OLEH
RSUD Bangil
Hari :-
Tanggal :-
..................... .....................
NPP NIP
Mengetaui
Kepala Ruangan
.....................
NIP
Pembimbing Pendidikan
.....................
NPP
A. Konsep Medis
a) Definisi
Ketuban pecah prematur atau ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban
sebelum adanya tanda persalinan pada tahapan kehamilan (Arma, dkk 2015). Ketuban
pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan
berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung (Sagita, 2017).
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga
dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan
kematian pada ibu dan bayi (Purwaningtyas, 2017). ,
b) Etiologi
Beberapa kondisi yang berisiko menimbulkan ketuban pecah dini, yaitu :
Terjadi infeksi pada selaput ketuban atau pada cairan ketuban, maupun infeksi pada
rahim, mulut rahim dan vagina.
Ibu hamil dengan berat badan yang kurang atau mengalami kekurangan gizi.
Hamil anak kembar.
Pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya atau pernah
melahirkan secara prematur.
Mengkonsumsi alkohol dan merokok saat hamil.
Cedera fisik, misal akibat kecelakaan kendaraan bermotor atau terjatuh.
Melakukan aktivitas yang terlalu berat dan usia ibu hamil.
c) Patofisiologi atau WOC
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada daerah tepi
robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat kaitannya
dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh infeksi atau rendahnya
kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta,
fibroblas serta pada korion di daerah lapisan retikuler atau trofoblas (Mamede dkk, 2012).
Ketuban
pecah dini
Resiko cedera
pada janin
d) Manifestasi Klinis
Dapat disertai demam apabila sudah terdapat infeksi.
Keluar air ketuban dari vagina sama seperti ketuban pecah tanda melahirkan.
Dengan ciri berwarna putih bening atau ada bintik-bintik putih disertai darah atau
lendir dan tidak berbau.
Denyut jantung janin bertambah cepat, merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
e) Komplikasi
Hipoplasia paru, jika ketuban pecah sebelum kehamilan berusia 23 minggu dengan
janin kehilangan air ketuban yang cukup banyak akan menghambat perkembangan
paru-parunya. Kalau janin bertahan hidup maka kemungkinan akan mengalami cacat
fisik dan mental keyika dilahirkan.
Chorioamnionitis berisiko menimbulkan infeksi serius pada ibu dan janin, seperti
pneumonia, meningitis hingga sepsis.
Bayi terlahir prematur.
f) Penatalaksanaan
Mengonsumsi vitamin C, dalam beberapa laporan yng diterbitkan dalam Iranian Red
Crescent Medical Journal pada tahun 2013. Konsumsi vitamin C dapat mencegah
ketuban pecah dini.
Menghindari rokok dan minuman alkohol.
Rutin cek ke dokter kandungan.
Jika usia kehamilan 34-37 minggu atau lebih dokter akan menyarankan induksi
persalinan. Dan apabila usia kehamilannya 23-34 minggu dokter akan menyarankan
untuk menunda kelahiran agar janin dalam kandungan memiliki cukup waktu untuk
tumbuh dan berkembang. Ibu hamil akan diberikan obat antibiotik untuk mencegah
infeksi dan kortikosteroid untuk mempercepat perkembangan paru-paru janin. Serta
usia kehamilan kurang dari 23 minggu dokter perlu mengevaluasi kondisi ibu dan
janin untuk menentukan apakah kehamilan berisiko tinggi untuk tetap dipertahankan.
b) Diagnosa keperawatan
1 Ansietas berhubungan dengan keluarnya cairan dari jalan lahir terus-menerus.
2 Resiko infeksi berhubungan dengan berkurangnya cairan ketuban.
3 Resiko cedera pada janin berhubungan dengan DJJ meningkat.
c) Intervensi
No. Dx keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1. Ansietas Setelah dilakukan I.09314
berhubungan tindakan keperawatan Observasi : identifikasi saat tingkat ansietas
dengan selama 1x24 jam, maka berubah, monitor tanda-tanda ansietas.
keluarnya cairan tingkat ansietas menurun. Terapeutik : Temani pasien untuk mengurangi
dari jalan lahir Kriteria hasil : kecemasan, pahami situasi yang membuat
terus-menerus. a) Perilaku gelisah ansietas, ciptakan suasana terapeutik untuk
menurun menumbuhkan kepercayaan.
b) Perilaku tegang Edukasi : jelaskan prosedur termasuk sensasi
menurun yang mungkin dialami, anjurkan keluarga untuk
c) Pucat menurun tetap bersama pasien.
d) Konsentrasi Kolaborasi : kolaborasi pemberian obat
membaik antiansietas bila diperlukan.
e) Pola tidur I.09326
membaik. Observasi : identifikasi penurunan tingkat
energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif, monitor respon terhadap relaksasi.
Terapeutik : ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan.
Edukasi : anjurkan mengambil posisi nyaman,
anjurkan rileks dan merasakan relaksasi.
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan I.14508
berhubungan tindakan keperawatan Observasi : indentifikasi riwayat kesehatan dan
dengan selama 1x24 jam maka riwayat alergi, identifikasi status imunisasi
berkurangnya tingkat infeksi menurun. setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan.
cairan ketuban. Kriteria hasil : I.14539
a) Demam menurun Observasi : monitor tanda dan gejala infeksi
b) Nafsu makan lokal dan sistemik.
meningkat Terapeutik : cuci tangan sebelum dan sesudah
c) Periode malaise kontak dengan pasien dan lingkungan pasien,
menurun pertahankan teknik aseptik ada pasien berisiko
tinggi.
Edukasi : jelaskan tanda dan gejala infeksi,
anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
Kolaborasi : kolaborasi pemberian imunisasi
jika perlu.
d) Evaluasi
1. Pasien tidak lagi cemas
2. Tidak terjadi infeksi baik pada ibu dan janin
3. Janin tidak mengalami cedera
DAFTAR PUSTAKA
Arma, Nuriah, Nelly Karlinah, and Efrida Yanti. 2015. Bahan Ajar Obstetri Fisiologi - Nuriah
Arma, Nelly Karlinah Dan Efrida Yanti - Google Books. Yogyakarta:Deepublish
Mamede, A. C., Carvalho, M. J., Abrantes, A. M., Laranjo, M., Maia, C. J., & Botelho, M. F.
2012. Amniotic membrane: from structure and functions to clinical applications. Cell and tissue
research, 349(2), 447-458.
Purwaningtyas, D. K. dan Galuh, N. P. 2017. Faktor Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil.
HIGEIA, I(3):46.
Sagita Darma Dari, SST, M.Kes. 2017. Kehamilan, Persalinan, Bayi preterm & Postterm
Disertai Evidence Based. Jakarta: Noerfikri.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
jakarta: dewan pengurus pusat persatuan perawat Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Edisi 1.
Cetakan II.jakarta: dewan pengurus pusat persatuan perawat indonesia