maka ada uda kemungkinan yang terjadi. Yang pertama adalah
terjadinya perubahan temperatur zat tersebut, kalor seperti ini disebut dengan kalor
sensibel (sensibel heat). Dan yang kedua adalah terjadi perubahan fase zat, kalor
jenis ini disebut dengan kalor laten (latent heat).

2.2.1 Kalor Sensibel (Sensibel Heat)


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, apabila suatu zat menerima kalor
sensibel maka akan mengalami peningkatan temperatur, namun jika zat tersebut
melepaskan kalor sensibel maka akan mengalami penurunan temperatur.
Persamaan kalor sensibel adalah sebagai berikut:
Q = m . Cp . ∆T (1)
Dimana: Q = Energi kalor yang diterima atau dilepas suatu zat [J]
m = Massa zat yang mengalami perubahan temperatur [kg]
Cp = Kalor jenis zat [J/kg.K]
∆T = Perubahan temperatur yang terjadi [K]

2.2.2 Kalor Laten (Latent Heat)


Jika suatu zat menerima atau melepaskan kalor, pada awalnya akan terjadi
perubahan temperatur, namun demikian hal tersebut suatu saat akan mencapai
keadaan jenuhnya dan menyebabkan perubahan fase. Kalor yang demikian itu
disebut sebagai kalor laten. Pada suatu zat terdapat dua macam kalor laten, yaitu
kalor laten peleburan atau pembekuan dan kalor laten penguapan atau
pengembunan. Kalor laten suatu zat biasanya lebih besar dari kalor sensibelnya, hal
ini karena diperlukan energi yang besar untuk merubah fase suatu zat.
Secara umum kalor laten yang digunakan untuk merubah fase suatu zat
dirumuskan dengan:
Q = m . h1 (2)
Dimana: Q = Energi kalor yang dilepas atau diterima suatu zat [J]
m = Massa zat yang mengalami perubahan temperatur [kg]
h1 = Kalor laten [kJ/kg]

10
hubungan antara energi kalor dengan laju perpindahan kalor yang terjadi
adalah sebagai berikut:
Q = q . ∆T (3)
Dimana: Q = Energi kalor yang dilepas atau diterima suatu zat [J]
q = Laju perpindahan kalor [Watt]
∆t = Waktu yang dibutuhkan memindahkan energi kalor [s]

2.3 Perpindahan Kalor


Secara natural perpindahan kalor terjadi akibat perbedaan temperatur,
dimana kalor bergerak dari suatu zat dengan temperatur tinggi ke suatu zat dengan
temperatur yang lebih rendah. Perpindahan energi kalor ini akan terus berlangsung
hingga kedua zat tersebut mencapai kesetimbangan temperatur. Perpindahan kalor
dapat terjadi dalam tiga cara yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi.

2.3.1 Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor yang terjadi melalui perogolakan
molekular suatu material tanpa diikuti perpindahan material secara menyeluruh.
Contoh dari konduksi adalah ketika suatu batang logam yang dipanaskan pada salah
satu ujungnya, maka panas tersebut lama kelamaan akan dapat dirasakan diujung
yang lain.

2.3.2 Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor melalui gerakan massa dari fluida
seperti air atau udara, ketika fluida yang dipanaskan bergerak menjauhi sumber
panas dan menuju daerah dengan temperatur lebih rendah dengan membawa energi.
Contoh dari peristiwa konveksi adalah ketika proses memasak air, dimana air yang
berada pada bagian bawah wadah akan bergerak menjauhi sumber panasnya.
Perpindahan kalor dengan konveksi ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
konveksi bebas (free convection), dimana aliran terjadi akibat dari gaya apung yang
timbul dari perbedaan densitas fluida karena variasi temperatur dalam fluida. Yang
selanjutnya adalah konveksi paksa (forced convection), dimana aliran yang terjadi
akibat adanya kerja dari luar seperti kipas, pompa ataupun pergerakan angin.

11
2.4 Sistem Refrigerasi
Refrigerasi merupakan suatu proses penarikan kalor dari suatu ruangan ke
lingkungan sehingga temperatur ruangan lebih rendah dari temperatur
lingkungannya. Kinerja mesin refrigerasi kompresi uap ditentukan oleh kapasitas
pendinginan dan pemanasan, daya kompresi, koefisien kinerja dan faktor kinerja.
Sesuai dengan konsep kekekalan energi, panas tidak dapat dimusnahkan tetapi
dapat dipindahkan. Sehingga refrigerasi selalu berhubungan dengan proses-proses
aliran panas dan perpindahan panas.

2.4.1 Siklus Kompresi Uap


Sistem kompresi uap merupakan dasar sistem refrigerasi yang terbanyak
digunakan, dengan komponen utamanya adalah kompresor, evaporator, alat
ekspansi (Throttling Device), dan kondensor. Keempat komponen tersebut
melakukan proses yang saling berhubungan dan membentuk siklus refrigerasi
kompresi uap. Pada sistem ini juga terdapat refrigeran atau fluida yang digunakan
sebagai media penyerap panas dari kabin atau ruangan yang dikondisikan ke dalam
sistem, kemudian dihantarkan dan membuang panas tersebut ke lingkungan
(Dossat, 1981).
Sistem yang terjadi pada sistem refrigerasi kompresi uap merupakan sistem
tertutup, adapun siklus yang terjadi terlihat pada Gambar 2.6 di bawah ini.

Gambar 2.6 Skema Siklus Kompresi Uap


(Sumber: https://dokumen.tips/documents/sistem-kerja-refrigerasi-
kriogenik.html)

12
Pada diagram P-h siklus kompresi uap dapat digambarkan sebagai berikut
ini:

Gambar 2.7 Siklus Sistem Refrigerasi Pada Diagram P-h


(Sumber: https://gregoriusagung.wordpress.com/2010/12/11/mesin-
pendingin-siklus-kompresi-uap)

Siklus refrigerasi kompresi uap merupakan suatu sistem yang


memanfaatkan aliran perpindahan kalor melalui refrigeran. Proses utama dari
kompresi uap adalah:
1. Proses kompresi.
2. Proses kondensasi.
3. Proses ekspansi.
4. Proses evaporasi.
1) Proses kompresi (1 – 2). Proses ini berlangsung dikompresor secara
isentropik adiabatik. Kondisi awal refrigeran pada saat masuk kompresor
adalah uap jenuh bertekanan rendah, setelah dikompresi refrigeran menjadi
uap bertekanan tinggi. Oleh karena itu proses ini dianggap isentropik
sehingga temperatur keluar kompresor pun meningkat.
Besarnya gaya kerja kompresi per satuan massa refrigeran bisa dihitung
dengan rumus:
qw = (h2 - h1 ) ................................................... (4)
Besarnya daya kompresi yang dilakukan:
QW = ṁ x qw................................................... (5)

13
Dimana,
Qe = Daya kompresi yang dilakukan (kW)
ṁ = Laju aliran massa refrigeran (kg/s)
qe = Kerja kompresi yang dilakukan (kJ/kg)
h2 = Entalpy refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)
h1 = Entalpy refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)

2) Proses (2 – 3). proses ini berlangsung dikondensor. Refrigeran yang


bertekanan dan bertemperatur tinggi keluaran dari kompresor membuang
kalor sehingga fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti bahwa di
kondensor terjadi penukaran kalor antara refrigeran dengan udara atau air,
sehingga panas berpindah dari refrigeran ke udara atau air pendingin dan
akhirnya refrigeran mengembun dan berubah fasa menjadi cair.
Besar panas per satuan massa refrigeran yang dilepaskan di kondensor
dinyatakan sebagai:
qc =h2 - h3.................................................... (6)
Besarnya kapasitas kondensor yang dilakukan:
Qc =ṁ x qc ......................... ................ (7)
Dimana,
Qc = Kapasitas pembuangan panas (kW)
ṁ = Laju aliran massa refrigeran (kg/s)
qc = Kalor yang dilepas oleh kondensor (kJ/kg)
h2 = Entalpy refrigeran saat masuk kondensor (kJ/kg)
h3 = Entalpy refrigeran saat keluar kondensor (kJ/kg)

3) Proses ekspansi (3 – 4). Proses ini berlangsung secara isoentalpi, hal ini
berarti tidak terjadi penambahan entalpi tetapi terjadi drop tekanan dan
penurunan temperatur. Proses penurunan tekanan terjadi pada katup
ekspansi yang berbentuk pipa kapiler yang berfungsi mengatur laju aliran
refrigeran dan menurunkan tekanan.
h3 = h4 ............................................. (8)

14
Dimana,
h2 = entalpy refrigeran saat masuk ekspansi (kJ/kg)
h3 = entalpy refrigeran saat keluar ekspansi (kJ/kg)

4) Proses evaporasi (4 – 1). Proses ini berlangsung dievaporator secara isobar


isothermal. Refrigeran dalam wujud cair bertekanan rendah menyerap kalor
dari lingkungan / media yang didinginkan sehingga wujudnya berubah
menjadi gas bertekanan rendah. Kondisi refrigeran saat masuk evaporator
sebenarnya adalah campuran cair dan gas, hal ini terlihat dari gambar posisi
titik 4 berada dalam kubah garis jenuh.
Besarnya kalor yang diserap oleh evaporator adalah :
qe = h1 - h4 ....................... ..... .... (9)
Besarnya kapasitas evaporator yang dilakukan:
Qe= ṁ x qe .................................... (10)
Dimana,
Qe = Kapasitas pendinginan (kW)
ṁ = Laju aliran massa refrigeran (kg/s)
qe = Kalor yang diserap oleh evaporator (kJ/kg)
h4 = Entalpy refrigeran saat masuk evaporator (kJ/kg)
h2 = Entalpy refrigeran saat keluar evaporator (kJ/kg)

2.4.2 Koefisien Kerja Sistem


Perbandingan antara besarnya kalor dari lingkungan yang dapat diambil
oleh evaporator dengan kerja kompresor yang harus dilakukan disebut sebagai
koefisien kinerja atau coeffisient of perfomance, COP (Dossat, 1981:109).
𝑞
a. COPaktual = 𝑞 𝑒 .................................... (11)
𝑤

atau,
ℎ −ℎ
COPaktual = ℎ1 − ℎ4 ................................ (12)
2 1

𝑇 𝐸𝑣𝑎 𝑝𝑜𝑟𝑎 𝑡𝑜𝑟


b. COPcarnot =𝑇 ..... (13)
𝐾𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟 − 𝑇 𝐸𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎 𝑡𝑜𝑟

𝐶𝑂𝑃 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
c. η = x 100 %........... (14)
𝐶𝑂𝑃 𝐶𝑎𝑟𝑛𝑜𝑡

15
2.5 Alat Penukar Kalor
APK merupakan suatu peralatan dimana terjadinya perpindahan panas dari
suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida lain yang temperaturnya
lebih rendah. Proses perpindahan panas tersebut dapat dilakukan secara langsung
atau tidak langsung. Maksudnya adalah:
 APK yang langsung, yaitu dimana fluida yang panas akan bercampur langsung
dengan fluida yang dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana atau
ruangan tertentu.
 APK yang tidak langsung, yaitu dimana fluida panas tidak berhubungan
langsung (indirect contact) dengan fluida dingin, jadi perpindahan panasnya itu
mempunyai media perantara seperti pipa, pelat atau peralatan jenis lainnya.

2.5.1 Perhitungan Alat Penukar Kalor


Untuk menentukan besarnya kalor yang dibutuhkan oleh air dapat
digunakan dengan rumus persamaan berikut [1]:

ρ .Vair
Qair = x Cp x (Takhir – Tawal) (15)
∆𝑡

Dimana,
Qair = Laju perpindahan panas untuk memanaskan air [Watt]
ρ = Massa jenis air [1000 kg/m3 ] [4]
V = Volume air [m3 ]
Δt = Waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan energi kalor [s]
Sedangkan untuk mengetahui koefisien perpindahan panas konveksi pada
sisi dalam pipa dapat diketahui menggunakan rumus persamaan berikut [1]:
𝑁𝑢 . 𝐾𝑓
hi = (16)
𝑑𝑖
Dimana,
hi = Koefisien perpindahan panas pada sisi dalam pipa [W/m2 .K]
Nu = Bilangan Nusselt
Kf = Konduktivitas thermal freon [W/m.K]
di = Diameter dalam pipa [m]
Re = Bilangan Reynolds
Pr = Bilangan Prandtl

16
di = Diameter pipa bagian dalam [m]
D = Diameter helikal [m]

Selanjutnya untuk mengetahui panjang pipa yang dibutuhkan pada alat


penukar kalor dapat menggunakan rumus persamaan berikut [1]:
1 ln(ro/ri) 1
Rth = + + (18)
hi . Ai 2πKL ho . Ao

Dimana,
Rth = Hambatan thermal [K/W]
hi = Koefisien perpindahan panas pada sisi dalam pipa [W/m2 .K]
ho = Koefisien perpindahan panas pada luar dalam pipa [W/m2 .K]
Ai = Luas penampang dalam pipa [m2 ]
Ao = Luas penampang luar pipa [m2 ]
K = Konduktifitas thermal tembaga [W/m.K]

17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Dalam melaksanakan tugas akhir ini, maka dibuatlah metodologi penelitian


pengerjaan alat agar sistematis dan terarah sesuai dengan diagram alir (flowchart)
dibawah ini.

Mulai

Studi literatur

Skematik Alat

Perancangan Alat

Pemilihan Alat dan Bahan

Pembuatan Alat

Instalasi dan Pengujian Alat

Pengambilan data

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Pengerjaan Alat

18
3.1 Studi Literatur
Studi literatur merupakan proses pembelajaran bahan-bahan yang
berkaitan dengan materi bahasan yang berasala dari buku-buku, jurnal ilmiah,
dan situs-situs internet dll.

3.2 Skematik Sistem S-ACWH


Diagram pemipaan pada sistem ini dirancang untuk menggambarkan alur
pemipaan sistem yang digunakan pada alat ini. Dan dapat dilihat dari gambar
berikut bahwa secara sistem kerja sebagian kalor dari refrigeran yang sudah
dikompresi oleh kompresor digunakan untuk memanaskan air dengan bantuan alat
penukar kalor dengan diameter pipa ¼ inch. Yang dimana alat penukar kalor inilah
yang sangat menentukan kinerja dari S-ACWH.

Gambar 3.2 Skematik Pemipaan S-ACWH

19
3.3 Rancangan Alat
Desain rancangan untuk S-ACWH dilakukan sebagai acuan untuk
mengetahui berapa nilai kapasitas pendinginan (evaporator) dan pembuangan panas
(kondensor) dan daya pada pada alat penukar kalor. Nilai yang digunakan adalah
temperatur evaporator dan kondensor. “Perbedaan nilai temperatur evaporator
dengan ruangan adalah 6-7°C (Althouse, 2000:655). Sehingga temperatur ruangan
bisa mencapai 22°C, maka data rancangannya adalah sebagai berikut:
 Temperatur evaporator : 15°C + 273 = 288 K
 Temperatur kondensor : 50°C + 273 = 323 K
Untuk nilai entalphi dapat diketahui pada diagram p-h:

Gambar 3.2 Diagram P-h Rancangan Sistem Refrigerasi Pada S-ACWH

20
Besarnya nilai enthalpi tersebut didapat dari diagram p-h dan daya
kompresor didapat dari spesifikasi kompresor yang digunakan. Berdasarkan
gambar dan diketahuinya nilai enthalpi serta daya kompresor, maka nilai kerja
kompresi, laju aliran massa, pembuangan kalor, kapasitas kondensor, efek
refrigerasi, kapasitas evaporator, dan koefisien kinerja rancangan alat ini dapat
diketahui.
 h1 = 518 kj/kg
 h2 = 558 kj/kg
 h3 = h4 = 302 kj/kg
 Daya kompresor = 430 Watt = 0,43 kW

1. Kerja kompresi dan laju aliran massa


Besarnya kerja kompresi per satuan massa refrigeran bisa dihitung dengan
persamaan (4):
qw = h2 − h1 = 558 − 518 = 𝟒𝟎 𝐤𝐉/𝐤𝐠
Untuk mengetahui laju aliran massa refrigeran, maka gunakan persamaan
(5) karena,
Q w = ṁ x qw
Maka,
Daya kompresor 0,43 kW
ṁ= = = 0,01 kg/s
Kerja kompresi 40 kJ/kg

2. Pembuangan panas dan kapasitas kondensor


Besar panas refrigeran yang dilepaskan di kondensor dinyatakan sebagai:
qc = h2 − h3 = 558 − 302 = 𝟐𝟓𝟔 𝐤𝐉/𝐤𝐠
Besarnya kapasitas kondensor yang dilakukan:
Q c = ṁ × qc = 0,01 × 256 = 2,56 kW = 𝟐. 𝟓𝟔𝟎 𝐖𝐚𝐭𝐭

3. Efek refrigerasi dan kapasitas evaporator


Besarnya kalor yang diserap oleh evaporator adalah:
qe = h1 − h4 = 518 − 302 = 𝟐𝟏𝟔 𝐤𝐉/𝐤𝐠

21
Besarnya kapasitas evaporator :
Q e = ṁ × qe = 0,01 × 302 = 2,16 kW = 𝟐. 𝟏𝟔𝟎 𝐖𝐚𝐭𝐭

4. Koefisien kinerja
qe 216
COPaktual = = = 𝟓, 𝟒
qw 40
Te 288
COPcarnot = = = 𝟖, 𝟐
Tc − Te 323 − 288

5. Efisiensi Refrigerasi
COP aktual 5,4
Efisiensi = = = 66%
COP carnot 8,2

3.3.1 Perancangan Alat Penukar Kalor


Pada proses ini digunakan alat penukar kalor berupa pipa koil berukuran ¼
inch. Dipilih material dari pipa tembaga karena memiliki konduktivitas yang besar
dan sejenis dengan pipa AC pada umumnya sehingga mudah dalam melakukan
pengelasan.
Perancangan alat penukar kalor pada sistem pemipaan S-ACWH bertujuan
untuk memodifikasi sistem pemipaan yang sudah ada pada sistem pemipaan dari
AC normal sehingga panas refrigeran dapat dimanfaatkan untuk pemanas air
dengan capaian temperatur air desain 400 C dalam waktu 1 jam. Berikut perhitungan
panjang pipa alat penukar kalor berdiameter 1/4 inch untuk digunakan dalam proses
pemanasan air sesuai dengan data desain rancangan yang diinginkan. Digunakan
rumus persamaan berikut [1]:
a. Penentuan panjang pipa yang digunakan sebagai alat penukar kalor atau
sebagai media pemanas air. Berikut data desain parameter-parameter yang
ditentukan adalah sebagai berikut:
1. Temperatur masuk koil (TC in ) : 660 C = 339 K
2. Temperatur keluar koil (TC out ) : 500 C = 323 K
3. Temperatur rata-rata refrigeran : 47,20 C = 320,2 K
4. Temperatur awal air (Tawal) : 270 C = 300 K
5. Temperatur akhir air (Takhir) : 400 C = 313 K
6. Waktu Pemanasan (Δt) : 60 menit = 3600 s
22
7. Volume air : 30 Liter = 30 dm3 = 0,03 m3
8. Diameter dalam pipa (di) : 6 mm = 0,006 m
9. Diameter luar pipa (do) : 6,4 mm = 0,0064 m
10. Jari-jari dalam pipa (ri) : 3 mm = 0,003 m
11. Jari-jari luar pipa (ro) : 3,2 mm = 0,0032 m

b. Kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan air


Berikut perhitungan kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan air digunakan
persamaan:
𝜌.𝑉
Qair = . Cp . ΔT
Δt

Dimana:
Qair = Laju perpindahan panas untuk memanaskan air [Watt]
ρ = Massa jenis air [1000 kg/m3 ] [4]
V = Volume air [30 Liter = 30 dm3 = 0,03 m3 ]
Δt = Waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan air [3600 s]
Cp air = Kalor spesifik air [4.179 J/kg.K] temperatur 313 K (Lampiran 7)
ΔT = Beda temperatur [Takhir – Tawal] [K]
Tawal = 270 C = 300 K
Takhir = 400 C = 313 K
Sehingga:
𝜌.𝑉
Qair = . Cp . ΔT
Δt

1000 𝑘𝑔/𝑚3 . 0,03 𝑚3


= . 4179 J/kg.K . (313 K – 300 K)
3600 s

= 452,7 Watt

c. Koefisien perpindahan panas pada sisi luar pipa (ho)


Koefisien perpindahan panas dapat dicari dengan menggunakan rumus
persamaan berikut:
Q
h=
R

Qair Qair
ho = =
Ao.∆T π.do.L.∆T

23
Dimana:
ho = Koefisien perpindahan panas pada sisi luar pipa [W/m2 .K]
Qair = Kalor yang dibutuhkan air [452,7 Watt]
do = Diameter luar pipa [0,0064 m]
L = Panjang pipa [m]
ΔT = Beda temperatur [Takhir – Tawal] [K]
452,7 W
ho =
3.14 . 0.0064 m . L . 13 K
𝟏.𝟕𝟑𝟒,𝟒𝟖
ho = W/m2 .K
𝐋

d. Kalor yang dilepas koil (Qkoil)


Kalor yang dilepas koil dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus
persamaan berikut:
Qkoil = ṁ . Cp . ΔT
Dimana:
ṁ = Laju aliran massa refrigeran [0,01 kg/s] (dari perhitungan sebelumnya)
TC in = Temperatur masuk koil [660 C = 339 K]
TC out = Temperatur keluar koil [500 C = 323 K]
Cp = Kalor jenis refrigeran pada temperatur 339 K [3.560 J/kg.K]
(Lampiran 9)
Sehingga:
Qkoil = ṁ . Cp . ΔT
= 0,01 kg/s . 3.560 J/kg.K . (339 K – 323 K)
= 569,6 Watt

Jadi, untuk perhitungan persentase penggunaan alat penukar kalor dalam


sistem ini dapat diketahui dari kalor yang dilepas koil (alat penukar kalor) hasil
perhitungan diatas dibagi dengan kapasitas kondensor. Sehingga dapat diketahui
persentase menggunakan rumus persamaan berikut:
𝑄𝑘𝑜𝑖𝑙
Persentase =
𝑄𝑐

24
569,6 𝑊𝑎𝑡𝑡
=
2.560 𝑊𝑎𝑡𝑡

= 22 %

e. Resistans thermal (Rth )


Untuk mencari nilai resistans thermal digunakan rumus persamaan
berikut:
Tcin −Tcout
Rth = Tcin − Ta
Qkoil . ln( )
Tcout − Ta

Dimana:
Qkoil = Kalor yang dilepas koil [569,6 Watt]
TC in = Temperatur masuk koil [660 C = 339 K]
TC out = Temperatur keluar koil [500 C = 323 K]
Ta = Temperatur rata-rata refrigeran [47,20 C = 320,2 K]
Tawal = Temperatur awal air [270 C = 300 K]
Takhir = Temperatur akhir air [400 C = 313 K]
Sehingga:
Tcin−Tcout
Rth = Tcin − Ta
Qkoil . ln( )
Tcout − Ta

339 K − 323 K
= 339 K − 320,2 K
569,6 Watt . ln( )
323 K − 320,2 K

= 0,0147 K/W

f. Kecepatan refrigeran yang mengalir didalam pipa (v)


Untuk memperhitungkan kecepatan refrigeran yang mengalir didalam pipa
menggunakan rumus persamaan berikut:
ṁ=ρ.v.A

v =
𝜌. 𝐴

Dimana:
ṁ = Laju aliran massa refrigeran [0,01 kg/s]
ρ = Massa jenis refrigeran R-32 [958 kg/m3 ] (Lampiran 10)
A = Luas penampang pipa [m2 ]
25
Sehingga:

v =
𝜌. 𝐴

=
ρ . (0,25 . π . d2 )
0 ,01 kg/s
=
958 kg/𝑚3 . (0,25 . 3,14 . (0.0064 m)2 )
0 ,01 kg/s
=
958 kg/m3 . 3,4x10 −5 m2

= 0,3 m/s

g. Perhitungan bilangan Reynold (Re)


Re diperoleh dengan persamaan:
ρ . v . di
Re =
μ

Dimana:
ρ = Massa jenis refrigeran R-32 [958 kg/m3 ] (Lampiran 10)
v = Laju refrigeran [0,3 m/s]
μ = Viskositas refrigeran R-32 pada temperatur 339 K [75,1 x 10-6 N.s/m2 ]
(Lampiran 9)
di = Diameter dalam pipa [0,006 m]
Sehingga:
ρ . v . di
Re =
μ

958 𝑘𝑔/𝑚3 . 0,3 𝑚/𝑠 . 0,006


=
75,1 𝑥 10 −6 N.s/m2

= 2,29 x 104

h. Perhitungan bilangan Nusselt (Nu)


Bilangan Prandlt diambil dari tabel properties refrigeran R-32 (Lampiran 9)
yang terdapat pada lampiran. Pr = 1,99 maka bilangan Nusselt-nya bisa
dihitung dengan cara menetapkan nilai diameter heliksnya adalah D = 0,1 m.

26
Sehingga:
Nu = 0.023 . Re0,85 . Pr 0,4 (di/D)0,1
= 0.023 . (2,29 x 104 )0,85 . (1,99)0,4 . (0,006 m/0,1 m)0,1
= 113,9

i. Koefisien perpindahan panas pada sisi dalam pipa (hi)


Nilai koefisien perpindahan panas pada sisi dalam pipa dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
Dimana:
Nu = Bilangan Nusselt [113,9]
Kf = Konduktivitas thermal freon R-32 pada temperatur 339 K [0,099 W/m.K]
(Lampiran 9)
di = Diameter dalam pipa [0,006 m]
sehingga,
Nu . Kf
hi =
di
113,9 . 0,099 W/m,K
hi =
0 ,006 m

= 1.879,3 W/m2 .K

j. Panjang Pipa (L)


Untuk menghitung panjang pipa penukar kalor pada tabung menggunakan
rumus persamaan:
1 ln(ro/ri) 1
Rth = + +
Ai . hi 2πKL Ao . ho

Dimana:
k = Konduktivitas thermal pipa tembaga [401 W/m.K] (Lampiran 8)
Ai = Luas penampang pipa bagaian dalam [m2 ]
Ao = Luas penampang pipa bagaian luar [m2 ]
hi = Koefisien perpindahan panas pada pipa bagian dalam [1.879,3 W/m2 .K]
ho = Koefisien perpindahan panas pada pipa bagian luar [1.734,48 W/m2 .K]
di = Diameter dalam pipa [6 mm = 0,006 m]
do = Diameter luar pipa [6,4 mm = 0,0064 m]
27
ri = Jari-jari dalam pipa [3 mm = 0,003 m]
ro = Jari-jari luar pipa [3,2 mm = 0,0032 m]
Rth = Resistans thermal [0,0147 K/W]
Sehingga,
1 ln(𝑟𝑜/𝑟𝑖 ) 1
Rth = + +
𝜋 𝑑𝑖 𝐿 . ℎ𝑖 2𝜋𝐾𝐿 𝜋 𝑑𝑜 𝐿 . ℎ𝑜
1 ln(0,0032/0,003)
Rth = + +
0,0188 m2 L . 1.879,35 W/m2 .K 2 . 3,14 . 401 W/m.K L
1
0,02 m2 . 1.734,48 W/m2 .K
0,028 0,000023 0,0285
Rth = + +
L L L
0,0565
0,0147 =
L
0,0565
L = = 3,8 meter
0,0147

k. Jumlah Lilitan (N)


Jumlah lilitan pipa sebagai alat penukar kalor di dalam tabung menggunakan
persamaan:
N = L/πD
= 3.8 m / 3.14 . 0.1 m
= 12 Lilitan
Sehingga diperoleh N = 12 lilitan

Dari hasil perhitungan perencanaan alat penukar kalor tipe helikal (spring)
pada tabung water heater dari panas buang pada kompresor diperoleh data panjang
pipa APK ¼ inch yaitu 3,8 meter dengan jumlah lilitan 12 dimasukan dalam tabung
dengan volume 30 liter.
l. Efisiensi pemanasan air
Untuk menghitung efisiensi dalam proses pemanasan air bisa digunakan
menggunakan persamaan berikut:
𝑄𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝜂= x 100%
𝑄𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡

28
𝑄𝑎𝑖𝑟
= x 100%
𝑄𝑘𝑜𝑖𝑙
452,7 𝑊𝑎𝑡𝑡
= x 100%
569,6 𝑊𝑎𝑡𝑡

= 79%

3.3.2 Mendesain Alat


Dalam tahap ini dilakukan desain rancangan bentuk alat penukar kalor tipe
helikal dengan menggunakan pipa tembaga berdiameter ¼ inch dengan panjang
pipa 3.8 meter sesuai dengan hasil perhitungan pada perancangan dan diletakan
pada sebuah tangki air dengan kapasitas 30 liter.
Pada tahap ini juga membuat rancangan instalasi sistem pemipaan, dan
sistem kelistrikan, serta 3D alat S-ACWH sesuai dengan pemilihan komponen dan
material yang sudah ditentukan sebelumnya.

3.3.2.1 Alat Penukar Kalor Tipe Helikal


Jenis alat penukar kalor yang digunakan pads S-ACWH ini yaitu tipe helikal
berukuran 1/4 inch dengan panjang pipa 3.8 meter dengan harapan sesuai hasil
perhitungan perancangan panjang pipa penggunaan APK jenis ini dapat
memanaskan air dengan kapasitas air 30 liter dalam satu jam dan mencapai
temperatur yang diinginkan 400 C. Material dari pipa ini digunakan pipa tembaga
karena memiliki konduksivitas yang besar dan memiliki material yang sama dengan
pipa AC pada umumnya sehingga mudah dalam melakukan pengelasan.

29
Gambar 3.4 Alat Penukar Kalor Tipe Helikal

3.3.2.2 Instalasi Sistem Kelistrikan


Kelistrikan pada alat ini digunakan dua MCB untuk memutus dan
menyambungkan arus listrik dari sumber, dimana masing-masing MCB digunakan
untuk menjalankan outdor dan indor unit AC.

Gambar 3.5 Wiring Kelistrikan S-ACWH

30
3.3.2.3 Desain Split Air Conditioner Water Heater
S-ACWH adalah sistem yang memanfaatkan panas buang dari sistem
pendinginan pada AC Split untuk memanaskan air. Sebagian kalor dari refrigeran
yang sudah dikompresi oleh kompresor digunakan untuk memanaskan air dengan
bantuan alat penukar kalor. Sistem ini didesain sesuai dengan perancangan yang
telah ditentukan sehingga penggunaan bahan sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditentukan sebelumnya.

Gambar 3.6 Desain S-ACWH

3.4 Pemilihan Alat dan Bahan


Pemilihan alat dan bahan dibawah ini dilakukan dengan menyesuaikan dari
hasil perancangan S-ACWH dan kebutuhan lain yang menunjang dalam proses
pembuatan alat tersebut. Pemilihan peralatan dan bahan ini meliputi pemilihan
sistem Air conditioning, komponen kelistrikan, bahan, material serta peralatan yang
digunakan dalam proses pembuatan alat ini.

3.4.1 Pemilihan Sistem Air conditioning


Air Conditioner (AC) yang digunakan dalam pengujian ini adalah tipe split
dengan daya sebesar ½ PK. Pada unit ini terdapat indoor unit, yang terdiri dari
evaporator, dan outdoor unit, yang terdiri dari kompresor, kondenser, dan pipa
kapiler. Seluruh jalur pemipaan (piping) refrigeran pada sistem ini diisolasi untuk
mencegah kebocoran thermal yang dapat menurunkan performansi AC.

31
Tabel 3.1 Spesifikasi Unit Sistem Air conditioning

Merk Panasonic
No. Model CU-YN5RKJ
Fase 1
Tegangan 220 V
Frekuensi 50 Hz
Pendinginan 1.47 KW
Kapasitas Pendinginan 5000 BTU/h
Masukan Maksimum 560 W / 3.0 A
Tipe Refrigeran R-32
Berat Refrigeran 340 g
Arus 2.1 A
Masukan Daya 430 W
Tekanan Kerja Maksimum
Tekanan Tinggi 4.15 Mpa
Tekanan Rendah 2.55 Mpa

3.4.2 Pemilihan Komponen Kelistrikan


Berikut komponen kelistrikan yang digunakan sesuai pada tabel dibawah
ini.
Tabel 3.2 Daftar Komponen Kelistrikan
No Item Type / model Size Qty
1 Mini Circuit Breaker Broco 4A 1 buah
2 Mini Circuit Breaker Broco 2A 1 buah
3 Steker Broco 16 A 1 buah

3.4.3 Pemilihan Bahan S-ACWH


Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan S-ACWH ini sesuai pada
tabel berikut:

32
Tabel 3.3 Daftar Bahan Pada S-ACWH
No Item Size Qty
1 Tangki Aluminium 34 x 34 cm 1 buah
2 Pipa tembaga ¼ inch 6 meter
3 Pipa tembaga 3/8 inch 6 meter
4 Karpet Glass woll 2 x 1 meter 1 buah
5 Duct tipe - 2 roll
6 Hand valve ¼ inch 3 buah
7 Triplek 2 x 1 meter 2 lembar
8 Besi hole 3 x 3 cm 3 meter
9 Besi Siku 3 x 3 cm 2 meter
10 Seltip - 4 buah
11 Baut - 20 buah
12 Cat - 2 kaleng
13 Tiner - 1 kaleng
14 Kuas - 2 buah

3.4.4 Daftar Peralatan yang Digunakan


Selain beberapa material dan bahan yang telah disebutkan sebelumnya,
dalam perancangan ini tentu menggunakan peralatan pendukung dalam proses
pembuatannya. Berikut daftar peralatan yang digunakan terdapat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Daftar Peralatan Yang Digunakan
No Komponen Type Brand Qty Satuan
1 Flaring & swaging tool - Refco 1 Set
2 Spring Bending 3/8 inch & ¼ inch - 1 Set
3 Peralatan brezzing - - 1 Set
4 Kunci ring & pas Menyesuaikan - 1 Set
5 Bor tangan Menyesuaikan Makita 1 Set
6 Gerinda Halus & potong Bosch 1 Set
7 Cutting well - - 1 Buah

33
8 Tang kombinasi - - 1 Buah
9 Obeng Kombinasi - 1 Buah
10 Tespen - - 1 Buah
11 Palu - - 1 Buah
13 Kunci inggris Menyesuaikan Tekiro 2 Buah
14 Manifold - Refco 1 Set
15 Vacum pump - Value 1 Buah
16 Kunci L - Tekiro 1 Set

3.5 Pembuatan Alat


Proses pembuatan alat ini merupakan proses setelah tahap desain alat dan
pemilihan komponen atau alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan pembuatan alat.
Pemilihan bahan ini dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan alat sesuai dengan
rancangan yang telah dilakukan sebelumnya.

3.5.1 Pembuatan Body Based S-ACWH


Pembuatan Body Based ini dilakukan dengan membuat kerangka dari besi
hole dan besi siku berukuran 4x4 cm yang disambung dengan cara pengelasan.
Dimensi Body Based ini berukuran panjang x lebar x tinggi = 125 cm x 60 cm x
180 cm. Untuk alas menggunakan triplek dengan tebal 1 cm sebagai tempat
outdoor, indoor unit AC dan tabung air panas.

Gambar 3.7 Pembuatan Body Based S-ACWH

34
3.5.2 Pembuatan Alat Penukar Kalor
Pada tahap ini dilakukan proses pembentukan alat penukar kalor tipe helikal
dengan menggunakan alat spring bending dan bantuan tabung silinder untuk
membuat bentuk helikal alat penukar kalor, sehingga dapat menunjang proses
pembendingan pipa dengan bentuk helikal.

Gambar 3.8 Proses Bending Pipa APK

3.5.3 Pengelasan APK Pada Tabung Air Panas


Setelah dilakukan proses pembentukan alat penukar kalor tipe helikal,
dilakukan proses pengelasan pipa APK pada tabung air panas sehingga tidak terjadi
kebocoran pada tabung penyimpan air panas.

Gambar 3.9 Proses Pengelasan Pipa APK Pada Tabung

35
3.6 Instalasi dan Pengujian Alat
Proses instalasi terbagi menjadi dua bagian yaitu instalasi pemipaan dan
kelistrikan. Instalasi pemipaan merupakan proses pemasangan pipa pada beberapa
komponen sistem refrigerasi agar saling terhubung dengan cara brazing, swaging
dan flaring sesuai dengan modifikasi jalur pemipaan pada sistem ini. Pada sistem
ini aliran refrigeran dari kompresor dihubungkan dengan alat penukar kalor tipe
helikal yang berada pada tabung penyimpan air, sehingga pipa outlet kompresor
dan pipa inlet kondensor dipotong kemudian dihubungkan dengan alat penukar
kalor. Dengan demikian, refrigeran dengan temperatur tinggi yang keluar dari
kompresor akan mengalir terlebih dahulu melalui alat penukar kalor lalu menuju ke
kondensor. Di dalam tabung penyimpan air akan terjadi pertukaran kalor antara
refrigeran dan air karena adanya perbedaan suhu antara keduanya. Untuk proses
pengujian alat ini dilakukan setelah proses instalasi telah selesai.

3.6.1 Tes Kebocoran


Tes kebocoran dilakukan apabila proses instalasi pemipaan telah selesai
dengan cara memberikan nitrogen kedalam sistem pada tekanan 150-200 Psi
(tekanan kerja R32), kemudian proses pengecekannya dilakukan dengan
memberikan air sabun. Apabila terjadi kebocoran, maka bisa diantisipasi dengan
brazing atau pengencangan pada nut tergantung kondisi kebocoran yang terjadi.

Gambar 3.10 Proses Pengecekan Kebocoran Pada Sistem

36
3.6.2 Pemvakuman Sistem
Setelah dilakukan pengecekan kebocoran pada sistem dan dipastikan tidak
ada kebocoran, yaitu dilakukan proses pemvakuman sistem untuk mengeluarkan
udara atau gas N2 dari sistem. Pemvakuman ini dilakukan dengan pemasangan
selang manifold pada katup servis dan pompa vakum kemudian tunggu sekitar
beberapa menit hingga indikator tekanan pada manifold dibawah atmosfir (-30 psi).

3.6.3 Charging Freon


Proses pengisian freon pada sistem ini dilakukan dengan menggunakan
acuan indikator kapasitas freon (berat) sesuai dengan kapasitas yang terdapat pada
name plate yaitu 340 gram.

Gambar 3.11 Charging Freon Pada Sistem

3.6.4 Pengujian Alat


Pengujian alat ini dilakukan ketika proses perakitan unit dan kelistrikan
sudah dilakukan. Tujuan pengujian unit ini untuk mengetahui sistem baik atau tidak
dari sistem refrigerasi maupun kelistrikannya.

3.7 Pengambilan Data


Dalam proses pengambilan data akan dilakukan dengan mengukur
parameter-parameter seperti temperatur, tekanan, dan arus pada sistem. Adapun

37
pengambilan data akan dilakukan pada saat alat beroperasi. Adapun alat ukur yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Thermometer digital
b. Thermocouple
c. Tang amper
d. Stopwatch
Pengambilan data yang akan dilakukan yaitu data unit S-ACWH
menggunakan APK berdiameter ¼ inch inch dengan beban air dengan kapasistas
30 liter. Pengambilan data ini dilakukan selama 1 jam dengan rentang waktu 5
menit sekali. Data yang akan diambil adalah sebagai berikut:
a. Temperatur out kompresor
b. Temperatur in dan out kondensor
c. Temperatur in dan out evaporator
d. Temperatur in dan out APK (Alat Penukar Kalor)
e. Tekanan suction
f. Tekanan discharge
g. Arus
h. Tegangan
i. Temperatur air

38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengambilan Data


Pengambilan data dilakukan sesuai dengan prosedur pengambilan data yang
telah disampaikan pada BAB III 3.7. Pengambilan data dimaksud untuk
mengetahui capaian temperatur desain (400 C) pada Split Air Conditoner Water
Heater dengan menggunakan alat penukar kalor tipe helikal sesuai rancangan
penentuan panjang pipa dalam proses pemanasan air.
Hasil pengambilan data terdapat pada lampiran. Pengambilan data
dilakukan pada saat alat beroperasi. Berikut ini data-data hasil pengukuran yang
disajikan dalam bentuk grafik.

Temperatur Air dan In Out APK


80
70
60
Temperatur (0 C)

50
40 Temperatur Air
30 In APK
20 Out APK
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (menit)

Gambar 4.1 Grafik Data Temperatur Air dan In Out APK Terhadap Waktu

Pengambilan data dilakukan selama 1 jam dengan waktu pengambilan data


5 menit sekali dan grafik di atas menjelaskan pada 5 menit pertama temperatur air
dengan dengan penggunaan pipa APK berdiameter ¼ inch mencapai temperatur
32,30 C dan terjadi peningkatan temperatur hingga temperatur 45,10 C. Hal ini
terjadi karena adanya perbedaan temperatur antara air dengan pipa masuk APK.
Dimana temperatur pipa masuk APK pada 5 menit pertama 56 0 C selama 1 jam
sampai mencapai temperatur 67,80 C jadi temperatur masuk APK lebih tinggi
dibandingkan temperatur air. Sehingga terjadi proses perpindahan panas hingga

39
mengalami kesetimbangan temperatur. Dan temperatur keluar APK lebih rendah
dari tempeatur masuk APK akibat terjadinya perpindahan panas tersebut.

4.2 Hasil Perancangan


Hasil dari pengambilan data yang telah dilakukan, maka dapat dihitung
performa sistem Split Air Conditionier Water Heater Tanpa Menggunakan alat
penukar kalor dan dengan menggunakan alat penukar kalor dari hasil perhitungan
diagram p-h. Untuk mengetahui nilainya terlebih dahulu mencari nilai efek
refrigerasi dan laju aliran massanya.

4.2.1 S-ACWH Tanpa Menggunakan APK


Dari hasil pengambilan data pada unit tanpa menggunakan alat penukar
kalor dapat dihitung performansi unit tersebut. Dengan data yang digunakan yaitu
nilai rata-rata temperatur evaporator dan kondensor pada S-ACWH tanpa
menggunaaan APK.
Diketahui:
 T evaporator = 16,90 C = 289,9 K
 T kondensor = 61,40 C = 334,4 K

40
Gambar 4.2 Diagram P-h Hasil Perancangan S-ACWH Tanpa APK

Didapatkan:
 h1 = 518 kJ/kg
 h2 = 561 kJ/kg
 h3 = h4 = 328 kj/kg
 Daya kompresor =I.V
= 1,42 A × 220 Volt (dari hasil pengukuran)
= 312 Watt
= 0,312 kW

1. Kerja kompresi dan laju aliran massa


Besarnya kerja kompresi per satuan massa refrigeran bisa dihitung dengan
persamaan (4):
qw = h2 − h1 = 544 − 518 = 𝟒𝟑 𝐤𝐣/𝐤𝐠
Untuk mengetahui laju aliran massa refrigeran, maka gunakan persamaan
(5) karena,

41
Q w = ṁ x qw
Maka,
Daya kompresor 0,312 kW
ṁ= = = 0,007 kg/s
Kerja kompresi 43 kj/kg

2. Pembuangan panas dan kapasitas kondensor


Besar panas refrigeran yang dilepaskan di kondensor dinyatakan sebagai:
qc = h2 − h3 = 561 − 328 = 𝟐𝟑𝟑 𝐤𝐉/𝐤𝐠
Besarnya kapasitas kondensor yang dilakukan:
Q c = ṁ × qc = 0,007 × 233 = 1,631 kW = 𝟏. 𝟔𝟑𝟏 𝐖𝐚𝐭𝐭

3. Efek refrigerasi dan kapasitas evaporator


Besarnya kalor yang diserap oleh evaporator adalah:
qe = h1 − h4 = 518 − 328 = 𝟏𝟗𝟎 𝐤𝐣/𝐤𝐠
Besarnya kapasitas evaporator:
Q e = ṁ × qe = 0,007 × 190 = 1,330 kW = 𝟏. 𝟑𝟑𝟎 𝐖𝐚𝐭𝐭

4. Koefisien kinerja
qe 190
COPaktual = = = 𝟒, 𝟒
qw 43

𝐓𝐞 𝟐𝟖𝟗. 𝟗
𝐂𝐎𝐏𝐜𝐚𝐫𝐧𝐨𝐭 = = = 𝟔, 𝟓
𝐓𝐜 − 𝐓𝐞 𝟑𝟑𝟒, 𝟒 − 𝟐𝟖𝟗. 𝟗
5. Efisiensi refrigerasi
COP aktual 4,4
Efisiensi = = = 68 %
COP carnot 6,5

4.2.2 S-ACWH Menggunakan APK ¼ Inch


Hasil dari pengambilan data unit menggunakan alat penukar kalor yang
telah dilakukan, maka dapat dihitung performa sistem Split Air Conditionier Water
Heater dari hasil perhitungan diagram p-h. Data yang digunakan adalah rata-rata
temperatur evaporator dan kondensor pada S-ACWH menggunaaan APK ¼ inch.
Diketahui:
42
 T evaporator = 16,160 C = 289,2 K
 T kondensor = 38,160 C = 311,16 K

Gambar 4.3 Diagram P-h Hasil Perancangan S-ACWH Menggunakan APK


Didapatkan:
 h1 = 518 kJ/kg
 h2 = 544 kJ/kg
 h3 = h4 = 273 kj/kg
 Daya kompresor =I.V
= 1,41 A × 220 Volt (Dari hasil pengukuran)
= 310 Watt
= 0,31 kW

6. Kerja kompresi dan laju aliran massa


Besarnya kerja kompresi per satuan massa refrigeran bisa dihitung dengan
persamaan (4):
qw = h2 − h1 = 544 − 518 = 𝟐𝟔 𝐤𝐣/𝐤𝐠

43
Untuk mengetahui laju aliran massa refrigeran, maka gunakan persamaan
(5) karena,
Q w = ṁ x qw
Maka,
Daya kompresor 0,31 kW
ṁ= = = 0,0119 kg/s
Kerja kompresi 26 kj/kg

7. Pembuangan panas dan kapasitas kondensor


Besar panas refrigeran yang dilepaskan di kondensor dinyatakan sebagai:
qc = h2 − h3 = 544 − 273 = 𝟐𝟕𝟏 𝐤𝐣/𝐤𝐠
Besarnya kapasitas kondensor yang dilakukan:
Q c = ṁ × qc = 0,0119 × 271 = 3,22 kW = 𝟑. 𝟐𝟐𝟎 𝐖𝐚𝐭𝐭

8. Efek refrigerasi dan kapasitas evaporator


Besarnya kalor yang diserap oleh evaporator adalah:
qe = h1 − h4 = 518 − 273 = 𝟐𝟒𝟓 𝐤𝐣/𝐤𝐠

Besarnya kapasitas evaporator:


Q e = ṁ × qe = 0,0119 × 245 = 2,91 kW = 𝟐. 𝟗𝟏𝟎 𝐖𝐚𝐭𝐭

9. Koefisien kinerja
qe 245
COPaktual = = = 𝟗, 𝟒
qw 26

𝐓𝐞 𝟐𝟖𝟗. 𝟐
𝐂𝐎𝐏𝐜𝐚𝐫𝐧𝐨𝐭 = = = 𝟏𝟑, 𝟏
𝐓𝐜 − 𝐓𝐞 𝟑𝟏𝟏, 𝟏𝟔 − 𝟐𝟖𝟗. 𝟐
10. Efisiensi refrigerasi
COP aktual 9,4
Efisiensi = = = 72 %
COP carnot 13,1

11. Laju perpindahan panas untuk memanaskan air


Berikut perhitungan kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan air
digunakan persamaan:
𝜌.𝑉
Qair = . Cp . ΔT
Δt
44
Dimana:
Qair = Laju perpindahan panas untuk memanaskan air [Watt]
ρ = Massa jenis air [1000 kg/m3 ] [4]
Δt = Waktu yang tercapainya temperatur desain [30 menit = 1800 s]
(Lampiran 5)
Cp air = Kalor spesifik air [4.179 J/kg.K] temperatur 313 K (Lampiran 7)
ΔT = Beda temperatur [Takhir – Tawal] [K]
Tawal = 270 C = 300 K
Takhir = Temperatur tercapai dalam waktu 30 menit [40,50 C = 313,5 K]
(Lampiran 5)
Sehingga:
𝜌.𝑉
Qair = . Cp . ΔT
Δt

1000 𝑘𝑔/𝑚3 . 0,03 𝑚3


= . 4179 J/kg.K . (313,5 K – 300 K)
1800 s

= 936,5 Watt
12. Kalor yang dilepas koil
Kalor yang dilepas koil dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus
persamaan berikut:
Qkoil = ṁ . Cp . ΔT
Dimana:
ṁ = Laju aliran massa refrigeran [0,0119 kg/s] (dari perhitungan
sebelumnya)
TC in = Temperatur masuk koil [61,860 C = 334,86 K] (nilai rata-rata dari
hasil pengukuran) (Lampiran 5)
TC out = Temperatur keluar koil [39,050 C = 312,05 K] (nilai rata-rata dari
hasil pengukuran) (Lampiran 5)
Cp = Kalor jenis refrigeran [3.560 J/kg.K] (Lampiran 9)
Sehingga:
Qkoil = ṁ . Cp . ΔT
= 0,0119 kg/s . 3.560 J/kg.K . (334,86 K – 312,05 K)
= 996,3 Watt

45
13. Efisiensi pemanasan air
Untuk efisiensi dalam proses pemanasan air dapat diperhitungkan dengan
menggunakan rumus persamaan berikut:
𝑄𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝜂= x 100%
𝑄𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡

𝑄𝑎𝑖𝑟
= x 100%
𝑄𝑘𝑜𝑖𝑙
936,5 𝑊𝑎𝑡𝑡
= x 100%
996 ,3 𝑊𝑎𝑡𝑡

= 94%

4.2.3 Koefisien Kinerja Alat


Untuk mendapatkan nilai koefisien kinerja (Coeffisient Of Perfomance,
COP) pada alat yang dibuat bisa dilakukan dengan menghitung nilai temperatur
evaporator dan kondensor ke diagram P-h (COP Aktual) kemudian gunakan
persamaan (11) dan persamaan (13) untuk mendapatkan nilai COP Carnot.

COP Aktual
10.0
9.0
8.0
7.0
6.0
S-ACWH Tanpa APK
5.0
4.0 S-ACWH Menggunkana APK 1/4 inch
3.0
2.0
1.0
0.0
Kondisi

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Nilai COP Aktual terhadap waktu

Dari grafik diatas terlihat perbandingan nilai COP aktual, dapat dilihat
perbandingan nilai COP antara sistem menggunakan APK dan tanpa menggunakan
APK. Nilai COP yang menggunakan APK lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa
menggunakan APK yaitu 9,4 dan nilai COP tanpa menggunakan APK yaitu 4,4.

46
Hal ini disebabkan karena penggunaan APK menambah proses pelepasan kalor
yaitu proses pembuangan panas secara alami. Sehingga kerja kondensor tidak
terlalu berat dan temperatur yang masuk ke pipa kapiler lebih rendah dibandingkan
tanpa tambahan penggunaan APK.

4.2.4 Efisiensi Sistem Refrigerasi


Efisiensi pada sistem refrigerasi adalah perbandingan nilai COP aktual
dengan COP carnot. Pada tabel grafik di bawah ini, ditampilkan perbandingan nilai
efisiensi dari hasil pengukuran.

Efisiensi Sistem Refrigerasi


100% S-ACWH
M enggunakan
90% Alat Penukar
S-ACWH Tanpa Kalor 1/4 Inch,
80% Alat Penukar 72%
Kalor, 68%
Efisiensi (%)

70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
Kondisi

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Nilai Efisiensi Dengan Masing-masing Kondisi

Grafik diatas menjelaskan perbandingan nilai efisiensi sistem refrigerasi,


terlihat data nilai efisiensi paling tinggi yaitu pada sistem S-ACWH menggunakan
APK ¼ inch yaitu 72%. Sedangkan nilai efisiensi unit tanpa menggunakan APK
lebih rendah dibandingkan yang menggunakan APK yaitu 68%.

4.2.5 Penggunaan Daya Listrik dan Estimasi Biaya yang Dikeluarkan


Penggunaan daya listrik (kWh) dapat diketahui dari daya alat (S-ACWH)
yang diukur. Biaya pengeluaran listrik Politeknik Negeri Indramayu ini
menggunakan Tarif Dasar Listrik (TDL) jenis pelanggan layanan industri.

47
Berdasarkan tabel pada Lampiran 11, Politeknik Negeri Indramayu termasuk
golongan tarif 1-3/TM maka biaya yang akan dikeluarkan adalah sebagai berikut:
Diketahui:
 Tegangan = 220 V
 Arus = 1,41 A
 Daya = V . I = 220 V . 1,41 A = 310 Watt = 0,31 kW
 Running Time (RT) = 1 jam
 TDL = Rp. 1.467,28 (Tarif dasar listrik PLN)
Maka,
a. Estimasi pemakaian listrik harian
Pemakaian sehari = Daya × RT × TDL
= 0,31 kW x 1 jam × Rp. 1.467,28/kWh
= Rp. 454,85

b. Estimasi pemakaian listrik perbulan


Pemakaian listrik per bulan = Pemakaian listrik per hari × 1 bulan (30 hari)
= Rp. 454,85 × 30 hari
= Rp. 13.645,5

Jadi, biaya pemakaian listrik yang dikeluarkan selama sehari yaitu Rp.
454,85. Sehingga, estimasi biaya pemakaian listrik selama sebulan sebesar Rp.
13.645,5.

4.2.6 Perbandingan Data Rancangan Dengan Data Aktual


Setelah diperoleh data hasil pengukuran dari masing-masing metode
pengambilan data dan berdasarkan data hasil perhitungan yang telah dilakukan,
maka hasilnya dapat dibandingkan antara data aktual dan rancangan untuk
mengetahui data yang lebih efisien dalam proses pemanasan air sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan dan waktu yang relatif singkat. Berikut tabel
perbandingan data rancangan dengan data aktual:

48
Tabel 4.1 Perbandingan Data Rancangan dengan Data Aktual
Parameter Rancangan Aktual
Qair 452,7 Watt 936,5 Watt
Qkoil 569,6 Watt 996,36 Watt
Waktu Tercapai Temperatur Desain 60 Menit 30 Menit
Temperatur Puncak Air Dalam Waktu 60 Menit 400 C 45,10 C
Efisiensi Pemanasan Air (ղ) 79% 94%

Dari tabel data diatas, bahwa data rancangan awal untuk proses pemanasan
air sebesar 30 liter dengan temperatur desain 40 0 C dalam waktu 60 menit
membutuhkan kalor untuk memanaskan air sebesar 452,7 Watt dengan kalor yang
dilepas oleh koil (alat penukar kalor) 569,6 Watt. Sehingga dapat diperoleh efisiensi
dalam proses pemanasan air yaitu 79%. Sedangkan dari data aktual didapatkan nilai
yang berbeda bahkan lebih baik dari data rancangan.
Dari hasil pengambilan data didapatkan nilai parameter-parameter aktual
sesuai dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan. Proses pemanasan air dengan
kapasitas 30 liter mencapai temperatur air pada tabung dengan waktu 30 menit
dengan capaian temperatur 40,10 C dan dalam waktu 60 menit mencapai temperatur
air pada tabung sebesar 45,10 C. Panas yang diperoleh air dalam proses pemanasan
yaitu sebesar 936,5 Watt dari panas yang dilepas koil sebesar 996,36 Watt.
Sehingga niali efisiensi dalam proses pemanasan air yaitu sebesar 94%.
Nilai temperatur air aktual lebih besar dibandingkan dengan data rancangan
karena kalor yang dilepas oleh alat penukar kalor (Qkoil) lebih besar dibandingkan
dengan yang rancangan sehingga kalor yang diterima oleh air (Qair) lebih besar
dibandingkan yang rancangan. Jadi, waktu dalam proses pemanasan air lebih cepat
dibandingkan dengan desain waktu rancangan untuk mencapai temperatur desain
yang diinginkan. Dan dapat diperhitungkan dan disimpulkan bahwa nilai efisiensi
aktual lebih besar dibandingkan dengan efisiensi rancangan.

