Anda di halaman 1dari 15

PRINSIP DESAIN

Desain interior melibatkan pemilihan elemen-elemen desain dan penyusunan dalam


ruang tertutup untuk memenuhi fungsi,estetika,kebutuhan dan keinginan-keinginan tertentu. Tata
letak elemen-elemen ini dalam ruang meliputi langkah-langkah pembuatan pola. Tidak ada satu
elemen pun yang berdiri sendiri. Dalam satu pola desain semua bagian elemen atau potongannya
bergantung pada hasil akhir, fungsi dan manfaat vitual satu sama lain.
Prinsip-prinsip desain berikut ini tidak dimaksudkan sebagai aturan yang kaku,
tetapi lebih sebagai pedoman untuk memperoleh cara-cara yang mungkin untuk menyusun
elemen-elemen desain itu menjadi pola yang jelas. Pada akhirnya kita harus mempelajari
bagaimana mempertimbangkan kecocokan suatu pola, fungsi visual dalam ruang dan manfaat
bagi pemakai ruang tersebut. Oleh karena itu prinsip-prinsip desain ini dapat membantu dan
mempertahankan kesan keteraturan visual diantara elemen-elemen desain suatu ruang bagi
pengguna dan fungsinya. Maka dari itu ada 7 Prinsip-prinsip desain yang dapat digunakan,
yaitu :
1. Proporsi
Proporsi merupakan kesesuaian dimensi dari elemen desain dengan
lingkungan sekitar dan juga fungsi serta aspek lainnya seperti lokasi, posisi, dan juga
dimensi obyek lainnya. Ini berlaku pada semua desain perencanaan bangunan.
Proporsi menyangkut hubungan suatu bagian dengan
bagian yang lain atau dengan keseluruhannya antara satu objek dan objek lainnya.
Hubungan ini dapat berbentuk suatu besaran, kuantitas atau tingkatan
Proporsi adalah ukuran actual suatu objek yang
dipengaruhi oleh besaran relative objek-objek lainnya yang ada dalam lingkungan
tersebut. Contohnya pada saat menghadapi bentuk-bentuk dalam ruang, seseorang harus
mempertimbangkan proporsi dalam tiga dimensi.
Dalam perjalanan sejarah metoda matematis
dan geometris telah dikembangkan untuk menetapkan proporsi yang ideal dari benda-
benda. System proporsi ini bekerja melampaui factor-factor fungsional maupun teknis
dalam usahanya menetapkan ukuran keindahan suatu resionalisasi estetika demi
tercapainya hubungan-hubungan dimensional antara bagian-bagian dan elemen-elemen
suatu kontruksi visual. Menurut Euclid, ahli
matematika Yunani Kuno rasio merujuk pada perbandingan kuantitatif dari 2 benda yang
serupa sementara proporsi merujuk pada kesetaraan rasio. Oleh karena itu yang dilandasi
setiap system proporsi adalah rasio karakteristik, yaitu suatu kualitas permanen yang
dipindahkan dari rasio yang satu ke rasio lainnya. Mungkin system
proporsi yang paling dikenal adalah “proporsi ideal” (golden section) yang dibuat oleh
orang Yunani Kuno. Proporsi ideal ini mendefinisikan hubungan yang unik antara 2
bagian yang tidak sama dari satu kesatuan dimana rasio antara bagian yang kecil dan
yang besar adalah sama dengan rasio dari bagian yang besar terhadap keseluruhan.
System proporsi membangun suatu rangkaian yang konsisten dalam hal hubungan
visual antara bagian-bagian dari suatu komposisi. Sistem ini dapat menjadi alat desain
yang sangat berguna untuk mencapai kesatuan dan keserasian.
2. Skala
Prinsip desain mengenai skala berkaitan dengan proporsi yang berkaitan
dengan ukuran relative dari benda-benda. Jika ada perbedaan proporsi bertalian dengan
hubungan antara bagian-bagian diantara suatu komposisi, sedangkan skala mengarah
khusus kepada ukuran suatu relative terhadap standar yang telah diketaui atau konstanta
yang telah diakui.
Skala mekanik adalah perhitungan skala fisik suatu
berdasarkan system ukuran standar, misalnya dapat mengatakan bahwa sebuah meja
sesuai dengan standar system ukuran yang berlaku di Amerika, lebarnya 3 kaki, panjang
6 kaki dan tinggi 29 inci. Apabila kita terbiasa dengan system ini dan objek yang
berukuran sama kita dapat membayangkan seberapa besar benda tersebut. Dengan
menggunakan system metric yang berlaku di internasional. Meja yang sama akan
mempunyai ukuran lebar 914 mm panjang 1829 mm, dan tinggi 737 mm.
skala visual merujuk kepada
besarnya suatu tampak ketika diukur terhadap benda-benda lain disekitarnya. Jadi skala
suatu objek seringkali merupakan perbandingan yang kita buat berdasarkan ukuran
relative atau yang telah kita ketahui dari elemen-elemen lain yang berdekatan atau berada
disekitarnya. Misalnya meja yang disebut sebelumnya dapat tampak sesuai skala atau
melenceng dari skala dalam ruang, tergantung dari ukuran relative atau proporsi
ruang.Kita dapat merujuk sesuatu sebagai berskala kecil jika kita mengukurnya dengan
membandingkan dengan benda-benda lain yang umumnya jauh lebih besar dari ukuranya,
sama halnya suatu objek dikatakan berskala besar jika benda tersebut dikelompokan
dengan benda-benda berskala kecil.

Skala manusia merujuk pada rasa akan besarnya sesuatu kepada kita, jika dimensi
ruang interior atau ukuran-ukuran elemen didalamnya membuat kita merasa kecil maka
ruangan tersebut tidak berskala manusia, jika sebaliknya ruang tersebut tidak menjadikan
kita merasa kecil atau jika elemen-elemen memberikan rasa pas yang nyaman untuk
menjakau,bergerak bebas, atau bersikulasi kita dapat mengatakan semuanya berskala
manusia. Sebagian besar elemen yang digunakan untuk memastikan skala manusia
tersebut sudah umum bagi kita baik melalui kontak maupun pemakaian, ini meliputi
pintu,tangga,meja dan lemari pendek serta berbagai macam tempat duduk. Elemen-
elemen tersebut dapat digunakan unttuk memberikan suasana berskala manusia, sebab
kalua tidak ruang tersebut bukan untuk manusia.
Permasalahan skala dalam ruang interior tidak terbatas pada satu set
hubungan saja, elemen-elemen interior selalu dapat berkaitan dengan seluruh ruang,
terhadap satu sama lainnya dan terhadap orang yang memakai ruang tersebut
3. Keseimbangan
Ruang-ruang interior dan elemen didalamnya seperti dinding yang
mengelilingi, perabotan,lampu-lampu dan aksesoris lainnya sering mengandung
campuran dari bentuk,ukuran,warna dan tekstur. Bagaimana seluruh elemen ini
diorganisir adalah reaksi terhadap kebutuhan fungsi maupun keinginan estetika. Pada saat
yang sama elemen-elemen ini harus disusun untuk mencapai keseimbangan visual yaitu
kondisi keseimbangan antara gaya visual yang diproyeksikan oleh semua elemen.
Masing-masing elemen dalam rangkaian ruang interior mempunyai
karakteristik spesifik dalam hal rupa, bentuk, ukuran, warna dan tekstur. Karakteristik
tersebut sejalan dengan factor-faktor lokasi dan orientasi, menentukan prabot visual
masing-masing elemen dan gaya tariknya dalam ruang lingkup pola secara keseluruhan.

Elemen-elemen yang harus diperhatikan adalah :


- Rupa bentuk yang tak beratur atau kontras
- Warna-warna terang dan tekstur yang kontras
- Dimensi-dimensi yang besar dan proporsi yang unik
- Detail penghias
Ada 3 macam bentuk kesimbangan yaiu : simetris,radial dan asimetris.
Keseimbangan simetris merupakan hasil dari susunan elemen-elemen identic saling
berkaitan dalam bentuk,ukuran dan posisi relatifnya terhadap suatu garis atau sumbu
yang sama. Keadaan ini disebut juga simetris aksial dan bilateral. Kesimbangan simetris
umumnya merupakan hasil dari suatu keseimbangan yang tenang dan stabil dan
langsung terlihat khususnya jika berorientasi pada sebuah bidang datar, tergantung dari
hubungan spasialnya, suatu susunan yang simetris dapat menegaskan bagian pusatnya
atau memperdalam perhatian pada ujung garis sumbunya.
Simetris adalah alat yang sederhana namun sangat ampuh untuk membuat
keteraturan visual. Jika terlalu dipaksakan, simetris dapat menimbulkan kekuatan pada
ruang interior. Oleh karena itu simetris yang total sering kurang diminati atau sukar
dicapai karena kendala fungsi dan lingkungan.

