Anda di halaman 1dari 9

1 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.

8 No 1

PEMANFAATAN BITTERN SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF


PENGOLAHAN LIMBAH TEPUNG IKAN

Krisna Ardhy Nugraha, Putu Wesen dan M. Mirwan


Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
e-mail : krisnaardhynugraha@rocketmailcom

ABSTRAK

Semakin menjamurnya berbagai industri tepung ikan yang dapat menghasilkan limbah
cair yang mengandung TSS cukup tinggi jika dibuang langsung ke badan air
mengakibatkan pencemaran bagi lingkungan terutama badan air di Indonesia. Dilihat
dari potensi laut yang cukup luas, air laut banyak memiliki kandungan mineral yang
dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama pada industri garam yang
produk sampingnya masih memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi. Produk
samping ini dikenal dengan nama bittern. Bittern dapat dimanfaatkan sebagai koagulan
pada pengolahan limbah cair industri. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian
penurunan TSS dan kekeruhan menggunakan bittern. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Teknik Lingkungan dengan variabel Dosis Koagulan pada kisaran 8
sampai dengan 24 mg/l dan lama pengadukan pada kisaran 20 sampai dengan 60 detik.
Hasil yang didapatkan bittern dapat menurunkan kandungan TSS optimum 72.09 %
pada dosis bittern 20 mg/l lama pengadukan 50 detik. Sedangkan nilai optimum dari
penurunan kekeruhan 16 mg/l dan lama pengadukan 50 detik dengan penyisihan
kekeruhan 72,38 % .

Kata kunci : Industri tepung ikan , Koagulan, Bittern, TSS.

ABSTRACT

The proliferation of a variety of fish meal industry that can produce liquid wastes
containing high enough TSS if discharged directly into water bodies causing pollution
to the environment, especially water bodies in Indonesia. Judging from the potential of
fairly extensive sea, sea water contains many minerals that can be used in everyday life.
Especially in the industrial salt byproduct still has a mineral content is high enough.
These byproducts known as the bittern. Bittern can be used as a coagulant to the
wastewater treatment industry. Thus it is necessary to study the decline of TSS and
turbidity using bittern. The study was conducted at the Laboratory of Environmental
Engineering with variable coagulant dose in the range of 8 to 24 mg / l and longer
stirring in the range of 20 to 60 seconds. The results obtained bittern can reduce the
content of TSS optimum bittern 72.09% at a dose of 20 mg / l stirring 50 seconds long.
While the optimum value of a decrease in cloudiness 16 mg / l and longer stirring 50
seconds with 72.38% turbidity allowance.

Keywords: fish meal industry, coagulant, Bittern, TSS.


Pemanfaatan Bittern Sebagai Koagulan Alternatif Pengolahan Limbah (Krisna Ardhy Nugraha) 2

PENDAHULUAN pemanfaatan dari limbah yang sudah di


lakukan proses koagulasi untuk di jadi
Semakin menjamurnya berbagai bahan yang masih mempunyai nilai
industri ikan di Indonesia menyebabkan ekonmis lagi yaitu pemanfaatan
sering terjadinya pencemaran, baik produksi tepung ikan KW 2.
berupa pencemaran air, udara dan tanah. Oleh karena itu perlu di
Adanya pencemaran tersebut pada lakukan penelitian pemanfaatan bittern
akhirnya yang menjadi korban adalah sebagai koagulan, pada pengolahan
makhluk hidup dan lingkungan, yang limbah tepung ikan.
berada di sekitar kawasan industri
tersebut(Azwar, 1996). Kawasan TINJAUAN TEORITIS
industri ini memiliki pabrik besar Industri Ikan
pengolahan ikan. Dampak yang Pengolahan hasil perikanan
ditimbulkan limbah cair bagi merupakan kegiatan pasca panen yang
lingkungan dan juga sektor indutri memegang peranan penting dalam
sangat penting, sehingga perlu dipahami agribisnis dan agroindustri. Limbah
dasar dasar teknologi pengolahan air yang dihasilkan dari kegiatan perikanan
limbah adalah kunci dalam memelihara adalah berupa: ikan rucah yang bernilai
kelestarian lingkungan. Industri tepung ekonomis rendah, sehingga belum
ikan menghasilkan limbah cair yang banyak dimanfaatkan sebagai pangan,
mengandung TSS cukup tinggi jika bagian daging ikan yang tidak
dibuang langsung ke badan air, padatan dimanfaatkan industri pengalengan,
tersuspensi pada limbah cair tepung atau industri pemiletan, ikan yang tidak
ikan masih mengandung bahan-bahan terserap oleh pasar, terutama pada
yang karakteristiknya sama dengan musim produksi ikan melimpah. Dari
tepung ikan, untuk itu perlu dilakukan informasi tersebut, jelas bahwa kualitas
usaha untuk mengambil Suspended limbah hasil perikanan beragam.
Solid (SS) tersebut agar bisa di Berbagai teknik penanganan dan
manfaatkan kembali menjadi tepung pengolahan dapat diterapkan, untuk
ikan KW2. memanfaatkan limbah yang kualitasnya
Proses pengambilan Suspended baik atau sudah menurun. Berbagai
Solid (SS) dengan cara koagulasi produk telah dihasilkan dari limbah
flokulasi. Banyak jenis koagulan yang yang berkualitas baik, seperti surimi,
bisa di pakai mulai dari tawas, poli fish jelly, produk fermentasi dan
alumunium chclorida, ferosulfat, dll kerupuk. Sedangkan dari limbah yang
namun penggunaan bahan-bahan kimia kualitasnya telah menurun dapat
tersebut merupakan bahan kimia buatan, dihasilkan tepung ikan, tepung tulang,
oleh karena itu perlu di cari alternatif dan silase.
lain yang lebih murah dan alamiah yaitu Dari proses pembuatan tepung
menggunakan bittern. ikan di hasilkan limbah yang masih
Bittern dimanfaatkan sebagai mengandung Suspended Solid (SS)
koagulan pada pengolahan limbah cair yang dukup tinggi, jika dibuang
industri. Perlu diketahui setiap industri langsung ke badan air mengakibatkan
pasti menghasilkan limbah cair. Dengan pencemaran.
adanya penggunaan bittern sebagai
koagulan, secara tidak langsung dapat
meregenerasi air limbah menjadi air
bersih, yang dapat dipakai kembali atau
3 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.8 No 1

Pengolahan Tepung Ikan seluruh jenis koagulan tersebut


a. Pengadukan cepat memiliki sifat, karakteristik dan cara
Tujuan pengadukan cepat dalam kerja yang berbeda. Berikut ini
pengolahan air adalah untuk beberapa jeniskoagulan yang sering
mengahsilkan turbulensi air sehingga digunakan :
dapat mendispersikan bahan kimia yang a. Lime coagulation
akan dilarutkan dalam air. Secara b. Alum Coagulation
umum, pengadukan cepat adalah c. Ferric Chloride Coagulation
pengadukan yang dilakukan pada d. Ferro Sulfat Coagulation
dengan kecepatan pengadukan 100 -120 e. Polyaluminium Chloride (PAC)
rpm selama 5 hingga 60 detik. (Water Gambar 1
Specialist Technologies, LLC). Proses Koagulasi – Flokulasi
Untuk proses koagulasi :
- waktu detensi = 20 – 60 detik
- kecepatan pengadukan = 120 rpm
Pengadukan cepat dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu :
- Pengadukan mekanis
- Pengadukan hidrolis
- Pengadukan pneumatis

b. Pengadukan lambat
Faktor-faktor yang mempengarui
Tujuan pengadukan lambat
terbentuknya flok adalah proses
dalam pengolahan air adalah untuk
koagulasi
menghasilkan gerakan air secara
perlahan sehingga terjadi kontak antar
1) Dosis dan jenis koagulan
partikel yang membentuk gabungan
2) Kondisi pH
partikel hingga berukuran besar.
3) Alkalinitas
Pengadukan lambat adalah pengadukan
4) Kekeruhan air baku
yang dilakukan dengan kecepatan 20 -
5) Tipe suspended solid
40 rpm selama 10 hingga 60 menit.
6) Pengadukan
Untuk menghasilkan flok yang baik,
gradien kecepatan diturunkan secara
Air Sisa Produksi Garam (Bittern)
bertahap agar flok yang terbentuk tidak
Proses produksi garam rakyat
pecah lagi dan berkesempatan
melalui berbagai tahapan, diantaranya
bergabung dengan yang lain
penyediaan lahan (tambak), pengaliran
membentuk gumpalan yang lebih
air laut ke lahan, proses penguapan air
besar.(Water Specialist Technologies,
laut, proses kristalisasi garam,
LLC).
pemisahan garam dari airnya sehingga
Pengadukan lambat dapat dilakukan
diperoleh garam rakyat. Air sisa dari
dengan beberapa cara antara lain :
proses produksi garam rakyat disebut
- Pengadukan mekanis
dengan istilah air tua atau bittern.
- Pengadukan hidrolis
Bittern adalah larutan sisa proses
pembuatan garam dari air laut dengan
Koagulan
menggunakan energi matahari. Dalam
Jenis – jenis koagulan yang
proses pembuatan garam, komponen
dikenal saat ini sangat beragam. Dari
yang diambil dari air laut adalah
Pemanfaatan Bittern Sebagai Koagulan Alternatif Pengolahan Limbah (Krisna Ardhy Nugraha) 4

natrium klorida. bittern memiliki banyak kandungan


Reaksi tahap pengendalian pH dengan mineral, diantaranya magnesium
penambahan larutan Ca(OH)2, kedalam klorida (MgCl2), kaliumklorida
bittern ; (KCl), magnesium sulfat
MgCl2 + Ca(OH)2 ->Mg(OH)2 + CaCl2 (MgSO4),natrium klorida (NaCl) dan
garam-garam lainnya yang bisa kita
HASIL PENELITIAN DAN manfaatkan sebagai koagulan alamiah
PEMBAHASAN aman untuk lingkungan sekitar.
Penelitian ini dilakukan untuk Tabel 2
menurunkan beban pencemar yang Kandungan Mineral pada Bittern
terdapat dari limbah industri tepung Parameter Satuan Hasil
ikan PT Indo Citra Putra Samudra yang Sodium (Na) % 20,89
ada di Jl Juwana km 6 pati Jawa
Tengah. Sebelum dilakukan penelitian Magnesium mg/l 4783
limbah cair dianalisa terlebih dahulu (Mg)
untuk mengetahui kadar
pencemarannya.Data analisa awal Khlor mg/l 0,15
limbah limbah industri tepung ikan Bebas(Cl2)
adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Khlorida % 10,93
Analisa awal limbah cair industri
tepung ikan di pati Jawa Tengah Sulfat (SO42-) mg/l 4028,12
Parameter Satuan Hasil
pH - 5,8
pH - 7
Sumber:Baristan Surabaya 2015
Kekeruan NTU 105
Hasil dan Pembahasan Pengaruh
TSS mg/l 6.880 dosis koagulan
Terhadap persentase penyisihan TSS
BOD mg/l 26.552
Pengaruh antara pemberian dosis
COD mg/l 70.206
bittern (mg/l) terhadap lama
pengadukan pada proses koagulasi,
Minyak dan mg/l 32,9 terhadap penyisihan TSS dalam limbah
industri tepung ikan data vertikal
Lemak
menunjukan perubahan pemberian
NH3-N mg/l 3.791
bittern (dosis) sedangkan data
horizontal menunjukan lama
Sulfida mg/l 91,250 pengadukan.

Suhu oC 27
Dari gambar 1 dapat di lihat bahwa
Sumber: BBTKLPP Surabaya 2015 persentase penyisihan TSS terendah
terletak pada dosis 8 mg/l dengan lama
Pemanfaatan bittern sebagai pengadukan 20 detik sebanyak 50,64
koagulan alternatif yang ramah %. Sedangkan untuk presentase
lingkungan karena merupakan produk penyisihan TSS tertinggi terletak pada
samping dari produksi garam. dosis 24 ppm dengan lama pengadukan
Walaupun sebagai produk samping, 50 detik sebesar 72,67 %.
5 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.8 No 1

Tabel 3 sehingga flok flok menjadi pecah.


Pengaruh dosis koagulan terhadap Dari hasil percobaan diatas
persentase penyisihan TSS (%) dapat disimpulkan kondisi optimum
proses karena grafik % penurunan
Dosis Lama pengadukan (detik) relatif kecil seiring penambahan dosis
(mg/l ) 20 30 40 50 60 bittern, dikarenakan limbah pada dosis
20 mg/l sudah dalam kondisi optimum.
8 50,64 52,27 54,59 57,15 58,08
12 56,22 58,02 60,00 62,62 64,07 Hubungan lama pengadukan
16 59,71 62,85 64,88 65,99 67,56 terhadap persentase penyisihan TSS
20 64,65 67,21 68,72 72,09 72,09 Pengaruh waktu dan dosis
koagulan terhadap TSS dilakukan untuk
24 67,09 69,01 71,69 72,65 72,67
menentukan nilai optimum yang di
dapat untuk proses pengolahan limbah
tepung ikan dengan prosess koagulasi
flokulasi dengan menggunakan bittern
sebagai koagulan alami.
Dari grafik 2 dapat di lihat
bahwa persentase penyisihan TSS
terendah terletak pada dosis 8 mg/l
dengan lama pengadukan 20 detik
sebanyak 50,64 %. Sedangkan untuk
presentase penyisihan TSS tertinggi
terletak pada dosis 24 mg/l dengan lama
Gambar 1 Hubungan antara dosis pengadukan 60 detik sebesar 72,67 %.
koagulan terhadap penyisihan TSS Tabel 4
pada berbagai lama pengadukan Pengaruh dosis koagulan terhadap
terhadap penurunan kekeruhan ( % )
Dosis optimum koagulan bittern
yang di peroleh dari hasil jar test Dosis Lama Pengadukan (detik)
mempunyai nilai penurunan yang cukup
(mg/l ) 20 30 40 50 60
tinggi sebesar 4952 mg/l dengan dosis
bittern 20 mg/l dengan lama 8 38,10 40,00 42,86 47,62 49,52
pengadukan 50 detik. Ketika pada
penambahan dosis koagulan 24 mg/l di 12 48,57 52,38 57,14 59,05 61,90
dapat persentase penurunan yang relatif 16 56,19 61,90 66,67 72,38 72,38
kecil bahkan sama dengan penambahan
dosis koagulan 20 mg/l. Hal ini di 20 61,90 66,67 68,57 74,29 75,24
karenakan terjadi proses. Dimana 24 66,67 68,57 71,43 76,19 76,19
limbah dalam kondisi jenuh maka
terjadi penurunan koagulan bittern itu
apabila di tambahkan terus menerus
pada limbah tepung ikan suatu saat akan
mengalami titik jenuh yang dimana
bittern tidak bisa lagi membetuk
gumpalan flok, akan tetapi akan terlarut
lagi apabila sudah terlalu jenuh maka
banyak flok-flok yang mengambang
Pemanfaatan Bittern Sebagai Koagulan Alternatif Pengolahan Limbah (Krisna Ardhy Nugraha) 6

terlepas. Selanjutnya lamanya


pengadukan yang kurang juga tidak
akan membentuk inti flok atau mikro
flok karena gerakan ortokinetik atau
gerakan fluida akibat pengadukan
kurang lama. Justru dalam keadaan ini
inti yang belum atau telah terbentuk
sebelumnya akan pecah.

Pengaruh dosis koagulan terhadap


penurunan kekeruhan
Pengaruh antara pemberian dosis bittern
Gambar 2 Hubungan antara dosis (mg/l) terhadap lama pengadukan pada
koagulan terhadap persentase proses koagulasi, terhadap penurunan
penurunan kekeruhan pada kekeruhan dalam limbah industri
berbagai lama waktu pengadukan tepung ikan data vertikal menunjukan
perubahan pemberian bittern (dosis)
Dari data hasil penelitian seperti sedangkan data horizontal menunjukan
yang di tampilkan pada tabel 4 dan lama pengadukan.
grafik 2 beberapa terlihat bahwa terjadi
penurunan pada padatan tersuspensi Dari grafik dapat di lihat bahwa
seiring dengan peningkatan lama persentase penyisihan TSS terendah
pengadukan apabila lama pengadukan terletak pada dosis 8 mg/l dengan lama
semakin besar penyisihan juga semakin pengadukan 20 detik sebanyak 38,10
besar begitu pula sebaliknya semakin %. Sedangkan untuk presentase
kecil lama pengadukan maka penyisihan penurunan kekeruhan tertinggi terletak
yang di dapat juga semakin kecil. pada dosis 60 ml dengan lama
Hasil jartest ditunjukan pada pengadukan 50 detik sebesar 76,19 %.
tabel 4 serta grafik 2. Sehingga kadar Dari data hasil penelitian seperti
optimum untuk mengolah air limbah yang di tampilkan pada tabel 5 dan
tepung ikan dengan koagulan bittern grafik 3 beberapa terlihat bahwa terjadi
yang di peroleh dari hasil jar test penurunan pada kekeruhan seiring
mempunyai nilai penurunan yang cukup dengan peningkatan dosis apabila
tinggi sebesar 4952 mg/l dengan lama dosisnya semakin besar penurunannya
pengadukan 50 detik dengan dosis juga semakin besar begitu pula
bittern 20 mg/l sehingga didapat hasil sebaliknya semakin kecil dosis yang
yang optimum dalam pengolahannya. digunakan maka penurunankekeruhan
Bila lama pengadukan terlalu yang di dapat juga semakin kecil.
lama, megakibatkan lamanya kontak
antar kation dengan butir endapan akan
semakin lama dapat megakibatkan
suspensi padatan yang sudah menyatu
menjadi terlepas kembali dalam larutan,
sehingga koloid tidak
terdestabilisasikan. Akibatnya kation-
kation limbah yang seharusnya sudah
terserap secara maksimal ke dalam butir
endapan menjadi tidak terserap atau
7 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.8 No 1

Tabel 5 Hubungan lama pengadukan


Pengaruh dosis koagulan terhadap terhadap penurunan kekeruhan
terhadap penurunan kekeruhan ( % ) Penyisihan kekeruhan cukup
Dosis Lama Pengadukan (detik) tinggi terjadi pada dosis antara 8-16
(mg/l ) mg/l terjadi dikarenakan proses
koagulasi masih optimal sehingga
20 30 40 50 60
menyebabkan penyisihan kekeruhan
relatif besar. Penyisihan kekeruhan
8 38,10 40,00 42,86 47,62 49,52 cukup rendah terjadi pada dosis antara
16-20 mg/l terjadi dikarenakan proses
koagulasi kurang optimal 16mg/l ke 20
12 48,57 52,38 57,14 59,05 61,90 mg/l. penurunan yang relatif kecil
bahkan sama dengan penambahan dosis
16 56,19 61,90 66,67 72,38 72,38 koagulan 16 mg/l. Hal ini di karenakan
terjadi proses titik dimana limbah dalam
kondisi jenuh maka terjadi penurunan
20 61,90 66,67 68,57 74,29 75,24 koagulan bittern itu apabila di
tambahkan terus menerus pada limbah
24 66,67 68,57 71,43 76,19 76,19
tepung ikan suatu saat akan mengalami
titik jenuh yang dimana bittern tidak
bisa lagi membetuk gumpalan flok akan
tetapi muda rapuh/pecah akan terlarut
Ketika pada penambahan dosis lagi apabila sudah terlalu jenuh maka
koagulan 20 mg/l di dapat persentase banyak flok-flok yang mengambang
penurunan yang relatif kecil bahkan sehingga flok-flok menjadi pecah.
sama dengan penambahan dosis Dari grafik 4 dapat di lihat
koagulan 24 mg/l. Hal ini di karenakan bahwa persentase penurunan terendah
terjadi proses titik dimana limbah dalam terletak pada lama pengadukan 8 mg/l
kondisi jenuh maka terjadi penurunan dengan lama pengadukan 20 detik
koagulan bittern itu apabila di sebanyak 38,10%. Sedangkan untuk
tambahkan terus menerus pada limbah presentase penyisihan TSS tertinggi
tepung ikan suatu saat akan mengalami terletak pada dosis 24 mg/l dengan lama
titik jenuh yang dimana bittern tidak pengadukan 50 detik sebesar 76,19 %.
bisa lagi membetuk gumpalan flok akan Dari data hasil penelitian seperti
tetapi muda rapuh/pecah akan terlarut yang di tampilkan pada tabel 5 dan
lagi apabila sudah terlalu jenuh maka grafik 4 beberapa terlihat bahwa terjadi
banyak flok-flok yang mengambang penurunan pada padatan tersuspensi
sehingga flokflok menjadi pecah. seiring dengan lama pengadukan
Jadi ketika penambahan apabila lama pengadukan semakin lama
koagulan sebesar 16 mg/l sudah penyisihan juga semakin besar begitu
mencapai nilai optimal dari proses pula sebaliknya semakin rendah lama
koagulasi limbah ikan menggunakan pengadukannya maka penurunan
bittern sehingga persentase kenaikannya kekeruhan yang di dapat juga semakin
hanya mengalami sedikit kanaikan. kecil. Hal ini dapat di lihat dari grafik
presentase penurunan kekeruhan
dimana dengan semakin lama
pengadukan maka persentase
penyisihan TSS semakin meningkat
Pemanfaatan Bittern Sebagai Koagulan Alternatif Pengolahan Limbah (Krisna Ardhy Nugraha) 8

sehingga kandungan TSS semakin mengandung kekeruhan 29 NTU.


