Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Skrining Fitokomia Uji Terpenoid” ini dengan lancer. penulisan ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen matakuliah kimia medisinal serta agar
menambah ilmu pengetahuan tentang Skrining Fitokomia Uji Terpenoid”
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami perolehdari
buku panduan, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan “Skrining
Fitokomia Uji Terpenoid”.
Kami harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Memang makalah
ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Daftar Isi
Cover Makalah…………………………………………………………………………1
Daftar Isi……………………………………………………………………………….3
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………..4
Bab II Pembahasan
Kesimpulan……………………………………………………………………..12
Daftar Pustaka………………………………………………………………………….13
BAB I
PENDAHULUAN
Wilayah pantai dan pesisir mempunyai sifat dan ciri yang unik yaitu merupakan
wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut serta mengandung kekayaan sumber daya
alam yang beranekaragam seperti ekosistem hutan mangrove (Fahriansyah dan Yoswaty,
2012). Menurut Soemardji, et al (2002), Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang
mempunyai keanekaragaman hayati berupa tumbuhan yang banyak digunakan sebagai obat
tradisional. Beberapa bagian dari mangrove bermanfaat sebagai obat. Ekstrak dan bahan
mentah dari mangrove telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir untuk keperluan
obat-obatan alamiah.
Patil, et al (2012) menyatakan bahwa Excoecaria agallocha L., family Euphorbiaceae,
terdistribusi secara luas di daerah pesisir laut dan tepi-hutan bakau di seluruh daerah tropis
Afrika, Asia, dan laut Tanaman dari genus Excoecaria terdiri hampir 40 spesies yang
terdistribusi di seluruh daerah bakau tropis Afrika, Asia dan Australia barat laut. Spesies yang
paling banyak dilaporkan adalah bakau Excoecaria agallocha Linn.Australia. Tanaman ini
dikenal berperan penting dalam segi ekonomis, ekologis serta perannya dalam obat-obatan.
Getah dari tanaman ini telah digunakan sebagai obat pencahar dan aborsi, serta dalam
pengobatan maag, rematik, lepra dan kelumpuhan. Daun dan getah dari pohon ini telah
digunakan sebagai racun ikan di beberapa negara seperti India, Kaledonia Baru dan Malaysia.
Kulit dan kayu tanaman ini digunakan sebagai obat untuk perut kembung di Thailand (Poorna
et al., 2011).
Beberapa penelitian pada bagian pohon kayu Buta-buta didapatkan kandungan
metabolit sekunder antara lain alkaloid, flavonoid, steroid, saponin dan terpenoid. Sejumlah
senyawa terpenoid telah diisolasi dari bagian kulit batang, daun dan getahnya. Serangkaian
diterpenoid, triterpenoid derivatif juga telah diisolasi dari beberapa bagian dari pohon E.
agallocha yang telah terbukti bioaktif terhadap serangga dan parasit. Terpenoid dan steroid
pada bagian akar tanaman ini telah diketahui melalui uji pendahuluan fitokimia Namun,
isolasi terpenoid dari akar pohon ini belum dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
dilakukan isolasi dan karakterisasi senyawa terpenoid dari akar pohon kayu Buta-buta dengan
menggunakan spektrofotometri Fourier Transform-Infra Red (FT-IR).
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain seperangkat alat gelas, neraca analitik Ohaus
PioneerTM, seperangkat alat KKG, KLT, KVC, pipet tetes, rotary evaporator Heidolph
Laborota 4000 efficient, spektrofotometer Fourier Transform-Infra Red (FT-IR ) Prestige-21
Shimadzu.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain asam klorida p.a, asam sulfat p.a, asam
asetat p.a, pelarut teknis : etil asetat, metanol, n-heksana, serbuk magnesium, pereaksi Meyer
dan Wagner, pereaksi Lieberman-Buchard, silika gel G-60 Merck, dan plat KLT UV.
Penentuan alkaloid hasil yang didapatkan untuk penambahan reagen mayer negatif
untuk semua fraksi. Menurut Marliana, et al (2005), hasil positif alkaloid pada uji Mayer
ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Diperkirakan endapan tersebut adalah kompleks
kaliumalkaloid. Pada pembuatan pereaksi Mayer, larutan merkurium (II) klorida ditambah
kalium iodida akan bereaksi membentuk endapan merah merkurium (II) iodida. Jika kalium
iodida yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat (II)
(Svehla, 1990).
Alkaloid mengandung atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas
sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam
(McMurry, 2004). Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer diperkirakan nitrogen pada
alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk
kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Endapan inilah yang tidak terbentuk pada uji
yang dilakukan pada semua fraksi, sehingga dapat dikatakan semua fraksi negatif terhadap
alkaloid dengan pereaksi mayer.
Hasil positif alkaloid untuk semua fraksi pada uji Wagner ditandai dengan
terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah
kalium- alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi dengan ion Idari kalium
iodida menghasilkan ion I3 - yang berwarna coklat. Pada uji Wagner, ion logam K+ akan
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks
kalium-alkaloid yang mengendap.
