Anda di halaman 1dari 17

KOMUNIKASI PADA ANAK DAN BAYI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Komunikasi Keperawatan

DOSEN PEMBIMBING :
Endah Sri Wijayanti, SST., M.Kes.

DISUSUN OLEH :

IHDAH NABILAH WANDA A. (151911913112)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS
AIRLANGGA SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah swt. atas limpahan rahmat, hidayah serta
inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa suatu halangan yang
berarti. Tidak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad SAW.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul Komunikasi pada Anak dan
Bayi ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan.

Tidak lupa ucapan terimakasih kami tujukan kepada pihak-pihak yang turut
mendukung terselesaikannya makalah ini,

Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi terciptanya makalah yang lebih baik selanjutnya. Dan semoga dengan hadirnya makalah
ini dapat memberi manfaat bagi pembaca sekalian.

Mojokerto, 12 April 2020

Hormat saya,

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…............................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................

1.1 Latar Belakang….......................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................
1.3 Tujuan…..........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI…...................................................................................................

2.1 Perkembangan Komunikasi pada Bayi dan Anak…........................................................


2.2 Karakteristik Bayi dan Anak dalam Berkomunikasi.......................................................
2.3 Aspek Penting Komunikasi pada Anak….......................................................................
2.4 Bentuk-Bentuk Komunikasi pada Anak..........................................................................
2.5 Cara Berkomunikasi pada Anak......................................................................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................

3.1 Kesimpulan…................................................................................................................
3.2 Saran…..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan bagian dari aktivitas kehidupan manusia yang memiliki
peranan sangat vital. Dalam kehidupan sosial, masing-masing manusia tidak bisa
dilepas dari jerat kebutuhan komuniasi. Begitu pula dengan perawat, yang tidak lain
merupakan salah satu profesi pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bisa dikatan
bahwa perawat memiliki waktu yang paling lama dalam berinteraksi dengan pasien
ketimbang petugas kesehatan lainnya (Pribadi Zen MH, 2013).
Komunikasi merupakan wahana yang digunakan perawat untuk mengenal
klien, menetapkan kebutuhan dan bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(Ermawati dkk, 2009). Kemampan komunikasi pada anak merupakan saah satu
indikator perkembangan anak. Komunikasi sangat mempengaruhi tingkat
perkembangan anak dalam beraktivitas dengan lingkungannya (Mundakir, 2006).
Komunikasi dapat berbentuk verbal, non verbal, dan abstrak. Komunikasi
verbal seperti ekspresi vokal dalam bentuk tertawa, merintih, berteriak atau menangis.
Komunikasi non-verbal sering disebut sebagai bahasa tubuh, seperti isyarat, gerak-
gerik, lenggak-lenggok, ekspresi wajah, postur tubuh dan reaksi terhadap sesuatu,
sedangkan komunikasi abstrak seperti permainan, ekspresi artistik (seni), simbol,
photografi dan cara memilih pakaian. Hanya karena komunikasi abstrak
memungkinkan menggunakan penguasaan dan sadaran melibihi komunikasi verbal
(bersifat subyektif), maka komunikasi abstrak kurang dapat dipercaya untuk
menunjukkan perasaan yang sebenarnya, khususya dalam berkomunikasi dengan anak-
anak (Mundakir, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan komunikasi pada bayi dan anak?
2. Bagaimana karakteristik bayi dan anak dalam berkomunikasi?
3. Bagaimana aspek penting komunikasi pada anak?
4. Bagaimana bentuk-bentuk komunikasi pada anak?
5. Bagaimana cara berkomunikasi dengan anak?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan komunikasi pada bayi dan anak.
2. Untuk mengetahui karakteristik bayi dan anak dalam berkomunikasi.
3. Untuk mengetahui aspek penting komunikasi pada anak.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi pada anak.
5. Untuk mengetahui cara berkomunikasi dengan anak.
BAB II
PEMBAHASA
N
2.1 Perkembangan Komunikasi Pada Bayi dan Anak
a. Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui
gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif,
disamping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal.
Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi
untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan
berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada
bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah
mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu ke dua belas
sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai
menolehkan kepala pada suara asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun
pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal awal seperti ba-ba, da-da,
dan lain lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksiterhadap panggilan
terhadap Namanya, mampu melihat beberapagambar di dalam buku. Pada akhir
tahun pertama bayi sudah mamu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua
atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi diatas terdapat cara komunikasi yang efektif pada
bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan Teknik
sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.
Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah laku dan bersuara yang dapat
diinterpretasikan oleh orang sekitarnya.
b. Toddler dan Pra sekolah (1-2,5 tahun dan 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan
dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang sepuluh kata, pada
tahun sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan.
Pada usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai Sembilan
ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan
sebagainya.
Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya
sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah
merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus
berpusat
pada dirinya, takut terhadap ketidaktauan dan perlu diingat bahwa pada usia ini
anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996).
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalahh dengan memberi
tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk
menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara,
bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan
yang sederhana, hindarkan sikap mendesak seperti kata-kata “jawab dong”,
mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi
dengan maksud anak lebih mudah diajak komunikasi dengan maksud anak mudah
diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya
mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi
langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu
memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh
anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk
menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam
menggali perasaan dan fikiran anak dapat melakukan komunikasi.
c. Usia sekolah
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan
anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa
yang dilaksanaan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak
membaca disini sudah mulai muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu
membaca dan sudah mulai berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata
sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada
anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek
fungsional dan procedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti,
fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang dinyatakan secara
jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak
mampu berkominikasi secara efektif.
Jadi, Teknik yang dapat dilakukan adalah:
 gunakan kata sederhana yang spesifik
 jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak
 jelaskan arti fungsi dan prosedur tindakan
 jangan menyakiti atau mengancam

2.2 Karakteristik Bayi dan Anak dalam Berkomunikasi


a. Masa bayi (0-1 tahun)
Bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata –
kata oleh karena itu, komunikasi pada bayi lebih banyak menggunakan
komunikasi nonverbal. Pada saat lapar, haus, basah, dan perasaan yang tidak
nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan dengan cara menangis. Walau
demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa
yang berkomunikasi dengannya secara nonverbal, misalnya memberikan sentuhan,
mendekap, menggendong, berbicara dengan lemah lembut.
Ada beberapa respon nonverbal yang bisa ditunjukkan bayi, misalnya
menggerakkan badan, tangan, dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi usia
kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Stranger anxiety
atau cemas dengan orang asing yang tidak dikenalnya adalah ciri perilaku pada
bayi usia lebih dari enam bulan., dan perhatiannya berpusat pada ibunya. Oleh
karena itu, perhatikan saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung ingin
menggendong atau memangkunya karena bayi aakan merasa takut. Lakukan
komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya, dan/atau mainan yang dipegangnya.
Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik denganya dan ibunya
(Yupi Supartini, 2004:81-82)
b. Masa Balita (sampai 5 tahun)
Karakteristik anak usia balita (terutama anak usia di bawah tiga tahun)
mempunyai sikap egosentris,. Selain itu, anak juga memiliki perasaan takut pada
ketidaktahuannya sehingga anak perlu diberi tahu apa yang akan terjadi padanya.
Dari aspek bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Oleh karena itu
saat menjelaskan, gunakan kata – kata yang sederhana, singkat dan gunakan
istilah yang dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara padanya adalah
jongkok, duduk dukursi kecil, atau berlutut sehingga pandangan mata kita akan
sejajar denganya.(Yupi Supartini, 2004 : 83-84)
c. Anak Usia 5 sampai 8 tahun
Anak usia ini sangat peka terhadap stimulus yang dirasakannya akan
mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila perawat akan melakukan
suatu tindakan, ia akan bertanya mengapa dilakukan, untuk apa, dan bagaimana
caranya dilakukan ? anak membutuhkan penjelasan atas pertanyaanya. Gunakan
bahasa yang dapat dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan
kemampuan kognitifnya. ( Yupi Supartini, 2004 : 84)
d. Anak usia 8 sampai 12 tahun
Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang
dewasa. Perbendaharaan kata sudah lebih banyak dikuasai dan anak sudah mampu
berpikir secara konkret. Apabila akan melakukan tindakan, perawat dapat
menjelaskanya dengan mendemontrasikan pada mainan anak. Misalnya,
bagaimana perawat akan menyuntik diperagakan terlebih dahulu pada bonekanya.
( Yupi Supartini, 2004: 84)

2.3 Aspek Penting Komunikasi Pada Anak


Komunikasi adalah hubungan timbal balik antara komunikator dengan
komunikan. Orang dewasa berusaha melakukan komunikasi yang bias dipahami anak,
sebaliknya anak juga menggunakan Bahasa atau isyarat yang bisa dipahami orang
dewasa. Dalam berkomunikasi dengan anak, orang dewasa harus memahami apa yang
dipikirkan dan perasaan apa yang akan disampaikan anak dan berusaha memahamkan
anak dengan bahasa yang tepat. Aspek penting dalam komunikasi supaya anak bisa
paham komunikasi yaitu:
1. Orang dewasa harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi anak yang
berbicara, maksudnya:
 Menggunakan isyarat seperti menunjuk ke obyek secara jelas jika obyek
tersebut ingin dilihat anak.
 Memilih kata-kata secara tepat dan struktur bahasa yang mudah dipahami anak.
2. Anak berusaha agar komunikasinya juga dipahami orang lain, maksudnya:
 Anak menggunakan isyarat-isyarat tertentu untuk menyampaikan keinginan
atau menggunakan perasaannya agar orang dewasa paham dengan apa yang
diinginkan.
 Semakin bertambah besar anak komunikasi dengan isyarat semakin kurang
diperlukan karena pemahaman komunikasi anak sudah lebih baik.

2.4 Bentuk-Bentuk Komunikasi pada Anak


Sebelum bayi mampu menyampaikan keinginan dengan kata-kata, bayi
melakukan komunikasi melalui kode-kode khusus untuk menyampaikan keinginannya
sebagai bentuk komunikasinya. Komunikasi yang demikian disebut sebagai
komunikasi pra bicara (pre speech). Komunikasi ini bersifat sementara, berlangsung
selama lima tahun pertama kelahiran bayi dan akan berakhir seiring dengan
perkembangan bayi atau anak telah menunjukkan kematangan fungsi mental-
emosionalnya.
Berikut ini akan diuraikan tentang empat bentuk komunikasi prabicara.
1. Tangisan
Tangisan kelahiran bayi yang memecahkan kesunyian, membuat segaris
senyum kesyukuran pada wajah seorang ibu. Tangisan seorang bayi merupakan
bentuk komunikasi dari seorang bayi pada orang dewasa. Dimana tangisan itu,
bayi dapat memberikan pesan dan orang dewasa menangkap pesan yang diberikan
sang bayi.
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama
yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui
tangisan dia memberi tahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, Lelah dan
kebutuhan untuk diperhatikan. Bayi hanya akan nangis bila ia merasakan sakit
atau tertekan. Bayi yang sehat dan normal frekuensi tangisan menurun pada usia 6
bulan karena keinginan dan kebutuhan mereka cukup terpenuhi. Frekuensi tangis
seharusnya menurun sejalan dengan meningkatnya kemampuan bicara.
Perawat harus berlatih mengenal macam-macam arti tangisan bayi untuk
memenuhi kebutuhannya dan mengajarkan kepada ibu, menurun sejalan karena
ibu muda memerlukan bantuan ini.
2. Ocehan dan celoteh
Bentuk komunikasi prabicara disebut “ocehan”(Cooing) atau
“celoteh”(Babbling). Ocehan timbul karena bunyi eksplosif awal yang disebabkan
oleh perubahan Gerakan mekanisme ‘suara’. Ocehan ini terjadi pada bulan awal
kehidupan bayi seperti: merengek, menjerit, menguap, bersin, menangis dan
melenguh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan
hilang. Sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian
meningkat cepat antara bulan ke-6 dan ke-8. Celoteh merupakan indicator
mekanisme perkembangan otot saraf bayi.
3. Isyarat
Yaitu Gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti
atau pelengkap bicara. Bahasa isyarat bayi dapat mempercepat komunikasi dini
pada anak.
Contoh isyarat umum pada masa bayi:
 Mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang/tidak lapar.
 Tersenyum dan mengacungkan tangan yang berarti ingin digendong.
 Menggeliat, meronta, menangis pada saat ibu mengenakan pakaiannya atau
memandikannya. Hal ini berarti bayi tidak suka akan perbatasan gerak.
4. Ungkapan emosional
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh dan roman muka. Misal:
 Tubuh yang mengejang atau gerakan-gerakan tangan atau kaki disertai jeritan
dan wajah tertawa adalah bentuk ekspresi kegembiraan pada bayi.
 Menegangkan badan, Gerakan membanting tangan atau kaki, roman muka
tegang dan menangis adalah bentuk ungkapan marah atau tidak suka.
2.5 Cara Berkomunikasi dengan Anak
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan
mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunkan
dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. Beberapa cara
yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain:
a. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi
dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada disamping anak.
Selain itu dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentangb mainan,
baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada
pokok pembicaraan.
b. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan
melalui tulisan maupun gambar.
c. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak
atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus
mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus
diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan
dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negative yang
menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
d. Bibliografi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan
perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan
yang akan disampaikan pada anak. Digunakan dlm proses terapiutik dan suportif.
Beri kesempatan anak utk mengeksploitasi kejadian yg serupa dg mereka sendiri
ttp cukup berbeda, utk memungkinkan mereka tetap berada dlm kendali.

 Kaji perkembangan emosi dan kognitif anak untuk kesiapan memahami


pesan dari buku.

 Kenali isi buku dan sesuai dengan usia anak

 Bacakan buku tersebut bila anak blm bisa membaca

 Gali makna buku bersama anak dan memintanya untuk melakukan


e. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dengan meminta anak
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan
anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada
saat itu.
f. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik ini sangat peting dalam menentukan atau mengetahui perasaan
dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang
positif dan negative sesuai dengan pendapat anak.
g. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan
sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih, dan lain-lain,
dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
h. Menulis
Melalui cara ini anak kan mengekspresikan dirinya baik dalam keadaan sedih,
marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah
dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan
untuk menulis.
i. Menggambar
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat dilakukan untuk mengungkapkan
ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui
gambar dan anak akan mengungkapkan perasaannya apabila perawat menanyakan
maksud dari gambar yang ditulisnya.
j. Bermain
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini
hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang disekitarnya dapat terjalin,
dan pesan-pesan dapat disampaikan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang


akan disampaikan melalui lambing-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan
oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan komunikasi yaitu
pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti oleh si komunikan.
Dalam melakukan komunikasi pada anak, perawat perlu memperhatikan berbagai
aspek diantaranya adalah cara berkomunikasi dengan anak, Teknik berkomunikasi,
tahapan komunikasi dan factor yang mempengaruhi komunikasi.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatau yang penting dalam menjaga
hubungan dengan anak, memalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan
mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan
dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. Dalam proses
berkomunikasi dengan anak sangat perlu memperhatikan prinsip, strategi/Teknik, dan
hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi. Teknik komunikasi
dengan anak sangatlah bervariasi, tergantung pada unur dari anak tersebut, pembagian
rentang 19 dapat dibedakan atas bayi(0-1), toddler(1-3), pra sekolah(3-5), anak usia
sekolah(5-12).
3.2 Saran

Dalam berkomunikasi dengan bayi dan anak kita perlu memahami dan mengerti
tentang bagaimana cara berkomunikasi agar bayi dan anak tersebut dapat mengerti
apa yang kita sampaikan. Terutama bagi si bu yang harus benar-benar memahami
bagaimana melakukan komunikasi dengan bayi yang bisa menunjang perkembangan
bayi dan anak.
DAFTAR PUSTAKA

http://haqqienea.blogspot.com/2014/05/komunikasi-pada-bayi.html diakses tanggal 02


maret 2020.
Ismansyah,Muhsin.2013.(online),(file:///C:/Users/toshiba/Documents/komunikasi
%20 pada%20anak-anak%20dari%20masa%20neonatus%20sampai%20remaja.htm) diakses
tanggal 03 maret 2020.
Nurhasanah,Nunung. 2010. Ilmu Komunikasi Dalam Konteks Keperawatan
Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta. CV. Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai