Abstrak
Pemekaran daerah merupakan salah satu implementasi dari bentuk desentralisasi dan kebijakan
otonomi daerah di Indonesia yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pada prakteknya, terdapat motivasi pemekaran daerah yang tidak sejalan dengan
tujuan pemekaran yaitu adanya kepentingan politis beberapa golongan yang melihat pemekaran ini
sebagai kesempatan untuk mendapatkan jabatan di pemerintahan daerah baru. Persoalan lain yang
sering muncul akibat pemekaran daerah adalah munculnya ketimpangan pembangunan antara
daerah otonom baru dan daerah induknya akibat pembagian sumberdaya saat pemekaran. Beberapa
studi evaluasi pemekaran daerah dilakukan dengan wilayah studi kabupaten/kota, sedangkan belum
ada studi yang mengkaji pengaruh pemekaran terhadap pengembangan wilayah secara
komprehensif. Studi ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh pemekaran provinsi terhadap
pengembangan wilayah di Indonesia. Aspek pengembangan wilayah yang dikaji meliputi aspek
pertumbuhan ekonomi, penyediaan pelayanan publik, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif yaitu dengan membandingkan
perkembangan daerah otonom baru (DOB) dengan daerah induk dan menganalisis tingkat kemajuan
DOB dibandingkan dengan standar minimal atau angka/target nasional. Berdasarkan hasil analisis,
dapat diketahui bahwa pemekaran provinsi belum tentu dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat daerah otonom baru dilihat dari pertumbuhan ekonomi, pelayanan publik, dan kondisi
sosial ekonomi masyarakatnya. Secara umum, sebagian besar DOB mengalami laju pertumbuhan
yang lebih pesat dibandingkan daerah induk dan rata-rata nasional namun belum menunjukkan
perkembangan dilihat dari penyediaan pelayanan publik dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di
daerah otonom baru.
pemimpin politik lokal menjadi lebih dekat Sebaliknya, sering pula pengembangan wilayah
dengan pemilihnya (Firman, 2009). Sjafrizal daerah otonom baru terhambat karena
(2008) menyatakan bahwa secara formal, keterbatasan sumber daya pembangunan, baik
motivasi suatu daerah memekarkan diri adalah dari segi dana, potensi daerah, maupun sumber
untuk meningkatkan jangkauan pelayanan daya manusia.
publik, terutama untuk daerah dengan luas
cukup besar. Akan tetapi, seringkali motivasi Studi mengenai pemekaran daerah telah banyak
pemekaran daerah juga dipicu oleh aspek dilakukan, namun sebagian besar studi tersebut
keuangan daerah dan politis. Salah satu faktor melakukan evaluasi pada tingkat
pendorong mengapa pemerintah lokal melihat kabupaten/kota, sedangkan tidak banyak studi
kesempatan besar dengan adanya pemekaran yang membahas pemekaran daerah pada
daerah adalah secara materiil, dengan adanya tingkat provinsi. Walaupun sebagian besar
pembentukan kabupaten dan provinsi baru urusan pemerintahan didesentralisasikan kepada
maka daerah-daerah tersebut akan menerima pemerintah tingkat kabupaten/kota, namun
suntikan dana pembangunan yang lebih besar sebagai Wakil Pusat di Daerah, Pemerintah
dari pemerintah pusat (Kimura, 2010). Provinsi memiliki kewenangan untuk
mengkoordinir, mengawasi, melakukan supervisi,
Dalam aspek pengembangan wilayah, dan memfasilitasi agar daerah bawahannya
pelaksanaan pemekaran daerah dapat mampu menjalankan otonominya secara optimal
memberikan dampak positif dan negatif bagi (Hadiwijoyo, 2011). Dalam konteks yang lebih
daerah induk dan daerah otonom baru hasil luas, provinsi berperan penting dalam
pemekaran daerah. Hal ini dikarenakan oleh mengurangi kesenjangan ekonomi dan politik
adanya perbedaan sumber daya yang digunakan dan dapat menyeimbangkan antara prioritas
dalam proses pembangunan sebelum dan nasional dan kepentingan lokal (UNDP, 2009).
setelah terjadinya pemekaran daerah.
Adakalanya, pemekaran daerah menyebabkan pencapaian tujuan pemekaran provinsi-provinsi
kegiatan perekonomian daerah induk menurun hasil pemekaran yang telah dilakukan
drastis karena sebagian potensi daerahnya sebelumnya. Tujuan pemekaran daerah dalam
berada di daerah otonom baru (Sjafrizal, 2008). PP 129/2000 dinyatakan untuk meningkatkan
Konsep Pengembangan Wilayah dan Pembentukan Daerah Otonom Baru (DOB) pada
Pemekaran Daerah umumnya dilakukan dengan alasan tidak
meratanya pembangunan akibat luasnya
Pengembangan wilayah (regional development) rentang kendali pemerintahan serta terbatasnya
merupakan suatu upaya untuk memacu penyediaan pelayanan publik (Bappenas dan
perkembangan sosial ekonomi, mengurangi UNDP, 2008). Sjafrizal (2008) menyatakan
kesenjangan antarwilayah, dan menjaga bahwa secara formal, motivasi suatu daerah
kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. memekarkan diri adalah untuk meningkatkan
Pengembangan wilayah diperlukan karena jangkauan pelayanan publik, terutama untuk
kondisi sosial ekonomi, budaya, dan geografis daerah dengan luas cukup besar. Faktor
yang sangat berbeda antara suatu wilayah pendorong lainnya dinyatakan oleh Kimura
dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya (2010) bahwa pemerintah lokal melihat
pengembangan wilayah harus sesuai dengan kesempatan besar dengan adanya pemekaran
kondisi, potensi, dan permasalahan wilayah daerah secara materiil karena dengan adanya
bersangkutan (Ambardi & Prihamantoro, 2002). pembentukan kabupaten dan provinsi baru
maka daerah-daerah tersebut akan menerima
Pada masa Orde Baru, koordinasi permasalahan
suntikan dana pembangunan yang lebih besar
pengelolaan sumberdaya dan pembangunan
dari pemerintah pusat.
antar wilayah ditangani oleh administrasi
pemerintahan yang lebih tinggi. Di era otonomi Setiap perencanaan pembangunan wilayah
daerah, hubungan antara pemerintah daerah memerlukan batasan praktikal yang dapat
digunakan secara operasional untuk mengukur induk, maka akan diketahui provinsi mana saja
tingkat perkembangan wilayahnya. Indikator yang memiliki indikator pengembangan wilayah
adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang lebih baik dari daerah induknya. Analisis
yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu berikutnya membandingkan perkembangan
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan indikator DOB dengan standar penilaian pada
(Rustiadi, Saefulhakim, & Panuju, 2009). Dalam Tabel 2, akan menghasilkan provinsi mana saja
penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yang termasuk daerah maju setelah mengalami
indikator pembangunan wilayah berbasis proses pemekaran daerah.
untuk melihat hasil pengukuran indikator output,
outcome, dan benefit dari proses pelaksanaan Analisis
pembangunan di provinsi-provinsi yang
Perbandingan Pengembangan Wilayah di Daerah
mengalami pemekaran wilayah.
Otonom Baru dengan Daerah Induknya
Metodologi Penelitian
Hasil analisis dalam aspek pertumbuhan
Secara garis besar, metode analisis yang ekonomi menunjukkan bahwa data setelah
digunakan dalam penelitian ini adalah metode pemekaran menunjukkan laju pertumbuhan
analisis statistik deskriptif yang akan PDRB beberapa DOB cenderung lebih tinggi
menggambarkan perkembangan indikator- dibandingkan dengan daerah induknya,
indikator pengembangan wilayah sesuai dengan khususnya DOB yang terletak di Kawasan Timur
tahun pengamatannya, yaitu dimulai sejak Indonesia yaitu Provinsi Gorontalo, Sulawesi
setahun setelah DOB dimekarkan dari daerah Barat, dan Papua Barat. Hal ini berbeda dengan
induknya. Analisis yang dilakukan dalam Daerah Otonom Baru yang terletak di Kawasan
penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu: Barat Indonesia. Provinsi Kepulauan Riau,
a ) Analisis pengaruh pelaksanaan pemekaran Kepulauan Bangka Belitung, dan Banten
daerah terhadap pengembangan wilayah di memiliki PDRB per kapita yang lebih tinggi dari
daerah otonom baru dibandingkan dengan daerah induknya, sedangkan keempat DOB
daerah induknya; lainnya memiliki PDRB per kapita yang lebih
b ) Analisis perbandingan tingkat kemajuan rendah dari daerah induknya (lihat Tabel 3).
pengembangan wilayah antardaerah otonom
baru dibandingkan dengan standar penilaian. Analisis terhadap indikator pelayanan publik
menghasilkan beberapa kesamaan temuan
Dengan melakukan perbandingan dengan hasil studi Bappenas dan UNDP (2008)
perkembangan indikator DOB dengan daerah yang mengevaluasi pemekaran daerah pada
253 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V1N1
Sandra Kurniawati
tingkat kabupaten. Salah satunya adalah disebabkan oleh adanya peningkatan aktivitas
temuan studi yang menyatakan bahwa ekonomi yang terlihat pada rata-rata laju
pemekaran daerah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi beberapa DOB yang lebih
pemerataan pelayanan kesehatan, terutama di tinggi daripada daerah induk. Hal ini terjadi
bidang pengadaan sarana fisik. Hal ini terjadi pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
pada Provinsi Kepulauan Riau, Kepulauan Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Maluku Utara
Bangka Belitung, dan Papua Barat, namun (lihat Tabel 4).
ketersediaan fasilitas kesehatan di keempat DOB
lainnya masih tertinggal dibandingkan daerah Perbandingan tingkat kemajuan pengembangan
induknya. Selain itu, secara garis besar, wilayah antardaerah otonom baru dibandingkan
diperoleh temuan bahwa daerah otonom baru dengan standar penilaian
yang memiliki ketersediaan pelayanan publik
a) Tingkat Kemajuan DOB berdasarkan
yang lebih baik dari daerah induknya adalah
Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka
Belitung, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.
Hasil analisis perbandingan indikator
Sebaliknya, ketersediaan pelayanan publik di
pertumbuhan ekonomi menghasilkan temuan
Provinsi Banten, Gorontalo, dan Maluku Utara
bahwa terdapat lima dari tujuh Daerah Otonom
masih tertinggal dari ketersediaan pelayanan Baru yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan
publik di daerah induknya (lihat Tabel 5). PDRB di atas angka nasional. Kelima daerah
otonom baru tersebut adalah Provinsi Kepulauan
Jika dilihat dari kondisi sosial ekonomi
Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Gorontalo,
masyarakat, dapat diketahui bahwa walaupun
Sulawesi Barat, dan Papua Barat. Provinsi yang
IPM daerah otonom baru lebih rendah dari memiliki laju pertumbuhan di bawah angka
daerah induk, pada umumnya tingkat nasional adalah Provinsi Maluku Utara dengan
pengangguran dan kemiskinan di DOB lebih angka 4,95 persen dan Provinsi Banten dengan
rendah daripada tingkat pengangguran dan angka 5,49 persen. Hal ini memberikan indikasi
kemiskinan di daerah induk. Pertumbuhan bahwa pemekaran provinsi memberikan
negatif pada tingkat pengangguran dapat pengaruh positif terhadap pertumbuhan PDRB di
Rasio
Rasio Rasio
Rumah Rasio Dokter Rasio SD Rasio SMP Rasio
Puskesmas Murid -
No Provinsi Sakit per per 100.000 per 1.600 per 4.800 Murid-
per 30.000 Guru
100.000 jiwa jiwa jiwa Guru SMP
jiwa SD
jiwa
sebagian besar daerah otonom baru (lihat penduduknya, namun jika dilihat dari besarnya
Gambar 2). PDRB dan kontribusinya terhadap PDB nasional,
kontribusi PDRB Kepulauan Riau terhadap
Tingginya angka PDRB per kapita Provinsi nasional masih lebih rendah dari kontribusi
Kepulauan Riau menunjukkan bahwa kegiatan PDRB Banten. Jika dibandingkan dengan daerah
perekonomian di wilayah ini mampu otonom baru lainnya, PDRB Provinsi Banten
memberikan pendapatan yang tinggi bagi memiliki kontribusi tertinggi yaitu sebesar 3,54
persen. Provinsi Kepulauan Riau memberikan
9 kontribusi PDRB sebesar 1,8 persen, sedangkan
8 DOB lainnya hanya memberikan kontribusi lebih
7 rendah sama dengan 0,5 persen.
