Anda di halaman 1dari 9

1.

Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan

Kecerdasan telah ada dan mengakar pada akal manusia, terutama

dalam otak yang merupakan pusat seluruh aktivitas manusia. Perubahan

adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Jadi, untuk

mendapatkan hasil belajar dalam bentuk “perubahan” harus melalui

proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan

diluar individu, dan Diantara faktor-faktor tersebut yaitu :

a.    Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam

lingkunganlah anak hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan

yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik

dan abiotik tidak dapat dihindari.

b.      Faktor Instrumental

Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu saja

pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melicinkan ke arah itu

diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya.

Semua dapat diberdayagunakan menurut fungsi masing-masing

kelengkapan sekolah.

c.       Kondisi Fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar

jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan

kelelahan.
d.      Kondisi psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua

keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang.

Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti

faktor dari luar dan faktor dari dalam.[19]

Jadi dari penjelasan diatas ada empat hal yang mempengaruhi tingkat

kecerdasan seseorang, yaitu faktor tersebut diatas, Maka dengan

demikianlah pendidikan berperan mengembangkan kecerdasan dengan

memberikan pengaruh-pengaruh yang baik bagi siswa. Apalagi jika anak

selalu dibiasakan berinteraksi dengan Al-Qur’an maka sudah barang tentu

akan memberikan pengaruh yang sangat baik bagi perkembangan

Intelektual anak tersebut.

Kecerdasan Intelektual yang berpusat di otak dapat diumpamakan

bagaikan suatu papan panel yang berfungsi sebagai tempat masukan

(input) berupa informasi yang diolah sedemikian rupa, dipahami dan

kemudian dikembalikan lagi berupa keluaran-keluaran (output) yang

cerdas.[20] Taufik Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ : Antara Neurosains dan Al-

Qur’an  (Bandung : Mizan, 2002), h. 55

C.    Kecerdasan dan Hafalan Al-Qur’an

Pada mulanya, kecerdasan hanya berkaitan dengan kemampuan

struktur akal (intellect) dalam menangkap gejala sesuatu, sehingga

kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek-aspek kognitif (al-majal al-

ma’rifi). Namun pada perkembangan berikutnya, disadari bahwa


kehidupan manusia bukan semata-mata memnuhi struktur akal, melainkan

terdapat struktur kalbu yang perlu mendapat tempat tersendiri untuk

menumbuhkan aspek-aspek efektif (al infi’ali), seperti kehidupan

emosional, moral, spiritual dan agama. Pada saat ini pemahaman terhadap

kecerdasan itu sudah berkembang diantaranya : Kecerdasan Intelektual,

Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Qalbu.

Semua jenis kecerdasan ini perlu dikembangkan dalam pendidikan Islam.

[21]  Ramayulis , Ilmu pendidikan Islam,  (Jakarta : Kalam Mulia, 2002), h. 96-97

Kecerdasan Intelektual adalah kecerdasan yang berhubungan dengan

strategi pemecahan masalah dengan menggunakan logika. Dengan

demikian kecerdasan Intelektual berhubungan dengan proses kognitif

seperti berfikir, daya menghubungkan dan menilai atau

mempertimbangkan sesuatu, atau kecerdasan yang berhubungan dengan

strategi pemecahan masalah dengan menggunakan logika.

Di dalam Islam Intelegensi disebut dengan aql atau akal yang berpusat di

kepala. Akal adalah cahaya pengetahuan yang diberikan Allah kepada

hati. Dengan akal seseorang hamba dapat membedakan antara yang benar

dan yang salah serta dapat memahami semua yang terlintas di dalam

benaknya, apapun yang baik dan buruk, termasuk was-was, kekawatiran

dan keinginan. Oleh karena itu lisan seseorang menunjukkan tingkatan

akalnya jika pernyataannya salah ia disebut bodoh. Lisan itu menunjukkan

bahwa didalam tubuh ada cahaya yakni akal.


Kecerdasan beragama lebih tinggi hirarkinya daripada kecerdasan kalbu

yang lain. Seseorang yang memiliki kecerdasan beragama seharusnya

telah melampaui kecerdasan Spiritual, kecerdasan Emosional, dan

Kecerdasan Intelektual, karena ketiga kecerdasan tersebut merupakan

bagian kecerdasan beragama[22]  Ramayulis , Ilmu pendidikan Islam,  (Jakarta :

Kalam Mulia, 2002), h.  109

Sangat banyak hasil yang peneliti temukan dari berbagai sumber baik itu

buku maupun internet yang membahas tentang Al-Qur’an dengan

kecerdasan baik menghafal ataupun hanya mendengarkan, dari semua

yang peneliti temukan semua berpengaruh positif untuk perkembangan

kecerdasan manusia baik itu kecerdasan Intelektual, kecerdasan

Emosional, kecerdasan Spiritual dan lain-lain. Diantaranya yaitu :

Dr. Al-Qadhi yang merupakan seorang dokter ahli jiwa yang bekerja di

salah satu Klinik Besar Florida Amerika Serikat. Pada penelitian yang

dipublikasikan pada 1984 tersebut ditemukan bahwa seseorang yang

mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an dapat merasakan

perubahan fisiologis yang sangat besar. Seperti, penurunan depresi,

kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam

penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang

menjadi objek penelitiannya.[23] Fetty Rufaidah, Tahukah Kamu dengan

Membaca Al-Qur’an Bisa Meningkatkan Kecerdasan

Otak,  smanexgeneration.blogspot.com, Tanggal 18 September 2016


Penelitian Dr. Al-Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang

dilakukan oleh dokter yang berbeda. Objek penelitiannya terhadap 5

orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Penelitian yang

dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al-

Qur’an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-

Qur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65%

ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan mendapatkan ketenangan

hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-

Qur’an.

Hal ini diperkuat dengan penelitian Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam

Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997.

Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya

diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dari tape recorder menunjukkan

respons tersenyum dan menjadi lebih tenang. Subhanallah.

Profesor psikologi di Universitas Imam Muhammad bin Su’ud al-

Islamiyah di Riyadh, Dr. Abdullah Subaih berpendapat bahwa dengan

menghafal Al Quran berarti siswa terlatih untuk berkonsentrasi. Kita tahu

bahwa pendidikan formal juga dibutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk

mempelajarinya, Nah dengan belajar menghafal Al Quran maka dia akan

terlatih dengan konsentrasi yang tinggi.[24] 1001 Hafizh, Manfaat Menghafal

Al-Qur’an Ternyata Bisa Meningkatkan Prestasi   Belajar di Sekolah, 1001hafizh.org,

Tanggal 18 September 2016


Konsentrasi yang tinggi ini dihubungkan dengan kinerja otak. Menurut M.

Ngalim Poerwanto, dalam bukunya yang berjudul Psikologi

Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992 – hal. 52) Jika sel-sel

otak bekerja atau difungsikan terus dengan hal-hal positif dan aktif, maka

akan menjadi lebih kuat.

Jika kita melihat contoh ulama zaman dahulu, seperti Imam Syafi’i, beliau

telah menghafal Al-Qur’an sejak usianya belum baligh, yakni 10 tahun.

Jadi kekuatan otak dalam menghafal Al-Qur’an sebaiknya dimulai sejak

usia dini. Ini diperkuat juga dengan pendapat dari Dr. Abdurrahman

Abdul Kholik yang menyatakan bahwa usia anak-anak dari 5 tahun

hingga 23 tahun adalah usia manusia dengan kekuatan hafalan yang

sangat bagus.

Fakta-fakta di atas diperkuat lagi dengan studi yang dilakukan oleh DR.

Shaleh Bin Ibrahim Ashani, dosen dari Universitas Imam Muhammad Ibn

Saud Riyadh. Dalam penelitiannya beliau melibatkan dua kelompok

siswa-siswi Universitas Malik Abdul Aziz di Jeddah. Dalam studinya ini

disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara kuantitas hafalan Al-

Qur’an dan tingkat kesehatan mental dan psikologis siswa. Makin banyak

hafalan Al-Qur’an, maka siswa tersebut cenderung memiliki tingkat

kesehatan mental yang lebih baik dibanding mereka yang memiliki

hafalan yang rendah. Kesehatan mental inilah yang berpengaruh pada

pengembangan keterampilan siswa dan prestasi akademik di sekolah.

Dengan demikian adanya indikasi bahwa Allah memberikan kemudahan

bagi orang yang menghafal Al-Qur’an sebab Allahpun telah berjanji akan
menjaga kemurnian Al-Qur’an sampai akhir zaman dan salah satunya

dengan memberikan kekuatan daya ingat dan daya hafal sehingga Al-

Qur’an dapat dihafal oleh umatnya secara utuh. Jika Allah telah

memberikan kemudahan tiada suatupun urusan yang tidak mungkin,

termasuk kemampuan untuk menghafal Al-Qur’an, sebagaimana Firman

Allah dalam Q.S. Ya-Sin 36 : 82

‫انما امره اذاارادشيئا ان يقول له كن فيكون‬

“Sesungguhnya urusan-nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya

berkata kepadanya, “jadilah!” maka jadilah sesuatu itu.[25] Departemen

Agama R.I., Mirchandani,  Al-Qur’anku dengan Tajwid Blok Warna, (Jakarta : Lautan

Lestari 2010),h. 358

Kebiasaan menghafal yang diulang-ulang tentu akan menjadikan memori

tersebut berkembang dengan baik. Ketika memori berkembang baik maka akan

mempengaruhi inteligensi atau kecerdasan. Amthauer dan para ahli yang lain

menyebutkan bahwa memori merupakan salah satu aspek di dalam inteligensi

manusia (Sobur, 2003) Sobur, A. (2003). Psikologi Umum . Bandung : Pustaka

Setia .

D.    Sekolah Islam Terpadu

Pengertian Sekolah Islam Terpadu

Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang

mengimplementasikan konsep pendidikan islam berlandaskan Al-Qur’an

dan As-sunnah. Dalam aplikasinya Sekolah Islam Terpadu diartikan

sebagai sekolah yang menerapkan pendekatan penyelenggaraannya

dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi


suatu jalinan kurikulum. Sekolah Islam Terpadu juga menekankan

keterpaduan dalam metode pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan

ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Sekolah Islam Terpadu juga

memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah. Dalam

penyelenggaraannya memadukan keterlibatan dan partisipasi aktif

lingkungan belajar yaitu sekolah, rumah dan masyarakat.

Dengan sejumlah pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

Sekolah Islam Terpadu adalah sekolah islam yang diselenggarakan

dengan memadukan secara integrative nilai dan ajaran islam dalam

bangunan kurikulum dengan pendekatan pembelajaran yang efektif dan

pelibatan yang optimal dan koperatif antara guru dan orang tua , serta

masyarakat untuk membina karakter dan kompetensi murid.

Sekolah Islam Terpadu yang muncul sebagai alternatif solusi dari

keresahan sebagian masyarakat muslim yang menginginkan adanya

sebuah institusi pendidikan Islam yang berkomitmen mengamalkan nilai –

nilai Islam dalam sistemnya, dan bertujuan agar siswanya mempunyai

kompetensi seimbang antara ilmu kauniyah dengan ilmu qauliyah, antara

fikriyah, ruhiyyah dan jasadiyyah, sehingga mampu melahirkan generasi

muda muslim yang berilmu, berwawasan luas dan bermanfaat bagi

ummat. Dengan tujuan menciptakan siswa yang memiliki kecerdasan

Intelektual(Intelegen Quotient), Kecerdasan Emosional (Emotional

Quotient) dan Kecerdasan Spiritual (Spritual Quotient) yang tinggi serta

kemampuan beramal (kerja) yang ihsan.[26]

Sdit Salman Alfarisi2,“Pengertian Sekolah  Islam  Terpadu”, sditsalmanalfarisi2.wordpres

s.com, Tanggal 5 Juni 2016


Kegiatan tahfiz di Sekolah Dasar Islam Terpadu ini dipandu oleh seorang

guru / wali kelas masing-masing, pada setiap memasuki lokal para siswa

di perintahkan untuk membaca Al-Ma’surat kemudian dilanjutkan

membaca satu surat sebelum memulai pembelajaran serta setelah

pembelajaran berlangsung, dan selalu di ulangi setiap hari kemudian

setiap siswa diwajibkan menghafal untuk disetorkan pada waktu yang

telah ditentukan oleh Guru / Wali kelas masing-masing lokal.[27]

Isburrahman, Wawancara, Tanggal 18 Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai