Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS KETUBAN PECAH PREMATUR


RSUD BANGIL

OLEH

ROSA SULISTIA NINGSIH


NIM. 0118035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Dengan Kasus Ketuban Pecah Prematur

RSUD Bangil

Nama Mahasiswa : Rosa Sulistia Ningsih

Telah disetujui pada

Hari :-

Tanggal :-

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Ruangan

..................... .....................
NPP NIP

Mengetaui

Kepala Ruangan

.....................

NIP
Pembimbing Pendidikan

.....................

NPP
A. Konsep Medis
a) Definisi
Ketuban pecah prematur atau ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban
sebelum adanya tanda persalinan pada tahapan kehamilan (Arma, dkk 2015). Ketuban
pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan
berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung (Sagita, 2017).
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga
dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan
kematian pada ibu dan bayi (Purwaningtyas, 2017). ,
b) Etiologi
Beberapa kondisi yang berisiko menimbulkan ketuban pecah dini, yaitu :
 Terjadi infeksi pada selaput ketuban atau pada cairan ketuban, maupun infeksi pada
rahim, mulut rahim dan vagina.
 Ibu hamil dengan berat badan yang kurang atau mengalami kekurangan gizi.
 Hamil anak kembar.
 Pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya atau pernah
melahirkan secara prematur.
 Mengkonsumsi alkohol dan merokok saat hamil.
 Cedera fisik, misal akibat kecelakaan kendaraan bermotor atau terjatuh.
 Melakukan aktivitas yang terlalu berat dan usia ibu hamil.
c) Patofisiologi atau WOC
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada daerah tepi
robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat kaitannya
dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh infeksi atau rendahnya
kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta,
fibroblas serta pada korion di daerah lapisan retikuler atau trofoblas (Mamede dkk, 2012).

Aktivitas Usia Hamil Anak Kembar

Elastisitas selaput ketuban


menurun
Terjadi robekan
selaput ketuban

Ketuban
pecah dini

Resiko infeksi Ansietas DJJ meningkat

Resiko cedera
pada janin

d) Manifestasi Klinis
 Dapat disertai demam apabila sudah terdapat infeksi.
 Keluar air ketuban dari vagina sama seperti ketuban pecah tanda melahirkan.
Dengan ciri berwarna putih bening atau ada bintik-bintik putih disertai darah atau
lendir dan tidak berbau.
 Denyut jantung janin bertambah cepat, merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
e) Komplikasi
Hipoplasia paru, jika ketuban pecah sebelum kehamilan berusia 23 minggu dengan
janin kehilangan air ketuban yang cukup banyak akan menghambat perkembangan
paru-parunya. Kalau janin bertahan hidup maka kemungkinan akan mengalami cacat
fisik dan mental keyika dilahirkan.
Chorioamnionitis berisiko menimbulkan infeksi serius pada ibu dan janin, seperti
pneumonia, meningitis hingga sepsis.
Bayi terlahir prematur.
f) Penatalaksanaan
 Mengonsumsi vitamin C, dalam beberapa laporan yng diterbitkan dalam Iranian Red
Crescent Medical Journal pada tahun 2013. Konsumsi vitamin C dapat mencegah
ketuban pecah dini.
 Menghindari rokok dan minuman alkohol.
 Rutin cek ke dokter kandungan.
 Jika usia kehamilan 34-37 minggu atau lebih dokter akan menyarankan induksi
persalinan. Dan apabila usia kehamilannya 23-34 minggu dokter akan menyarankan
untuk menunda kelahiran agar janin dalam kandungan memiliki cukup waktu untuk
tumbuh dan berkembang. Ibu hamil akan diberikan obat antibiotik untuk mencegah
infeksi dan kortikosteroid untuk mempercepat perkembangan paru-paru janin. Serta
usia kehamilan kurang dari 23 minggu dokter perlu mengevaluasi kondisi ibu dan
janin untuk menentukan apakah kehamilan berisiko tinggi untuk tetap dipertahankan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


a) Pengkajian
 Anamnesa
1. Identitas : Nama pasien, jenis kelamin, umur, agama, alamat, pekerjaan, Tgl. MRS,
diagnosa medis.
2. Keluhan utama : Keluar cairan terus-menerus dari jalan lahir tanpa disertai kontraksi
abdomen tanda persalinan.
3. Riwayat kesehatan sekarang : Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan
seperti yang ada pada keluhan utama yaitu keluar cairan terus-menerus dari jalan
lahir tanpa disertai kontraksi abdomen tanda persalinan. Dan seberapa banyak cairan
yang keluar.
4. Riwayat kesehatan dahulu : Tanyakan pada pasien mengenai status paritasnya.
Faktor predisposisi yang dapat menimbulkan ketuban pecah dini seperti anemia,
tekanan darah tinggi, hidramnion.
5. Riwayat kesehatan keluarga : ketuban pecah dini tidak disebabkan oleh faktor
genetik.
 Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital, dilakukan pemeriksaan suhu tubuh, tekanan darah, respirasi reat,
nadi, dan TB serta BB.
2. Pemeriksaan head to toe
 Kepala
Inspeksi : Adakah luka atau lesi, kebersihan rambut.
Palpasi : Apakah ada nyeri tekan dan benjolan.
 Wajah
Inspeksi : Kesimetrisan bentuk wajah, ekspresi wajah pucat, kesakitan atau tidak.
 Telinga
Inspeksi : Apakah ada lesi atau luka, aakah ada serumen di dalam telinga,
kesimetrisan bentuk daun telinga.
Palpasi : aakah ada nyeri tekan dan benjolan.
 Mata
Inspeksi : Kesimetrisan mata kanan dan kiri, warna sklera dan konjungtiva, isokor
atau anisokor.
Palpasi : Aakah ada benjolan.
 Hidung
Inspeksi : Apakah ada pembesaran polip, apakah ada serumen, bentuk tulang
hidung.
Palpasi : Apakah ada benjolan.
 Mulut
Inspeksi : Kelembapan bibir, warna bibir, kelengkapan gigi, kebersihan mulut.
 Leher
Palpasi : Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid.
 Dada
Inspeksi : Ada lesi atau tidak, kesimetrisan bahu, pernafasan teratur atau tidak.
Palpasi : Getaran pernafasan.
Auskultasi : Aakah ada bunyi tambahan saat bernafas.
Perkusi : Apakah terdapat cairan di dalam paru-paru.
 Payudara
Inspeksi : Kesimetrisan, warna areola, puting susu menonjol atau tidak.
Palpasi : apakah ada benjolan.
 Abdomen
Inspeksi : apakah ada lesi atau luka bekas operasi, adanya linea Nigra
Palpasi : Uterus lunak atau mengeras, lakukan pemeriksaan Leopold 1 untuk
mengetahui perubahan tinggi fundus uterus, lakukan pemeriksaan Leopold 2 untuk
mengetahui posisi punggung janin untuk menghitung DJJ, lakukan pemeriksaan
Leopold 3 untuk mengetahui bagian tubuh janin uang berada di bagian bawah
uterus.
Auskultasi : Menghitung DJJ dengan funduskop.
 Genetalia
Inspeksi : Apakah ada lesi atau lecet, kebersihan rambut pubis, menilai cairan yang
keluar dari warna, bau dan banyaknya cairan yang keluar.
Palpasi : Apakah ada benjolan.
 Ekstremitas
Inspeksi : bentuk simestris atau tidak, terdapat odema atau tidak.
Palpasi : Refleks patela.
 Pemeriksaan penunjang.
 Tes pH, jika bukan air ketuban nitrazine kuning tidak akan berubah warna
menjadi biru-kuning atau biru tua.
 USG, dapat dilakukan untuk memeriksa kondisi janin dan rahim serta melihat
jumlah air ketuban yang masih tersisa.
 Melakukan pemeriksaan laboratorium sampel air ketuban yang keluar, untuk
memastikan apakah ada infeksi atau tidak.

b) Diagnosa keperawatan
1 Ansietas berhubungan dengan keluarnya cairan dari jalan lahir terus-menerus.
2 Resiko infeksi berhubungan dengan berkurangnya cairan ketuban.
3 Resiko cedera pada janin berhubungan dengan DJJ meningkat.
c) Intervensi
No. Dx keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1. Ansietas Setelah dilakukan I.09314
berhubungan tindakan keperawatan Observasi : identifikasi saat tingkat ansietas
dengan selama 1x24 jam, maka berubah, monitor tanda-tanda ansietas.
keluarnya cairan tingkat ansietas menurun. Terapeutik : Temani pasien untuk mengurangi
dari jalan lahir Kriteria hasil : kecemasan, pahami situasi yang membuat
terus-menerus. a) Perilaku gelisah ansietas, ciptakan suasana terapeutik untuk
menurun menumbuhkan kepercayaan.
b) Perilaku tegang Edukasi : jelaskan prosedur termasuk sensasi
menurun yang mungkin dialami, anjurkan keluarga untuk
c) Pucat menurun tetap bersama pasien.
d) Konsentrasi Kolaborasi : kolaborasi pemberian obat
membaik antiansietas bila diperlukan.
e) Pola tidur I.09326
membaik. Observasi : identifikasi penurunan tingkat
energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif, monitor respon terhadap relaksasi.
Terapeutik : ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan.
Edukasi : anjurkan mengambil posisi nyaman,
anjurkan rileks dan merasakan relaksasi.
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan I.14508
berhubungan tindakan keperawatan Observasi : indentifikasi riwayat kesehatan dan
dengan selama 1x24 jam maka riwayat alergi, identifikasi status imunisasi
berkurangnya tingkat infeksi menurun. setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan.
cairan ketuban. Kriteria hasil : I.14539
a) Demam menurun Observasi : monitor tanda dan gejala infeksi
b) Nafsu makan lokal dan sistemik.
meningkat Terapeutik : cuci tangan sebelum dan sesudah
c) Periode malaise kontak dengan pasien dan lingkungan pasien,
menurun pertahankan teknik aseptik ada pasien berisiko
tinggi.
Edukasi : jelaskan tanda dan gejala infeksi,
anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
Kolaborasi : kolaborasi pemberian imunisasi
jika perlu.

3. Resiko cedera Setelah dilakukan I.02056


pada janin tindakan keperawatan Observasi : identifikasi adanya penggunaan
berhubungan selama 12 jam maka obat, diet dan merokok, identifikasi
dengan DJJ tingkat cedera menurun. pemeriksaan kehamilan sebelumnya, periksa
meningkat. Kriteria hasil : DJJ selama 1 menit, monitor DJJ, monitor tanda
a) Kejadian cedera vital ibu.
menurun Terapeutik : atur posisi pasien, lakukan
b) Denyut jantung manuver Leopold untuk menentukan posisi
apikal membaik janin.
c) Gangguan Edukasi : informasikan hasil pemantauan,
mobilitas jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
menurun I.14537
Observasi : identifikasi obat yang berpotensi
menyebabkan cedera.
Terapeutik : sediakan pencahayaan yang
memadai, pastikan bel panggilan atau telepon
mudah dijangkau
Edukasi : anjurkan berganti posisi secara
perlahan dan duduk selama beberapa menit
sebelum berdiri.
I.14554
Observasi : monitor gerakan janin
Terapeutik : hitung dan catat gerakan janin
Edukasi : ajarkan ibu cara menghitung gerakan
janin, anjurkan ibu segera memberitahu perawat
jika gerakan janin tidak mencapai 10 kali dalam
12 jam.
Kolaborasi : kolaborasi dengan tim medis jika
ditemukan gawat janin.

d) Evaluasi
1. Pasien tidak lagi cemas
2. Tidak terjadi infeksi baik pada ibu dan janin
3. Janin tidak mengalami cedera
DAFTAR PUSTAKA

Arma, Nuriah, Nelly Karlinah, and Efrida Yanti. 2015. Bahan Ajar Obstetri Fisiologi - Nuriah
Arma, Nelly Karlinah Dan Efrida Yanti - Google Books. Yogyakarta:Deepublish
Mamede, A. C., Carvalho, M. J., Abrantes, A. M., Laranjo, M., Maia, C. J., & Botelho, M. F.
2012. Amniotic membrane: from structure and functions to clinical applications. Cell and tissue
research, 349(2), 447-458.
Purwaningtyas, D. K. dan Galuh, N. P. 2017. Faktor Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil.
HIGEIA, I(3):46.
Sagita Darma Dari, SST, M.Kes. 2017. Kehamilan, Persalinan, Bayi preterm & Postterm
Disertai Evidence Based. Jakarta: Noerfikri.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
jakarta: dewan pengurus pusat persatuan perawat Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Edisi 1.
Cetakan II.jakarta: dewan pengurus pusat persatuan perawat indonesia

Anda mungkin juga menyukai