6
Jika dilihat dari besarnya PDRB per kapita,
5
terdapat dua provinsi yang memiliki PDRB per
4
kapita di atas PDRB per kapita nasional, yaitu
3
Provinsi Riau dan Kepulauan Bangka Belitung,
2
sedangkan lima provinsi lain berada di bawah
1
angka nasional. PDRB per kapita Provinsi Riau
0 yang bernilai sebesar 24,2 juta rupiah, berada
jauh di atas angka nasional yang sebesar 8,8
juta rupiah. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
memiliki nilai PDRB per kapita yang tidak jauh
Rata-rata Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2001-
dari angka nasional yaitu sebesar 8,9 juta rupiah
2009
(lihat Gambar 3).
Gambar 2 Rata-rata Laju Pertumbuhan
PDRB Tahun 2001-2009
4,5 70,0
4,0
60,0
3,5
3,0 50,0
2,5
40,0
2,0
1,5 30,0
1,0
20,0
0,5
0,0 10,0
0,0
1,8 74,0
1,6 73,0
1,4
72,0
1,2
71,0
1,0
70,0
0,8
69,0
0,6
68,0
0,4
0,2 67,0
0,0 66,0
dapat menekan tingginya persentase penduduk Rustiadi, E., Saefulhakim, S., & Panuju, D. R.
miskin. (2009). Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Jakarta:
Pemerintah Provinsi Maluku Utara dan Papua Crestpent Press dan Yayasan Obor
Barat sebaiknya lebih berupaya dalam
peningkatan kualitas hidup masyarakat, Saputra, E. (2012, Mei Perekonomian
9).
khususnya yang sejalan dengan komponen Indonesia: Bappenas merevisi target
penyusun IPM. Dalam hal ini, Pemerintah angka pengangguran 2012. Dipetik Mei
Provinsi dapat melakukan pemantauan dan 14, 2012, dari Kontan Online:
intervensi terhadap upaya peningkatan http://nasional.kontan.co.id/news/bape
komponen-komponen penyusun IPM yang nas-merevisi-target-angka-
meliputi bidang ekonomi, pendidikan dan pengangguran-2012
kesehatan masyarakat.
Sjafrizal. (2008). Ekonomi Regional: Teori dan
Ucapan Terima Kasih Aplikasi. Padang: Baduose Media.
TK. (2011, September 14). Bappenas: Angka
Artikel ini merupakan laporan Tugas Akhir
Kemiskinan dan Pengangguran Realistis.
Program Studi Sarjana Perencanaan Wilayah
Dipetik Mei 14, 2012, dari Investor
dan Kota, SAPPK ITB. Pengerjaan tugas akhir ini
Daily Indonesia:
di-supervisi oleh pembimbing [Prof. Ir. Tommy
http://www.investor.co.id/home/bappe
Firman, M.Sc., Ph.D] dan penguji [Wilmar Salim,
nas-angka-kemiskinan-dan-
ST, M.Reg.Dev., Ph.D; Pradono, SE, M.Ec.Dev.,
Ph.D; dan Delik Hudallah, ST, MT, M.Sc., Ph.D]. pengangguran-realistis/19933