Kadang-kadang kita ingin menyusun satu atau beberapa bagian ruang secara
asimetris untuk menghasilkan simetris local. Pengelompokan simetris pada suatu ruang
mudah dikenali dan mempunyai kualitas yang utuh dan oleh karenanya dapat
menyederhanakan atau mengatur komposisi suatu ruang.
Jenis kedua dalam keseimbangan yaitu keseimbangan radial merupakan
hasil dari susunan elemen-elemen disekitar suatu titik pusat simetris ini menghasilkan
komposisi yang memusat dan menekankan latar tengah sebagai titik fokusnya. Elemen-
elemen dapat berfokus kearah dalam menuju titik pusatnya keluar dari pusatnya atau
hanya sekedar ditempatkan disekitar salah satu elemen sentral.
Asimetris didefinisikan sebagai tidak adanya korelasi dalam
ukuran,rupa,warna atau posisi relative antara elemen-elemen dalam suatu komposisi
sementara komposisi simetris membutuhkan elemen-elemen yang identic dan
berpasangan, komposisi asimetris menggunakan elemen-elemen yang tidak sama. Untuk
memperoleh itu suatu komposisi asimetris harus memperhitungkan bobot atau gaya
visual dari masing-masing elemen dan menggunakan prinsip keseimbangan dalam
susunan tersebut. Elemen yang mempunyai kekuatan visual adalah rupa bentuk yang
unik, warna cerah, cahaya yang gelap, tekstur yang bervariasi.
Keseimbangan asimetris tidak terlihat
sejelas keseimbangan simetris dan sering secara visual lebih aktif dan dinamis.
Keseimbangan asimetris ini mampu mengekpresikan gerak,perubahan,bahkan
antusiasme, juga lebih fleksibel daripada simetris dan dapat lebih mudah beradaptasi
terhadap berbagai kondisi fungsi,ruang dan lingkungan.
4. Keserasian atau Harmoni
Harmoni dapat didefinisikan sebagai keselarasan atau kesepakatan yang
menyenangkan dari beberapa bagian atau kombinasi beberapa bagian dalam satu
komposisi. Jika keseimbangan mencapai kesatuan melalui tata letak elemen-elemen yang
mirip satu sama lain maupun yang berbeda. Prinsip keserasian peliputi pemilihan dengan
cermat elemen-elemen yang mendapat perlakuan yang sama atau berkarakter sama
seperti rupa bentuk, warna, tekstur dan material. Pengulangan dari perlakuan yang sama
akan menghasilkan kesatuan atau keserasian visual diantara elemen-elemen didalam
suatu tatanan interior.
Harmoni jika terlalu dipaksakan dalam penggunaan elemen-elemen
dengan aspek yang sama, dapat menghasilkan komposisi dengan suatu kesatuan tetapi
tanpa daya tarik. Keragaman dilain puncak jika dilakukan secara berlebihan hanya daya
tarik semata dapat menimbulkan kekacauan visual. Kombinasi yang dilakukan secara
hati-hati dan teliti antara keteraturan dan kebebasan akan menghidupkan kesan harmonis
dan menciptakan gaya tarik dalam suatu tatanan interior.
5. Kesatuan atau keragaman
Prinsip keseimbangan dan harmoni dalam mencapai kesatuan tidak
mengesampingkan usaha mengejar variasi dan gaya tarik. Bahkan dalam usaha mencapai
kesimbangan dan harmoni elemen-elemen dan karakteristik yang bervariasi ini sengaja
dimasukan kedalam pola-polanya.
Metoda lain untuk mengatur sejumlah elemen yang tidak sama adalah
dengan menyusun dalam jarak yang berdekatan satu sama lain. Tujuan dari menyatukan
unsur-unsur desain ini tidak lain adalah untuk menciptakan bangunan sesuai dengan
konsep yang diusung.
6. Ritme
Prinsip desain dari ritme didasarkan pada pengulangan elemen-elemen
dalam ruang dan waktu. Pengulangan ini tidak hanya menyambungkan kesatuan visual
tetapi juga membangkitkan suatu kesinambungan ritme gerak yang dapat diikuti oleh
mata dan pikiran orang yang memandang disepanjang jalan dalam sebuah komposisi atau
disekitar ruangan.
Bentuk paling sederhana dari pengulangan terdiri dari jarak yang
teratur dari elemen-elemen yang identic disepanjang alur garis linier. Walaupun dapat
terasa monoton pola ini juga dapat berguna dalam membangun ritme latar belakang untuk
elemen-elemen dilatar depan atau pada saat membuat garis-garis batas tepi atau
pengakhiran pada tekstur.
Pola ritme yang lebih sulit dapat dihasilkan dengan memperhitungkan
tendensi elemen-elemen yang secara visual saling berkaitan oleh kedekatan satu sama
lain atau kesamaan aspek elemen-elemen tersebut. Jarak elemen-elemen yang teratur dan
kecepatan ritme visual dapat diubah-ubah untuk mendapatkan tatanan dan subtatanan dan
untuk menonjolkan hal-hal tertentu dalam pola. Ritme yang dihasilkan tersebut mungkin
tanpak indah dan menarik. Walaupun elemen berulang tersebut harus kontinuitas
memiliki berbagai aspek yang sama dapat juga diberikan variasi dalam rupa
bentuk,detail,warna dan tekstur. Ritme visual paling mudah terlihat pada saat perulangan
membentuk pola linier. Namun demikian, dalam ruangan interior pengulangan
rupa,bentuk,warna dan tekstur yang non linier dapat memberi ritme yang lebih lembut
dan tidak segera terlihat jelas oleh mata kita.
7. Penekanan
Prinsip penekanan mengamsusikan adanya koesistensi elemen-elemen
yang dominan dan subordinatnya dalam suatu komposisi tatanan interior. Suatu desain
tanpa elemen-elemen dominan akan tampak datar dan monoton, jika terlalu banyak
elemen yang mencolok akan tanpak ramai dan kacau. Mengalihkan perhatian dari apa
yang sebenernya penting. Masing-masing bagian dari desain harus diberi arti yang tepat
sesuai dengan tingkat kepentingannya dalam rancangan keseluruhan. Elemen atau benda
yang penting dapat memberikan penekanan visual dengan memberikan ukuran tersendiri,
rupa bentuk yang unik, atau warna pencahayaan atau tekstur yang kontras. Untuk masing-
masing kasus ini dibuat harus kontras yang jelas antara elemen atau benda yang dominan
dengan aspek pendukung ruangan.
Sebuah elemen atau benda juga dapat secara visual ditegaskan oleh posisi
dan orientasi strategisnya dalam ruang. Elemen tersebut dapat dibuat sebagai pusat dalam
ruang atau berfungsi sebagai bagian pusat dari suatu letak yang simetris. Pada komposisi
asimetris elemen tersebut dapat dibuat keluar dari polanya atau diisolasikan dari elemen-
elemen lainnya, elemen tersebut juga dapat menjadi titik akhir dari garis deretan atau
jalur suatu gerak.
Untuk lebih meningkatkan peran visualnya, sebuah elemen dapat
diorientasikan agar kontras dengan geometri dari ruang dan normal elemen didalamnya.
Elemen terrsebut juga dapat diterangi dengan cara khusus, garis-garis elemen sekunder
dan penunjangnya dapat diatur sedemikian rupa agar perhatian kita terfokus pada benda
atau elemen yang tampak
Francis D.K. Ching. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai