Anda di halaman 1dari 8

ILMU BEDAH UMUM VETERINER (KRP 321)

KULIAH 1 PRINSIP BEDAH ASEPTIS, STERILISASI, DAN


DESINFEKSI

Infeksi sekunder merupakan salah satu komplikasi prosedur bedah yang sangat
beresiko terjadi dan tentunya sulit untuk ditangani. Infeksi sekunder ini dapat terjadi
pada saat bedah, atau pada saat dirawat. Penting bagi dokter hewan, paramedik, serta
staf lainnya untuk memastikan infeksi sekunder tidak terjadi. Teknis bedah aseptis
dan steril merupakan cara untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi sekunder pada
saat bedah. Asepsis adalah kondisi dimana tidak ada mikroorganisme patogen, steril
merupakan kondisi bebas dari segala macam mikroorganisme. Maka dari itu teknik
sterilisasi merupakan teknik untuk ruang bedah, sementara prinsip aseptis digunakan
untuk seluruh rumah sakit.

Transmisi Mikroorganisme

Sumber mikroorganisme di suatu rumah sakit hewan adalah staf rumah sakit,
alat-alat yang terkontaminasi dan lingkungan. Transmisi dari staf rumah sakit dapat
melalui udara (airborne), droplet, dan kontak langsung. Transmisi kontak langsung
merupakan transmisi yang paling sering terjadi, berbeda dengan transmisi airborne dan
droplet, karena rendahnya kasus reverse zoonosis (transmisi penyakit dari manusia
kepada hewan).

Sumber Kontaminasi:
1. Hewan : Sumber mikroorganisme dari hewan termasuk kulit dan rambut,
nasofaring, dan ‘lubang’ lainnya seperti vulva atau anus.
2. Benda mati : Sumber utama mikroorganisme dari benda mati adalah fomites
dan udara. Fomites adalah segala benda mati yang dapat membawa
mikroorganisme infeksius. Fomites mencakup struktur bangunan rumah sakit
seperti dinding dan lantai, perabot, peralatan, implant, dan peralatan kebersihan.
Udara/airborne mengandung banyak sekali pratikel yang dapat berupa
mikroorganisme. Mikroorganisme dari udara 80-90% dapat menyebabkan
kontaminasi mikroba di luka operasi.

Prinsip Teknik Aseptis

Prinsip teknik aseptis pada rumah sakit, lab, dan ruang bedah merupakan salah
satu prinsip yang digunakan untuk meminimalisir terjadinya infeksi sekunder ketika

DIVISI BEDAH DAN RADIOLOGI


DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ILMU BEDAH UMUM VETERINER (KRP 321)

operasi. Tujuan prinsip ini adalah untuk meminimalisir sumber kontaminasi dan untuk
menghambat transmisi mikroorganisme.

Teknik Sterilisasi
Seluruh prosedur operasi dilakukan dalam kondisi steril dan teknik sterilisasi
merupakan cara untuk mewujudkan kondisi tersebut. Hal ini bertujuan mencegah
transmisi mikroorganisme ke dalam tubuh ketika operasi atau prosedur invasif lain.
Prinsip sterilisasi mencakup:
1. Hanya menggunakan alat steril di dalam lingkungan yang steril
2. Personil yang steril harus menggunakan baju operasi (gown) dan sarung tangan
yang steril
3. Personil yang steril harus melakukan prosedur bedah di dalam lingkungan steril
(personil steril hanya dapat memegang alat steril di dalam area steril, dan
sebaliknya untuk yang tidak steril)
4. Kain duk steril digunakan untuk menciptakan area steril
5. Semua alat yang digunakan di area steril harus disterilisasi
6. Semua alat yang dibawa ke area steril harus dibuka, dibagikan, dan/atau
dipindahkan dengan prosedur yang dapat menjaga sterilitas dan integritas alat
7. Area steril harus selalu dijaga dan dimonitor
8. Staf bedah harus dilatih untuk mengetahui ketika mereka telah merusak prinsip
ini dan bagaimana mengatasinya

Tabel 1 Peraturan umum teknik bedah aseptis


Peraturan Alasan
Anggota tim bedah harus tetap ada di dalam Pergerakan keluar dari area steril dapat
area steril menyebabkan kontaminasi silang
Berbicara seminimal mungkin Berbicara dapat mengeluarkan ludah yang
mengandung bakteri
Pergerakan di dalam ruang bedah Pergerakan di ruang operasi dapat
diminimalisir; hanya anggota yang menyebabkan aliran udara yang berantakan,
berkepentingan yang dapat memasuki ruang sehingga dapat menyebabkan kontaminasi
operasi silang
Anggota yang tidak steril tidak boleh Debu, kain, atau benda pembawa bakteri
memasuki area steril kontaminasi dapat jatuh ke area steril
Anggota steril menghadap satu sama lain dan Bagian punggung anggota dianggap tidak
area steril selama operasi berlangsung steril walaupun sudah menggunakan baju
operasi
Alat yang digunakan saat bedah harus Alat yang tidak steril dapat menjadi sumber
disterilisasi kontaminasi silang
Anggota steril hanya menggunakan dan Anggota dan alat yang tidak steril dapat
memegang alat steril, dan begitu juga menjadi sumber kontaminasi silang
sebaliknya

DIVISI BEDAH DAN RADIOLOGI


DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ILMU BEDAH UMUM VETERINER (KRP 321)

Kalau sterilitas suatu benda dipertanyakan, Benda tidak steril dan yang terkontaminasi
maka benda tersebut dianggap sudah dapat menjadi sumber kontaminasi silang
terkontaminasi
Meja steril hanya steril pada permukaan Benda yang menggantung di ujung meja
meja dianggap tidak steril karena benda tersebut di
luar dari pengawasan operator
Baju operasi adalah steril dari pertengahan Bagian belakang baju operasi tidak dianggap
dada hingga pinggang dan dari ujung jari steril
sarung tangan hingga 5 cm di atas sikut
Kain yang menutupi alat di atas meja atau Kelembaban dapat membawa bakteri dari
pasien harus tahan dari kelembaban permukaan yang tidak steril ke area steril
Ketika benda steril menyentuh ujung dari Ketika dibuka, segel dari kemasan tidak
segel kemasan benda tersebut ketika dibuka, steril lagi
maka benda tersebut dianggap
terkontaminasi
Benda steril di dalam kemasan yang rusak Kontaminasi dapat terjadi dari kemasan yang
atau basah dianggap terkontaminasi rusak atau dari kelembaban yang memasuki
kemasan tersebut
Tangan tidak boleh dilipat ke arah ketiak dan Bagian sekitar ketiak baju operasi dianggap
harus diposisikan di depan tubuh, di atas tidak steril
pinggang
Apabila anggota operator memulai operasi Area bedah yang steril hany dari tinggi
dengan posisi duduk, maka anggota harus permukaan meja hingga dada anggota
tetap duduk hingga prosedur operasi telah operator; pergerakan duduk-berdiri ketika
selesai operasi dapat menyebabkan kontaminasi
silang

Tingkatan sterilitas dan desinfeksi


1. Kritis: Alat atau implan yang memasuki tubuh di bawah kulit atau membran
mukosa. Alat-alat ini memiliki resiko tinggi untuk mentransmisikan
mikroorganisme apabila terkontaminasi. Alat-alat ini harus disterilisasi.
(Contoh: alat-alat bedah, kateter, jarum, implan, dsb)
2. Semikritis: Alat yang memiliki kontak langsung dengan kulit atau membran
mukosa hanya untuk prosedur operasi tanpa memasuki tubuh. Alat-alat ini
harus disterilisasi atau didesinfeksi menggunakan desinfektan tingkat tinggi.
(Contoh: vaginoskop, laringoskop, ETT, dsb)
3. Tidak Kritis: Alat yang memiliki kontak dengan membran mukosa dan/atau
kulit yang tidak berhubungan dengan prosedur operasi. Alat-alat ini dapat
didesinfeksi menggunakan desinfektan tingkat rendah. (Contoh: stetoskop)

DIVISI BEDAH DAN RADIOLOGI


DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ILMU BEDAH UMUM VETERINER (KRP 321)

Desinfeksi dan Desinfektan

Desinfeksi merupakan proses untuk menghancurkan mikroorganisme patogen.


