BEBAN PENDINGINAN
Menurut Wirakartakusumah et al. (1989), beban refrigerasi adalah jumlah
panas yang harus diambil oleh refrigerator yang terdiri dari beberapa sumber yaitu
beban unsteady state yaitu panas yang dipindahkan untuk menurunkan suhu bahan
ke suhu ruang pendingin, beban steady state adalah jumlah panas yang harus
diserap untuk menjaga agar suhu penyimpanan konstan. Beban unstedy state
termasuk panas sensibel, panas hasil respirasi (untuk bahan segar), panas fusion
(untuk pembekuan). Beban steady state termasuk panas yang dipindahkan melalui
dinding refrigerator, celah antara pintu dan dinding serta panas yang dimasukkan
melalui pintu yang sering dibuka/tutup. Apabila dalam ruang refrigerator ada
mesin blower/kipas maka panas yang dihasilkan oleh motor tersebut harus
dimasukkan kedalam perhitungan beban steady state. Demikian juga orang yang
keluar masuk ruangan refrigerator, maka beban ini harus diperhitungkan.
Beban pendinginan merupakan penjumlahan dari beban panas yang
memasuki pendinginan dan berasal dari berbagai sumber. Beban panas terdiri dari
dua komponen yaitu panas sensibel yang terjadi jika panas memasuki ruangan dan
mengakibatkan peningkatan suhu ruangan, dan beban panas laten yang terjadi jika
uap air memasuki ruangan dan meningkatkan kelembaban nisbi ruangan.
Perhitungan beban pendinginan komersial dikelompokkan dalam tiga jenis
sumber yaitu beban di dalam ruangan, beban dari luar ruangan, dan beban-beban
lain. Tujuan utama perhitungan beban pendinginan adalah untuk menduga
kapasitas mesin pendingin yang dibutuhkan untuk dapat mempertahankan
keadaan optimal yang diinginkan dalam ruang. Sejumlah prosedur perhitungan
telah dikembangkan selama bertahun-tahun, akan tetapi secara prinsip perhitungan
dapat didasarkan pada dua cara yaitu:
-
...............................................................1)
Dimana mp : massa bahan (kg), Cp : panas jenis (J/kgK) dan T : perubahan suhu
bahan (K).
Laju pelepasan panas dari bahan (Qp) diperoleh dengan membagi dengan waktu
pendinginan yang diinginkan.
Qp
m p CpT
t
.................................................................2)
- Panas respirasi
Panas respirasi merupakan beban panas bahan, karena pada proses
respirasi pada bahan hidup menghasilkan panas. Besarnya panas respirasi
tergantung pada jenis dan suhu bahan.
Qr m p rr ..........................................................................3)
Ekivalen panas/orang
(kW)
0.211
0.242
0.275
0.305
0.347
0.378
0.407
Pl t l
...............................................................4)
24
Qm
Pm f m t m
........................................................5)
24
Dimana Pl : daya lampu (W), tl : waktu operasi lampu (jam), Pm : daya keluaran
motor (W), t : waktu kerja motor, fm : faktor pengali untuk motor.
Rating Motor
(KW output)
Efisiensi
0.1-0.5
0.5-2.0
2.0-15
33.3
55
85
Beban terpasang
di dalam ruang
pendingin
1.67
1.45
1.15
Faktor pengali
Kehilangan panas
motor di luar
ruang pendingin
1
1
1
Beban terpasang
di luar
pendingin
0.67
0.45
0.15
Lingkungan
h0
Ruangan
k
Ta
h1
Tr
x
k
......................................................................................7)
x
Rt
1
1
1
1
1
.....
........................................8)
f i C1 C 2
Cn f o
Ul
1
...................................................................................9)
Rt
Infiltrasi Udara
Masuknya udara luar ke dalam ruangan mempengaruhi suhu udara dan
tingkat kelembaban di ruang tersebut. Pertukuaran udara disebabkan karena
adanya kebocoran dinding, buka-tutup pintu dan ventilasi. Beban panas akibat
pertukaran udara ini sulit ditentukan secara tepat kecuali pada beberapa kasus
dimana debit udara yang masuk diketahui secara tepat. Beban panas yang diterima
(Qu) dapat dihitung dengan persamaan 10:
Qu m ho h i ...................................................................10)
Dimana, m: debit udara masuk ( kg/det), dimana h o dan hi adalah entapi udara di
luar dan di dalam ruangan (J/kg) yang diperoleh dengan grafik psikrometri.
Ton Refrigerasi
Ton refrigerasi merupakan satuan beban pendinginan untuk skala
pendinginan yang besar, sedangkan untuk sistem yang kecil biasanya
menggunakan J/det atau Watt. Sistem-sistem pendinginan dan komponenkomponen dibandingkan berdasarkan ton atau J/detik. Istilah ton refrigerasi
menunjukan bila pendinginan mekanis masih baru dan dipakai untuk
membandingkan kemampuan sistem mekanis terhadap es. Satu ton es dapat
menyerap 334952 kJ pada peleburannya(dalam menghaslkan pendinginan). Suatu
mesin yang dapat menyerap panas (menghasilkan pendinginan) dalam laju
334952 kJ per hari dibandingkan dengan sebagai 1 ton. Dalam membuat es air
didinginkan dari suhu sekeliling misalnya 294 K dan es praktis bersuhu dibawah
273 K, sehingga 1 ton mesin dapat membuat hanya sekitar dua per tiga ton dalam
24 jam. Satu ton refrigerasi sama dengan 13956 kJ/jam atau 3877 J/detik atau watt
(Henderson dan Perry, 1987).
Kapasitas Pendinginan
Kapasitas mesin pendingin yang diperlukan dapat dihitung dari beban
pendinginan yang harus diatasi dan waktu kerja mesin. Rumusannya:
qm
24 qt
tk
Dimana:
qm
qt
tk
: 15 x 15 x 4.5 m
: 720 m2
Volume
: 908 m3
: 1.3 KJ/m2cmoC
: 1.1 kJ/jam m oC
: 30 C/RH 50%
Suhu buah
Kapasitas storage
Berat bins
: 63.5 kg
: 38.100 kg
Jumlah muatan
Lama pemuatan
: 3 hari
Laju pendinginan
Beban panas penurunan suhu udara dari 30 C ke -1.1C (RH 50%) : 74.5 kJ/m3
Beban panas penurunan suhu udara dari 7.2 C ke -1.1C (RH 70%) : 15.3 kJ/m3
Beban panas dari Lampu
: 3112 kJ/HP
Forklift listrik
Forklift listrik
Pekerja
= 519149
2. Pergantian udara
= 405876
3. Pendinginan produk
= 8543353
4. Produksi respirasi
= 1475900
5. Tambahan
= 383024
Sub total
= 11399302
= 1139930
= 12539232
Pekerja
= 157766
2. Pergantian udara
= 25006
3. Produksi respirasi
= 243600
4. Tambahan
= 262624
Sub total
= 688996
= 68899
= 757895
melalui kaca secara radiasi maupun melalui dinding akibat perbedaan temperatur.
Pengaruh penyimpanan energi pada struktur bangunan perlu dipertimbangkan
dalam perhitungan tambahan panas.
Aspek-aspek fisik yang harus diperhatikan dalam perhitungan beban
pendingin antara lain:
1. Orientasi gedung dengan mempertimbangkan pencahayaan dan pengaruh
angin
2. Pengaruh emperan atau tirai jendela dan pantulan oleh tanah
3. Penggunaan ruang
4. Jumlah dan ukuran ruang
5. Beban dan ukuran semua bagian pembatas dinding
6. Jumlah dan aktivitas penghuni
7. Jumlah dan jenis lampu
8. Jumlah dan spesifikasi peralatan kerja
9. Udara infiltrasi dan ventilasi
Beban pendinginan suatu ruang berasal dari dua sumber, yaitu melalui
sumber eksternal dan sumber internal. 1. Sumber panas eksternal antara lain : a)
Radiasi surya yang ditransmisikan melaui kaca b) Radiasi surya yang mengenai
dinding dan atap, dikonduksikan kedalam ruang dengan memperhitungkan efek
penyimpangan melalui dinding. c) Panas Konduksi dan konveksi melalui pintu
dan kaca jendela akibat perbedaan temperatur. d) Panas karena infiltrasi oleh
udara akibat pembukaan pintu dan melalui celah-celah jendela. e) Panas karena
ventilasi. 2. Sumber panas internal antara lain : a) Panas karena penghuni b)
Panas karena lampu dan peralatan listrik c) Panas yang ditimbulkan oleh peralatan
lain.
Sumber-sumber Panas Beban pendinginan total merupakan jumlah beban
pendinginan tiap ruang. Beban ruang tiap jam dipengaruhi oleh perubahan
temperatur udara luar, perubahan intensitas radiasi, surya dan efek penyimpanan
panas pada struktur/dinding bagian luar bangunan gedung.
tabel analisis regresi. Intensitas radiasi surya di hitung menggunakan persamaanpersamaan yang relevan
Dalam sistem pendingin dikenal dua macam panas atau kalor yaitu panas
sensible (panas yang menyebabkan perubahan temperatur tanpa perubahan fase).
Setiap sumber panas
naiknya temperatur bola kering (Tdb) akan menambah beban panas sensible.
Panas laten yaitu: panas yang menyebabkan perubahan fase tanpa menyebabkan
perubahan temperatur misalnya : kalor penguapan. Setiap sumber panas yang
dapat menambah beban laten. Udara yang dimasukkan kedalam ruangan harus
mempunyai kelembaban rendah agar dapat menyerap uap air (panas laten) dan
temperatur yang rendah agar dapat menyerap panas dari berbagai sumber panas
dalam ruangan (panas sensible), agar kondisi ruangan yang diinginkan dapat
dipercepat. Beban ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Penambahan beban sensible
dalam receiver (tangki refrigeran) yang berfase cair berada dalam tekanan tinggi.
Karena tekanan yang tinggi yang dihasilkan dari kompresor, refrigeran akan
berbergerak melalui pipa dan melewati katup ekspansi sehinggga refrigeran yang
bertekanan tinggi akan turun tekanannya. Fase refrigeran yang terbentuk adalah
campuran cair
Garis cairan
Cair jenuh
p3=p2
T3<T2
Pelepasan panas
Garis cairan
(QK)
Gas
p2>p1
T2=T1
kondensor
3
Daerah
tekanan
tinggi
1
Katup
ekspansi
Cair gas
p4<p3
T4<T3
Garis ekspansi
evaporator
Penyerapan panas
(QO)
kompresor
Gas jenuh
p1=p4
T1=T4
Daerah
tekanan
rendah
Titik kritis
v = konstan
t = konstan
3
Garis
Cair Jenuh
Garis
Uap Jenuh
Entalphi (kJ/kg)
Siklus yang telah diuraikan adalah siklus jenuh yang sederhana dimana
kedua keadaan yaitu cairan sesudah kondensasi dan uap sesudah penguapan
berada dalam keadaan jenuh yang digambarkan dalam kurva cairan dan uap jenuh.
Suhu kondensasi tk dan suhu penguapan to yang berhubungan dengan tekanan
jenuh pk dan po dapat juga dikatakan suhu discharge jenuh dan suhu suction
jenuh walaupun suhu discharge yang sebenarnya dari kompresor adalah t2
Proses-proses termodinamika yang terjadi pada sistem kompresi uap
adalah sebagai berikut:
Proses 1 2 : Kompresi isentropic : S2 = S1, Q = 0
Kerja yang dilakukan W V dp dh (h2 h1 )
Proses 2 3 : Desuperheating dan kondensasi : pk = konstan
Panas terbuang, qk = h2 h3
Proses 3 4 : Ekspansi isentalpi : h3 = h4 = hf4 + x (h1 hf4)
atau X
Proses 4 -1 :
h3 hf 4
h1 hf 4
Penguapan : p0 = konstan
Efek pendinginan, q0 = h1 h4
perbandingan tingkat keluaran panas yang bermanfaat yang dikirimkan oleh unit
pompa panas yang lengkap (tergolong pengganti pemanas) ke tingkat penyesuaian
masukan energi, pada unit konsisten dan di bawah kondisi-kondisi spesifik.
Reynolds dan Perkin (1983) juga menyatakan bahwa pada mesin pendingin,
performansinya tidak dinyatakan dengan efisiensi, tetapi dinyatakan dalam
koefisien performansi atau COP.
Pada siklus kompresi uap di pendingin carnot, koefisien siklus pendinginan
disingkat dengan COP yang menggambarkan koefisien kemampuan yang
menghubungkan energi pendinginan yang terpakai terhadap energi mekanis yang
masuk atau perbandingan dari efek pendingin yang dilakukan pada refrigeran
dengan kerja yang dilakukan pada refrigeran, yang dapat dirumuskan dalam
persamaan
COP
h1 h4
h2 h1
TC
TH TC
prakteknya, J/detik atau watt dipakai pada sistem yang kecildan dalam ton untuk
sistem yang besar. Suhu evaporator harus ditentukan karena kapasitas akan turun
bila suhu penguapan refrigeran turun.
American Siciety of Refrigerating Engineers telah mengesahkan suatu
syarat baku untuk operasi yang dapat dipakai untuk membandingkan refrigeran,
sistem dan komponen. Syarat-syarat ini adalah :
- Suhu penguapan refrigeran
: - 15 oC
: 30 oC
: - 13 oC
Katup Ekspansi
Katup ekspansi secara umum berfungsi untuk menurunkan tekanan tinggi
refrigeran cair ke tekanan konstan yang lebih rendah dengan cara mengubah
bentuk refrigeran cair menjadi butir-butir air ketika melewati evaporator. Selain
itu katup ekspansi dipakai untuk mengatur laju aliran zat pendingin ke dalam
evaporator sesuai dengan laju penguapannya.
Gambar 6. Kompresor
REFRIGERAN
Definisi Refrigeran
1. Refrigeran adalah suatu medium yang fungsinya sebagai pengangkut
panas, sehingga panas tersebut diserap dari evaporator (suhu rendah) dan
dilepaskan ke kondensor (suhu tinggi)
2. Refrigeran adalah fluida kerja yang bersirkulasi dalam siklus refrigerasi.
3. Refrigeran merupakan komponen terpenting siklus refrigerasi karena
dialah yang menimbulkan efek pendinginan dan pemanasan pada mesin
refrigerasi.
4.
baru-baru
ini
terdapat
produsen
refrigeran
yang
mengklaim
yang
suhu
2. Rerigeran sekunder :
cairan yang digunakan untuk membawa energi kalor dari bahan yang
sedang didinginkan ke evaporator pada sistem refrigerasi (cairan anti beku
tidak mengalami perubahan fase) mis. larutan garam, glikol propilen,
etilen glikol.
Seleksi refrigeran :
Menaikkan tekanan refrigeran dengan menggunakan kerja dari kompresor (workoperated cycle)
Absorpsi
Menaikkan tekanan refrigeran menggunakan panas yang diberikan kepada
generator (heat-operated cycle)
Siklus yang terjadi pada sistem pendinginan absorpsi :
1. Siklus regenerasi
Panas diberikan kepada generator mengakibatkan naiknya tekanan generator dan
terlepasnya uap ammonia dari larutan untuk kemudian dialirkan ke dalam
kondensor dan berkondensasi menjadi kondensat ammonia konsentrasi tinggi.
2. Siklus refrigerasi
Kondensat ammonia di dalam evaporator terevaporasi pada tekanan rendah dan
uapnya diserap oleh larutan ammonia konsentrasi rendah yang ada di dalam
absorber
Uap tekanan
tinggi
Kondensor
Kompresi Uap :
Kompresor
Absorpsi :
Generator
Absorber
Uap tekanan
rendah
Katup
ekspansi
Evaporator
Pendinginan Adsorpsi
Mesin pendingin tipe adsorpsi, fluida kerja yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua macam zat yang berfungsi sebagai adsorbat dan adsorben.
Proses
adsorpsi
melibatkan
pemisahan
suatu
zat
dari
cairan
dan
pengakumulasiannya pada permukaan zat padat. Zat yang menguap dari fasa cair
disebut adsorbat, sedangkan zat yang menyerap adsorbat disebut sebagai
adsorben.
Beberapa pasangan yang banyak digunakan untuk sistem pendingin
adsorpsi antara lain ammonia/carbon aktif, air/silicagel dan methanol/silicagel.
Pasangan carbon/ammonia memerlukan temperatur yang tinggi (>120 C )
sebagai
panas
pemasukan
dalam
proses
regenerasi.
Air/silicagel,
siklus kedua bagian ini ditandai dengan penguapan pada kondensor yang
ditentukan dengan menggunakan suhu air dingin.
Unit ini berfungsi sebagai tempat kondensasi refrigeran pada saat proses
desorpsi. Kodensor dibuat miring untuk memudahkan metanol mengembun
jatuh tertampung ke reciever karena pengaruh dari gravitasi. Pada kondensor
terdapat koil pendingin yang digunakan untuk membantu mengembunkan
refrigeran.
d. Unit Reciever
Unit berfungsi untuk menampung refrigeran yang telah berkondensasi dan
berubah menjadi refrigeran murni .
e. Unit Evaporator
Unit ini berfungsi untuk tempat penampungan dari kondensat
yang
terbentuk, setelah sebelumnya ditampung dalam receiver. Pada unit ini terjadi
proses evaporasi. Dimana refrigeran akan menyerap panas dari heat exchanger
agar dapat berekspansi kembali ke generator.
Perkembangan Mesin Pendingin Adsorpsi
Perkembangan mutakhir di bidang refrigeran utamanya didorong oleh dua
masalah besar dalam lingkungan, yakni lubang ozon dan pemanasan global. Sifat
merusak ozon dimiliki oleh refrigeran utama yang digunakan yaitu CFCs (Chloro
Fluoro Carbons). (Molina dan Rowland 1974, diacu dalam Indartono 2006).
Setelah keberadaan lubang ozon dilapisan atmosfer diverisifikasi secara saintifik,
perjanjian internasional untuk mengatur dan melarang penggunaan zat-zat perusak
disepakati pada tahun 1987 yang terkenal dengan sebutan Protokol Montreal.
Penggunaan CFCs dan HCFCs (Hydro Chloro Fluoro Carbons) merupakan dua
refrigeran utama yang dijadwalkan untuk dihapuskan masing-masing pada tahun
1996 dan 2030 untuk negara negara maju. Sedangkan untuk negara negara
berkembang dijadwalkan untuk dihapus (phase- out) pada tahun 2010 (CFCs) dan
2040 (HCFCs) (Powell dalam Indartono, 2006). Pada tahun 1997, Protokol Kyoto
mengatur pembatasan dan pengurangan gas-gas penyebab rumah kaca, termasuk
HCFCs. Munculnya beberapa permasalahan pada refrigerasi siklus kompresi uap
dalam dekade belakangan ini membuat para peneliti berusaha memunculkan
sistem refrigerasi alternatif yang tidak mengandung permasalahan serupa.
Teknologi alternatif tersebut diantaranya adalah refrigerasi sistem adsorpsi
Wang D.C, Xia Z.Z, Zhai H, Wang R.Z dan Dou W.D.(2005),
melakukan penelitian mesin pendingin adsorpsi menggunakan silica gel dan air,
diperoleh Kapasitas pendinginan dan COP sebesar 7,15 kW dan 0,38.
Aep et al, (2005) telah melakukan penelitian mesin pendingin adsorpsi
dengan menggunakan silicagel metanol dengan pembangkitan panas dari listrik,
dari hasil penelitian dengan 3 kali pengujian dengan tekanan awal sebesar 5,4 kPa
diperoleh temperatur evaporator 10 C dengan pemanasan pada generator sebesar
72C. Pada saat proses desorpsi yang berlangsung selama 7 jam, temperatur
evaporator meningkat menjadi 26 C dengan lama proses selama 2 jam.
PEMBEKUAN
Proses pembekuan merupakan kombinasi perpindahan panas dan massa
yang berlangsung secara simultan. Perpindahan panas menyebabkan terjadinya
penurunan suhu bahan, sedangkan kristalisasi es pada tahap perubahan fase
menyebabkan pemisahan air dari zat terlarutnya, sehingga secara praktis
mengurangi kadar air bahan (Tambunan, 2001). Perubahan fase air pada bahan
dari fase cair menjadi fase padat membutuhkan energi yang cukup besar. Aplikasi
pembekuan
konvensional
saat
ini
memiliki
banyak
kekurangan
selain
(2002), pembekuan adalah suatu proses penurunan suhu bahan pangan, dari suhu
awal hingga mencapai suhu di bawah titik beku dari bahan pangan itu sendiri.
Proses pembekuan dapat dibagi menjadi enam bagian (Fellows, 2000
dalam Mashyta, 2002) :
pembekuan
dapat
didefinisikan
melalui
dua
pendekatan.