Anda di halaman 1dari 2

Nama : Intri Nurfiana

Nim : PO.71.31.2.18.013

Tugas patologi penyakit tidak menular

Kwashiorkor akibat kekurangan protein

A. Pengertian Kwashiorkor secara patologis

Kwashiorkor atau dikenal sebagai “Busung lapar” adalah salah satu bentuk Kekurangan
Protein,suatu sindroma (kumpulan gejala) yang disebabkan defisiensi / kekurangan protein yang
berat. Defisiensi ini sangat parah , biasanya lebih banyak pada bayi dan balita pada usia 6 bulan
sampai 3 tahun, usia paling rawan adalah 2 tahun., karena pada masa ini terjadi peralihan dari
ASI ke pengganti ASI. Pada umumnya kandungan karbohidrat tinggi namun mutu dan
kandungan protein nya sangat rendah.

Anak dengan busung lapar akan mengalami edema (bengkak) karena penumpukan cairan
di jaringan bawah kulit terutama pada rongga usus dan tungkai bawah, bayi tampak gemuk dan
muka bulat karena bengkak, perut membuncit atau busung. Bagian tubuh yang membengkak
bila dipencet akan memberikan suatu cekungan yang disebut pitting edema. Rambut menjadi
kemerahan atau abu-abu, tipis dan mudah rontok, bila sebelumnya rambut anak keriting menjadi
lurus. Kulit umumnya pucat dan disertai anemia. Ciri-ciri lainya hambatan pertumbuhan,
perubahan pada patologi hati dimana akan terlihat infiultrasi lemak,nekrosis dan fibrosis, juga
ditemukan atropi pancreas, gangguan saluran pencernaan, kadar albumin dalam darah yang
rendah. Kulit penderita menjadi gelap/dispigmentasi, dermatitis, kulit mudah luka pada kasus
yang berat kulit akan menjadi keras, bibir retak-retak (cheilosis), lidah menjadi gampang luka.

Pada kwashiorkor pengaruh terhadap sistem saraf yaitu tremor yang berpengaruh terhadap
serabut saraf tunggal maupun berkelompok seperti mata yang sering berkedip atau suara yang
serak/cengeng.

B. Penyebab kwashiorkor
 Kekurangan protein dalam makanan
 Gangguan penyerapan protein
 Kehilangan protein secara tidak normal
C. Penatalaksanan diet pada balita Kwashiorkor
Kwashiorkor (Kekurangan protein berat/gizi buruk) ditujukan untuk memberikan makanan
tinggi energi, tinggi protein serta cukup vitamin dan mineral secara bertahap, guna mencapai
status gizi optimal. Ada 4 kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu pemberian diet,
pemantauan dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.
1. Pemberian Diet
Pemberian diet pada Kekurangan Protein berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. Melalui 3 periode yaitu periode stabilisasi, periode transisi, dan periode rehabilitasi.
b. Kebutuhan energi mulai dari 80 sampai 200 kalori per kg BB/hari.
c. Kebutuhan protein mulai dari 1 sampai 6 gram per kg BB/hari.
d. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi atau pemberian
bahan makanan sumber mineral tertentu, sebagai berikut :
Bahan makanan sumber mineral khusus :
 Sumber Zn : Daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam
 Sumber Cuprum : Tiram, daging, hati.
 Sumber Mangan : Beras, kacang tanah, kedelai.
 Sumber Magnesium : Daun seledri, bubuk coklat, kacang-kacangan, bayam.
 Sumber Kalium : Jus tomat, pisang, kacang-kacangan, kentang, apel, alpukat,
bayam, daging tanpa lemak.
e. Jumlah cairan 130-200 ml per kg BB/hari, bila terdapat edema dikurangi.
f. Cara pemberian : per oral atau lewat pipa nasogastrik (NGT).
g. Porsi makanan kecil dan frekuensi makan sering.
h. Makanan fase stabilisasi hipoosmolar/isoosmolar dan rendah laktosa dan rendah
serat.
i. Meneruskan pemberian ASI.
j. Membedakan jenis makanan berdasarkan berat badan, yaitu: BB<7 kg diberikan
kembali makanan bayi dan BB >7 kg dapat langsung diberikan makanan anak
secara bertahap.
k. Mempertimbangkan hasil anamnesis riwayat gizi.
2. Evaluasi dan Pemantauan Pemberian Diet.
a. Pemantauan BB sekali seminggu: Bila tidak naik, kaji penyebabnya antara lain:
masukkan zat gizi tidak adekuat, defisiensi zat tertentu, misalnya iodium, adanya
infeksi, adanya masalah psikologis.
b. Pemeriksaan laboratorium: Hb, Gula darah, feses (adanya cacing), dan urin.
c. Masukan zat gizi: bila kurang, modifikasi diet sesuai selera.
d. Kejadian diare: gunakan formula rendah atau bebas laktosa dan hiperosmolar, misal:
susu rendah laktosa, tempe, dan tepung-tepungan.
e. Kejadian hipoglikemi: beri minum air gula atau makan setiap 2 jam 3.

Anda mungkin juga menyukai