Anda di halaman 1dari 10

Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

PENGARUH PEMEKARAN PROVINSI TERHADAP PENGEMBANGAN


WILAYAH DI INDONESIA
Sandra Kurniawati
Program Studi Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, ITB.

Abstrak

Pemekaran daerah merupakan salah satu implementasi dari bentuk desentralisasi dan kebijakan
otonomi daerah di Indonesia yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pada prakteknya, terdapat motivasi pemekaran daerah yang tidak sejalan dengan
tujuan pemekaran yaitu adanya kepentingan politis beberapa golongan yang melihat pemekaran ini
sebagai kesempatan untuk mendapatkan jabatan di pemerintahan daerah baru. Persoalan lain yang
sering muncul akibat pemekaran daerah adalah munculnya ketimpangan pembangunan antara
daerah otonom baru dan daerah induknya akibat pembagian sumberdaya saat pemekaran. Beberapa
studi evaluasi pemekaran daerah dilakukan dengan wilayah studi kabupaten/kota, sedangkan belum
ada studi yang mengkaji pengaruh pemekaran terhadap pengembangan wilayah secara
komprehensif. Studi ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh pemekaran provinsi terhadap
pengembangan wilayah di Indonesia. Aspek pengembangan wilayah yang dikaji meliputi aspek
pertumbuhan ekonomi, penyediaan pelayanan publik, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif yaitu dengan membandingkan
perkembangan daerah otonom baru (DOB) dengan daerah induk dan menganalisis tingkat kemajuan
DOB dibandingkan dengan standar minimal atau angka/target nasional. Berdasarkan hasil analisis,
dapat diketahui bahwa pemekaran provinsi belum tentu dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat daerah otonom baru dilihat dari pertumbuhan ekonomi, pelayanan publik, dan kondisi
sosial ekonomi masyarakatnya. Secara umum, sebagian besar DOB mengalami laju pertumbuhan
yang lebih pesat dibandingkan daerah induk dan rata-rata nasional namun belum menunjukkan
perkembangan dilihat dari penyediaan pelayanan publik dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di
daerah otonom baru.

Kata-kunci : Indonesia, otonomi daerah, pengembangan wilayah, pemekaran daerah, provinsi

Pendahuluan pemerintahan daerah menjalankan otonomi


seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
Perubahan sistem pemerintahan daerah yang yang menjadi urusan Pemerintah Pusat, dengan
terjadi di Indonesia pada tahun 1999 tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
memberikan dampak perubahan pelaksanaan pelayanan umum, dan daya saing daerah.
tata cara pemerintahan daerah. Dengan
berlakunya UU 22/1999, sistem pemerintahan Salah satu implementasi dari bentuk
daerah tidak lagi dikendalikan penuh oleh desentralisasi di Indonesia adalah praktek
Pemerintah Pusat, tetapi terdapat pemberlakuan pemekaran wilayah, dimana pemerintah daerah
asas desentralisasi yaitu penyerahan kekuasaan dapat dibagi menjadi dua pemerintah daerah
Pemerintah Pusat kepada daerah otonom sesuai baru atau lebih untuk meningkatkan pelayanan
dengan perundang-undangan yang berlaku. publik di wilayah tersebut dan melahirkan
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa pemerintah daerah yang efektif, serta membuat
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1 | 250
Pengaruh Pemekaran Provinsi terhadap Pengembangan Wilayah di Indonesia

pemimpin politik lokal menjadi lebih dekat Sebaliknya, sering pula pengembangan wilayah
dengan pemilihnya (Firman, 2009). Sjafrizal daerah otonom baru terhambat karena
(2008) menyatakan bahwa secara formal, keterbatasan sumber daya pembangunan, baik
motivasi suatu daerah memekarkan diri adalah dari segi dana, potensi daerah, maupun sumber
untuk meningkatkan jangkauan pelayanan daya manusia.
publik, terutama untuk daerah dengan luas
cukup besar. Akan tetapi, seringkali motivasi Studi mengenai pemekaran daerah telah banyak
pemekaran daerah juga dipicu oleh aspek dilakukan, namun sebagian besar studi tersebut
keuangan daerah dan politis. Salah satu faktor melakukan evaluasi pada tingkat
pendorong mengapa pemerintah lokal melihat kabupaten/kota, sedangkan tidak banyak studi
kesempatan besar dengan adanya pemekaran yang membahas pemekaran daerah pada
daerah adalah secara materiil, dengan adanya tingkat provinsi. Walaupun sebagian besar
pembentukan kabupaten dan provinsi baru urusan pemerintahan didesentralisasikan kepada
maka daerah-daerah tersebut akan menerima pemerintah tingkat kabupaten/kota, namun
suntikan dana pembangunan yang lebih besar sebagai Wakil Pusat di Daerah, Pemerintah
dari pemerintah pusat (Kimura, 2010). Provinsi memiliki kewenangan untuk
mengkoordinir, mengawasi, melakukan supervisi,
Dalam aspek pengembangan wilayah, dan memfasilitasi agar daerah bawahannya
pelaksanaan pemekaran daerah dapat mampu menjalankan otonominya secara optimal
memberikan dampak positif dan negatif bagi (Hadiwijoyo, 2011). Dalam konteks yang lebih
daerah induk dan daerah otonom baru hasil luas, provinsi berperan penting dalam
pemekaran daerah. Hal ini dikarenakan oleh mengurangi kesenjangan ekonomi dan politik
adanya perbedaan sumber daya yang digunakan dan dapat menyeimbangkan antara prioritas
dalam proses pembangunan sebelum dan nasional dan kepentingan lokal (UNDP, 2009).
setelah terjadinya pemekaran daerah.
Adakalanya, pemekaran daerah menyebabkan pencapaian tujuan pemekaran provinsi-provinsi
kegiatan perekonomian daerah induk menurun hasil pemekaran yang telah dilakukan
drastis karena sebagian potensi daerahnya sebelumnya. Tujuan pemekaran daerah dalam
berada di daerah otonom baru (Sjafrizal, 2008). PP 129/2000 dinyatakan untuk meningkatkan

Tujuan Pemekaran Daerah


(PP 129/2000):
Perubahan Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia
Untuk meningkatkan
Sentralisasi  Otonomi Daerah
kesejahteraan masyarakat
melalui percepatan
pembangunan ekonomi dan
peningkatan pelayanan Kebijakan Pembentukan
publik. PEMEKARAN DAERAH Daerah Otonom Baru

Motivasi pemekaran Ketimpangan Banyak usulan pemekaran


daerah yang tidak sejalan pengembangan wilayah provinsi, namun tidak
dengan tujuan pemekaran antara DOB dengan banyak studi mengenai
yaitu aspek politis dan Daerah Induk pasca dampak pemekaran pada
keuangan daerah pemekaran tingkat provinsi.

Bagaimana pengaruh pemekaran provinsi terhadap


pengembangan wilayah di Indonesia?

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

251 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1


Sandra Kurniawati
kesejahteraan yaitu beberapa caranya adalah (kabupaten/kota) dengan pemerintah pusat
dengan cara percepatan pembangunan ekonomi tidak lagi didominasi kerangka hubungan
dan peningkatan pelayanan publik. Penelitian ini vertikal yang hirarkis. Penyelesaian
bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pembangunan lintas wilayah lebih diserahkan
pemekaran provinsi terhadap pengembangan pada mekanisme hubungan horizontal. Oleh
wilayah provinsi di Indonesia. Aspek karena itu, tantangan perencanaan
pengembangan wilayah yang akan dikaji dalam pembangunan wilayah untuk mengatasi
penelitian ini meliputi pertumbuhan ekonomi, permasalahan-permasalahan sosial, sumberdaya
ketersediaan pelayanan publik, dan kondisi alam, dan lingkungan dalam konteks wilayah
sosial ekonomi masyarakat. Tabel 1 atau wilayah di era otonomi daerah menjadi
menunjukkan penjabaran variabel ukur setiap semakin besar (Rustiadi, Saefulhakim, & Panuju,
aspek pengembangan wilayah. 2009).

Konsep Pengembangan Wilayah dan Pembentukan Daerah Otonom Baru (DOB) pada
Pemekaran Daerah umumnya dilakukan dengan alasan tidak
meratanya pembangunan akibat luasnya
Pengembangan wilayah (regional development) rentang kendali pemerintahan serta terbatasnya
merupakan suatu upaya untuk memacu penyediaan pelayanan publik (Bappenas dan
perkembangan sosial ekonomi, mengurangi UNDP, 2008). Sjafrizal (2008) menyatakan
kesenjangan antarwilayah, dan menjaga bahwa secara formal, motivasi suatu daerah
kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. memekarkan diri adalah untuk meningkatkan
Pengembangan wilayah diperlukan karena jangkauan pelayanan publik, terutama untuk
kondisi sosial ekonomi, budaya, dan geografis daerah dengan luas cukup besar. Faktor
yang sangat berbeda antara suatu wilayah pendorong lainnya dinyatakan oleh Kimura
dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya (2010) bahwa pemerintah lokal melihat
pengembangan wilayah harus sesuai dengan kesempatan besar dengan adanya pemekaran
kondisi, potensi, dan permasalahan wilayah daerah secara materiil karena dengan adanya
bersangkutan (Ambardi & Prihamantoro, 2002). pembentukan kabupaten dan provinsi baru
maka daerah-daerah tersebut akan menerima
Pada masa Orde Baru, koordinasi permasalahan
suntikan dana pembangunan yang lebih besar
pengelolaan sumberdaya dan pembangunan
dari pemerintah pusat.
antar wilayah ditangani oleh administrasi
pemerintahan yang lebih tinggi. Di era otonomi Setiap perencanaan pembangunan wilayah
daerah, hubungan antara pemerintah daerah memerlukan batasan praktikal yang dapat

Tabel 1 Penjabaran Variabel Ukur Penelitian

No Aspek Variabel Indikator


1 Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan PDRB Laju pertumbuhan PDRB Tanpa Migas
Pendapatan per kapita PDRB per kapita
2 Ketersediaan pelayanan Fasilitas kesehatan Rasio rumah sakit per 100.000 penduduk
publik Rasio puskesmas per 30.000 penduduk
Tenaga medis Rasio dokter per 100.000 penduduk
Fasilitas pendidikan Rasio SD per 1.600 penduduk
Rasio SMP per 4.800 penduduk
Tenaga pendidik Rasio murid-guru SD
Rasio murid-guru SMP
3 Kondisi sosial ekonomi Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
masyarakat Tingkat pengangguran Tingkat pengangguran terbuka
Tingkat kemiskinan Persentase penduduk miskin
Sumber : Hasil Analisis, 2012

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1 | 252


Pengaruh Pemekaran Provinsi terhadap Pengembangan Wilayah di Indonesia

Tabel 2 Standar Penilaian Tingkat Kemajuan Daeran Otonom Baru

No Indikator Standar Penilaian Sumber


1 Laju pertumbuhan PDRB Tanpa Migas 5,97% Rata-rata nasional Tahun 2001-2009
2 PDRB per kapita 8,8 juta rupiah PDRB Per Kapita Nasional Tahun 2009
3 Rasio rumah sakit per 100.000 penduduk 1 Asumsi : 1 RS untuk 1 kota kecil
4 Rasio puskesmas per 30.000 penduduk 1 SNI 03-6981-2004
5 Rasio dokter per 100.000 penduduk 40 Target Nasional Tahun 2010
6 Rasio SD per 1.600 penduduk 1 SNI 03-6981-2004
7 Rasio SMP per 4.800 penduduk 1
8 Rasio murid-guru SD 32 SPM Bidang Pendidikan
9 Rasio murid-guru SMP 36
10 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 72,27 IPM Nasional Tahun 2010
11 Tingkat pengangguran terbuka (5,8 – 6,1) % Target Nasional Tahun 2012
12 Persentase penduduk miskin (10,5 – 11,5) %
Sumber : Statistik Indonesia, SPM Bidang Pendidikan, SNI 03-6981-2004

digunakan secara operasional untuk mengukur induk, maka akan diketahui provinsi mana saja
tingkat perkembangan wilayahnya. Indikator yang memiliki indikator pengembangan wilayah
adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang lebih baik dari daerah induknya. Analisis
yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu berikutnya membandingkan perkembangan
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan indikator DOB dengan standar penilaian pada
(Rustiadi, Saefulhakim, & Panuju, 2009). Dalam Tabel 2, akan menghasilkan provinsi mana saja
penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yang termasuk daerah maju setelah mengalami
indikator pembangunan wilayah berbasis proses pemekaran daerah.
untuk melihat hasil pengukuran indikator output,
outcome, dan benefit dari proses pelaksanaan Analisis
pembangunan di provinsi-provinsi yang
Perbandingan Pengembangan Wilayah di Daerah
mengalami pemekaran wilayah.
Otonom Baru dengan Daerah Induknya
Metodologi Penelitian
Hasil analisis dalam aspek pertumbuhan
Secara garis besar, metode analisis yang ekonomi menunjukkan bahwa data setelah
digunakan dalam penelitian ini adalah metode pemekaran menunjukkan laju pertumbuhan
analisis statistik deskriptif yang akan PDRB beberapa DOB cenderung lebih tinggi
menggambarkan perkembangan indikator- dibandingkan dengan daerah induknya,
indikator pengembangan wilayah sesuai dengan khususnya DOB yang terletak di Kawasan Timur
tahun pengamatannya, yaitu dimulai sejak Indonesia yaitu Provinsi Gorontalo, Sulawesi
setahun setelah DOB dimekarkan dari daerah Barat, dan Papua Barat. Hal ini berbeda dengan
induknya. Analisis yang dilakukan dalam Daerah Otonom Baru yang terletak di Kawasan
penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu: Barat Indonesia. Provinsi Kepulauan Riau,
a ) Analisis pengaruh pelaksanaan pemekaran Kepulauan Bangka Belitung, dan Banten
daerah terhadap pengembangan wilayah di memiliki PDRB per kapita yang lebih tinggi dari
daerah otonom baru dibandingkan dengan daerah induknya, sedangkan keempat DOB
daerah induknya; lainnya memiliki PDRB per kapita yang lebih
b ) Analisis perbandingan tingkat kemajuan rendah dari daerah induknya (lihat Tabel 3).
pengembangan wilayah antardaerah otonom
baru dibandingkan dengan standar penilaian. Analisis terhadap indikator pelayanan publik
menghasilkan beberapa kesamaan temuan
Dengan melakukan perbandingan dengan hasil studi Bappenas dan UNDP (2008)
perkembangan indikator DOB dengan daerah yang mengevaluasi pemekaran daerah pada
253 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1
Sandra Kurniawati