Desinfeksi dilakukan menggunakan zat-zat desinfektan yang beragam dan dapat
dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Desinfektan tingkat tinggi, yang dapat membunuh semua mikroorganisme
kecuali spora bakteri dalam jumlah banyak
2. Desinfektan tingkat sedang, yang tidak akan membunuh spora bakteri.
3. Desinfektan tingkat rendah, akan membunuh sebagian besar bakteri vegetatif,
dan beberapa fungi serta virus.

Glutaraldehid
Desinfektan tingkat tinggi, yang sangat umum digunakan. Zat ini memiliki
efisiensi yang cukup terhadap spora bakteri, tetapi harus dalam paparan waktu lama.
Zat ini bersifat asam di larutan aqueous, sehingga harus dibuat menjadi lebih basa agar
efisiensinya meningkat. Glutaraldehid bersifat iritan terhadap saluran pernapasan dan
menurunkan fungsi paru. Formulasi glutaraldehid dapat berupa glutaraldehyde-
phenol-sodium, potentiated acid glutaraldehyde, dan stabilized alkaline
glutaraldehyde. Zat ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga tidak terlalu
efektif apabila digunakan pada alat-alat yang tidak kritis.

Ortho-phthalaldehyde (OPA)
Zat ini tidak terlalu iritan dan lebih efisien tanpa harus menyesuaikan pH. Zat
ini dapat mewarnai kulit dan jaringan.

Formaldehid (formalin)
Zat ini tersedia dalam larutan aqueous 37%. Formalin memiliki efisiensi yang
lebih rendah daripada glutaraldehid. Formalin juga berupa zat karsinogenik, sehingga
jarang digunakan untuk tujuan bedah.

Hidrogen peroksida
Zat ini merupakan desinfektan yang efektif terhadap sebagian besar
mikroorganisme. Mekanisme kerja zat ini adalah menghasilkan radikal bebas hidroksil
untuk mengganggu membrane dan asam nukleat. Konsentrasi hidrogen peroksida yang
tersedia di dalam pasaran tidak cukup untuk menghasilkan aktivitas antimikrobial.
Konsentrasi yang cukup efisien sebagai desinfektan adalah 7.5%. Zat ini merupakan
zat yang toksik terhadap membrane mukosa dan dapat melunturkan warna beberapa
metal.

DIVISI BEDAH DAN RADIOLOGI


DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ILMU BEDAH UMUM VETERINER (KRP 321)

Oxidizing agent peracetic acid


Zat ini memiliki efisiensi antimikrobial yang baik akan tetapi tidak stabil,
sehingga efikasi zat ini hanya mencapai 6 hari. Beberapa asam perastetat yang
dipasarkan bukan merupakan asam asetat yang toksik. Beberapa asam parasetat yang
tersedia di pasaran juga dikombinasikan dengan hydrogen peroksida yang
menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi.

Teknik Sterilisasi

Sterilisasi adalah proses untuk menghancurkan seluruh mikroorganisme


(bakteri, virus, spora, fungi, dan prion) pada suatu objek. Sterilisasi dapat dilakukan
secara kimia atau fisik. Berikut beberapa tipe sterilisasi.

Liquid Chemical Germicides (Sterilisasi dingin)


Sterilisasi ini merupakan proses merendam alat di dalam desinfektan (umumnya
desinfektan cair) untuk mencapai level mikroba yang dapat diterima. Proses ini harus
dilanjutkan dengan pembilasan kembali dengan air mengalir.

Sterilisasi uap
Sterilisasi uap dapat membunuh mikroorganisme dengan cara koagulasi dan
denaturasi protein. Air berperan sebagai katalis terhadap reaksi kimia yang terlibat
dalam perusakan protein. Panas dipindahkan dari uap dengan proses kondensasi,
sehingga panas yang dihasilkan akan lembab. Sterilisasi uap memiliki keuntungan
yaitu relative murah, efisien (termasuk terhadap spora bakteri), tidak toksik, dan efektif
untuk material alat yang beragam. Mesin sterilisasi uap (autoklaf) beroperasi dengan
adanya keseimbangan antara uap, tekanan, suhu, dan waktu paparan uap. Tekanan
digunakan agar proses ini dapat terjadi di suhu yang tinggi. Terdapat tiga tipe sterilisasi
uap, yaitu:
1. Gravity-displacement sterilizer
Mesin autoklaf yang umumnya digunakan adalah gravity-displacement
sterilizer. Mesin ini menghasilkan uap dalam tekanan. Uap ini akan lebih ringan
daripada udara, sehingga akan tetap berada di bagian atas mesin dan
mengeluarkan udara dari katup di dasar mesin. Suhu yang umumnya digunakan
adalah 121℃ dalam 30 menit waktu paparan dan 15 hingga 30 menit untuk
pengeringan. Suhu lainnya adalah 132℃ dalam 15 menit waktu paparan dan 15
hingga 30 menit untuk pengeringan.
2. Prevacuum sterilizer
Mesin lainnya yang digunakan adalah tipe prevacuum. Mesin ini
memiliki fungsi yang serupa dengan yang sebelumnya, tetapi mesin ini

DIVISI BEDAH DAN RADIOLOGI


DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ILMU BEDAH UMUM VETERINER (KRP 321)

menggunakan pompa untuk mengeluarkan udara sebelum uap dihasilkan. Hal


ini menyebabkan uap terdistribusi di dalam mesin dengan cepat dan seragam.
3. Flash Sterilizer
Flash sterilization merupakan proses sterilisasi yang sangat cepat.
Proses ini dilakukan untuk waktu yang terdesak, alat yang disterilisasi
menggunakan proses ini langsung dapat digunakan dalam kondisi sudah steril.
Proses ini menggunakan autoklaf uap yang telah deprogram untuk
menggunakan suhu yang tinggi dan waktu yang lebih pendek, yaitu 135℃
dalam waktu paparan 3 menit, dan pengeringan 1 menit.
Barang-barang di dalam ruang mesin akan tersterilisasi dari uap yang kontak
langsung pada permukaan ketika uapnya secara alami mengisi ruang dari atas ruang.
Maka dari itu, barang seperti mangkuk harus diposisikan terbalik agar tidak
memerangkap udara dingin dan menggagalkan proses sterilsasi. Pada umumnya, pak
alat yang besar, dan juga kain akan memerlukan waktu sterilisasi lebih lama.
Pintu mesin sterilisasi tidak boleh dibiarkan terbuka ketika waktu pengeringan
karena dapat mengganggu proses sterilisasi. Beberapa alat tajam, bubuk, dan material
gelas dapat rusak akibat kelembaban uap di mesin autoklaf.

Sterilisasi Kimia: Ethylene oxide (EtO)


Sterilisasi kimia menggunakan gas EtO dilakukan dalam suhu yang rendah. EtO
merupakan zat yang tidak berwarna dan tidak memiliki bau dengan titik didih 10.5℃.
Mekanisme kerja dari proses ini adalah dengan alkilasi protein dan asam nukleat,
sehingga dapat merusak metabolisme dan reproduksi sel. EtO merupakan zat yng
toksik karena bersifat karsinogenik, mutagenik, dan neurotoksik, sehingga keamanan
dalam menggunakan zat ini perlu diperhatikan.
Metode ini digunakan untuk alat-alat yang tidak dapat disterilisasi menggunakan
uap (karena tidak dapat terpapar panas). EtO merupakan zat yang mudah terbakar,
sehingga pada umumnya dikombinasikan dengan karbon dioksida atau
hidrokloroflorokarbon. Penggunaan karbon dioksida akan lebih murah dan memiliki
toksisitas yang rendah, tetapi akan membutuhkan siklus waktu yang lebih lama karena
tekanan uap dari karbon dioksida sangat berbeda dengan EtO.
EtO akan menyebar di dalam ruang sterilisasi, sehingga penataan alat di dalam
mesin tidak terlalu diperhatikan, dibandingkan dengan menggunakan gravity-
displacement autoclave, tetapi pak alat tetap harus ditata dengan diberi jarak. Material
gelas tidak dapat disterilisasi menggunakan metode ini karena gelas dapat menghambat
penetrasi EtO. Mesin sterilisasi EtO mengatur konsentrasi gas, suhu, kelembaban, dan
waktu.

Sterilisasi plasma
Proses sterilisasi ini menggunakan energi elektromagnetik untuk menciptakan
fase plasma dari uap hidrogen peroksida, oksigen, atau asam perasetat/campuran

DIVISI BEDAH DAN RADIOLOGI


DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ILMU BEDAH UMUM VETERINER (KRP 321)

hidrogen peroksida. Mekanisme kerja metode ini adalah plasma yang mengandung
produk reaktif seperti radikal bebas yang akan men-deaktivasi proses selular.
Mesin sterilisasi plasma bekerja secara cepat dan efektif, tetapi relatif mahal.
Mesin ini berguna untuk barang-barang yang sensitif terhadap kelembaban dan panas,
tetapi tidak boleh digunakan untuk kain, cairan, atau material kayu.

Sterilisasi radiasi
Proses sterilisasi ini menggunakan iradiasi gamma. Penggunaan metode ini
sangat jarang karena mesin yang digunakan sangat mahal dan memiliki regulasi
keamanan untuk penggunaannya. Barang-barang yang dapat disterilisasi menggunakan
metode ini adalah benang jahit, dan beberapa implan. Akan tetapi, terdapat resiko
kerusakan oksidatif untuk implan dari materi polietilen, dan juga kerusakan obat-
obatan serta bone graft.

Indikator Sterilisasi

Penting untuk mengetahui dan memantau efisiensi dari sterilisasi. Operator dan
staf perlu mencatat adanya komplikasi dan infeksi sekunder, serta menggunakan
monitor sterilisasi. Monitor tersebut dapat berupa fisik, kimia, atau biologis. Indikator
fisik berkaitan dengan metode dan mesin sterilisasi yang digunakan dan membutuhkan
hasil grafik yang membuktikan waktu dan suhu yang dicapai saat sterilisasi.
Indikator kimia akan bereaksi terhadap parameter spesifik yang kritis pada
proses sterilisasi dengan indicator perubahan warna. Secara umum, indikator kimia
akan mengonfirmasi apakah kondisi sterilisasi telah dicapai, tetapi indikator ini tidak
dapat memastikan bahwa isi pak barang-barang telah tersterilisasi seutuhnya.
Indikator biologis merupakan indikator yang paling baik untuk mengetahui
apakah protokol sterilisasi sudah efektif. Monitor ini menggunakan kultur
mikroorganisme yang dievaluasi setelah proses sterilisasi. Secara ideal, monitor ini
dilakukan satu kali dalam satu minggu, namun monitor ini lebih mahal daripada
monitor yang lain dan perlu waktu yang lebih lama untuk dievaluasi kulturnya.

Penyimpanan Barang Steril

Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi lamanya kondisi steril suatu
barang, yaitu aliran udara, suhu, kelembaban, dan paparan terhadap lingkungan. Pak
barang yang steril harus disimpan di dalam lingkungan dimana aliran udara, suhu, dan
kelembabannya telah diatur. Tempat penyimpanan harus kering dan terhindar dari sinar
matahari langsung, jauh dari sumber panas, dan bebas debu.

DIVISI BEDAH DAN RADIOLOGI


DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ILMU BEDAH UMUM VETERINER (KRP 321)

Suhu lingkungan tempat penyimpanan juga tidak boleh melebihi 24℃,


kelembaban tidak boleh melebihi 70%, dan harus ada empat kali aliran udara di dalam
satu jam dengan tekanan udara positif. Tempat penyimpanan yang direkomendasikan
untuk pak barang dan alat bedah yang steril adalah di kabinet tertutup.

DAFTAR PUSTAKA

Fossum TW. 2013. Small Animal Surgery 4th Edition. Missouri (US): Elsevier Mosby.
Tobias KM, Johnston SA. 2012. Veterinary Surgery: Small Animal 2nd Volume.
Missouri (US): Elsevier Saunders.

DIVISI BEDAH DAN RADIOLOGI


DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Anda mungkin juga menyukai