DI RUANG IMUNOLOGI
RSUD BANGIL
Oleh :
NIM 0118035
MOJOKERTO
2019-2020
LEMBAR PENGESAHAN
.....................
10.02.044
Mengetaui
Kepala Ruangan
.....................
NIP
KONSEP MEDIS
a) Definisi
Arthritis berasal dari dua kata Yunani, arthron yang berarti sendi dan iris yang berarti
peradangan. Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(baiasanya tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi (Febriana, 2015).
b) Etiologi
Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB 1 dan faktor ini memiliki angka
kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% (Suarjana, 2009).
Usia dan jenis kelamin, pada lansia daya serap kalsium akan menurun seiring
dengan bertambahnya usia. Wanita memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
terjadinya rheumatoid arthritis dengan rasio 3:1.
Reaksi peradangan
Pannus
Kartilago nekrosis
d) Manifestasi Klinis
Kaku sendi pada pagi hari (morning stiffness), kekakuan pada daerah lutut, bahu,
siku, pergelangan tangan dan kaki serta pada jari-jari yang bisa berdampak persendian
tidak mudah digerakkan.
Nyeri sendi, adanya pembengkakan pada sendi menyebabkan rasa sakit atau nyeri bila
sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam.
Adanya pembengkakan sendi, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila
diraba akan terasa hangat dan kemerahan.
e) Komplikasi
Osteoporosis
Sindrom sjogrens
1) Laboratorium
Penanda inflamasi : LED (Laju Endap Darah) dan CRP (C-Reactive Protein)
meningkat.
Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan diagnosis dini
dan penanganan RA dengan spesifitas 95-98% dan sensitivitas 70% namun
hubungan antara anti CCP terhadap beratnya penyakit tidak konsisten.
Farmakologi
Aspirin : 325-650 mg setiap 4 +jam sekali atau 975 mg setiap 6 jam sekali, atau
500-1000 mg setiap 4-6 jam. Maksimal 4 g/hari selama 10 hari.
Dikofenak : 50 mg 2 sampai 3 kali sehari atau 75 mg secara oral dua kali sehari.
2. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug), berfungsi untuk melindungi sendi
(tulang dan kartilago) dari proses destruksi oleh RA. Contoh obatnya yaitu:
hidroksiklorokuin, metotreksat, sulfasalazine, pinisilamin dan asatiopirin.
Metotreksat 1-2 bulan Dosis awal 7,5-10 Diberikan pada kasus lanjut
mg/minggu/IV atau dan berat.
peroral 12,5-17,5
Efek samping : rentan
mg/Minggu dalam 8-
infeksi, intoleransi GIT,
12 minggu
gangguan fungsi hati dan
hematologik.
Nonfarmakologi
3. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh, cairan sinovial atau cairan pelumas pada sendi
terdiri dari air. Dengan demikian diharapkan mengkonsumsi air dalam jumlah yang
cukup dapat memaksimalkan sistem bantalan sendi yang melumasi antar sendi,
sehingga gesekan bisa terhindarkan.
a) Pengkajian
1) Anamnesa
Keluhan utama : Keluhan yang dirasakan pasien pada saat pengkajian. Pada
rheumatoid arthritis akan merasakan sakit atau nyeri dan kaku serta
pembengkakan pada sendi.
Riwayat kesehatan
2) Pemeriksaan Fisik
Kepala
Wajah
Telinga
Inspeksi : Apakah ada lesi atau luka, aakah ada serumen di dalam telinga,
kesimetrisan bentuk daun telinga.
Mata
Inspeksi : Kesimetrisan mata kanan dan kiri, warna sklera dan konjungtiva,
isokor atau anisokor.
Hidung
Inspeksi : Apakah ada pembesaran polip, apakah ada serumen, bentuk tulang
hidung.
Mulut
Leher
Thorax
Inspeksi : Ada lesi atau tidak, kesimetrisan bahu, pernapasan teratur atau
tidak.
Abdomen
Perkusi : Timpani
Genetalia
Ekstremitas
Inspeksi : Adakah pembekakan, warna kulit.
Palpasi : Lakukan refleks patela, apakah ada nyeri sendi, apakah terasa hangat
pada sendi yang nyeri.
3) Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Penanda inflamasi : LED (Laju Endap Darah) dan CRP (C-Reactive Protein)
meningkat.
b) Diagnosa Keperawatan
c) Intervensi
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik.
I.08243
Observasi
Identifikasi karakteristik
nyeri.
Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik dengan
tingkat keparahan nyeri.
Monitor efektivitas
analgesik.
Terapeutik
Tetapkan target
efektivitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respons pasien
Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak
diinginkan.
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik.
2 Resiko cedera Setelah dilakukan 14513
berhubungan dengan tindakan keperawatan
Observasi
kekuatan otot selama 2x24 jam maka
melemah. (D.0136) tingkat cedera menurun. Identifikasi kebutuhan
keselamatan (mis. kondisi
Kriteria hasil :
fisik, fungsi kognitif dan
Toleransi aktivitas riwayat perilaku).
meningkat
Monitor perubahan status
Nafsu makan keselamatan lingkungan.
meningkat
Terapeutik
Kejadian cedera
Modifikasi lingkungan
menurun
untuk meminimalkan
Ketegangan otot bahaya dan risiko.
menurun
Sediakan alat bantu
Pola istirahat/tidur keamanan lingkungan.
membaik
Gunakan perangkat
pelindung.
Edukasi
Ajarkan individu,
keluarga dan kelompok
risiko tinggi bahaya
lingkungan.
I.14537
Observasi
Identifikasi area
lingkungan yang
berpotensi menyebabkan
cedera.
Terapeutik
Sediakan pencahayaan
yang memadai.
Diskusikan mengenai
latihan dan terapi fisik
yang diperlukan.
Edukasi
Edukasi
Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan.
I.05173
Observasi
Terapeutik
Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu.
fasilitasi melakukan
pergerakan.
Edukasi
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan.
d) Evaluasi
Daftar Pustaka
Febriana (2015). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Rheumatoid Arthritis Ankle Billateral Di RSUD
Saras Husada Purworejo. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Helmick, et Al.2008. Estimates of the prevalence of arthritis and other rheumatic conditions in the
United States. Part 1.
Mclnnes, I.B., Schett, G. (2011). The Pathogenesis of Rheumatoid Arthritis. N Engl J Med, vol. 365, pp.
2205-19.
Suarjana, I.N (2009). Artritis Reumatoid. dalam Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.,
Setiati, S. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V, FKUI, Jakarta, pp.2495-508.