Tabel 3 Perbandingan Nilai Indikator Pertumbuhan Ekonomi dan


Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di DOB dengan Daerah Induknya
PDRB ADHK Rata-Rata Laju PDRB Per Indeks Tingkat Persentase
Tanpa Migas Pertumbuhan Kapita Tahun Pembangunan Pengangguran Penduduk
No Provinsi
Tahun 2009 PDRB Tanpa 2009 Manusia (IPM) Terbuka (TPT) Miskin Tahun
(triliyun rupiah) Migas (%) (juta rupiah) Tahun 2010 Tahun 2010 2010
Kepulauan Riau 36,6 6,69 24,2 75,07 6,90 8,1
1
Riau 45,4 8,18 8,6 76,07 8,72 8,7
Kep.Bangka Belitung 10,1 6,54 8,9 72,86 5,63 6,5
2
Sumatera Selatan 47,0 6,33 6,5 72,95 6,65 15,5
Banten 72,0 5,49 7,4 70,48 13,68 7,2
3
Jawa Barat 294,3 6,04 7,1 72,29 10,33 11,3
Gorontalo 2,7 7,20 2,8 70,28 5,16 23,2
4
Sulawesi Utara 17,1 6,27 7,7 76,09 9,61 9,1
Sulawesi Barat 4,3 8,11 4,0 69,64 3,25 13,6
5
Sulawesi Selatan 47,2 6,77 5,9 71,24 8,37 11,6
Maluku Utara 2,8 4,95 2,8 69,03 6,03 9,4
6
Maluku 3,9 4,71 2,9 71,42 9,97 27,7
Papua Barat 5,4 7,58 7,2 69,15 7,68 34,9
7
Papua 23,2 3,16 11,1 64,94 3,55 36,8
Sumber : Statistik Indonesia dan Hasil Analisis, 2012

tingkat kabupaten. Salah satunya adalah disebabkan oleh adanya peningkatan aktivitas
temuan studi yang menyatakan bahwa ekonomi yang terlihat pada rata-rata laju
pemekaran daerah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi beberapa DOB yang lebih
pemerataan pelayanan kesehatan, terutama di tinggi daripada daerah induk. Hal ini terjadi
bidang pengadaan sarana fisik. Hal ini terjadi pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
pada Provinsi Kepulauan Riau, Kepulauan Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Maluku Utara
Bangka Belitung, dan Papua Barat, namun (lihat Tabel 4).
ketersediaan fasilitas kesehatan di keempat DOB
lainnya masih tertinggal dibandingkan daerah Perbandingan tingkat kemajuan pengembangan
induknya. Selain itu, secara garis besar, wilayah antardaerah otonom baru dibandingkan
diperoleh temuan bahwa daerah otonom baru dengan standar penilaian
yang memiliki ketersediaan pelayanan publik
a) Tingkat Kemajuan DOB berdasarkan
yang lebih baik dari daerah induknya adalah
Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka
Belitung, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.
Hasil analisis perbandingan indikator
Sebaliknya, ketersediaan pelayanan publik di
pertumbuhan ekonomi menghasilkan temuan
Provinsi Banten, Gorontalo, dan Maluku Utara
bahwa terdapat lima dari tujuh Daerah Otonom
masih tertinggal dari ketersediaan pelayanan Baru yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan
publik di daerah induknya (lihat Tabel 5). PDRB di atas angka nasional. Kelima daerah
otonom baru tersebut adalah Provinsi Kepulauan
Jika dilihat dari kondisi sosial ekonomi
Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Gorontalo,
masyarakat, dapat diketahui bahwa walaupun
Sulawesi Barat, dan Papua Barat. Provinsi yang
IPM daerah otonom baru lebih rendah dari memiliki laju pertumbuhan di bawah angka
daerah induk, pada umumnya tingkat nasional adalah Provinsi Maluku Utara dengan
pengangguran dan kemiskinan di DOB lebih angka 4,95 persen dan Provinsi Banten dengan
rendah daripada tingkat pengangguran dan angka 5,49 persen. Hal ini memberikan indikasi
kemiskinan di daerah induk. Pertumbuhan bahwa pemekaran provinsi memberikan
negatif pada tingkat pengangguran dapat pengaruh positif terhadap pertumbuhan PDRB di

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1 | 254


Pengaruh Pemekaran Provinsi terhadap Pengembangan Wilayah di Indonesia

Tabel 4 Perbandingan Nilai Indikator Ketersediaan Pelayanan Publik


di DOB dengan Daerah InduknyaTahun 2009

Rasio
Rasio Rasio
Rumah Rasio Dokter Rasio SD Rasio SMP Rasio
Puskesmas Murid -
No Provinsi Sakit per per 100.000 per 1.600 per 4.800 Murid-
per 30.000 Guru
100.000 jiwa jiwa jiwa Guru SMP
jiwa SD
jiwa

Kepulauan Riau 1,58 1,29 59 0,67 0,75 17 15


1
Riau 0,90 1,09 15 0,90 0,74 19 15

Kep.Bangka Belitung 1,07 1,44 20 1,03 0,68 18 16


2
Sumatera Selatan 0,69 1,17 - 0,84 0,67 18 13

Banten 0,40 0,60 8 0,71 0,47 24 17


3
Jawa Barat 0,52 0,75 4 0,73 0,38 23 18

Gorontalo 0,71 2,26 21 1,36 1,09 19 13


4
Sulawesi Utara 1,48 2,27 19 1,68 1,29 15 14

Sulawesi Barat 0,86 2,20 10 1,70 0,95 15 13


5
Sulawesi Selatan 0,91 1,51 33 1,20 0,72 15 13

Maluku Utara 1,88 2,84 10 1,70 1,17 21 15


6
Maluku 1,59 3,45 33 1,70 1,61 18 13

Papua Barat 1,75 4,23 15 1,65 1,00 22 15


7
Papua 1,29 4,23 24 1,10 0,74 26 17

Sumber : Statistik Indonesia dan Hasil Analisis, 2012

sebagian besar daerah otonom baru (lihat penduduknya, namun jika dilihat dari besarnya
Gambar 2). PDRB dan kontribusinya terhadap PDB nasional,
kontribusi PDRB Kepulauan Riau terhadap
Tingginya angka PDRB per kapita Provinsi nasional masih lebih rendah dari kontribusi
Kepulauan Riau menunjukkan bahwa kegiatan PDRB Banten. Jika dibandingkan dengan daerah
perekonomian di wilayah ini mampu otonom baru lainnya, PDRB Provinsi Banten
memberikan pendapatan yang tinggi bagi memiliki kontribusi tertinggi yaitu sebesar 3,54
persen. Provinsi Kepulauan Riau memberikan
9 kontribusi PDRB sebesar 1,8 persen, sedangkan
8 DOB lainnya hanya memberikan kontribusi lebih
7 rendah sama dengan 0,5 persen.
6
Jika dilihat dari besarnya PDRB per kapita,
5
terdapat dua provinsi yang memiliki PDRB per
4
kapita di atas PDRB per kapita nasional, yaitu
3
Provinsi Riau dan Kepulauan Bangka Belitung,
2
sedangkan lima provinsi lain berada di bawah
1
angka nasional. PDRB per kapita Provinsi Riau
0 yang bernilai sebesar 24,2 juta rupiah, berada
jauh di atas angka nasional yang sebesar 8,8
juta rupiah. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
memiliki nilai PDRB per kapita yang tidak jauh
Rata-rata Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2001-
dari angka nasional yaitu sebesar 8,9 juta rupiah
2009
(lihat Gambar 3).
Gambar 2 Rata-rata Laju Pertumbuhan
PDRB Tahun 2001-2009

255 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1


Sandra Kurniawati
Kepulauan Riau, sedangkan tiga provinsi lainnya
30
belum berhasil memenuhi kebutuhan rumah
25 sakit (lihat Gambar 4).
20
Selain itu, dari hasil analisis dapat diketahui
15 bahwa hanya Provinsi Kepulauan Riau yang
telah mampu memenuhi kebutuhan dokter bagi
10
penduduk di wilayahnya (lihat Gambar 5).
5 Provinsi Banten, Sulawesi Utara, dan Maluku
0 Utara merupakan daerah otonom baru dengan
rasio yang rendah dalam penyediaan dokter. Hal
ini ini menunjukkan bahwa pelayanan publik
bidang kesehatan di ketiga provinsi ini masih
PDRB Per Kapita Tahun 2009 belum mampu memenuhi kebutuhan
masyarakatnya.
Gambar 3 PDRB Per Kapita Tahun 2009
Hasil analisis terhadap indikator fasilitas
b) Tingkat Kemajuan DOB berdasarkan
pendidikan menunjukkan lima dari tujuh DOB
Ketersediaan Pelayanan Publik
telah mampu menyediakan fasilitas SD bagi
Analisis terhadap indikator pelayanan publik penduduknya. Kelima DOB tersebut adalah
pada bidang kesehatan menghasilkan temuan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Gorontalo,
bahwa enam dari tujuh DOB telah mampu Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan Papua Barat,
memenuhi kebutuhan puskesmas bagi sedangkan dua provinsi lain yang belum mampu
penduduknya kecuali Provinsi Banten yang memenuhi kebutuhan fasilitas Sekolah Dasar
memiliki rasio kurang dari satu. Selain itu, dari bagi penduduknya adalah Provinsi Banten dan
gambar tersebut dapat diketahui bahwa hanya Kepulauan Riau.
terdapat empat dari tujuh DOB yang mampu
Berdasarkan hasil analisis terhadap indikator
memenuhi kebutuhan rumah sakit bagi
pelayanan publik bidang pendidikan, dapat
penduduknya. Keempat daerah otonom baru
diketahui bahwa hanya terdapat tiga dari tujuh
tersebut adalah Provinsi Papua Barat, Maluku
DOB yang mampu menyediakan kebutuhan
Utara, Kepulauan Bangka Belitung dan
fasilitas SMP bagi penduduknya. Ketiga DOB

4,5 70,0
4,0
60,0
3,5
3,0 50,0
2,5
40,0
2,0
1,5 30,0
1,0
20,0
0,5
0,0 10,0

0,0

Rasio Rumah Sakit per 100.000 penduduk


Rasio Puskesmas per 30.000 penduduk Rasio Dokter per 100.000 penduduk

Gambar 4 Rasio Fasilitas Kesehatan Gambar 5 Rasio Dokter terhadap


terhadap Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1 | 256


Pengaruh Pemekaran Provinsi terhadap Pengembangan Wilayah di Indonesia

1,8 74,0
1,6 73,0
1,4
72,0
1,2
71,0
1,0
70,0
0,8
69,0
0,6
68,0
0,4
0,2 67,0

0,0 66,0

Rasio SD per 1600 penduduk Indeks Pembangunan Manusia


Rasio SMP per 4800 penduduk Gambar 7 Indeks Pembangunan Manusia
Tahun 2010
Gambar 6 Rasio Fasilitas Pendidikan
terhadap Jumlah Penduduk
Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 memiliki
tersebut adalah Provinsi Gorontalo, Maluku persentase tertinggi di antara enam daerah
Utara, dan Papua Barat, sedangkan empat otonom baru lainnya yaitu sebesar 34,9 persen.
provinsi lainnya belum mampu menyediakan Provinsi Gorontalo memiliki persentase
fasilitas SMP sesuai dengan kebutuhan penduduk miskin sebesar 23,2 persen,
penduduknya. Selain itu, analisis terhadap sedangkan Provinsi Sulawesi Barat memiliki
indikator tenaga pendidik menunjukkan seluruh persentase sebesar 13,6 persen. Jika
provinsi telah mampu menyediakan kebutuhan dibandingkan dengan target nasional yang
tenaga pengajar SD dan SMP. Hal ini dapat berkisar antara 10,5 – 11,5 persen (Bappenas,
dilihat dari rasio murid-guru SD yang kurang 2011 dalam Ant, 2011), provinsi yang mampu
dari 32 dan rasio murid-guru SMP yang kurang mencapai target tersebut adalah Provinsi
dari 36 (lihat Tabel 5). Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung,
Banten, dan Maluku Utara.
c) Tingkat Kemajuan DOB berdasarkan Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat Berdasarkan hasil analisis tingkat kemiskinan
DOB, Provinsi Kepulauan Riau, Banten, dan
Hasil analisis terhadap indikator IPM Papua Barat adalah provinsi yang memiliki
menunjukkan bahwa terdapat dua provinsi yang tingkat pengangguran terbuka di atas rata-rata
memiliki IPM di atas IPM nasional yaitu Provinsi nasional. Tingkat pengangguran terbuka di
Kepulauan Bangka Belitung dengan angka 72,86 Provinsi Banten mencapai 13,68 persen. Provinsi
dan Provinsi Kepulauan Riau dengan angka Kepulauan Riau memiliki tingkat pengangguran
73,33. Provinsi Maluku Utara dan Papua Barat terbuka sebesar 6,90 persen, sedangkan
merupakan DOB yang memiliki nilai IPM kedua Provinsi Papua Barat memiliki tingkat
terendah dibandingkan DOB lainnya (lihat pengangguran sebesar 7,68 persen. Provinsi
Gambar 6). Hal ini menunjukkan pembangunan Sulawesi Barat adalah provinsi yang memiliki
di kedua provinsi tersebut belum mampu tingkat pengangguran terbuka terendah
meningkatkan kualitas SDM-nya. dibandingkan dengan keenam DOB lainnya dan
angka nasional. Jika dibandingkan dengan
Jika dilihat dari tingkat kemiskinan, terdapat tiga
target nasional yang sebesar 5,8 - 6,1 persen
provinsi yang memiliki persentase penduduk
(Bappenas, 2012 dalam Saputra, 2012) maka
miskin di atas angka nasional, yaitu Provinsi
DOB yang pada tahun 2010 telah mencapai
Papua Barat, Sulawesi Barat, dan Gorontalo.
target tersebut adalah Provinsi Kepulauan Riau,
257 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1
Sandra Kurniawati
Kepulauan Bangka Belitung, Gorontalo, Sulawesi karena memiliki IPM Tahun 2010 di atas rata-
Barat, dan Maluku Utara, sedangkan Provinsi rata nasional serta memiliki tingkat kemiskinan
Papua Barat dan Banten belum dapat mencapai dan pengangguran yang lebih rendah dari target
target nasional (lihat Gambar 8). nasional. Selain itu, Provinsi Kepulauan Riau
memenuhi dua indikator yaitu IPM tahun 2010
Kesimpulan
yang lebih tinggi dari angka nasional dan tingkat
kemiskinan yang lebih rendah dari target
Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan
nasional. Hal ini menunjukkan bahwa
bahwa pemekaran provinsi belum tentu dapat
pemekaran daerah kedua provinsi ini diduga
meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah
memberikan pengaruh positif berupa
otonom baru dilihat dari pertumbuhan ekonomi,
peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat
pelayanan publik, dan kondisi sosial ekonomi
yang diukur dari IPM, tingkat pengangguran,
masyarakatnya. Secara umum, sebagian besar
dan tingkat kemiskinan, namun kurang
DOB mengalami laju pertumbuhan yang lebih
berpengaruh terhadap peningkatan kondisi
pesat dibandingkan daerah induk dan rata-rata
sosial ekonomi masyarakat di sebagian besar
nasional, namun belum menunjukkan
DOB lainnya.
perkembangan dilihat dari penyediaan
pelayanan publik dan kondisi sosial ekonomi
Rekomendasi
masyarakat di sebagian besar daerah otonom
baru. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari
studi ini, penulis merekomendasikan beberapa
Provinsi Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka hal yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat
Belitung dinilai telah memiliki kondisi dan Pemerintah Provinsi dalam upaya
perekonomian yang dikategorikan maju pencapaian tujuan pemekaran provinsi.
dibandingkan dalam lingkup nasional. Provinsi
Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat Pemerintah Pusat sebaiknya melakukan evaluasi
masih belum merasakan pengaruh langsung secara berkala mengenai ketercapaian tujuan
yang tergambar dari besarnya PDRB per kapita, awal dari pemekaran daerah tidak hanya pada
namun ketiga provinsi ini memiliki prospek tingkat kabupaten/kota tetapi juga pada tingkat
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang pesat provinsi. Evaluasi yang dilakukan sebaiknya
dilihat dari laju pertumbuhan PDRB wilayahnya. lebih berorientasi mengukur ketercapaian tujuan
pemekaran dan untuk aspek pelayanan publik
Dalam aspek pelayanan publik, hanya terdapat dapat lebih berorientasi pada pencapaian
tiga provinsi yang hampir memenuhi standar standar pelayanan minimum, target-target
minimal dalam pemenuhan kebutuhan nasional atau target jangka panjang seperti
pelayanan publik yaitu Provinsi Kepulauan Riau, Millenium Development Goals (MDGs).
Maluku Utara, dan Papua Barat. Pengaruh positif
penyediaan pelayanan publik di berbagai DOB Pemerintah Provinsi Banten dan Sulawesi Barat
memiliki pola yang beragam, namun nampaknya sebaiknya berupaya keras dalam upaya
pemekaran daerah tidak berpengaruh besar peningkatan penyediaan pelayanan publik
terhadap peningkatan pelayanan publik di khususnya penyediaan fasilitas kesehatan,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Banten, dokter, dan fasilitas pendidikan; sedangkan
Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Barat yang
struktur perekonomiannya disokong oleh sektor
Temuan studi mengenai kondisi sosial ekonomi pertanian memiliki kerentanan terhadap
menunjukkan pemekaran daerah yang tingginya angka kemiskinan, oleh karena itu
berpengaruh positif pada peningkatan kondisi pemerintah di kedua provinsi harus berupaya
sosial ekonomi masyarakatnya adalah mendorong kabupaten/kota di bawahnya agar
pemekaran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1 | 258


Pengaruh Pemekaran Provinsi terhadap Pengembangan Wilayah di Indonesia

dapat menekan tingginya persentase penduduk Rustiadi, E., Saefulhakim, S., & Panuju, D. R.
miskin. (2009). Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Jakarta:
Pemerintah Provinsi Maluku Utara dan Papua Crestpent Press dan Yayasan Obor
Barat sebaiknya lebih berupaya dalam
peningkatan kualitas hidup masyarakat, Saputra, E. (2012, Mei Perekonomian
9).
khususnya yang sejalan dengan komponen Indonesia: Bappenas merevisi target
penyusun IPM. Dalam hal ini, Pemerintah angka pengangguran 2012. Dipetik Mei
Provinsi dapat melakukan pemantauan dan 14, 2012, dari Kontan Online:
intervensi terhadap upaya peningkatan http://nasional.kontan.co.id/news/bape
komponen-komponen penyusun IPM yang nas-merevisi-target-angka-
meliputi bidang ekonomi, pendidikan dan pengangguran-2012
kesehatan masyarakat.
Sjafrizal. (2008). Ekonomi Regional: Teori dan
Ucapan Terima Kasih Aplikasi. Padang: Baduose Media.
TK. (2011, September 14). Bappenas: Angka
Artikel ini merupakan laporan Tugas Akhir
Kemiskinan dan Pengangguran Realistis.
Program Studi Sarjana Perencanaan Wilayah
Dipetik Mei 14, 2012, dari Investor
dan Kota, SAPPK ITB. Pengerjaan tugas akhir ini
Daily Indonesia:
di-supervisi oleh pembimbing [Prof. Ir. Tommy
http://www.investor.co.id/home/bappe
Firman, M.Sc., Ph.D] dan penguji [Wilmar Salim,
nas-angka-kemiskinan-dan-
ST, M.Reg.Dev., Ph.D; Pradono, SE, M.Ec.Dev.,
Ph.D; dan Delik Hudallah, ST, MT, M.Sc., Ph.D]. pengangguran-realistis/19933

UNDP. (2009). The Province and Its Role in


Daftar Pustaka
Indonesia's Decentralization. Jakarta:
UNDP Indonesia.
Ambardi, U. M., & Prihamantoro, S. (2002).
Pengembangan Wilayah dan Otonomi Peraturan dan Perundang-undangan
Daerah. Jakarta: Pusat Pengkajian
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Kebijakan Teknologi Pengembangan
Pemerintahan Daerah
Wilayah BPPT.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Bappenas dan UNDP. (2008). Studi Evaluasi Pemerintahan Daerah
Dampak Pemekaran Daerah 2001-2007.
Jakarta: BRIDGE. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2010
tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas
Firman, T. (2009). Decentralization Reform and dan Wewenang serta Kedudukan
Local Government Proliferation in Keuangan Gubernur sebagai Wakil
Indonesia: Towards A Fragmentation of Pemerintah di Wilayah Provinsi
Regional Development. RURDS Vol. 21,
143-156. Peraturan Pemerintah No. 129 tahun 2000
tentang Persyaratan Pembentukan dan
Hadiwijoyo, S. S. (2011). Gubernur: Kedudukan, Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan
Peran dan Kewenangannya . Penggabungan Daerah
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kimura, E. (2010). Proliferating Provinces:


Territorial Politics in Post-Suharto
Indonesia . South East Asia Research,
415-449.

259 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1

Anda mungkin juga menyukai