Anda di halaman 1dari 18

Nama : Ihdah Nabilah Wanda Afika

NIM : 151911913112
Kelas : 3B- Lamongan

KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


A.   Pengertian
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan
dan Dawkin, 1987).

B.   Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut


ANA (American Nurses Association)
1. Asumsi
Sistem pemeliharaan yang kompleks.
a.    Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
b.   Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar praktek
penelitian.
c.    Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
d.   Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.
2. Kepercayaan
a.    Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
b.   Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
c.    Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
d.   Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
e.    Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
f.    Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang lama.
g.   Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
h.   Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri dan
aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.

C.    Falsafah Keperawatan Komunitas


Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka
dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik
keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan
komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan
membrikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma
keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan
dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan
manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia
yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima
oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer
pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus-menerus.
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia
harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam
pelayanan kesehatan mereka sendiri.
a. Manusia.
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu / klien yang berada
pada lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan
dan minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk
mencapai Tujuan. Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi
keluarga, komunitas, Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk
kelompok resiko tinggi antara lain: daerah terpencil, daerah rawan, daerah
kumuh.
b. Kesehatan.
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang
dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
c. Lingkungan.
Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang
bersifat biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual.
d. Keperawatan.
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan falsafah di atas maka
dikembangkan : tujuan, sasaran dan strategi intervensi keperawatan
komunitas.
D.  Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas
Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan
kapasitas yang mereka miliki.
Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat dalam hal:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/ keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/ keperawatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
i. Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu dan balita
serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah
kesehatan.

E.     Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
1.   Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri
sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga
lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.

2.   Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah
tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya
saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap
anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang aada di sekitarnya.

3.   Kelompok Khusus


Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti;
1. Ibu hamil
2. Bayi baru lahir
3. Balita
4. Anak usia sekolah
5. Usia lanjut
b.   Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan
serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1. Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin lainnya.
2. Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
3. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
1)   Wanita tuna susila
2)   Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3)   Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
d.   Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1)      Panti wredha
2)      Panti asuhan
3)      Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
4)      Penitipan balita

4.      Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup
lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung
dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama anggota
masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,
kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.

F.   Strategi
Strategi intervensi keperawatan komunitas meliputi :

1. Proses kelompok.
2. Pendidikan kesehatan.
3. Kerja sama (partnership).
G.    Ruang Lingkup Perawatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta
memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke
lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan
keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan
promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.

1.      Upaya Promotif


Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks.

2.      Upaya Preventif


Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di
rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
3.   Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan,
melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah
sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.

4.   Upaya Rehabilitatif


Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya.,
dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah
tulang maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya
TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat.

5.   Upaya Resosialitatif


Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-
kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit,
misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita
Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi
meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai
masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang
mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau
batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

H.       Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas


Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai
lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan, wilayah
kerja perawat tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut:
1.      Tahap Persiapan:
a. Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang program
praktek.
b. Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah dan
kesehatan utama.
c. Penyusunan instrumen data.
d. Uji coba instrumen pengumpulan data.
e. Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan, penjelasan
program praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas.
f. Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan kader kesehatan
setempat.
g. Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan demografi,
epidemiologi dan statistik serta membuat visualisasi/penyajian data.
h. Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun kepanitiaan,
menyiapkan dan melatih masyarakat yang akan terlibat dalam musyawarah dan
menyebarkan undangan.
i. Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:
1) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat
2) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah, garis
besar rencana kegiatan
3) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang telah
ditetapkan.
4) Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan petugas kesehatan dari
instansi terkait.
1.      Tahap Pelaksanaan:
1. Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama dengan
kelompok kerja kesehatan.
2. Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok kerja
kesehatan:
a. Pelatihan kader kesehatan
b. Penyuluhan kesehatan
c. Simulasi/demonstrasi
d. Pembuatan model/percontohan
e. Kunjungan rumah (home health care)
f. Kerja bakti, daan lain-lain.
g. Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam pelaksanaan
kegiatan.

2.      Tahap Evaluasi:


1. Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam hal
kesesuaian, kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas dari
komunitas.
2. Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian tujuan,
keberhasilan pemecahan masalah dan kemampuan komunitas dalam
pemecahan masalah.

a.      Tahap Asuhan Keperawatan Komunitas


1. Mengunakan pendekatan proses keperawatan, dengan langkah-langkah :
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
2.   Mengunakan Pendekatan Pengorganisasian Masyarakat
a. Tujuan pengorganisasian Komunitas :
Diharapkan mampu berproses dalam mengidentifikasikan kebutuhannya,
mengembangkan keyakinan untuk memenuhi kebutuhan dengan menggunakan
potensi dan sumber daya yang ada di dalam komunitas dan di luar komunitas.
Pendekatan yang digunakan menggunakan
prinsip, landasan dan langkah dasar seperti:
b.   Langkah-langkah pengorganisasian Masyarakat :
1)      Persiapan :
a. Pengenalan komunitas
b. Pendekatan Jalur Formal
Dilakukan terhadap instansi birokrasi yang bertanggung jawab pada wilayah komunitas
dengan cara ;
1.   Pengajuan proposal dan perijinan
2.   Penjelasan tujuan dan program
hasil : surat ijin/persetujuan
Pendekatan Jalur Informal
Dilakukan setelah adanya ijin/persetujuan dari institusi dari birokrasi dengan melakukan
pendekatan kepada :
1.   Tokoh-tokoh masyarakat
2.   Ketua RW, RT
3.   Kader kesehatan
Dengan menjelaskan tujuan, program kegiatan, meminta dukungan dan partisipasi
serta kontrak kerjasama.

b)      Pengenalan Masalah


Tujuan : untuk mengetahui masalah kesehatan secara menyeluruh yang benar-benar
menjadi kebutuhan komunitas saai ini.

Tahap pengenalan masalah :


a. Membuat instrumen pengkajian/pengumpulan data
1.      Diawali dengan survey awal pada komunitas yang menjadi sasaran, meliputi :
a. Survey wilayah
b. Survey populasi
c. Survey masalah utama dan faktor penyebab
d. Survey kebijakan program dan frasilitas layanan kesehatan.
e. Survey potensi-potensi, sumber pendukung di komunitas.
2.      Membuat instrument pengumpulan data.
Tabulasi Data:
a. Membuat table tabulasi data
b. Menghitung frekuensi distribusi
Analisa Data
a. Analisa Deskriptif
Membuat gambaran suatu keadaan dari obyek yang diteliti.
b. Analisa Korelasi
Menganalisa tingkat hubungan pngaruh dari dua atau lebih subvariabel yang
diteliti dengan menggunkan perhitungan statistik.
Perumusan Masalah
a. Adalah merumuskan diagnosa keperawatan pada komunitas yang dikaji
dengan berdasarkan hasil analisa data.
b. Mengunakan klarifikasi masalah OMAHA
c. Formulasi :
1. Problem
2. Etiologi
3. Data yang menyokong.
c)   Penyadaran komunitas
1)      Tujuan :
1.      Mengenalkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi oleh komunitas
2.      Mengikutsertakan komunitas dalam pemecahan masalah
3.      Menumbuhkan kesadaran komunitas untuk terlibat aktif menjadi tenaga potensial
dalam kegiatan pemecahan masalah.
2)      Kegiatan :
Mengadakan musyawarah komunitas dengan metode lokakarya mini, dengan
langkah:
1.      Penyajian data hasil survey
2.      Diskusi kelompok :
o   Perumusan masalah dan faktor penyebab
o   Menyusun rencana pemecahan masalah (bentuk masalah, waktu, tempat, penanggung
jawab dan biaya)
o   Pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) dari anggota komunitas yang
merupakan calon kader kesehatan yang bertanggung jawabterhadap kegiatan yang
direncanakan.
3.      Penyajian hasil diskusi kelompok
4.      Tangapan-tanggapan dari tokoh formal, informal, puskesmas.
2)      Pelaksanaan
Adalah tahap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanankan dengan
melihat aktifitas kelompok kerja yang telah terbentuk melalui kerja sama dengan
aparat desa/kelurahan, puskesmas/dinkes yang meliputi kegiatan :
a)      Pelatihan Kader
b)      Penyuluhan kesehatan
c)      Pelayanan kesehatan langsung
d)     Home care
e)      Rujukan
3)      Evaluasi
Hal-hal yang harus dievaluasi :
a)      Perkembangan masalah kesehatan yang ditemukan
b)      Pencapaian tujuan perawatan (terutama tujuan jangka pendek)
c)      Efektifitas dan efisiensi tindakan/kegiatan yang telah dilakukan
d)     Rencana tindak lanjut.

2.         PROSES KEPERAWATAN MODEL CAP


Modeladalah gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep. (Riehl and Roy,
1980).
Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan yang
mengintegrasikan konsep – konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model
keperawatan dapat didefinisikan sebagai kerangka piker, sebagai satu cara melihat
keperawatan, atau satu gambaran tentang lingkup keperawatan.
Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas;
analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang terdiri dari tiga
tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan program evaluasi
(Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Fokus pada model ini komunitas sebagai
partner dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan. Neuman
memandang klien sebagai sistem terbuka dimana klien dan lingkungannya berada
dalam interaksi yang dinamis. Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari
berbagai stressor yang dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis
pertahanan, yaitu fleksible lineof defense, normal line of defense, dan resistance
defense
3.   TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS

A.    Definisi Terapi Komplementer


Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan
komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang
dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya,
jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai Pengobatan
Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun
2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan
non-konvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-konvensional,
termasuk pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya
iklan – iklan terapi non – konvensional di berbagai media

B.  Jenis – Jenis Terapi Komplementer


1.   Praktek-praktek penyembukan tradisional seperti ayurweda dan akupuntur.

2.   Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, dan yoga.

3.   Homeopati atau jamu-jamuan.

4.   Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki

5.   Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi.

6.   Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral


C.Fokus Terapi Komplementer
1.   Pasien dengan penyakit jantung.
2.   Pasien dengan autis dan hiperaktif
3.   Pasien kanker

D.Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer


1. Perawat adalah sebagai pelaku dari terapi komplementer selain dokter dan praktisi
terapi.
2. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam fungsinya secara
holistik dengan memberikan advocate dalam hal keamanan, kenyamanan dan secara
ekonomi kepada pasien.

E.  Teknik Terapi Komplementer


Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan untuk  dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan
konvensional, yaitu sebagai berikut :

1. Akupuntur

Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan


kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat
dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi
(pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal
yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut
adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.

2. Terapi  hiperbarik,

Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke


dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada
tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni
(100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk
menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara

3. Terapi herbal medik,

Terapi herbal medic yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik
berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa
fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell
line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan
menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya


untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu
dengan lainnya karena masing – masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri –
sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya digunakan untuk pasien – pasien
dengan gangren supaya tidak  perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi
herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara, terapi
akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem imun
tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan serta
menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat dari pengobatan
kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati.

F.     Persyaratan Dalam Terapi Komplementer


Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :

1. Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah
memiliki kompetensi.
2. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan
farmasi.
3. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah
mendapat izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan
dilakukan pemantauan terus – menerus

Anda mungkin juga menyukai