Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PRATIKUM KMB III


“PEMERIKSAAN FISIK PADA SISTEM PENGLIHATAN”

Oleh :
MIFTAHUL ROHIMAH
1811312006

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
MATERI

A. INSPEKSI MATA
 Bentuk dan penyebaran alis dan bulu mata. Apakah bulu mata lentik, kebawah atau tidak
ada. Fungsi alis dan bulu mata untuk mencegah mauknya benda asing (debu) untuk
mencegah iritasi atau mata kemerahan.
 Lihat sclera dan konjungtiva.
 Konjungtiva, dengan menarik palpebral inferior dan meminta klien melihat keatas.
Amati warna, anemis atau tidak, apakah ada benda asing atau tidak
 Sclera, dengan menarik palpebral superior dan meminta klien melihat ke bawah.
Amati kemerahan pada sclera, icterus, atau produksi air mata berlebih.
 Amati kedudukan bola mata kanan kiri simetris atau tidak, bola mata keluar
(eksoptalmus) atau ke dalam (endoftalmus).
 Palpebral turun menandakan kelemahan atau atropi otot, atau hiperaktivitas palpebral
yang menyebabkan kelopak mata terus berkedip tak terkontrol.
 Observasi celah palpebral. Minta klien memandang lurus ke depan lalu perhatikan
kedudukan kelopak mata terhadap pupil dan iris. Normal jika simetris. Adanya kelainan
jika celah mata menyempit (ptosis, endoftalmus, blefarospasmus) atau melebar
(eksoftalmus, proptosis)
 Kaji sistem lakrimasi mata dengan menggunakan kertas lakmus untuk mendapatkan data
apakah mata kering atau basah yang artinya lakrimasi berfungsi baik ( Schime test).
 Kaji sistem pembuangan air mata dengan uji anel test. Yaitu dengna menggunakan spuit
berisi cairan, dan berikan pada kanal lakrimal.

B. REFLEK PUPIL
 Gunakan penlight dan sinari mata kanan kiri dari lateral ke medial. Amati respon pupil
langsung. Normalnya jika terang, pupil mengecil dan jika gelap pupil membesar.
 Amati ukuran lebar pupil dengan melihat symbol lingkaran yang ada pada badan penlight
dan bagaimana reflek pupil tersebut, isokor atau anisokor.
 Interpretasi:
 Normal : Bentuk pupil (bulat reguler), Ukuran pupil : 2 mm – 5 mm, Posisi pupil
ditengah-tengah, pupil kanan dan kiri Isokor, Reflek cahaya langsung (+) dan Reflek
cahaya konsensuil atau pada cahaya redup (+)
 Kelainan : Pintpoin pupil, Bentuk ireguler, Anisokor dengan kelainan reflek cahaya
dan ukuran pupil kecil atau besar dari normal (3-4 mm)

C. LAPANG PANDANG / TES KONFRONTASI


 Dasarnya lapang pandang klien normal jika sama dengan pemeriksa. Maka sebelumnya,
pemeriksa harus memiliki lapang pandang normal. LP klien = LP pemeriksa
 Normalnya benda dapat dilihat pada: 60 derajat nasal, 90 derajat temporal, 50
derajat , dan atas 70 derajat bawah.
 Cara pemeriksaan :
 Klien menutup mata salah satu, misalnya kiri tanpa menekan bola mata.
 Pemeriksa duduk di depan klien dg jarak 60cm sama tinggi dengan klien. Pemeriksa
menutup mata berlawanan dengan klien, yaitu kanan. Lapang pandang pemeriksa
dianggap sebagai referensi (LP pemeriksa harus normal)
 Objek digerakkan dari perifer ke central (sejauh rentangan tangan pemeriksa) dari
delapan arah pada bidang ditengah pemeriksa dan klien
 Lapang pandang klien dibandingkan dengan pemeriksa. Lalu lanjutkan pada mata
berikutnya

D. PEMERIKSAAN OTOT EKSTRAOKULER


 Minta klien melihat jari, dan anda menggerakkan jari anda. Minta klien mengikuti gerak
jari, dengan 8 arah dari central ke perifer.
 Amati gerakan kedua mata, simetris atau ada yang tertinggal
E. PEMERIKSAAN VISUS / KETAJAMAN PENGLIHATAN
1) SNELLEN CARD
 Menggunakan kartu snellen dengan mengganttungkan kartu pada jarak 6 atau 5 meter
dari klien.
 Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan, maka minta klien untuk tutup dengan penutup
mata atau telapak tangan tanpa menekan bolamata
 Pasien disuruh membaca huruf SNELLEN dari baris paling atas ke bawah. Hasil
pemeriksaan dicatat, kemudian diulangi untuk mata sebelahnya.
 HASIL :
 VOD 6/6 &VOS 6/6
 6/6 pasien dapat membaca seluruh huruf dideretan 6/6 pada snellen chart
 6/12 pasien bisa membaca sampai baris 6/12 pada snellen chart
 6/30 pasien bisa membaca sampai baris 6/30 pada snellen chart
2) HITUNG JARI
 Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen pasien diminta menghitung jari pemeriksa
pada jarak 3 meter
 3/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 3 meter.
 1/60 bila klien dapat membaca pada jarak 1 meter
3) PERGERAKAN JARI
 Tidak bisa hitung jari, maka dilakukan pemeriksaan gerakan tangan didepan pasien
dengan latar belakang terang. Jika pasien dapat menentukan arah gerakan tangan pada
jarak 1 m:
 VISUS 1/300 (Hand Movement/HM) kadang kala sdh perlu menentukan arah
proyeksinya
4) PENYINARAN
 Jika tidak bisa melihat gerakan tangan dilakukan penyinaran dengan penlight ke arah
mata pasien.
 Apabila pasien dapat mengenali saat disinari dan tidak disinari dari segala posisi
(nasal,temporal,atas,bawah) maka tajam penglihatan V = 1/ ~ proyeksi baik (Light
Perception/LP).
 Jika tidak bisa menentukan arah sinar maka penilaian V = 1/ ~ (LP, proyeksi salah).
 Jika sinar tidak bisa dikenali maka tajam penglihatan dinilai V= 0 (NLP). Bila tidak dapat
melihat sinar senter disebut BUTA TOTAL (tulis 00/000)
5) PEMERIKSAAN DENGAN PINHOLE
 Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi bacaan huruf di kartu Snellen atau kartu E
maka pada mata tersebut dipasang PINHOLE
 Dengan pinhole responden dapat melanjutkan bacaannya sampai baris normal (20/20)
berarti responden tersebut GANGGUAN REFRAKSI
 Bila dengan pinhole responden tidak dapat melanjutkan bacaannya maka disebut
KATARAK
 Bila responden DAPAT membaca sampai baris normal 20/20 TANPA pinhole maka
responden tidak perlu dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan pinhole

F. PEMERIKSAAN BUTA WARNA


 Pasien diminta menyebutkan berapa angka yang tampak di kartu
 Orang normal mampu meyebutkan angka 74 buta waran merah hijau menyebutkan angka
21

KESIMPULAN VIDIO
VIDEO I (HOW TO CHECK YOUR PATIENT’S VISUAL ACUITY)
Pada video ini dapat dilihat seseorang yang sedang menjelaskan tentang tata cara
Pemeriksaan Ketajaman Visual dengan menggunakan Snellen Card. Melakukan pemeriksaan
ketajaman Visual dengan terkontrol dan cermat membenatu untuk memahami jenis penyakit
yang dimiliki atau penyakit pada umunya. Sehingga kita dapat melihat membaik atau
memburuknya dan memahami seperti apa ketajaman Visual pasien dari awal.
Pada orang dewasa digunakan yang namanya Snellen Card, terdiri dari huruf-huruf mulai
dari yang besar (paling atas) sampai terkecil (paling bawah). Disamping huruf-huruf tersebut
terdapat angka-angka yang menggambarkan nilai/skor dari tiap baris. Jarak antara Snellen Card
dengan pasien adalah 6 meter, diukur dengan cara menutup mata secara bergantian dan meminta
pasien menyebutkan huruf dari yang paling atas ke bawah (paling besar-kecil).
Huruf E paling atas bernilai 20/200, artinya seseorang dapat melihat huruf tersebut pada
jarak 20 kaki apa yang seharusnya bias dilihat orang normal pada jarak 200 kaki. Ketika
seseorang membaca huruf-huruf pada baris berikutnya, ketika dia tidak mampu membaca/keliru
menyebutkan 1 huruf maka nilainya -1. Contoh, pada baris TOZ yang bernilai 20/70, klien salah
membaca huruf T, maka nilai skor nya adalah 20/70-1. Begitupun jika salah menyebutkan/tidak
mampu menyebutkan 2 huruf, nilainya -2. Dan minus paling banyak hanya boleh 2, jika lebih,
maka skor klien tersebut adalah skor baris diatasnya.
VIDEO II (EXAMINATION OF THE EYES AND VISION)
Pada video ini memperlihatkan tata cara seseorang memeriksa mata dan penglihatan pada
seorang klien :
 Mencuci tangan dan memperkenalkan diri
 Konfirmasi detail pasien (nama dan tanggal lahir)
 Jelaskan pemeriksaan dan dapatkan persetujuan
 Menilai ketajaman visual menggunakan Snellen Card
Pada video ini menggunakan grafik 3 meter, namun pada umunya penilaian ketajaman
visual menggunakan grafik 6 meter.
 Meminta klien melepas kacamata, dan menutup mata kiri dengan tangan kanan dan
meminta mengeja huruf dengan mata kanan.
 Ulangi penilaian dengan mata lainnya
 Menilai kembali ketajaman visual dengan menggunakan pinhole
 Penilaian jarak dekat dengan meminta klien menutup mata dan membaca kalimat yang
disediakan pada tangan klien tsb.
 Ulangi penilaian di mata lainnya
 Menilai penglihatan warna menggunakan pelat ishihara
 Menilai bidang visual
Meminta menutup sebelah matanya dan melihat kearah hidung sang penguji dan
menanyakan adakah dari wajah sang penguji yang hilang.
 Menilai bidang visual perifer
 Periksa pupil mata
Minta pasien melepas kacamatanya, dan focus ke satu objek di kejauhan. Kemudian
penguji memberikan cahaya dari satu mata ke mata lainnya. Perhatikan ukuran, bentuk,
dan kesimetrisan pupil (contoh dilatasi pupil iatrogenic)
 Menilai reflek pupil langsung dan konsensual.
Lampu harus diredupkan.
 Lakukan tes cahaya mengayun.
Mencari cacat pupil aferen relative (RAPD)
 Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD)
Perhatikan dilatasi paradox dari pupil yang terkena cahaya saat disinari
 Kaji reflex akomodasi.
Reflex ini melibatkan konvergensi dan penyempitan pupil. Meminta pasien melihat
tombol hijau di kejauhan, kemudian minta melihat ke jari penguji di depan mata.
 Kaji gerakan mata pasien
Tanyakan apakah dia melihat bultan merah tersebut ganda atau tidak.
 Melihat reflex cahaya merah
Melihat melalui Oftalmoskop, amati pantulan kemerahan/orange di pupil.
 Kaji segmen anterior mata
Periksa bagian belakang mata. Lampu harus diredupkan, dan Mydriatic eye drops harus
digunakan untuk melebarkan pupil. Mulailah dengan mengidentifikasi pembuluh darah
dan ikuti kembali menuju cakram optic
 Nilai Disk Optik
 Kaji pembuluh dara retinal
 Nilai macula
 Berterimakasih kepada pasien kemudian cuci tangan
 Menanyakan sekiranya ada pertanyaan dari pasien
 Sekian

DAPUS
https://www.academia.edu/13160000/pemeriksaan_fisik_pada_organ_persepsi_sensori_mata_tel
inga_hidung_lidah
https://www.youtube.com/watch?v=kMwy06mAV5U&feature=youtu.be
https://www.youtube.com/watch?v=YqL6IMGE5os&feature=youtu.be

Anda mungkin juga menyukai