49
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil tugas akhir ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan alat penukar kalor tipe helikal dengan diameter pipa ¼ inch dan
panjang pipa 3,8 meter menggunakan AC berdaya ½ PK dapat memanaskan
air lebih dari 400 C dengan waktu 60 menit.
2. Penggunaan sistem S-ACWH akan menghasilkan performansi yang lebih
besar ketimbang AC biasa karena adanya proses heat recovery.
3. Nilai efisiensi dalam proses pemanasan air sebesar 94% dikarenakan kalor
yang dilepas oleh alat penukar kalor (Qkoil) besar sehingga kalor yang
diterima air dalam proses pemanasan (Qair) pun besar. Dan panas yang
dilepas koil pada tabung air dapat dioptimalkan dengan baik dalam proses
pemanasan air.

5.2 Saran
1. Sebaiknya pipa keluaran kompresor yang menuju alat penukar kalor
diinsulasi sehingga mengurangi heat loss pada pipa karena kontak langsung
dengan udara luar.
2. Untuk hasil pengujian yang lebih optimal harus dilakukan pada kondisi
temperatur lingkungan yang stabil. Karena perbedaan temperatur
lingkungan sangat mempengaruhi temperatur refrigeran.
3. Penambahan pressure gauge pada sisi keluaran APK untuk mengetahui
perubahan tekanan pada penggunaan alat penukar kalor.

50
DAFTAR PUSTAKA

[1] Daniel Santoso, F. Dalu Setiaji, 2013, Pemanfaatan Panas Buang Pengkondisi
Udara Sebagai Pemanas Air Dengan Menggunakan Penukar Panas Helikal.
Vol 12 no. 2.

[2] Dossat, RJ. 1976 Principle of Refrigeration.

[3] Thermophysical Properties of Compressed R-32,


http://xa.yimg.com/kq/groups/3004572/2095395555/name/chap02_2.pdf.
Diakses 2 Agustus 2018.

[4] Incropera, Frank P. and Dewitt, David P. 2008. “Fundamentals Of Heat And
Mass Transfer” Seventh Edition. New York: John Wiley & Sons.

[5] H.J. Laue, Regional report Europe: “heat pumps––status and trends”,
International Journal of Refrigeration 25 (2002) 414–420.

[6] Mohamed E Ali, 2006, Natural Convection Heat Transfer from Vertical
Helical Coils in Oil, Heat transfer Engineering, vol. 27 no. 3.

[7] Prabhanjan D. G., 2002, Ragbavan G. S. V. and Rennic T. J., Comparison of


Heat Transfer Rates Between a Straight Tube Heat Exchanger and a Helically
Coiled Heat Exchanger, International Communications in Heat and Mass
Transfer, Vol. 29, Issue 2.

[8] Ichwan Nurhalim, “Rancang Bangun dan Pengujian Unjuk Kerja Alat Penukar
Kalor Tipe Serpentine Pada Split Air Conditioner Water Heater” Skripsi
Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok 2010.

51
LAMPIRAN

52
Lampiran 1
Plot Diagram P-h Dari Data Rancangan S-ACWH Tanpa Menggunakan APK
Lampiran 2
Plot Diagram P-h Dari Data Pengukuran S-ACWH Tanpa Menggunakan APK
Lampiran 3
Plot Diagram P-h Dari Data Pengukuran S-ACWH Menggunakan APK ¼ Inch
Tabel Data Hasil Pengukuran S-ACWH Tanpa Menggunakan APK
Lampiran 4
TABEL DATA PENGUJIAN SPLIT AIR CONDITIONING WATER HEATER TANPA APK
Waktu Temperatur Pipa (0 C) Tekanan (Psi)
V A
(Menit) Out Komp. In Konden. Out Konden. In Evap. Out Evap. PS PD
5 58 52.2 35.4 18.5 24.9 160 265 220 1.42
10 62.1 55.7 35.4 18.1 25.1 160 265 220 1.42
15 63.2 57.3 35.5 17.8 24.8 160 265 220 1.42
20 63.8 59.4 35.8 17.5 24.2 160 265 220 1.42
25 64.7 61.1 35.9 17.2 24.6 160 265 220 1.42
30 65.5 62.8 36.1 17.1 24.2 160 265 220 1.42
35 64.6 63 36.2 16.9 24.2 160 265 220 1.42
40 66 63.9 36.4 16.7 24.1 160 265 220 1.42
45 69.4 64.2 36.4 16.3 24.1 160 265 220 1.43
50 72.9 65.3 36.5 15.9 23.6 160 265 220 1.43
55 73.6 65.9 36.7 15.7 23.9 160 265 220 1.43
60 76.4 66.2 36.8 15.4 24 160 265 220 1.43
Rata" 66.7 61.4 36.1 16.9 24.3 160 265 220 1.42
Tabel Data Hasil Pengukuran S-ACWH Menggunakan APK ¼ Inch
Lampiran 5
TABEL DATA PENGUJIAN SPLIT AIR CONDITIONER WATER HEATER MENGGUNAKAN APK ¼ INCH
Waktu Temperatur Pipa (0 C) Tekanan (Psi) V I
(Menit) Out Komp. In APK Out APK Water In Kond. Out Kond. In Evap. Out Evap. PS PD (Volt) (Ampere)
5 58 56 36.2 32,3 34.9 26.7 18 28.1 160 265 220 1.41
10 60.2 58 36.2 33.4 35.6 27.3 17.7 27.1 160 265 220 1.42
15 62.8 58.2 36.4 37.7 36.7 27.5 17.5 27.3 160 265 220 1.41
20 62.9 58.4 37.8 38.5 36.9 26.2 17.2 27.5 160 270 220 1.4
25 63.1 60.4 38.2 39.8 37.2 26.9 16.6 27.7 160 270 220 1.4
30 63.6 61 39 40.5 37.4 26.6 16.1 27.8 160 270 220 1.41
35 65 62.2 39.3 42.3 38.3 26.7 15.7 28 160 270 220 1.41
40 65.4 63.4 39.8 42.6 39.4 27.8 15.3 28.1 158 272 220 1.41
45 66.1 64.5 40.3 43 39.6 27.6 15.2 28.3 158 272 220 1.42
50 67 65.3 40.8 43.6 40.3 28.2 15 28.5 156 272 220 1.42
55 67.8 67.1 42.1 44.8 40.7 28.4 14.9 28.6 156 272 220 1.42
60 69.9 67.8 42.5 45.1 40.9 28 14.7 28.6 156 272 220 1.42
Rata” 64.32 61.86 39.05 40.4 38.16 27.33 16.16 27.97 158 269 220 1.41
Tabel Data COP Dan Efisiensi S-ACWH
Lampiran 6
TABEL DATA COP DAN EFISIENSI SPLIT AIR CONDITIONER WATER HEATER
Tabel Properties of Saturated Water
Lampiran 7
Data COP Dan Efisiensi S-ACWH
Lampiran 6

Sumber: Incropera, Frank P. and Dewitt, David P. 2008. “Fundamentals Of Heat And Mass Transfer” Seventh Edition. New York: John Wiley & Sons.
Tabel Properties of Selected Metallic Solids
Lampiran 8
Sumber: Incropera, Frank P. and Dewitt, David P. 2008. “Fundamentals Of Heat And Mass Transfer” Seventh Edition. New York: John Wiley & Sons.
Tabel Properties R-32
Lampiran 9
Tabel Properties of Saturated Water
Lampiran 7

Sumber: Thermophysical Properties of Compressed R-32, http://xa.yimg.com/kq/groups/3004572/2095395555/name/chap02_2.pdf.


Lampiran 10
Tabel Properties Difluoromethane (HFC-32)

Sumber: https://www.made- in-china.com/showroom/gy3095326/product-


detaileXDEPOqcLGhd/China-Refrigerant-Gas-R32.html

62
Lampiran 11
Tabel Tarif Dasar Listrik PT PLN (Persero)

Sumber: www.pln.co.id

63
Lampiran 12
Dokumentasi Pengerjaan Alat

DOKUMENTASI PENGERJAAN ALAT

Proses Pembuatan Body Based S-ACWH Proses Bending Pipa APK S-ACWH

Proses Pengelasan Pipa APK Pada Tabung Proses Pengelasan Pipa Sambungan Indikator
Discharge Pressure

64
Proses Charging Freon Pengambilan Data Temperatur Air

65

Anda mungkin juga menyukai