Uji flavonoid dilakukan dengan penambahan serbuk Mg dan HCl pekat pada tiap
fraksi, hasil positif terhadap flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna jingga sampai
merah. Hasil uji flavonoid didapatkan negatif untuk fraksi nheksan dan fraksi etil asetat dan
positif untuk fraksi metanol dan pada ekstrak kasar.
Uji terpenoid-steroid dilakukan dengan dengan menggunakan pereaksi
liebermanbuchard menghasilkan positif terhadap terpenoid untuk semua fraksi. Hasil yang
didapatkan untuk fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat pada penambahan liebermanbuchard
menghasilkan positif terhadap steroid yang ditandai dengan terbentuknya warna hijau pada
fraksi. Penambahan lieberman-buchard pada fraksi metanol dan ekstrak kasar juga
menghasilkan positif terhadap terpenoid. Hal ini dapat dilihat dari warna merah-keunguan
yang terbentuk.
Pengujian saponin dilakukan dengan diberikan perlakuan yang sama pada setiap
fraksi yaitu setiap fraksi dilarutkan dengan setiap pelarutnya lalu dipanaskan dan dikocok.
Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya busa yang bertahan cukup lama setlah
pengocokkan selama 15 menit (Harborne, 1987). Untuk fraksi n-heksana terbentuk dua fasa
dan terbentuk busa. Pada fraksi etil asetat terbentuk warna kuning susu dan sedikit berbusa
sedangkan untuk fraksi metanol adanya warna orange susu tetapi tidak terbentuk busa.
Namun, dari keseluruhan busa yang terbentuk dari setiap fraksi, busa hanya bertahan dalam
waktu yang sangat singkat sehingga diduga busa yang terbentuk adalah hasil dari
pengocokkan yang dilakukan bukan karena saponin yang terkandung.
Isolasi dan Pemurnian
Fraksi yang selanjutnya digunakan untuk isolasi dan pemurnian adalah fraksi metanol.
Hal ini dikarenakan pada fraksi metanol menunjukkan hasil positif terhadap terpenoid pada
uji pendahuluan fitokimia. Proses pemisahan dan pemurnian dilakukan dengan metode
kromatografi kolom. Sebelum pemisahan dan pemurnian dilakukan terlebih dahulu fraksi
dianalisis menggunakan KLT, analisis ini bertujuan untuk menentukan pelarut yang akan
digunakan pada saat pemisahan dengan KVC dan KKG.
Gambar 3. Hasil KLT fraksi gabungan, (a) Hasil KLT setelah diterangi lampu UV, (b) Hasil
KLT setelah disemprot reagen spesifik Lieberman-buchard.
Hasil yang didapatkan dari hasil KLT didapatkan adanya pendaran saat sampel
disinari UV. Menurut Irianti, et al (2011), Suatu senyawa yang berpendar pada
UVmengidentifikasikan adanya gugus karbonil, fenolik, atau gugus lain yang mengandung
setidaknya 2 ikatan rangkap terkonjugasi.
Fraksi yang positif mengandung terpenoid dengan noda tunggal ini kemudian
dilakukan KLT kembali dengan eluen yang mempunyai perbedaan kepolaran untuk melihat
kemurniannya. Dalam ini digunakan eluen etil asetat:metanol (8:2).
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
Penerjemah: Padmawina ta K. dan Soediro, I, Terbitan ke-2, Penerbit ITB, Bandung.
Irianti, T.; Puspitasari, A.; Suryani, E., 2011, Aktivitas Penangkapan Radikal 2,2- Difenil-1-
Pikrilhidrazil oleh Ekstrak Etanolik Batang Brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers)
dan FraksiFraksinya, Majalah Obat Tradisional, 16(3), 139-146
Marliana, D.S.; Suryanti, V. dan Suyono., 2005, Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz)
dalam Ekstrak Etanol, Biofarmasi. 3 (1) : 26-31.
McMurry, J.; dan Fay, R.C., 2004, McMurry Fay Chemistry, Edisi Keempat, C.A : Pearson
Education International, Belmont.
Patil, R.C.; Manohar, S.M.; Katchi, V.I.; Rao, A.J., 2012, Ethanolic Stem Extract of
Excoecaria agallocha Induces G1 Arrest or Apoptosis in Human Lung Cancer Cells
Depending on Their P53 Status, Taiwania. 57 (2): 89-98.
Poorna, C.A.; Resmi, M.S.; Soniya, E.V., 2012, In Vitro Antioxidant Analysis and the DNA
Damage Protective Activity of Leaf Extract of the Excoecaria agallocha Linn.
Mangrove Plant, International Journal of Agricultural Chemistry, 1(4) : 1-6.
Soemardji, A.A.; Endang, K.; Cucu, A., 2002, Toksisitas Akut dan Penentuan DL50 Oral
Ekstrak Air Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) pada Mencit Swiss
Webster, Matematika dan Sains Journal, 7 (2) : 57-62.
Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi
kelima. Penerjemah: Setiono, L. dan Pudjaatmaka, A.H., Kalman Media Pustaka,
Jakarta.