Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. Konsep Teori
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009). 
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima
sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam
(Wilkinson, 2007).
Isolasi sosial suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ). Menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
(Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001). Faktor perkembangan dan sosial budaya
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat,
2006).
Menurut Carpenito (2001), Menarik diri adalah suatu usaha untuk
menghindari interaksi dengan orang lain dan kemudian menghindari berhubungan, ini
merupakan pertahanan terhadap stresor dan ansietas yang berhubungan dengan suatu
stresor atau ancaman.
Terjadinya perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor
presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi
terjadinya perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan
individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus
asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan menimbulkan perilaku tidak
ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai
berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.

2. Penyebab Terjadinya Isolasi Sosial


Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.

3.  Faktor Predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku menarik diri : 
a.       Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah 
respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama
dengan tenaga profisional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat
tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan
kolaburatif sewajarnya  dapat  mengurangi masalah respon social menarik diri.
b.      Faktor Biologik
Faktor genetik  dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak,
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia. 
c.       Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang
cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma,
perilaku, dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
Harapan yang tidak realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang
berkaitan dengan gangguan ini, (Stuart and sudden, 2005).
4. Faktor Persipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan  seseorang menarik diri.
Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:
a.       Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya menurunya stabilitas unit keluarga,
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupanya, misalnya karena dirawat di
rumah sakit.
b.      Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan kemampuan
untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhanya  hal ini dapat menimbulkan
ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan
hubungan (menarik diri), (Stuart & Sundeen, 2005).
c.       Stressor intelektual
1)  Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk  berbagai pikiran
dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain.
2)   Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam
menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan orang lain.
3)    ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain akan
persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan berhubungan
dengan orang lain
d.      Stressor fisik 
1)   Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik diri
dari orang lain
2)   Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu  sehingga
mengakibatkan menarik diri dari orang lain.

5. Tanda dan Gejala dari Isolasi Sosial


Menurut Budi Anna Keliat (2006), tanda dan gejala Isolasi Sosial: MD adalah
sebagai berikut :
a. Apatis
b. ekspresi sedih
c. afek tumpul
d. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
e. Komunikasi kurang/tidak ada.
f. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat.
g. Tidak ada kontak mata
h. klien sering menunduk.
i. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
j. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap.
k. Tidak melakukan kegiatan sehari
l. Sering tidur, posisi tidur klien seperti posisi tidur janin.
m. Sedangkan Tanda & Gejala menurut Townsend,1998 :
n. Sedih, afek tumpul
o. Menjadi tidak komunikatif
p. Asyik dengan fikirannya sendiri
q. Meminta untuk sendirian
r. Mengekspresikan perasaan kesendirian/penolakan
s. Disfungsi interaksi dengan teman sebaya,keluarga,orang lain.

6. Akibat dari Isolasi Sosial


Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi
realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap
lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu
yang nyata tanpa stimulus/ rangsangan eksternal.
B. Pohon Masalah

Akibat : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Core problem : Isolasi sosial : MD

Penyebab : Harga Diri Rendah

(Budi Anna Keliat, 2011)

C. Tanda Dan Gejala


Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan
wawancara, adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

D. Akibat Yang Ditimbulkan


Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi
sensori halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang
salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan
realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang
sebenarnya tidak ada.
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di
mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh
psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.Halusinasi merupakan pengalaman
mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima
perasaan (pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi
yang paling umum adalah halusinasi pendengaran.
E. Penatalaksanaan
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu,
berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan 
dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan
kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung.
Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan
endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya
untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit
darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan
miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra
meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit
darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek
samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah,
bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut
sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi
pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab
isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila
berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan,
dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam
kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang,
dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau
lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya
(Purba, dkk. 2008).

3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
yang meliputi:
 Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun
tidur.
 Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah
laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
 Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi
dan sesudah mandi.
 Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan
berganti pakaian.
 Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan
setelah makan dan minum.
 Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan
kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan,
rambut, kuku dan lain-lain.
 Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat
menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh
benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat
yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
 Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur.
Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan
karena sering merupakan gejala primer yang muncul padagangguan jiwa.
Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi
bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam
kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
 Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya,
berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
 Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan
waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
 Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan
orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya
kesungguhan dalam berkomunikasi.
 Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul
dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
 Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban
yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
 Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau
sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
 Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak
meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan
sebagainya.

F. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Isolasi Sosial : menarik diri
Data Subyektif
a) Klien mengatakan saya tidak mampu.
b) Klien mengatakan tidak bisa.
c) Klien mengatakan tidak tahu apa-apa.
d) Klien mengatakan dirinya bodoh.
e) Klien mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif
a) Klien tampak lebih suka sendiri.
b) Klien tampak bingung.
c) Klien berkeinginan mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup.
d) Klien terlihat apatis.
e) Ekspresi wajah klien sedih.
f) Klien sering melamun.
g) Afek klien tumpul.
h) Klien tampak banyak diam.
i) Komunikasi klien kurang atau tidak ada.
j) Kontak mata klien kurang.
2. Resiko Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Data Subjektif :
a) Mengungkapkan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata.
b) Mengungkapkan melihat gambaran tanpa stimulus nyata
c) Mengatakan mencium bau tanpa stimulus nyata
d) Merasa makan sesuatu
e) Merasa ada sesuatu dikulitnya
f) Merasa takut pada suara/ bunyi/gambar
g) Ingin memukul atau melempar
Data Objektif :
a) Berbicara dan tertawa sendiri
b) Bersikap seperti mendengar atau melihat sesuatu
c) Berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d) Disorientasi
3. Gangguan Konsep Diri : Harga diri Rendah
Data Subjektif
a) Mengungkapkan tidak mampu dan tidak bisa, tidak tau apa – apa
b) Mengkritik diri sendiri
c) Mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
Data Objektif
a) Tampak lebih suka sendiri
b) Bingung bila diminta memilih alternatif tindakan
c) Ingin mencederai diri atau mengakhiri diri (Budi Anna Keliat, 1999).

D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
2. Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
E. Rencana Tindakan Keperawatan Klien Dengan Isolasi Sosial
TGL NO DX Dx Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Intervensi
Evaluasi
Isolasi sosial TUM :Klien dapat
berinteraksi dengan
orang lain.
TUK :
1. klien dapat 1. Setelah...x interaksi 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan:
membina klien menunjukkan  Beri salam setiap interaksi.
hubungan saling tanda-tanda percaya  Perkenalkan nama, nama
percaya. kepada/ terhadap panggilan perawat dan tujuan
perawat: perawat berkenalan.
 Wajah cerah,  Tanyakan dan panggil nama
tersenyum kesukaan klien.
 Mau berkenalan  Tunjukkan sikap jujur dan
 Ada kontak mata menepati janji setiap kali
 Bersedia menceritakan berinteraksi.
perasaan.  Tanyakan perasaan klien dan
 Bersedia masalah yang dihadapi klien.
mengungkapkan  Buat kontrak interaksi yang jelas.
masalahnya.  Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien.
2. Klien mampu 2. setelah...x interaksi 2.1 Tanyakan pada klien tentang :
menyebutkan klien dapat  orang yang tinggal serumah/ teman
penyebab menyebutkan minimal sekamar klien.
menarik diri satu penyebab menarik  Orang yang paling dekat dengan klien
diri dari : dirumah atau di ruang perawatan.
 diri sendiri  Apa yang membuat klien dekat dengan
 orang lain orang tersebut.
 lingkungan  Orang yang tidak dekat dengan klien
di rumah atau di ruang perawatan.
 Apa yang membuat klien tidak dekat
dengan orang tersebut.
 Upaya yang sudah dilakukan agar
dekat dengan orang lain.
2.2 diskusikan dengan klien penyebab
menarik diri atau tidak mau bergaul
dengan orang lain.
2.3 beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya.
3. klien mampu 3. setelah...x interaksi tanyakan pada klien tentang
menyebutkan dengan klien dapat  manfaat hubungan sosial
keuntungan menyebutkan  kerugian menarik diri
berhubungan keuntungan diskusikan bersama klien tentang manfaat
sosial dan berhubungan sosial, berhubungan sosial dan kerugian menarik
krerugian misalnya diri
menarik diri.  banyak teman beri pujian terhadap kemampuan klien
 tidak kesepian mengungkapkan perasaanya.
 bisa diskusi
 saling menolong.
Dan kerugian menarik
diri misalnya :
 sendiri
 kesepian
 tidak bisa diskusi
4. klien dapat 5. setelah...x interaksi observasi perilaku klien saat berhubungan
melaksanakan klien dapat sosial
hubungan sosial melaksanakan beri motivasi dan bantu klien untuk
secara bertahap hubungan sosial secara berkenalan atau berkomunikasi dengan :
bertahap dengan :  perawat lain
 perawat  klien lain
 perawat lain  kelompok
 klien lain Libatkan klien dalam Terapi aktivitas
 kelompok kelompok sosialisasi
Diskusikan jadwal harian yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi.
Beri motivasi klien untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat.
Beri pujian terhadap kemampuan klien
memperluas pergaulannya melalui
aktivitas yang dilaksanakan.
7. klien 8. setelah...x interaksi 5.1 diskusikan dengan klien tentang
mampu klien dapat perasaanya setelah berhubungan sosial
menjelaskan menjelaskan dengan :
perasaannya perasaanya setelah  orang lain
setelah berhubungan sosial  kelompok
berhubunga dengan : 5.2 beri pujian terhadap kemampuan klien
n sosial.  orang lain mengungkapkan perasaannya.
 kelompok
6. klien mendapat setelah...x pertemuan diskusikan pentingnya peran serta
dukungan keluarga dapat keluarga sebagai poendukung untuk
keluarga dalam menjelaskan tentang : mengatasi perilaku menarik diri
memperluas  pengertian menarik diskusikan potensi keluarga untuk
hubungan diri membantu klien mengatasi perilaku
sosial.  tanda dan gejal menarik diri.
menarik diri Jelaskan pada keluarga tentang:
 penyebab dan  Pengertian menarik diri
akibat menarik diri  Tanda dan gejala menarik diri
 cara merawat klien  Penyebab dan akibat menarik diri
menarik diri.  Cara merawat klien menarik diri
setelah...x pertemuan latih keluarga cara merawat klien menarik
keluarga dapt diri
mempraktekkan cara tanyakan perasaan keluarga setelah
merawat klien kenarik diri. mencoba cara yang dilatihkan.
Beri motivasi keluarga agar membantu
klien untuk bersosialisasi.
Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien dirumah
sakit.

9. klien dapat setelah...x interaksi klien 7.1 diskusikan dengan klien tentang
memanfaatk menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minum obat,
an obat  manfaat minum nama, warna, dosis, cara, efek terapi, dan
dengan obat. efek samping penggunaan obat.
baik.  Kerugian tidak 7.2 pantau klien saat penggunaan obat
minum obat. 7.3 beri pujian jika klien menggunakan
 Nama, warna, obat dengan benar.
dosis, efek samping 7.4 diskusikan akibat berhenti minum obat
dan efek terapi tanpa konsultasi dengan dokter.
obat. 7.5 anjurkan klien untuk konsultasi
setelah...x interaksi klien kepada dokter/ perawat jika terjadi hal-hal
mendemonstrasikan yang tidak diinginkan.
penggunaan obat dengan
benar.
Setelah...x interaksi klien
menyebutkan akibat
berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter.

(Budi Anna Keliat, 2011)

Anda mungkin juga menyukai