menurun.
Seiring bertambahnya koagulan DAFTAR PUSTAKA
yang ditambahkan kedalam air maka
jumlah zat kimia yang mampu Annonymousa, 2010, “Tanaman
meredukksi padapartikel-partikel koloid Penghasil Pati,Teknologi Tepat
bertambah juga sehingga membuat gaya Guna Agroindustri Kecil
tolak menolak antarpartikel koloid air Sumatera Barat,
limbah akan melemah sehingga partikel Hasbullah”Dewan Ilmu Pengetahuan,
akan berdekatan bergabung membentuk Teknologi dan Industri Sumatera
flok, kondisi ini akan mencapai kondisi Barat www.IPTEKnet.com.
optimum. Pada penentuan kondisi Azwar, azrul. 1996, “Pengantar
optimum lanjutan dilakukan kombinasi Ilmu Kesehatan
komposisi variabel dengan dengan dosis lingkungan”Jakarta:Mutiara
koagulan dan lama pengadukan pada Sumber Widya Balai pelayanan
penelitian penentuan kondisi optimum kesehatan semarang, koagulasi
sebelumnya dengan tujuan untuk & flokulasi
menentukan kombinasi koagulan dan http://www.bapelkescikarang.or.
lama pengadukan yang optimal dimana id/index.php?option=com_conte
pada penentuan kondisi optimum nt&viw=article&id=480:koagula
sebelumdidapat karena naiknya dosis sidanfl
penggunaan koagulan dan lama okulasi&catid=39:kesehatan&Ite
pengadukan seiring naiknya % mi d=15
penurunan turbidity sehingga didapat Eko Budiyono M, Hery
kondisi yang stabil Poernomo, Prayitno, Yogyakarta
15 juli 1999.“Pengaruh
KESIMPULAN kecepatan dan waktu
pengadukan pada proses
1. Penurunan kandungan TSS limbah pengendapan limbah radioaktif
industri Tepung Ikan “PT Indocitra cair yang mengandung aktinida
putra Samudra” dapat dilakuka dengan FeCl3 dan AL2(SO4)3”
dengan menggunakan metode Hadiwiyoto, S. 1993, “Teknologi
koagulasi dengan koagulan Bittern Pengolahan Hasil Perikanan”
2. Nilai optimum dari penelitian ini Jilid I. Liberty, Yogyakarta
terhadap penurunankandungan TSS Iswahyudi, Laila Khamsatul
yaitu pada Dosis bittern berada Muharrami, dan
pada 50 ml dengan lama Supriyanto,.(2013). Pengolahan
pengadukan 50 detik dengan Limbah Garam (Bittern) menjadi
persentase penurunan TSS sebesar struvite dengan pengontrolan
72,09 %, yang mengandung TSS pH, Program Studi Teknologi
1920 mg/l. Industri Pertanian Fakultas
3. Nilai optimum dari penelitian ini Pertanian, Universitas
terhadap penurunan kekeruhan Trunojoyo Madura, Madura
yaitu pada Dosis bittern pada Keputusan Menteri KLH Nomor KEP
penambahan 40 ml dengan lama 51/MENKLH/10/2009
pengadukan 50 detik menurunkan UNDANG-UNDANG
kekeruhan dengan persentase REPUBLIK INDONESIA
penurunan sebesar 72,38 % yang NOMOR 32 TAHUN 2009
9 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.8 No 1

tentang Baku Mutu Limbah Cair ”Veteran” Jatim Vol.1,No. 1,


bagi Kegiatan Industri Suyasa 2011. IWB.2011 Isolasi bakteri
Metcalf dan Eddy, 1991, “Wastewater pendegradasi minyak/lemak dari
Engineering Treatment Disposal beberapa sedimen perairan
Reuse“,3th ed. McGraw-Hill tercemar dan bak penampung
Book Co: Singapore limbah.
Priyono, S,Pt. “Cara pembuatan
tepung ikan oleh, “mahasiswa
magaster universitas diponegoro
2008/2009,
http://bagusrnfpk09.web.unair.ac
.id/artikel
_detailBahanKuliahProsesPemb
uatanTepungIkan.html
Qasim,Syed R., Edward M. Motley,
dan Guang, Zhu, (2000). Water
Works Engineering: Planning,
Design dan Operation, Prentice
Hall PTR, Upper Saddle River,
NJ 07458
Rasmito, Agung dkk. (2010).
Pembuatan Kristal Epsomite
Dari Air Tua, Surabaya.
Reynolds, Tom D. dan Richards, Paul
A., (1996), Unit Operations and
Processes in Environmental
Engineering, 2nd edition, PWS
Publishing Company, Boston.
Setiyono dan Satmoko Yudo
(2008), “Dampak pencemaran
lingkungan akibat limbah
industri pengolahan ikan ”,
Muncar-Banyuwangi
Show kuan-yeow and hug yung-tse.
2006. “Seafood processing
waste water treatment”.
Taylor&Francis Group, LLC.
Sriboga Ratu raya, 2002. Sekilas
Tentang Tepung Terigu dan
Aplikasinya. Semarang
Sudarmadji.2004. “Pengantar
Ilmu Lingkungan”.
Jember:Universitas Jember
Sutiyono (2006), “Pemanfatan bittern
sebagai koagulan pada limbah
cair industri kertas” Jurnal
Teknik Kimia September,
Jurusan Teknik kimia UPN

Anda mungkin juga menyukai